Anda di halaman 1dari 9

Vol. 2(3) Agustus 2018, pp.

555-563
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SYIAH KUALA ISSN : 2597-6893 (online)

PENERAPAN SANKSI ADMINISTRATIF TERHADAP PEDAGANG


MAKANAN KADALUWARSA
(Suatu Penelitian di Kota Banda Aceh)
Mohammad Bondan Abdila
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala
Jl. Putroe Phang No. 1, Darussalam, Banda Aceh - 23111

Abdurrahman
Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala
Jl. Putroe Phang No. 1, Darussalam, Banda Aceh – 23111

Abstrak - Pasal 28 Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan melarang
memperdagangkan makanan kadaluwarsa, selanjutnya Pasal 61 Peraturan Pemerintah tersebut menetapkan
bahwa kepada pedagang yang menjual makanan kadaluwarsa akan dikenakan sanksi administratif berupa
peringatan tertulis, penyitaan barang kadaluwarsa, hingga pencabutan izin usaha. Namun, pelaksanaan
penerapan sanksi administratif ini belum dilaksanakan secara maksimal sehingga masih dapat ditemui pedagang
yang memperjualbelikan makanan kadaluwarsa. Tujuan dari penulisan artikel ini untuk mengetahui mengapa
makanan kadaluwarsa masih beredar, bagaimana penerapan sanksi administratif terhadap pedagang makanan
kadaluwarsa, serta untuk mengetahui faktor penerapan sanksi administratif ini belum berjalan maksimal. Untuk
memperoleh data dalam penulisan artikel ini dilakukan penelitian kepustakaan dan lapangan. Untuk
mendapatkan data sekunder dilakukan dengan cara membaca perundang-undangan, yurisprudensi, dan buku
literatur hukum atau bahan hukum tertulis lainnya. Penelitian lapangan dilakukan untuk mendapatkan data
primer yang berhubungan dengan penelitian ini melalui wawancara dengan responden dan informan.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penyebab makanan kadaluwarsa masih diperdagangkan karena
kurangnya sosialisasi kepada pedagang tentang larangan dan sanksi menjual makanan kadaluwarsa, konsumen
yang tidak kooperatif dalam melaporkan pedagang yang menjual makanan kadaluwarsa serta kurangnya petugas
pengawas barang dan jasa. Penerapan sanksi administratif terhadap pedagang makanan kadaluwarsa belum
diterapkan hingga sanksi maksimal sesuai dengan ketentuan yang ada, masih sebatas pemberian surat teguran
dan penyitaan barang kadaluwarsa belum sampai ke pencabutan izin usaha. Faktor yang menyebabkan
penerapan sanksi belum maksimal karena pemerintah masih mengutamakan pembinaan daripada menerapkan
sanksi maksimal, dan belum ada regulasi mengenai indikator penerapan sanksi administratif yang menjadi
pedoman pemberin sanksi maksimal. Disarankan dilakukan sosialisasi kepada pedagang maupun konsumen
mengenai peraturan pemerintah tentang larangan dan sanksi menjual makanan kadaluwarsa, kemudian
penerapan sanksi ditingkatkan hingga ke pencabutan izin agar menimbulkan efek jera, dan dibuatkan regulasi
yang menjadi pedoman dalam pemberian sanksi hingga sanksi yang maksimal.
Kata Kunci: sanksi administratif, makanan kadaluwarsa, pedagang

