Anda di halaman 1dari 20

https://www.slideshare.

net/frenkilestari/12-proses-audit-kinerja

Kertas Kerja Audit


Agustus 29, 2020
Kertas kerja audit (audit paperwork) adalah mata rantai yang menghubungkan
antara catatan klien auditor dengan laporan audit. Sehingga kertas kerja adalah
alat yang sangat penting dalam melaksanakan profesi auditor.
Untuk dapat melakukan pengumpulan dan pembuatan bukti, seorang auditor
harus membuat kertas kerja audit.
Nah, mari simak artikel ini dengan seksama untuk lebih jelas tentang kertas kerja
audit!!

Daftar Isi  Lihat 

Pengertian Kertas Kerja Audit


Menurut penjelasan yang disampaikan oleh SA Seksi 339 Kertas Kerja  paragraf 03
bahwa:
“Kertas kerja adalah berbagai catatan yang diselenggarakan oleh auditor
mengenai prosedur audit yang ditempuh-nya, pengujian yang dilakukannya,
informasi yang diperolehnya, dan kesimpulan yang dibuatnya sehubungan
dengan audit-nya.”

Contoh kertas kerja audit adalah sebagai berikut:

1. Hasil pemahaman terhadap struktur atau susunan pengendalian intern,


2. Program audit,
3. Analisis,
4. Surat konfirmasi,
5. Memorandum,
6. Representasi klien,
7. Ikhtisar dari berbagai dokumen organisasi,
8. Daftar atau komentar yang dibuat atau didapatkan oleh auditor.
Selain beberapa contoh tersebut kertas kerja audit dapat juga berupa data atau
informasi yang tersimpan di dalam film, pita magnetic, atau media yang lainnya.

Audit terhadap laporan keuangan ini harus berdasarkan pada standar auditing
yang sudah ditetapkan oleh IAI. Untuk lebih memahami tentang standar auditing
kami sudah membahasnya di artikel lain dalam website ini.

Standar pekerjaan lapangan mengharuskan seorang auditor untuk selalu


melakukan:

1. Perencanaan dan supervisi terhadap audit yang dilakukan.


2. Mendapatkan pemahaman atas struktur pengendalian intern.
3. Dan mengumpulkan berbagai bukti komponen yang cukup dengan melalui
berbagai prosedur audit.
Kertas kerja audit adalah sebuah sarana yang dipakai oleh seorang auditor untuk
dapat membuktikan bahwa standar pekerjaan lapangan tersebut sudah dipatuhi.

Isi Kertas Kerja Audit


Menurut SA Seksi 339 Kertas Kerja  paragraf 05, kertas kerja audit harus bisa atau
cukup menunjukan bahwa sebuah catatan akuntansi harus sudah sesuai dengan
laporan keuangan atau informasi lain yang dilaporkan dan standar auditing yang
digunakan.
Kertas kerja audit pada umumnya harus berisikan dokumentasi yang
menunjukan:

1. Sudah dilakukannya standar pekerjaan lapangan pertama yaitu


pemeriksaan sudah direncanakan dan sudah disupervisi dengan baik.
2. Sudah dilakukannya standar pekerjaan lapangan kedua. Yaitu pemahaman
yang memadai atas struktur pengendalian intern untuk dapat
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian
yang sudah dilaksanakan.
3. Sudah dilakukannya standar pekerjaan lapangan yang ketiga yaitu bukti
audit sudah didapatkan, prosedur audit sudah diaplikasikan, dan pengujian
sudah dilakukan yang dapat memberikan bukti kompeten yang cukup
sebagai landasan atau dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan yang di-audit.
 

Tujuan Pembuatan Kertas Kerja Audit


Terdapat beberapa tujuan dibuatnya kertas kerja audit, yaitu sebagai berikut.

1. Untuk Mendukung Pendapat Auditor atas Laporan Keuangan yang Di-


audit-nya.
Standar pekerjaan lapangan yang ketiga mensyaratkan bahwa seorang auditor
mendapatkan bukti kompeten yang cukup sebagai pedoman untuk dapat
menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang di-audit-nya.

