Anda di halaman 1dari 9

Nama : Sherlina Puspita

NPM : 16180100004

Mata Kuliah : Sediaan Steril

1. Miotik, yaitu obat tetes mata yang dapat mengecilkan pupil mata.
2. Midriatik adalah obat yang dapat meningkatkan ukuran pupil dan kovergensi akomodatif
serta penurunan ketajaman penglihatan dan amplitudo akomodasi.
3. Sikloplegik adalah obat tetes mata untuk melumpuhkan otot siliaris
4. Anti glaucoma adalah gangguan penglihatan pada orang usia lanjut yang disebabkan oleh
kerusakan saraf mata akibat tekanan tinggi dalam bola mata.
5. Anti Inflamatory agent adalah kelompok obat yang digunakan untuk mengurangi peradangan
mata, sehingga meredakan nyeri.
6. Anti Infeksi adalah obat untuk mengatasi infeksi bakteri pada mata yang menyebabkan mata
merah atau bengkak serta iritasi pada jaringan konjungtiva dan kornea.
7. Senyawa diagnostik digunakan untuk mendeteksi adanya lesi dan benda asing pada kornea
mata, dan digunakan untuk memasang kontak lensa.
8. Anestetik lokal adalah obat tetes mata yang di gunakan pada jaringan mata agar mati rasa.
Anestesi lokal bekerja dengan menghentikan kerja saraf untuk sementara sehingga tidak akan
merasakan sakit.

SYARAT SEDIAAN OBAT MATA YANG BAIK

1. Kejernihan
Larutan mata adalah dengan definisi bebas adari partikel asing dan jernih secara normal
diperoleh dengan filtrasi, pentingnya peralatan filtrasi dan tercucibaik sehingga bahan-
bahan partikulat tidak dikontribusikan untuk larutan dengan desain peralatan untuk
menghilangkannya. pengerjaan penampilan dalam lingkungan bersih.
Penggunaan Laminar Air Flow dan harus tidak tertumpahkan akan memberikan
kebersamaan untuk penyiapan larutan jernih bebas partikel asing. Dalam beberapa
permasalahan, kejernihan dan streilitas dilakukan dalam langkah filtrasi yang sama.
Ini penting untuk menyadari bahwa larutan jernih sama fungsinya untuk
pembersihan wadah dan tutup. keduanya, wadah dan tutup harus bersih, steril dan tidak
tertumpahkan. Wadah dan tutup tidak membawa partikel dalam larutan selama kontak
lama sepanjang penyimpanan. Normalnya dilakukan test sterilitas.
2. Sterilitas
Sterilisasi merupakan sesuatu yang penting. Larutan mata yang dibuat dapat membawa
banyak organisme, yang paling berbahaya adalah Pseudomonas aeruginosa. Infeksi
mata dari organisme ini yang dapat menyebabkan kebutaan. Ini khususnya berbahaya
untuk penggunaan produk nonsteril di dalam mata ketika kornea dibuka. Bahan-bahan
partikulat dapat mengiritasi mata, ke tidak nyamanan pada pasien dan metode ini tersedia
untuk pengeluarannya.
3. Stabilitas
Stabilitas obat dalam larutan, seperti produk tergantung pada sifat kimia bahan obat, pH
produk, metode penyimpanan (khususnya penggunaan suhu), zat tambahan larutan dan
tipe pengemasan.
4. Tonisitas
Tonisitas berarti tekanan yang diberikan oleh garam-garam dalam larutan
berair, larutan mata adalah isotonik dengan larutan lain ketika magnefudo sifat
koligatif larutan adalah sama. larutan mata dipertimbangkan isotonik ketika
tonisitasnya sama dengan 0,9% larutan NaCl. Sebenarnya mata lebih toleran terhadap
variasi tonisitas dari pada suatu waktu yang diusulkan. Maka biasanya dapat mentoleransi
larutan sama untuk range 0,5%-1,8% NaCl. Memberikan pilihan, isotonisitas selalu
dikehendaki dan khususnya penting dalam larutan intraokuler. Namun demikian, ini tidak
dibutuhkan ketika total stabilitas produk dipertimbangkan.
5. Viskositas
USP mengizinkan penggunaan bahan pengkhelat viskositas untuk
memperpanjang lama kontak dalam mata dan untuk absorpsi obat dan
aktivitasnya. Bahan-bahan seperti metilselulosa, polivinil alkohol dan hidroksi
metilselulosa ditambahkan secara berkala untuk meningkatkan viskositas. Para peneliti
telah mempelajari efek peningkatan viskositas dalam waktu kontak dalam mata.
umumnya viskositas meningkat 25-50 cps range yang signifikan meningkat lama kontak
dalam mata.