Abstract - Article 28 of Government Regulation No. 69/1999 on Food Label and Advertisement prohibits the
trading of expired food, furthermore Article 61 of the said Government Regulation stipulates that to traders who
sell expired food will be subject to administrative sanctions in the form of written warning, seizure of expired
goods, to revocation of business license. However, the implementation of this administrative sanction
implementation has not been fully implemented so that traders can still find expired food. The purpose of this
article writing to find out why the expired food is still in circulation, how the implementation of administrative
sanctions against expired food vendors, as well as to determine the implementation of these administrative
sanctions have not run optimally. To obtain data in the writing of this article is done literature research and
field. To obtain secondary data is done by reading the legislation, jurisprudence, and books of legal literature
or other written legal materials. Field research was conducted to obtain primary data related to this research
through interviews with respondents and informants. Based on the results of the study it is known that the cause
of expired food is still traded due to lack of socialization to traders about the prohibition and sanctions selling
expired food, uncooperative consumers in reporting traders who sell expired food as well as the lack of
supervisory officers of goods and services. Implementation of administrative sanctions against expired food
vendors has not been implemented until the maximum sanction in accordance with the existing provisions, is
still limited to the letter of warning and seizure of expired goods has not reached the revocation of business
license. The factors causing the implementation of sanctions have not been maximized because the government
still prioritizes coaching rather than imposing maximum sanctions, and there is no regulation on the
implementation of administrative sanction indicators which guides maximum penalty sanction. It is advisable to
socialize to the traders and consumers regarding government regulations on prohibition and sanction to sell

555
JIM Bidang Hukum Keperdataan : Vol. 2(3) Agustus 2018 556
Mohammad Bondan Abdila, Abdurrahman

expired food, then the application of sanction is increased to the revocation of permits to cause deterrent effect,
and made the regulation which become the guidance in giving sanction until maximum sanction.
Keywords: administrative sanctions, expired food, merchants

PENDAHULUAN
Makanan merupakan sumber energi bagi manusia yang setiap saat di butuhkan untuk
keberlangsungan hidup. Sebagai kebutuhan pokok, makanan memerlukan pengelolaan yang
baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Pengertian makanan menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia yakni :1
a. Segala sesuatu yang dapat dimakan (seperti penganan, lauk pauk, kue)
b. Segala bahan yang kita makan atau masuk ke dalam tubuh yang membentuk/
mengganti jaringan tubuh, memberikan tenaga/ mengatur semua proses di tubuh.
Era globalisasi sekarang ini, dimana perdagangan sangat bebas menyebabkan barang-
barang yang diperdagangkan tidak semua terjamin mutu dan kualitasnya. Para pedagang
masih banyak yang kedapatan menjual barang-barang yang sudah tidak layak edar,
khususnya makanan yang sudah kadaluwarsa.
Menurut Pasal 1 huruf c dan d Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor: 180 /Men.Kes/Per/Iv/85 Tentang Makanan Daluwarsa menjelaskan bahwa :
“Makanan daluwarsa adalah makanan yang telah lewat tanggal daluwarsa, dan tanggal
daluwarsa adalah batas akhir suatu makanan dijamin mutunya sepanjang penyimpanannya
mengikuti petunjuk yang diberikan oleh produsen”.
Pasal 28 Peraturan Pemerintah tersebut diatur tentang larangan memperdagangkan
pangan yang sudah melampaui tanggal bulan dan tahun kadaluwarsa sebagaimana
dicantumkan pada label karena barang tersebut sudah tidak layak di perjual belikan. Oleh
karena itu pemerintah berwenang untuk mengawasi dan memberikan sanksi kepada penjual
makanan yang sudah kadaluwarsa agar tidak merugikan masyarakat.
Mengenai sanksi yang diberikan apabila melanggar apa yang sudah di tentukan dalam
peraturan tersebut, tertuang dalam Pasal 61 Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999
yang menetapkan bahwa sanksi yang diberikan adalah sanksi administratif. Untuk jenis
sanksinya di atur dalam Pasal 61 ayat (2) Peraturan Pemerintah tersebut, yaitu:
a. peringatan secara tertulis;
b. larangan mengedarkan untuk sementara waktudan atau peintah untuk menarik produk
pangan dari peredaran;