Kertas kerja audit bisa dipakai oleh auditor untuk mendukung pendapat yang
disampaikannya dan sebagai bukti bahwa auditor sudah melakukan audit yang
memadai.

2. Untuk Menguatkan Berbagai Kesimpulan Auditor dan Kompetensi Audit-


nya.
Di kemudian hari, apabila terdapat pihak yang membutuhkan penjelasan tentang
kesimpulan atau pertimbangan yang sudah dibuat oleh auditor dalam proses
audit yang dilakukannya, maka auditor dapat memeriksa kembali kertas kerja
audit yang sudah dibuat dalam audit-nya.

Pembuatan seperangkat kertas kerja audit yang lengkap adalah syarat yang
sangat penting untuk membuktikan sudah dilakukannya dengan baik proses
audit atas laporan keuangan.

3. Untuk Mengkoordinasi dan Mengorganisasi Seluruh Proses Audit.


Audit yang dilakukan oleh seorang auditor terdiri dari suatu proses atau tahapan
audit yang dilakukan dalam berbagai waktu, tempat, dan pelaksana.

Semua proses audit tersebut akan menghasilkan berbagai macam bukti yang
akan membentuk kertas kerja audit.
Pengkoordinasian dan pengorganisasian setiap tahapan atau proses audit
tersebut bisa dilakukan dengan memakai kertas kerja.

4. Untuk Memberikan Dasar dalam Audit Selanjutnya.


Dalam melakukan proses audit yang berulang dengan klien yang sama dan
dalam periode akuntansi yang berbeda, seorang auditor membutuhkan data atau
informasi tentang:

 Sifat usaha klien-nya.


 Catatan dan juga sistem akuntansi klien.
 Pengendalian intern yang dilakukan klien.
 Rekomendasi perbaikan yang diajukan kepada klien dalam proses audit
yang dilakukan sebelumnya.
 Berbagai jurnal penyesuaian yang disarankan untuk menyajikan secara
wajar laporan keuangan yang terdahulu.
Informasi tersebut sangat berguna untuk melakukan proses audit selanjutnya dan
bisa dengan mudah diperoleh dari kertas kerja audit periode sebelumnya.

Syarat Kertas Kerja Audit


Kecakapan teknis dan juga keahlian professional dari seorang auditor bisa terlihat
pada kertas kerja audit yang dibuatnya.

Untuk dapat membuktikan bahwa seorang auditor berkompeten dalam


melakukan pekerjaan lapangan sesuai dengan standar auditing, maka dia harus
bisa membuat kertas kerja yang benar – benar mempunyai manfaat.

Untuk dapat memenuhi tujuan tersebut, maka terdapat 5 syarat kertas kerja audit
yang perlu untuk diperhatikan, yaitu sebagai berikut:

1. Lengkap
Sebuah kertas kerja audit harus lah lengkap. Lengkap disini maksudnya adalah:
Berisikan seluruh informasi atau data penting yang harus dicantumkan.
Seorang auditor harus bisa menentukan komposisi seluruh data penting yang
harus dimasukkan ke dalam kertas kerja.
Tidak membutuhkan tambahan penjelasan secara lisan. Karena kertas kerja
tersebut akan diperiksa oleh seorang auditor senior dan kemungkinan akan
diperiksa oleh pihak luar, maka kertas kerja harus berisi informasi lengkap.
Dengan demikian tidak membutuhkan tambahan penjelasan secara lisan. Sebuah
kertas kerja audit harus disusun untuk dapat “berbicara” sendiri.

Oleh karena itu harus berisikan informasi yang lengkap, dan tidak berisikan
informasi yang masih belum jelas atau pernyataan yang belum terjawab.

2. Teliti
Dalam melakukan pembuatan kertas kerja seorang auditor dituntut untuk tetap
memperhatikan ketelitian dalam penulisan dan perhitungan.

