Tanaman obat adalah tanaman hasil budidaya yang dikonsumsi langsung yang
disebut sebagai herbal atau sebagai bahan baku yang menyediakan bahan bioaktif
untuk suatu produk pharmaceutical. Tanaman obat ini merupakan bagian dari
biofarmaka. Biofarmaka sendiri didefinisikan sebagai tumbuhan, hewan dan mikroba
yang memiliki potensi sebagai obat makanan kesehatan, pangan fungsional dan
nutrasetika untuk manusia, hewan dan tanaman. Untuk tanaman obat maka
pengelompokannya adalah tanaman temu-temuan, herba, semak, dan pohon. Untuk
panen dan pasca panen pengelompokan berdasar bagian tanaman yang dipanen.
Bahan baku obat alami, dapat berasal dari sumber daya alam biotik maupun
abiotik. Sumber daya biotik meliputi jasad renik, flora dan fauna serta biota laut,
sedangkan sumber daya abiotik meliputi sumber daya daratan, perairan dan angkasa
dan mencakup kekayaan/ potensi yang ada di dalamnya. Lebih dari seratus jenis
tanaman yang memiliki khasiat obat telah dipergunakan sebagai bahan baku industri
obat tradisional dan kosmetika alami. Sebagian besar bahan baku obat tersebut
diperoleh tanpa dibudidayakan atau sebagai tanaman liar, tetapi pada saat ini sudah
saatnya kita mempersiapkan diri membudidayakan tanaman obat yang tadinya hanya
dikumpulkan dari alam saja.
semakin tajam dan ketat. Globalisasi akan memberikan perbaikan ekonomi kepada
negara yang efisien dan kompetitif di pasar internasional. Berdasarkan pertimbangan
dampak positif yang akan diperoleh dengan globalisasi, maka berbagai komitmen
internasional telah banyak dibangun antara lain GATT, AFTA dan APEC. AFTA
telah dilaksanakan sejak tahun 2003 dan APEC akan mulai diterapkan pada tahun
2020. Dengan demikian, Indonesia sebagai salah satu negara yang potensial dalam
perekonomian dunia juga harus segera mempersiapkan segala sesuatunya menuju
globalisasi ekonomi. Tantangan utama di masa mendatang adalah meningkatkan daya
saing dan keunggulan kompetitif di semua sektor industri dan sektor jasa dengan
mengandalkan kemampuan SDM, teknologi dan manajemen.
1. pencarian informasi harga dari setiap jenis tanaman obat yang akan
diusahakan, input-input yang diperlukan dan kaitan dengan bidang-
bidang lain diluar agroekosistem tanaman obat ini, misalnya industri-
industri yang berkaitan dengan tanaman obat, sehingga dapat diketahui
bentuk produk yang dapat dihasilkan dari setiap jenis tanaman obat,
atau kombinasi-kombinasinya.
Bahan tanaman berupa benih atau bibit dipilih sesuai spesies dan varietas-
nya (kalau ada) dan diperiksa agar didapatkan bahan tanaman yang sehat dan
bermutu. Bahan tanaman yang bermutu, diketahui kandungan bahan bioaktif
yang tinggi dan berproduksi tinggi akan memberikan nilai jual yang tinggi,
sehingga juga akan menjamin penghasilan yang didapat.
Tempat pembelian yang diketahui mempunyai kredibilitas yang tinggi,
memahami tujuan budidaya tanaman obat, apalagi yang dapat memberikan
sertifikasi sangat dibutuhkan.
Standar baku budidaya tanaman obat (misal GAP WHO) menghendaki,
budidaya tanaman obat dilakukan secara organik, sehingga pestisida, maupun
pupuk yang digunakan diusahakan yang ramah lingkungan atau organik. Ada dua
pendapat mengenai hal ini, kelompok pertama menginginkan budidaya yang
100% organik, sedangkan kelompok kedua masih mengijinkan pemakaian pupuk
buatan, tetapi tidak menggunakan pestisida anorganik.
Jenis tanaman obat temu-temuan dan sebagian herba merupakan tanaman
setahun, sehingga penyiapan dan pengadaan bibitnya dilakukan setiap tahun,
sedangkan tanaman obat semak dan tahunan, hanya memerlukan penyiapan dan
pengadaan bibit pada saat awal penanamannya saja, atau kalau daur hidupnya
yang tahunan sudah selesai atau masa produksi dianggap selesai.
Budidaya Tanaman Obat
Urut-urutan budidaya adalah sama untuk setiap jenis tanaman obat, hanya
ada beberapa pengecualian, yaitu: penanaman di lapang dan penyiraman, pem-
bumbunan dan pemupukan (organik), pengendalian Organisme Pengganggu
Tanaman (OPT) yang ramah lingkungan atau secara manual. Untuk tanaman obat
semak kadang-kadang diperlukan pemangkasan di lapangan, menyeleksi cabang
yang perlu dipangkas atau dijarangkan.
Bagian yang dipanen pada tanaman obat bergantung jenis tanamannya, tujuan
pemanenan yaitu dipanen segar atau kering, harga, dan kualitas. Kebanyakan tujuan
pemanenan lebih kepada panen bahan kering dan telah dipotong-potong menurut
standar untuk setiap jeni tanaman obat yang biasa disebut simplisia. Bentuk ini
mempunyai harga yang lebih tinggi dan relatif tahan lama dibandingkan kalau bentuk
segar. Standar baku mutu produk pertanian mengikuti standar yang berlaku, misalnya:
GACP WHO 2003, Materia medika Indonesia dan SNI. Bentuk segar akan
mempunyai permasalahan yang sama seperti sayuran lainnya, yaitu masa pajang
(shelf life) yang terbatas. Pada tulisan ini bentuk simplisia yang akan ditelusuri lebih
lanjut. Untuk hal ini secara umum hal-hal yang perlu dilakukan adalah:
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA