Anda di halaman 1dari 13

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara teori para ahli memperkirakan ada sekitar dua puluh ribu sampai

dengan empat puluh ribu spesies yang mendiami permukaan bumi ini, dan empat

ribu diantaranya menghuni perairan Indonesia baik laut, payau dan perairan tawar.

(Putra et al, 2018).

Ikan merupakan makanan manusia yang paling utama sejak awal dari

sejarah manusia. Daging ikan banyak mengandung protein dan lemak, seperti

daging ternak lainnya. Daging ikan lebih mudah dicerna dibandingkan dengan

tumbuh-tumuhan, kadar protein dalam ikan dapat mencapai 13-20 %, sedangkan

60-80% berupa air, selebihnya lemak. Daging ikan banyak mengandung vitamin-

vitamin terutama dalam hatinya (Dharyan, 2013).

Dalam melakukan penilitian biologi perikanan yang perlu diperhatikan

adalah keadaan hidrografik menyangkut faktor fisika, kimia dan biologi dalam

wilayah perikanan tersebut seperti mengetahui bagaimana ikan-ikan dalam

populasi itu memijah, bagaimana kecepatan populasi itu tumbuh, mati dan

memperbanyak serta bagaimana ikan tersebut makan yang merupakan ilmu yang

sangat penting dalam kegiatan pelestarian stok ikan. Penentuan umur ikan

merupakan sesuatu yang sangat penting terutama untuk menunjang keperluan

penelitian di bidang Biologi perikanan. Data umur yang dihubungkan dengan

panjang dan berat ikan dapat memberikan informasi mengenai komposisi

populasi, umur ikan pada saat gonadnya masak pertama kali, lama hidup

mortalitas, pertumbuhan dan reproduksi. 


2

Lagler et al dalam Pulungan (2006), mengatakan bahwa penentuan usia ikan

dapat dilihatt pada bagian-bagian tubuh yang keras. Bagian-bagian tubuh yang

keras untuk pembacaan umur suatuindividu ikan tersebut menurut) yaitu sisik

kunci, tulang vertebrae, tulang operculum, pangkal duri sirip dada, dan tulang

otolith.

Penentuan umur suatu individu ikan dapat dilakukan melalui baberapa cara

yaitu cara langsung, cara ini hanya dapat dilakukan pada individu spesies ikan

budidaya dan cara tidak langsung yaitu pada individu spesiesikan yang masih

hidup diperairan alami. Penentuan umur ikan secara tidak langsung dapat

dilakukan melalui 2 cara yaitu: a. Metode frekuensi panjang (metoda peterson)

yaitu melalui pengukuran panjang ikan, metoda ini biasanya diterapkan pada

individu-individu spesies ikan yang hidup di daerah tropis (Pulungan, 2006).

Salah satu jenis ikan hias yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi adalah

ikan plati pedang. Harga ikan plati pedang mencapai ± 5.000/ekor (Anonim,

2013). Banyaknya permintaan ikan hias dapat dilihat dari hasil tangkapan yang

dilakukan dihabitat alaminya. Para pemasok ikan hias memenuhi permintaan

pasar dengan melakukan penangkapan ikan dihabitatnya. Apabila terus terjadi

eksplorasi tanpa adanya pelestrarian terhadap ikan plati pedang, maka

dikhawatirkan ikan ini mengalami kepunahan, walaupun sudah banyak

dibudidayakan (Saskia, 2013).

Untuk kebutuhan budidaya sejumlah informasi yang penting untuk

diketahui adalah perhitungan morfometrik ikan, dan perkembangan ikan plati

(embriogenesis dan organogenesis) mulai dari larva hingga benih. Larva

merupakan anak ikan yang baru menetas dan belum memiliki organ tubuh yang
3

lengkap seperti induknya. Larva akan mengalami metamorfosa agar dapat

memiliki organ yang lengkap. Larva memiliki 2 stadia yaitu stadia pro dan post

larva. Stadia pro larva dimulai ketika larva baru menetas dari telur serta memiliki

kuning telur. Pro larva berubah menjadi post larva ketika larva sudah kehabisan

kuning telurnya. Pada stadia post larva akan terbentuk akan terbentuk organ baru

dan penyempurnaan organ. Larva yang memiliki organ yang sempurna sama

seperti induknya akan menjadi juvenil atau benih.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk mempelajari praktikum mengenai

penetuan umur dan larva ikan.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dilakukannya praktikum mengenai penentuan umur ikan Kakap

(Lutjanus sp.) ini adalah adalah dapat mengetahui umur dari ikan tersebut, kapan

ikan dapat memijah dalam pembudidayaan ikan dan mempelajari bagaimana

kondisi perairan tempat ikan tinggal pada ikan yang menjadi sampel, sedangkan

tujuan dilakukanya praktikum mengenai larva ikan plati pedang (Xyphophorus

helleri) ini adalah agar dapat mengetahui perbedaan pre larva dan post lar berikut

cirinya.