Dengan demikian kertas kerja yang disusun akan terbebas dari kesalahan tulis
dan juga perhitungan.

3. Ringkas
Terkadang seorang auditor yang belum memiliki banyak pengalaman melakukan
kesalahan dengan melakukan pengauditan yang tidak relevan dengan tujuan
audit.

Hal tersebut akan berakibat pada pembuatan atau pengumpulan kertas kerja
dalam jumlah yang banyak dan cenderung tidak memiliki manfaat dalam audit-
nya.

Dengan demikian kertas kerja harus dibatasi pada data atau informasi yang
penting atau pokok dan relevan dengan tujuan dilakukannya audit serta disajikan
secara ringkas.

Seorang auditor harus bisa menghindari rincian yang tidak perlu untuk disajikan.
Analisis yang dilakukan oleh auditor harus sebagai ringkasan dan juga penafsiran
informasi atau data, bukan hanya sebagai penyalinan catatan klien ke dalam
kertas kerja.
4. Jelas
Kejelasan dalam menyusun dan menyajikan informasi kepada berbagai pihak
yang akan memeriksa kertas kerja harus diusahakan oleh auditor. Pemakaian
istilah yang memunculkan makna ganda harus dihindari.

Penyajian informasi atau data secara sistematik harus dilakukan.

5. Rapi
Kerapian dalam penyajian kertas kerja audit dan keteraturan dalam penyusunan-
nya akan sangat membantu seorang auditor senior dalam
melakukan review  terhadap hasil kerja dari staf-nya serta akan memudahkan
auditor dalam mendapatkan informasi dari kertas kerja.
 

Jenis Kertas Kerja Audit


Isi dari kertas kerja ini terdiri dari seluruh informasi yang dikumpulkan dan dibuat
oleh seorang auditor dalam melakukan proses audit-nya.

Kertas kerja ini terdiri dari berbagai beberapa jenis, yang secara garis besar bisa
dikelompokkan menjadi 5, yaitu sebagai berikut.

1. Program Audit (Audit Program)


Program audit adalah suatu daftar prosedur audit untuk semua audit unsur
tertentu.

Sedangkan prosedur audit adalah suatu instruksi yang rinci atau detail untuk
mengumpulkan berbagai jenis bukti audit tertentu yang harus didapatkan pada
saat tertentu dalam proses audit.

Dalam program audit, seorang auditor menyebutkan menyebutkan:

1. Prosedur audit yang harus diikuti dalam melakukan suatu verifikasi masing
– masing unsur yang terdapat di dalam laporan keuangan.
2. Tanggal dan paraf pelaksanaan prosedur audit tersebut.
3. Penunjukan indeks kertas kerja yang dihasilkan.
Sehingga, program audit mempunyai fungsi sebagai suatu alat yang berguna
untuk menetapkan jadwal pelaksanaan dan pengawasan pekerjaan audit.
Program audit bisa dimanfaatkan untuk:

1. merencanakan jumlah orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan


kegiatan audit. Beserta dengan komposisi-nya, jumlah asisten dan auditor
junior yang akan ditugasi, dan taksiran jam yang akan dibutuhkan.
2. Memungkinkan seorang auditor yang mempunyai peran
sebagai supervisor  bisa mengikuti kemajuan dari kegiatan audit yang
sedang dilaksanakan.
2. Working Trial Balance
Working  trial balance  adalah suatu daftar yang berisikan berbagai saldo akun
yang berasal dari buku besar pada akhir tahun yang di-audit dan pada akhir
tahun sebelumnya, kolom – kolom untuk penyesuaian, penggolongan kembali
yang diusulkan auditor, dan berbagai saldo setelah koreksi auditor yang akan
tampak dalam laporan keuangan audit-an.
Berikut ini adalah contoh dari working trial balance.
Working trial balance  ini adalah suatu daftar awalan yang harus dibuat oleh
seorang auditor untuk memindahkan seluruh saldo akun yang terdapat di dalam
daftar saldo (trial balance) klien nya.
Di dalam proses auditing, working trial balance  ini dipakai untuk:
1. Meringkas penyesuaian dan penggolongan kembali yang diusulkan oleh
seorang auditor kepada klien nya.
2. Meringkas penyesuaian dan penggologan kembali saldo akhir setiap akun
yang ada di buku besar setelah penyesuaian atau koreksi oleh auditor.
Pada kolom yang terakhir dalam working trial balance  tersebut seorang auditor
menyajikan draft final laporan keuangan klien nya setelah dilakukan audit oleh
auditor.
Draft final tersebutlah yang akan diusulkan oleh auditor kepada klien untuk dapat
dilampirkan pada laporan audit.

