Makalah Kelompok 21
Makalah Kelompok 21
C. Tujuan
Sehubungan dengan pokok permasalahan diatas, maka tujuan yang dicapai dalam
makalah ini adalah sebagai berikut:
Untuk mengetahui sosok Zaid bin Haritsah, yang mencakup riwayat hidup.
1. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Untuk memenuhi penugasan kegiatan ORMIS 2020.
2. Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan
sejarah mengenai sosok Zaid bin Haritsah.
3. Makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi dan bahan
pembelajaran yang berguna bagi pembaca maupun masyarakat yang
ingin mengetahui lebih lanjut tentang Zaid bin Haritsah dalam Perang
Mu‟tah
PERAN ZAID BIN HARITSAH DALAM DAKWAH RASULULLAH
Peperangan yang dilakukan oleh kaum Muslimin, secara umum dapat dikatakan
sebagai perang untuk mempertahankan diri. Rasulullah dan para sahabat tidak
pernah melakukan penyerangan terlebih dahulu kecuali untuk menjalin
terwujudnya ketentraman bagi kaum Muslimin, agar kaum Muslimin terhindar dari
kezaliman, untuk menolak setiap usaha yang akan melemahkan kaum Muslimin
serta demi menjaga kebebasan memilih akidah bagi umat manusia.Sahabat
Rasulullah Sallallahu 'alaihi Wasallam Zaid bin Haritsah selalu ikut serta dalam
berjihad bersama Rasulullah, Zaid ikut serta bersama dalam perang. Zaid bin
Haritsah menjadi pemimpin delegasi dan komando sariyyah (peleton pasukan)
Rasulullah dan salah seorang pengganti beliau apabila meninggalkan kota Madinah.
Berikut kejadian yang tercatat dalam sejarah ketika Zaid bin haritsah ikut berjihad di
jalan Allah SWT.
- Pengerahan Zaid menuju Ummu Qarfah
- Perang Badar
- Sariyyah Al-Qardah
A. Pengerahan Zaid bin Haritsah ke Hasma
B. PERJUANGAN ZAID BIN HARITSAHDALAM PERANG MU’TAH
Mu‟tah adalah nama daerah didaratan rendah Balqa di Negeri Syam. Perang ini
terjadi pada bulan Jumadil Ula tahun 8 H atau 629 M. Awal mulanya terjadi
perang karena suatu hari Rasulullah Sallallahu 'alaihi Wasallam mengutus Al-
Harits ibn Umair Al-Azadi untuk mengirimkan surat beliau ke Syam, yaitu
kepada raja Romawi atau Gubernur Bushra. Namun, sang gubernur malah
menyuruh Syarhabil bin Amr Al-Ghassani untuk mencegat dan menangkapnya.
Setelah menangkap utusan Rasulullah tersebut, Syarhabil mengikatnya dan
membawanya ke hadapan gubernur, dihadapan gubernur utusan Rasulullah itu
langsung di penggal lehernya. Membunuh duta dan delegasi adalah tindakan
kriminal yang sangat keji, juga merupakan kejahatan terberat, yang artinya
sama saja dengan mengultimatum perang. Sebelum pasukan islam berangkat
untuk menegakkan panji La ilaha Illallah, Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wassalam telah menunjuk tiga orang sahabat sekaligus mengemban amanah
komanda secara bergantian bila komandan sebelumnya gugur dalam tugas di
medan peperangan hingga mengakibatkan tidak dapat meneruskan
kepemimpinan. Sebuah keputusan yang belum pernah ia lakukan sebelumnya.
Mereka itu adalah Ja'far bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah (berasal dari kaum
muhajirin) dan seorang sahabat dari Anshar, Abdullah bin Rawahah, penyair
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam.
Singkatnya, pasukan islam yang berjumlah 3000 personel diberangkatkan.
Ketika mereka sampai di daerah Ma’an, terdengar berita bahwa Heraklius
mempersiapkan 100 ribu pasukannya. Selain itu, kaum Nasrani dari beberapa
suku Arab pun telah siap dengan jumlah yang sama. Mendengar kabar yang
demikian, sebagian sahabat radhiyallahu ‘anhum mengusulkan supaya meminta
bantuan pasukan kepada Rasulullah atau dia memutuskan suatu perintah.
Bendera pun beralih ke tangan Ja’far bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.
Sepupu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam ini berperang sampai tangan
kanannya putus. Bendera dia pegangi dengan tangan kiri, dan akhirnya putus
juga oleh tangan musuh. Dalam kondisi demikian, semangat dia tak mengenal
surut, saat tetap berusaha mempertahankan bendera dengan cara memeluknya
sampai dia gugur oleh senjata lawan. Berdasarkan keterangan Ibnu ‘Umar
radhiyallahu ‘anhu, salah seorang saksi mata yang ikut serta dalam perang itu,
terdapat tidak kurang 90 luka di bagian tubuh depan dia baik akibat tusukan
pedang dan maupun anak panah.