Manfaat yang dapat diambil dari praktikum penentuan umur ikan dan larva

ikan ini adalah dapat memberikan suatu gambaran dan informasi kepada publik

mengenai penentuan umur ikan dan kondisi perairan yang menjadi tempat ikan

tersebut tinggal, serta menemukan informasi tentang perbedaan pre larva dan post

larva pada ikan yang dipraktikumkan berikut cirinya.


4

II. TINJAUNAN PUSTAKA

Umur ikan adalah masa kehidupan yang dapat ditempuh oleh suatu individu

dari suatu spesies ikan sampai saatnya spesies ikan itu mengalami kematian secara

alami atau karena keperluan tertentu maupun disebabkan oleh faktor lain nya

(Yazid, 2013).

Individu ikan ada yang berumur panjang dan ada yang berumur pendek.

Ikan-ikan yang memiliki umur panjang cendrung sebagai ikan yang primitif,

pergerakan lambat, sebagai penghuni dasar suatu perairan dan memiliki alat

pernafasan tambahan dan tahan terhadap pertumbuhan ekstrim dari oksigen

terlarut, suhu dan salinitas (Budi, 2013).

Metode untuk menentukan umur suatu individu ikan dapat dilakukan

melalui 2 cara yaitu cara langsung, yang hanya dapat dilakukan pada individu

spesies ikan budidaya dan tidak langsung yaitu pada individu spesies ikan yang

masih hidup diperairan alami. Penentuan umur ikan secara tidak langsung dapat

dilakukan melalui 2 cara yaitu dengan mempelajari tanda-tanda tahunan

(Annulus) atau harian (Sirkulus) pada bagian-bagian tubuh yang keras, metoda

prekuensi panjang (metoda petersen) yaitu melalui pengukuran panjang tubuh

ikan, metoda ini biasanya diterapkan pada individu-individu spesies ikan yang

hidup didaerah tropis (Pulungan, 2006).

Selain berdasarkan metode tersebut, untuk menentukan umur ikan juga

dapat menggunakan metode yaitu tanda tahunan yang terjadi karena adanya
5

kelambatan pertumbuhan yang disebabkan oleh musim dingin atau kekurangan

makanan atau faktor lain. Tanda tahunan yang biasanya digunakan untuk

menentukan umur ikan adalah sisik (squama), operculum, otolith, vertebrae dan

jari keras sirip dorsal. Penentuan umur ikan dengan menggunakan tanda tahunan

berupa sisik berdasarkan kepada tiga hal yaitu jumlah sisik ikan tidak berubah dan

tetap identitasnya selama hidup, pertumbuhan tahunan pada sisik ikan sebanding

dengan pertambahan panjang ikan selama hidupnya, hanya satu annulus yang

dibentuk pada tiap tahunnya (Budhi, 2007).

Metode frekuensi panjang, yaitu dengan metode petersen digunakan untuk

ikan dengan masa pemijahan pendek, dimana terjadi satu kali satu tahun dan umur

ikan tidak panjang. Metode ini tidak cocok untuk ikan dengan masa pemijahan

panjang karena menyebabkan terjadi pertumpuan ukuran dari umur yan berbeda,

Ikan yang pertumbuhannya lambat dari satu kelas umur lebih tinggi, akan

bertumpuk atau mempunyai ukuran sama dengan ikan yang tumbuhnya lebih

cepat pada umur yang lebih rendah. Tagging dan Marking, tagging adalah

pemberian tanda berupa benda asing pada tubuh ikan, dimana pada tanda tadi

dapat diberi tanda-tanda lain berupa tanggal nomor atau kode-kode lain, Marking

adalah pemberian tanda pada ikan bukan dengan benda asing melainkan dengan

jalan menghilangkan bagian tubuh ikan, misalnya pemotongan sirip (Inderawan,

2009).

Otolith adalah sebuah struktur tulang seperti pada telinga bagian dalam ikan

yang digunakan untuk keseimbangan. Karena otolith ikan bisa berenang tegak.

Selain itu, otolith dapat menentukan umur ikan dilihat dari jumlah lingkaran

seperti cincin hampir sama dengan untuk menentukan umur pada pohon atau
6

tanaman. Otolith akan lebih cepat tumbuh selama musim panas dan lebih lambatdi

musim dingin (Afiesh, 2013).

Otolith terbentuk dari kalsium karbonat yang mengeras didalam saluran

kanal dari sirkulasi pada tulang ikan yang menonjol, berperan membantu dalam

keseimbangan dan menanggapi bunyi. Sebagian diatom berbeda nyata pada

diatom morfologi otolith yang terjadi diantara ikan-ikan bertulang sejati yang

memberi kesan bahwa otolith ini mempunyai peranan penting untuk pendengaran.