Terdapat kolom “Saldo akhir 31 Desember 20×8 (tahun lalu)”, kolom tersebut
berisikan dengan berbagai saldo akun setelah penyesuaian auditor dalam audit
tahun sebelumnya.

Penyajian berbagai saldo dari audit tahun sebelumnya untuk tahun sekarang
yang diaudit, mempunyai tujuan untuk dapat memudahkan pembandingan
dengan saldo akun yang berhubungan untuk tahun yang diaudit.

Hal tersebut supaya auditor bisa memusatkan perhatian pada berbagai


perubahan yang luar biasa atau signifikan.

Sebenarnya working trial balance  tersebut memiliki fungsi yang sama dengan


lembar kerja atau worksheet atau neraca lajur yang dipakai klien dalam menyusun
laporan keuangan.
Tahap Penyusunan Laporan Keuangan Audit-an
Berikut ini adalah tahapan yang ditempuh dalam penyusunan laporan keuangan
audit-an, yaitu:

1. Pengumpulan bukti audit. Pengumpulan tersebut dilakukan dengan cara


pengumpulan atau pembuatan skedul pendukung (supporting schedules).
2. Peringkasan informasi atau data yang ada di dalam skedul pendukung ke
dalam skedul utama (lead schedules) dan ringkasan jurnal penyesuaian.
3. Peringkasan informasi yang terdapat di dalam skedul utama dan ringkasan
jurnal penyesuaian ke dalam working trial balance.
4. Penyusunan laporan keuangan auditan.
Penyusunan laporan keuangan auditan dapat digambarkan dalam skema berikut
ini.
3. Ringkasan Jurnal Adjustment (Penyesuaian)
Dalam melakukan proses audit-nya, seorang auditor mungkin akan menjumpai
kesalahan atau kekeliruan dalam laporan keuangan dan catatan akuntansi milik
klien nya.

Untuk bisa membetulkan kesalahan tersebut, seorang auditor akan


membuat draft  jurnal penyesuaian yang nantinya akan dibicarakan lebih lanjut
dengan klien nya.
Selain itu, seorang auditor juga akan membuat jurnal penggolongan kembali
atau reclassification entries untuk berbagai unsur yang tidak terdapat kesalahan
pencatatan oleh klien.
Hal tersebut berguna untuk kepentingan penyajian laporan keuangan yang wajar,
maka harus di-golong-kan kembali.

Jurnal penyesuaian yang diusulkan oleh seorang auditor pada umumnya akan
diberi nomor urut dan untuk jurnal penggolongan kembali akan diberi identitas
berupa huruf.
Setiap jurnal penyesuaian atau penggolongan kembali harus dilengkapi dengan
penjelasan yang rinci atau lengkap.

Berikut ini adalah contoh ringkasan jurnal penyesuaian dan penggolongan


kembali.
Jurnal penyesuan dengan jurnal penggolongan kembali ini berbeda. Jurnal
penggolongan kembali dipakai oleh auditor hanya untuk mendapatkan
penggolongan yang benar dalam laporan keuangan yang dibuat oleh klien-nya.