FORMULA UMUM YANG DIGUNAKAN PADA OBAT TETES MATA


A. ZAT AKTIF
Contoh : Furosemid, Atropin sulfat
B. PENGAWET
Larutan obat mata dapat dikemas dalam wadah takaran ganda bila digunakan secara
perorangan pada pasien dan bila tidak terdapat kerusakan pada permukaan mata. Wadah
larutan obat mata harus tertutup rapat dan disegel untuk menjamin sterilitas pada pemakaian
pertama. Sedangkan untuk penggunaan pembedahan, disamping steril, larutan obat mata
tidak boleh mengandung antibakteri karena dapat mengiritasi jaringan mata. (FI IV hal 13 &
14)
Kontaminasi pada sediaan mata dapat menyebabkan kerusakan yang serius, misalnya
menyebabkan radang kornea mata.  Kontaminan yang terbesar adalah Pseudomonas
aeruginosa.  Pertumbuhan bakteri bacillus Gram negatif ini terjadi dengan cepat pada
beberapa medium dan menghasilkan zat toksin dan anti bakteri.  Sumber bakteri terbesar
adalah air destilasi yang disimpan secara tidak tepat yang digunakan dalam
pencampuran (AOC, 223).
Organisme lain yang bisa menghasilkan infeksi kornea seperti golongan proteus yang
telah diketahui sebagai kontaminan dalam larutan metil selulosa. Selain bakteri, fungi juga
merupakan kontaminan misalnya Aspergillus fumigatus. Virus juga merupakan kontaminan
seperti herpes simplex, vaksin, dan moluscum contagiosum.  Umumnya pengawet tidak
cocok dengan virus (AOC, 223 - 224).
Mikroorganisme lain yang dapat mengkontaminasi sediaan optalmik
adalah Hemophillus influenza, Hemophillus conjunctividis, Neisseria gonorrhoeae, Neisseria
meningitidis,dll (Repetitorium BL, 38).
Pengawet yang dipilih seharusnya mencegah dan membunuh pertumbuhan
mikroorganisme selama penggunaan.  Pengawet yang sesuai untuk larutan obat tetes mata
hendaknya memiliki sifat sebagai berikut (AOC, 234) :
a. Bersifat bakteriostatik dan fungistatik.  Sifat ini harus dimiliki terutama
terhadap Pseudomonas aeruginosa.
b. Non iritan terhadap mata (jaringan okuler yaitu kornea dan konjungtiva).
c. Kompatibel terhadap bahan aktif dan zat tambahan lain yang dipakai.
d. Tidak memiliki sifat alergen dan mensensitisasi.
e. Dapat mempertahankan aktivitasnya pada kondisi normal penggunaan sediaan.

Golongan pengawet pada sediaan tetes mata (DOM hal 148

Jenis Konsentrasi Inkompatibilitas Keterangan


Senyawa Sabun, surfaktan ·     Paling banyak dipakai
amonium anionik, salisilat, nitrat, untuk sediaan optalmik.
kuartener : 0,004 – 0,02 fluorescein natrium. ·     Efektivitasnya
Benzalkonium % (biasanya ditingkatkan dengan
klorida 0,01%) penambahan EDTA
0,02%.
Senyawa Halida tertentu dengan Biasanya digunakan
merkur nitrat : 0,01 – 0,005% fenilmerkuri asetat sebagai pengawet dari
·   Fenil merkuri 0,005% zat aktif yang OTT
nitrat dengan benzalkonium
·   Thiomersal klorida
Parahidroksi Nipagin Ddiadsorpsi oleh Jarang digunakan;
benzoat : 0,18% + makromolekul, banyak digunakan untuk
Nipagin, Nipasol interaksi dengan mencegah pertumbuhan
Nipasol 0,02% surfaktan nonionik jamur, dalam dosis
tinggi mempunyai sifat
antimikroba yang lemah.
Fenol : Stabilitasnya pH Akan berdifusi melalui
Klorobutanol 0,5 – 0,7% dependent; aktivitasnya kemasan polietilen low-
tercapai pada density
konsentrasi dekat
kelarutan max
Alkohol Kelarutan dalam air Akan berdifusi melalui
aromatik : 0,5 - 0,9% or rendah kemasan polietilen low-
Feniletil alkohol 0,5% density, kadang2
digunakan dalam
kombinasi dengan
pengawet lain.