Otolith terutama tambahan dari kristalisasi kalsium karbonat, dalm bentuk

magnetik dan berserabut. Kolagen yang mempunyai protein otoline. Pertumbuhan

otolith mempunyai permukaan dan endapan material, suatu proses yang

berhubungan dengan masa peredarannya bergantung pada laju dalam metabolisme

kalsium dan pada asam amino sintesis. Hasil tersebut merupakan formasi

tambahan dari pertumbuhan harian dalam otolith tersebut, tersususn secara

kontingen atau penambahan unit dan suatu unit pengawasan (Eska, 2015).

Larva yang baru keluar dari cangkang telur digolongkan digolongkan sebagi

pro larva dengan ciri larva belum memiliki bukaan mulut, sirip belum terbentuk

sempurna, membawa kuning telur sebagai cadangan makanan selama masa pro

larva. Lama masanya menjadi pro larva atau sampai habis kuning telur bervariasi

untuk setiap spesies ikan, biasanya 3-7 hari. Cepat lambatnya habis cadangan

makanan berupa kuning telur itu dipengaruhi oleh: Jumlah kuning telur, faktor

fisiologis selama periode embriologi, kondisi lingkungan seperi suhu perairan dan

sifat spesies ikan itu semdiri. Sesudah habis cadangan makanan berupa kuning

telur, maka larva memasuki metode post larva dan pada saat ini bukaan mulut

sudah terbentuk sempurna serta mulai difungsikan (Putra et al, 2018).


7

III. BAHAN DAN METODE

III.1 Waktu dan Tempat

Waktu pelaksanaan praktikum dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 21

November 2018 pukul 10.30-13.00 WIB yang bertempat di Laboratorium Biologi

Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau.

III.2 Bahan dan Alat

Bahan dan Alat yang akan digunakan pada saat praktikum di laboratorium

dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Bahan dan Alat yang digunakan pada Praktikum


No Alat Fungsi
Nampan dan batu Untuk tempat meletakkan sampel otolith
1.
asahan yang akan diasah dan diamati
Ikan Kakap dan Sebagai sampel untuk pengambilan otolith
2.
Larva Plati dan Larva

3. Cystal bond Perekat otolith dengan objek glass

4. Otolith sebagai sampel pengamatan

Untuk mencatat hasil sementara ketika


5. Alat tulis
praktikum

6. Mikroskop Untuk mengamati otolih

7. Cawan Petri Wadah crystal bond


8

Untuk melelehkan crystal bond dan


8. Setrika dan aquades
membekukan sampel

III.3 Metode Praktikum

Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode pengamatan

langsung di Laboratorium Biologi Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan,

Universitas Riau.

III.4 Prosedur Praktikum

Prosedur praktikum untuk penentuan umur ikan Kakap dilakukan dengan

cara siapkan awetan otolith ikan yang telah diambil pada praktikum sebelumnya.

kepala ikan untuk mengambil otolith. Setelah itu dilanjutkan dengan mengisi air

kedalam nampan dan meletakkan batu asahan dengan rata-rata air. Pada objek

glass diletakkan crystal bond pada bagian ujung dan dilelehkan dengan

menggunakan setrika, kemudian otolith diletakkan ke dalam cristal bond dengan

posisi setengah dari otolith berada di luar objek glas lalu dicelupkan ke dalam

nampan berisi air untuk mempercepat proses pembekuan. Lalu bagian yang

berada di luar objek glass diasah dengan menggunakan batu asahan sampai

pinggiran otolith rata dengan objek glass. Setengah otolith yang tertinggal

kemudian dipanaskan untuk melelehkan cristal bond, dan otolith diletakkan dalam

posisi tegak untuk diasah kembali sampai didapatkan potongan melintang otolith

yang tipis. Kemudian melakukan pengamatan terhadap bagian otolith yang tipis,

untuk mengetahui lingkaran pertumbuhan dengan menggunakan mikroskop

dengan perbesaran 10x10, selanjutnya gambarkan di data sementara.

Sedangkan prosedur praktikum untuk larva ikan Plati adalah


9

mempersiapkan larva ikan, kemudian lakukan pengidentifikasian dengan cara

meletakkan larva diatas objek glass, kemudian diamati dibawah mikroskop

dengan perbesaran 10x10, dan tentukan apakah termasuk pro larva atau post larva.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil

Dari hasil pengamatan dan analisis yang telah dilakukan, maka didapati

data-data sebagai berikut:

4.1.1. Otholit pada Ikan Kakap (Lutjanus sp)

Gambar 1. Otolith Ikan Kakap (Lutjanus sp.)