Jurnal tersebut dipakai untuk mengelompokkan kembali suatu jumlah dalam


kertas kerja audit auditor dan tidak untuk disarankan supaya di-buku-kan ke
dalam catatan akuntansi klien.
Contoh dari jurnal penggolongan kembali yaitu jurnal untuk mengelompokkan
kembali saldo kredit piutang usaha kepada debitur tertentu, oleh karena itu
jumlah tersebut akan muncul dalam neraca sebagai utang, bukan sebagai
pengurang terhadap saldo debit piutang usaha.

Jurnal penyesuaian dipakai oleh auditor untuk melakukan koreksi atas catatan
akuntansi klien yang salah, dengan demikian jurnal tersebut disarankan oleh
auditor kepada klien untuk di-buku-kan dalam catatan akuntansi yang dibuat
oleh klien nya.

Oleh auditor, jurnal penyesuaian dan penggolongan kembali pada awalnya


dicatat di dalam skedul pendukung dan juga dalam ringkasan jurnal penyesuaian.

Selanjutnya jurnal – jurnal tersebut akan diringkas dari berbagai skedul


pendukung ke dalam skedul utama yang berhubungan dan ke dalam working
trial balance.
4. Skedul Utama
Skedul utama adalah kertas kerja yang dipakai untuk melakukan peringkasan
informasi yang dicatat di dalam skedul pendukung untuk berbagai akun yang
berkaitan.

Skedul utama ini dipakai untuk menggabungkan berbagai akun yang ada di buku
besar yang sejenis, yang jumlah saldo nya akan disajikan di dalam laporan
keuangan dalam satu jumlah.

Misalnya, skedul utama kas adalah penggabungan berbagai akun yang ada di


buku besar:
 Kas ditangan sebesar Rp.6.000.000.
 Kas di bank sebesar Rp.59.000.000.
 Dan dana kas kecil sebesar Rp.3.000.000.
Maka saldo kas yang disajikan di dalam neraca adalah (Rp.6.000.000 +
Rp.59.000.000 + Rp.3.000.000) = Rp.68.000.000.

Skedul utama memiliki kolom yang sama dengan berbagai kolom yang ada di
dalam working trial balance.
Jumlah dari setiap kolom yang terdapat di dalam skedul utama dipindahkan ke
dalam kolom yang berhubungan dalam working trial balance.
5. Skedul Pendukung
Ketika seorang auditor melakukan verifikasi terhadap berbagai unsur yang
terdapat di dalam laporan keuangan yang dibuat klien, maka dia akan membuat
berbagai macam kertas kerja pendukung yang berguna untuk menguatkan
informasi keuangan dan operasional yang dikumpulkannya.

Dalam masing – masing skedul pendukung harus disajikan pekerjaan yang sudah
dilakukan oleh seorang auditor dalam memverifikasi dan juga menganalisis:

1. Berbagai unsur yang terdapat di dalam daftar tersebut.


2. Metode verifikasi yang dipakai.
3. Pertanyaan yang muncul dalam audit.
4. Dan jawaban atas pertanyaan tersebut.
Skedul pendukung ini juga harus menyajikan berbagai kesimpulan yang dibuat
oleh auditor.

Baca Juga: Audit (Auditing)

Indeks Pada Kertas Kerja Audit


Sebuah kertas kerja harus diberi indeks, sub indeks dan juga indeks silang dalam
audit atau ketika kegiatan audit sudah selesai dilakukan.

Pemberian indeks tersebut bertujuan untuk mempermudah pencarian informasi


dalam berbagai daftar yang ada di berbagai jenis kertas kerja audit.

Masing – masing auditor memiliki cara yang berbeda – beda tentang cara
pemberian indeks kertas kerja.

Berbagai factor yang harus diperhatikan dalam memberikan indeks pada kertas
kerja adalah sebagai berikut.