Kombinasi pengawet yang biasanya digunakan adalah :


a. Benzalkonium klorida + EDTA
b. Benzalkonium klorida + Klorobutanol/feniletilalkohol/ fenilmerkuri nitrat
c. Klorobutanol + EDTA/ paraben
d. Tiomerasol + EDTA
e. Feniletilakohol + paraben

C. PENGISOTONIS
Pengisotonis yang dapat digunakan adalah NaCl, KCl, glukosa, gliserol dan dapar
(Codex, 161-165). Rentang tonisitas yang masih dapat diterima oleh mata :
FI IV    : 0,6 – 2,0%                 RPS dan RPP      : 0,5 – 1,8%
AOC     : 0,9 – 1,4%                 Codex dan Husa : 0,7 – 1,5%
 Tapi usahakan berada pada rentang 0,6 – 1,5%
Hati-hati kalau bentuk garam zat aktif adalah garam klorida (Cl) karena jka pengisotonis
yang digunakan adalah NaCl dapat terjadi kompetisi dan salting out.

D. PENDAPAR
Secara ideal, larutan obat mata mempunyai pH dan isotonisitas yang sama dengan air
mata. Hal ini tidak selalu dapat dilakukan karena pada pH 7,4 banyak obat yang tidak cukup
larut dalam air. sebagian besar garam alkaloid mengendap sebagai alkaloid bebas pada pH
ini. Selain itu banyak obat tidak stabil secara kimia pada pH mendekati 7,4 (FI III,
13). Tetapi larutan tanpa dapar antara pH 3,5 – 10,5 masih dapat ditoleransi walaupun terasa
kurang nyaman. Di luar rentang pH ini dapat terjadi iritasi sehingga mengakibatkan
peningkatan lakrimasi (Codex, 161-165). Rentang pH yang masih dapat ditoleransi oleh mata
menurut beberapa pustaka : 4,5 – 9,0 menurut AOC; 3,5 – 8,5 menurut FI IV
Syarat dapar (Codex, 161-165) :
a. Dapat menstabilkan pH selama penyimpanan
b. Konsentrasinya tidak cukup tinggi karena konsentrasi yang tinggi dapat mengubah pH air
mata.

Menurut Codex, dapar yang dapat dipakai adalah dapar borat, fosfat dan sitrat. Tapi
berdasarkan Suarat Edaran Dirjen POM tgl 12 Oktober 1999, asam borat tidak boleh
digunakan untuk pemakaian topikal/lokal karena resiko toksisitasnya lebih besar
dibandingkan khasiatnya untuk penggunaan topikal. Jadi, dapar yang boleh digunakan untuk
sediaan optalmik hanya dapar fosfat dan sitrat.
Dapar yang digunakan sebaiknya adalah dapar yang telah dimodifikasi dengan
penambahan NaCl yang berfungsi untuk menurunkan kapasitas daparnya.
Dapar sitrat modifikasi Mc Ilvaine (Codex, 68)
p Na fosfat Asam sitrat p Na fosfat Asam sitrat
H (Na2HPO4.12H2O (C6H8O7.H20 H (Na2HPO4.12H2O (C6H8O7.H20)
) ) ) g/L
g/L g/L g/L
2,2 1,4 20,6 5,2 38,4 9,7
2,4 4,4 19,7 5,4 39,9 9,3
2,6 7,8 18,7 5,6 41,5 8,8
2,8 11,4 17,7 5,8 43,3 8,3
3,0 14,7 16,7 6,0 45,2 7,7
3,2 17,7 15,8 6,2 47,3 7,1
3,4 20,4 15,0 6,4 49,6 6,5
3,6 23,1 14,2 6,6 52,1 5,7
3,8 25,4 13,6 6,8 55,3 4,8

4,0 27,6 12,9 7,0 59,0 3,7


4,2 29,7 12,3 7,2 62,3 2,7
4,4 31,6 11,7 7,4 65,1 1,9
4,6 33,5 11,2 7,6 67,1 1,3
4,8 35,3 10,7 7,8 68,6 0,9
5,0 36,9 10,2 8,0 69,7 0,58