10

Gambar 2. Metoda Pemotongan/Pengasahan Otolith (panjang > 2 mm)

4.1.2. Larva Ikan Plati Pedang (Xyphophorus helleri)

IV.2 Pembahasan

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan bahwa fekunditas yang dihitung

adalah jumlah telur yang berada pada ovari ikan yang ada didalam gonadnya

dimana berbentuk butiran butiran telur yang padat dan banyak, berwarna kuning

dan memiliki 2 kantong. Ini sesuai dengan literatur Heriyanto (2011) yang

menyatak

Gambar 3. Post Larva Ikan Plati Pedang (Xyphophorus helleri)

Klasifikasi Ikan Plati Pedang (Xyphophorus helleri) :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Osteichtyes

Ordo : Cyprinodontoidei

Famili : Poracilidae

Genus : Xyphophorus

Spesies : Xyphophorus helleri

4.2 Pembahasan

4.2.1 Otholit pada Ikan Kakap (Lutjanus sp)

Dari gambar diatas dan hasil yang didapatkan yaitu pada otolith ikan Kakap

terdapat garis-garis hitam (gelap) yang berarti bahwa ikan tersebut hidup
11

diperairan tercemar dan kurang baik untuk pertumbuhan individu ikan tersebut

dan juga ikan tersebut mengalami gangguan pertumbuhan semasa hidupnya, hal

ini mungkin saja terjadi karena limbah industri maupun rumah tangga yang

mencemari laut sebagai habitat asli dari ikan Kakap ini.

Semakin banyak jumlah lingkaran gelap yang dijumpai menandakan bahwa

ikan semasa hidupnya mengalami stres berat hingga berdampak negatif terhadap

laju pertumbuhannya. Akan tetapi jumlah lingkaran gelap yang sedikit di otolith

menunjukkan bahwa ikan masih mampu hidup dengan baik dikarenakan

lingkungan perairan masih mendukung kehidupan ikan tersebut (Asmidar, 2011).

Lingkaran pertumbuhan gelap menggambarkan kondisi biologis yang

dialami ikan seperti faktor lingkungan, migrasi dan reproduksi. Sedangkan

lingkaran pertumbuhan terang menggambarkan pertumbuhan yang normal pada

saat pertumbuhan somatik ikan (Mamangkey, 2002; Mendoza, 2006).

Tulang otholit berfungsi untuk mengetahui umur harian ikan dan kondisi

(lingkungan perairan ikan tersebut. Penentuan umur ikan dengan otolith ini

berdasarkan lingkaran pertumbuhan yang terdapat pada otholit berupa garis

otolith, setiap satu garis mewakili 1 hari. Pada praktikum dengan sampel ikan

Kakap (Lutjanus sp.) garis ditemukan lebih kurang 120 garis otolith, hal ini

menandakan umur ikan Kakap yang dijadikan sampel adalah 120 hari.

4.2.2 Larva Ikan Plati Pedang (Xyphophorus helleri)

Dari hasil praktikum yang diperoleh selama praktikum, larva ikan plati

pedang (Xyphophorus helleri) sudah memasuki periode post larva dimana, larva

ikan yang diamati sudah terbentuk bukaan mulutnya, beberapa organ tubuh mulai

tebentuksempurna serta mulai difungsikan yang tampak pada beberapa bagian


12

tubuh ikan membunyai organ yang berwarna gelap yang tampak karena

permukaan tubuh larva yang transparan. Serta sirip pada setiap bagian tubuh larva

sudah mulai terbentuk dan difungsikan dengan baik.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Dari praktikum penentuan umur dapat diambil kesimpulan bahwa ikan

Kakap (Lutjanus sp.) yang dijadikan sampel berumur lebih kurang 120 hari

dibuktikan dengan jumlah garis otolith yang juga berjumlah 120 garis, dengan

kondisi otolith ikan yang terdapat lingkaran-lingkaran hitam yang menandakan

ikan Kakap yang dijadikan sampel ini semasa hidupnya hidup di perairan yang

tercemar tersebut dan juga ikan tersebut mengalami gangguan pertumbuhan

semasa hidupnya. Sedangkan dari praktikum mengenai larva ikan Plati Pedang

(Xyphophorus helleri) tidak lagi ditemukan kuning telur (yolk), hal ini

menandakan bahwa larva ikan telah berumur lebih dari 3-7 hari. Larva ikan sudah

dikategorikan post larva, karena sudah memiliki bukaan mulut, sirip ekor, tulang

vertebrae, dan tubuh yang jelas serta mampu untuk melakukan pergerakan

dikarenakan organ sudah berfungsi sebagai mana mestinya.

V.2 Saran

Pada praktikum selanjutnya semoga dapat ditingkatkan mengenai ilmu dan

tata cara pelaksanaan praktikum guna menambah pemahaman terhadap topik yang

dipraktikumkan.
13

Anda mungkin juga menyukai