 Masing – masing kertas kerja harus diberikan indeks baik di sudut atas atau
pun di sudut bawah.
 Pencantuman indeks silang atau cross index.
 Jawaban konfirmasi, print out  computer, pita mesin hitung dan lain
sebagainya tidak diberi indeks kecuali apabila dilampirkan di belakang
kertas kerja yang mempunyai indeks.
Pencantuman Indeks Silang
Dalam mencantumkan indeks silang harus dilakukan sebagai berikut:

1. Indeks silang dari skedul pendukung ke dalam skedul utama.


Rincian atau penjelasan jumlah yang terdapat dalam suatu skedul pendukung
diberi indeks silang dengan menunjuk indeks skedul utama yang berhubungan,
yang memuat jumlah tersebut.

2. Indeks silang dari skedul akun pendapatan dan juga biaya.


Pada umumnya analisis akun neraca berkaitan dengan analisis akun laba rugi.
Sehingga, kertas kerja audit yang berkaitan dengan akun yang ada di neraca
harus diberi indeks silang dengan kertas kerja yang berkaitan dengan akun laba
rugi.

3. Indeks silang antar skedul pendukung.


Pada umumnya skedul pendukung tertentu menyajikan informasi yang
berhubungan dengan informasi lain yang terdapat dalam skedul pendukung lain.

Untuk dapat menghubungkan informasi yang saling berhubungan, yang ada di


dalam berbagai skedul pendukung, maka dibutuhkan indeks silang antar skedul
pendukung.

4. Indeks silang dari skedul pendukung ke ringkasan jurnal penyesuaian.


Masing – masing jurnal penyesuaian yang dicatat di dalam ringkasan jurnal
penyesuaian harus diberi indeks silang, yaitu dengan cara mencantumkan indeks
skedul pendukung di belakang jurnal penyesuaian yang disajikan ke dalam
ringkasan jurnal penyesuaian tersebut.

5. Indeks silang dari skedul utama ke working trial balance.


Indeks skedul utama disajikan pada working trial balance  dengan tujuan untuk
mempermudah dalam melakukan pencarian kembali informasi yang lebih
lengkap atau rinci dari working trial balance ke skedul utama.
6. Indeks silang untuk menghubungkan program audit dengan kertas
kerja.
Indeks kertas kerja yang disajikan di dalam program audit berguna untuk
menunjukan di kertas kerja mana hasil dari pelaksanaan audit yang dilakukan bisa
ditemukan.

Metode Indeks Kertas Kerja Audit


Terdapat 3 metode dalam melakukan pemberian indeks terhadap kertas kerja
audit, yaitu sebagai berikut.

1. Indeks Angka
Kertas kerja utama (program audit, working trial balance,  dan ringkasan jurnal
penyesuaian), skedul utama, dan skedul pendukung diberi kode berupa angka.
Kertas kerja utama dan juga skedul utama diberi indeks dengan bentuk angka.
Sedangkan untuk skedul pendukung diberi sub indeks dengan menambahkan
nomor kode skedul utama yang berhubungan. Contohnya adalah sebagai
berikut.

6 Skedul Utama Kas

6-1 Kas di Bank

6-2 Konfirmasi Bank

6-3 Kas Kecil

7 Skedul Utama Piutang Usaha dan Piutang Wesel

7-1 Piutang Usaha

7-2 Piutang Wesel

7-3 Konfirmasi Piutang Usaha

7-4 Cadangan Kerugian Piutang Usaha

2. Indeks Kombinasi Angka dan Huruf


Dalam hal ini kertas kerja akan diberi kode yang berupa kombinasi antara angka
dan huruf.
Kertas kerja utama dan juga skedul utama diberi kode berupa huruf dan skedul
pendukung di beri kode berupa kombinasi antara huruf dan juga angka.
Contohnya adalah sebagai berikut.

A Skedul Utama Kas

A-1 Kas di Bank

A-2 Konfirmasi Bank

A-3 Kas Kecil

3. Indeks Angka Berurutan


Dalam hal ini kertas kerja akan diberi kode berupa angka yang berurutan. Berikut
merupakan contohnya.