E. PENINGKAT VISKOSITAS
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada pemilihan bahan peningkat viskositas untuk
sediaan optalmik adalah (Codex, 161-165)
a. Sifat bahan peningkat viskositas itu sendiri. Mis. Polimer mukoadhesif (asam hyaluronat
dan turunannya; carbomer) secara signifikan lebih efektif daripada polimer non
mukoadhesif pada konsentrasi equiviscous.
b. Perubahan pH dapat mempengaruhi aktivitas bahan peningkat viskositas.
c. Penggunaan produk dengan viskositas tinggi kadang tidak ditoleransi baik oleh mata dan
menyebabkan terbentuknya deposit pada kelopak mata; sulit bercampur dengan air mata;
atau mengganggu difusi obat.
Penggunaan peningkat viskositas dimaksudkan untuk memperpanjang waktu kontak
antara sediaan dengan kornea sehingga jumlah bahan aktif yang berpenetrasi dalam mata
akan semakin tinggi sehingga menambah efektivitas terapinya (Diktat kuliah teknologi steril,
303).
Viskositas untuk larutan obat mata dipandang optimal jika berkisar antara 15-25
centipoise (cps). Peningkat viskositas yang biasa dipakai adalah metilselulosa 4000 cps
sebanyak 0,25% atau 25 cps sebanyak 1%, HPMC, atau polivinil alkohol (Ansel, 548-
552). Menurut Codex, dapat digunakan turunan metil selulosa, polivinil alkohol, PVP,
dekstran and makrogol.
Na CMC jarang digunakan karena tidak tahan terhadap elektrolit sehingga kekentalan
menurun; kadang tidak tercampurkan dengan zat aktif (Diktat kuliah teknologi steril, 303).
Pada umumnya penggunaan senyawa selulosa dapat meningkatkan penetrasi obat dalam tetes
mata, demikian juga dengan PVP dan dekstran. Jadi, pemilihan bahan pengental dalam obat
tetes mata didasarkan pada (Diktat kuliah teknologi steril, 304):
a. Ketahanan pada saat sterilisasi,
b. Kemungkinan dapat disaring,
c. Stabilitas, dan
d. Ketidakbercampuran dengan bahan-bahan lain.
Pengental yang sering dipakai adalah : Metilselulosa, HPMC dan PVP.

F. ANTI OKSIDAN
Zat aktif untuk sediaan mata ada yang dapat teroksidasi oleh udara. Untuk itu kadang
dibutuhkan antioksidan. Antioksidan yang sering digunakan adalah Na metabisulfit atau Na
sulfit dengan konsentrasi sampai 0,3%. Vitamin C (asam askorbat) dan asetilsistein pun dapat
dipakai terutama untuk sediaan fenilefrin.
Degradasi oksidatif seringkali dikatalisa oleh adanya logam berat, maka dapat
ditambahkan pengkelat seperti EDTA. Penggunaan wadah plastik yang permeabel terhadap
gas dapat meningkatkan proses oksidatif selama penyimpanan (Codex, 161-165; RPS, 1590).

G. SURFAKTAN
Pemakaian surfaktan dalam obat tetes mata harus memenuhui berbagai aspek (Diktat
kuliah teknologi steril, 304) :
a. Sebagai antimikroba (Surfaktan golongan kationik seperti benzalkonium klorida, setil
piridinium klorida, dll).
b. Menurunkan tegangan permukaan antara obat mata dan kornea sehingga meningkatkan
akti terapeutik zat aktif.
c. Meningkatkan ketercampuran antara obat tetes mata dengan cairan lakrimal,
meningkatkan kontak zat aktif dengan kornea dan konjungtiva sehingga meningkatkan
penembusan dan penyerapan obat.
d. Tidak boleh meningkatkan pengeluaran air mata, tidak boleh iritan dan merusak
kormea. Surfaktan golongan non ionik lebih dapat diterima dibandingkan dengan
surfaktan golongan lainnya.
Penggunaan surfaktan dalam sediaan optalmik terbatas karena bisa melarutkan bagian
lipofil dari mata. Surfaktan non ionik, yang paling tidak toksik dibandingkan golongan lain,
digunakan dalam konsentrasi yang rendah dalam suspensi steroid dan sebagai pembantu
untuk membentuk larutan yang jernih.
Surfaktan dapat juga digunakan sebagai kosolven untuk meningkatkan solubilitas
(jarang dilakukan). Surfaktan non ionik dapat mengadsorpsi senyawa pengawet antimikroba
dan menginaktifkannya. (RPS, 1590) Menurut Codex, surfaktan non ionik yang sering
dipakai adalah Polisorbat 80 (Tween 80). Sedangkan menurut Diktat kuliah teknologi steril
dapat juga digunakan Tween 20, benzetonium klorida, miristil-gamma-picolinium klorida,
polioxil 40-stearat, alkil-aril-polietil alkohol, dioktil sodium sulfosuksinat, dll.

Anda mungkin juga menyukai