1 Skedul Utama Kas

2 Kas dan Bank

3 Konfirmasi Bank

4 Dana Kas Kecil

Susunan Kertas Kerja Audit


Di awal artikel ini sudah dijelaskan bahwa dalam melaksanakan proses audit,
seorang auditor akan membuat berbagai jenis kertas kerja audit.

Hal tersebut dengan tujuan untuk mempermudah melakukan review  atas kertas


kerja audit yang dibuat oleh berbagai asisten dan staf auditor.
Berbagai jenis kertas kerja tersebut harus disusun secara terstruktur dan
sistematis serta dalam urutan yang logis.

Seorang akuntan senior yang berperan sebagai orang yang mereview kertas kerja
biasanya menghendaki susunan kertas kerja audit dalam urutan sebagai berikut.

1. Draft  laporan audit atau audit report.


2. Laporan keuangan audit-an.
3. Ringkasan informasi bagi reviewer.
4. Program audit.
5. Laporan keuangan atau lembar kerja (worksheet) yang disusun oleh klien.
6. Ringkasan jurnal penyesuaian.
7. Working trial balance.
8. Skedul utama.
9. Skedul pendukung.
Dalam point ke 3 disajikan “ringkasan informasi bagi reviewer” hal tersebut
bertujuan untuk memberikan daftar tentang berbagai hal yang membutuhkan
perhatian secara khusus dari reviewer.
 

Kepemilikan & Kerahasiaan Informasi Kertas


Kerja Audit
Berdasarkan SA Seksi 339 Kertas Kerja  paragraf ke 06 mengatur bahwa kertas
kerja audit adalah milik dari kantor akuntan publik, bukan milik dari klien atau
milik pribadi dari auditor.
Tapi hak kepemilikan tersebut harus tunduk pada berbagai batasan yang sudah
diatur di dalam Kode Etik Akuntan Indonesia yang berlaku, untuk menghindari
pemakaian berbagai hal yang mempunyai sifat rahasia oleh auditor dalam
kaitannya dengan transaksi klien untuk tujuan yang tidak semestinya.

Hampir semua informasi atau data yang diberikan klien kepada auditor sifatnya
adalah rahasia.

Sehingga, klien tidak akan rela memberikan informasi penting tersebut kepada
auditor, apabila klien tidak mendapatkan jaminan dari auditor tentang penjagaan
kerahasiaan informasi tersebut.

Dan karena hampir seluruh informasi yang didapatkan auditor disajikan di dalam
kertas kerja audit, maka kertas kerja adalah hal yang bersifat rahasia.

Berdasarkan SA Seksi 339 paragraf 08 mengatur bahwa seorang auditor harus


mengaplikasikan prosedur yang memadai untuk dapat menjaga keamanan dari
kertas kerja audit dan harus menyimpannya minimal 10 tahun. Sehingga bisa
memenuhi kebutuhan prakteknya dan berbagai ketentuan yang berlaku tentang
penyimpanan dokumen.

Karena kertas kerja mempunyai sifat yang rahasia, maka auditor wajib untuk
selalu menjaga kertas kerja audit secara terus menerus dengan cara menghindari
terungkapnya informasi yang terdapat dalam kertas kerja kepada berbagai pihak
yang tidak diinginkan.

Berikut ini adalah bunyi dari Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia berdasarkan
pasal 4 yang mengatur tentang kerahasiaan kertas kerja:

“Setiap anggota harus menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh dalam


tugasnya. Dan tidak boleh terlibat dalam pengungkapan dan pemanfaatan
informasi tersebut, tanpa seizin pihak yang memberi tugas, kecuali jika itu
dikehendaki oleh norma profesi, hukum, dan negara.”

Pengarsipan Kertas Kerja Audit


Seorang auditor pada umumnya melaksanakan 2 macam arsip kertas kerja audit
untuk masing – masing klien-nya, yaitu sebagai berikut:

1. Arsip audit tahunan untuk setiap audit yang sudah selesai dilakukan, yang
disebut dengan “arsip kini (current file)”.
2. Arsip permanen (permanent file), arsip ini dilakukan untuk data yang secara
relative tidak mengalami perubahan.
Arsip kini merupakan arsip yang berisikan kertas kerja yang informasinya hanya
memiliki manfaat untuk periode yang di-audit saja.

Sedangkan untuk arsip permanen berisi informasi sebagai berikut:

1. Copy  anggaran dasar dan rumah tangga klien.


2. Bagan organisasi, luas wewenang, dan tanggung jawab para manajer.
3. Pedoman akun, pedoman prosedur, dan data lainnya yang berkaitan
dengan pengendalian intern.
4. Copy  surat perjanjian penting yang memiliki masa berlaku jangka panjang.
5. Tata letak pabrik, proses produksi, dan berbagai macam produk organisasi.
6. Copy  notulen rapat direksi, pemegang saham, dan komite yang dibentuk
oleh klien.
Pembentukan dari arsi permanen ini memiliki beberapa tujuan, yaitu sebagai
berikut:

1. Untuk menyegarkan ingatan seorang auditor tentang informasi yang akan


dipakai dalam kegiatan audit pada tahun – tahun yang akan datang.
2. Untuk memberikan suatu ringkasan tentang kebijakan dan organisasi klien
bagi staf auditor yang baru pertama kali menangani audit laporan
keuangan klien tersebut.
3. Untuk menghindari pembuatan kertas kerja yang sama setiap tahunnya.
Informasi yang terdapat di dalam arsip permanen ini harus selalu diupdate pada
setiap kali audit.

Sumber : https://mastahbisnis.com/kertas-kerja-audit/

Anda mungkin juga menyukai

  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    Dwi Perwitasari Sutono
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Dwi Perwitasari Sutono
    Belum ada peringkat
  • Kodefikasi Barang Pada Aplikasi Persediaan
    Kodefikasi Barang Pada Aplikasi Persediaan
    Dokumen9 halaman
    Kodefikasi Barang Pada Aplikasi Persediaan
    Dwi Perwitasari Sutono
    Belum ada peringkat
  • Jawaban
    Jawaban
    Dokumen10 halaman
    Jawaban
    Dwi Perwitasari Sutono
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen2 halaman
    Cover
    Dwi Perwitasari Sutono
    Belum ada peringkat
  • Jawaban
    Jawaban
    Dokumen10 halaman
    Jawaban
    Dwi Perwitasari Sutono
    Belum ada peringkat
  • Jawaban Uas
    Jawaban Uas
    Dokumen6 halaman
    Jawaban Uas
    Dwi Perwitasari Sutono
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Dwi Perwitasari Sutono
    Belum ada peringkat
  • Kasus Sipi Fix PDF
    Kasus Sipi Fix PDF
    Dokumen22 halaman
    Kasus Sipi Fix PDF
    Dwi Perwitasari Sutono
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen2 halaman
    Cover
    Dwi Perwitasari Sutono
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    Dwi Perwitasari Sutono
    Belum ada peringkat
  • Prospective Financial Information (Pfi)
    Prospective Financial Information (Pfi)
    Dokumen7 halaman
    Prospective Financial Information (Pfi)
    Dwi Perwitasari Sutono
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen2 halaman
    Cover
    Dwi Perwitasari Sutono
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen3 halaman
    Kata Pengantar
    Dwi Perwitasari Sutono
    Belum ada peringkat
  • Critical
    Critical
    Dokumen3 halaman
    Critical
    Dwi Perwitasari Sutono
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen2 halaman
    Cover
    Dwi Perwitasari Sutono
    Belum ada peringkat
  • Penjelasan Penggunaan Kode Akun
    Penjelasan Penggunaan Kode Akun
    Dokumen11 halaman
    Penjelasan Penggunaan Kode Akun
    Is-ma Ponti
    86% (7)