1
http://kbbi.web.id/makan diakses 1 April 2017 pukul 22.30 WIB
JIM Bidang Hukum Keperdataan : Vol. 2(3) Agustus 2018 557
Mohammad Bondan Abdila, Abdurrahman

c. pemusnahan pangan jika terbukti membahayakan kesehatan dan jiwa manusia;


d. penghentian produksi untuk sementara waktu
e. pengenaan denda paling tinggi Rp. 50.000.000,00 (limapuluh juta rupiah), dan atau;
f. pencabutan izin produksi atau izin usaha.
Berkenaan dengan pengawasan dan penerapan sanksi, Pemerintah melalui Pasal 100
Undang Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan menyebutkan bahwa “Menteri
menunjuk petugas pengawas di bidang perdagangan dan petugas pengawas di bidang
perdagangan dalam melaksanakan pengawasan harus membawa surat tugas yang sah dan
resmi”. Kemudian pada ayat (3) huruf b Pasal 100 Undang Undang tersebut diatur bahwa
“Petugas pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam melaksanakan
kewenangannya paling tidak melakukan pengawasan terhadap perdagangan barang yang
diawasi, dilarang, dan atau diatur oleh peraturan perundang undangan.”
Dalam realitanya, tidak semua pedagang mentaati ketentuan peraturan tentang
larangan menjual makanan yang sudah kadaluwarsa, masih banyak ditemukan makanan
kadaluwarsa beredar di minimarket maupun dipusat perbelanjaan.
Di Kota Banda Aceh, pada tahun 2016 pernah dilakukan pemantauan, hasilnya
ditemukan sebanyak 48 toko yang masih menjual makanan yang sudah kadaluwarsa2.
Berdasarkan hasil penelitian awal tersebut, terbukti para pelaku usaha terutama pedagang di
pertokoan masih banyak menjual makanan yang sudah memasuki masa kadaluwarsa. Ini
membuktikan pengawasan yang dilakukan masih kurang memberikan efek kepada para
pedagang di kota Banda Aceh. Jika saja penerapan sanksi administratif tersebut benar-benar
dilaksakan dengan efektif tentu dampaknya akan sangat terasa begi para konsumen yang
ingin berbelanja dan akan menjadi efek jera kepada pedagang yang kedapatan menjual
makanan yang sudah kadaluwarsa.
Dari uraian latar belakang masalah di atas, permasalahan yang dikaji adalah:
1. Mengapa di Kota Banda Aceh masih didapati makanan yang sudah kadaluwarsa
diperdagangkan?
2. Bagaimanakah penerapan sanksi administratif terhadap pedagang makanan
kadaluwarsa?
3. Mengapa penerapan sanksi administratif belum dilaksanakan secara sepenuhnya?

2
Berdasarkan wawancara permohonan data awal oleh Petugas Pengawas Barang dan Jasa Dinas Koperasi
Usaha Kecil Menengah dan Perdagangan tanggal 8 april 2017.
JIM Bidang Hukum Keperdataan : Vol. 2(3) Agustus 2018 558
Mohammad Bondan Abdila, Abdurrahman

METODE PENELITIAN
Penelitian dalam penulisan jurnal ilmiah ini adalah penelitian yuridis empiris, yakni
penelitian kepustakaan dan lapangan. Dalam penelitian ini data yang dipergunakan adalah
data primer dan data sekunder. Sumber data primer diperoleh dari wawancara dengan pihak-
pihak yang terkait dengan penerapan sanksi administratif terhadap pedagang makanan
kadaluwarsa. sedangkan data sekunder diperoleh dari penelitian kepustakaan yaitu dengan
mempelajari buku literatur hukum, perundang-undangan, dan tulisan ilmiah yang ada
hubungan dengan penelitian ini. Data yang diperoleh dari hasil penelitian baik data primer
maupun data sekunder diolah dan dianalisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif
sehingga dapat diperoleh analisis yang objektif untuk menjawab permasalahan di atas.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


1. Faktor yang menyebabkan masih adanya makanan yang sudah kadaluwarsa
diperdagangkan di Kota Banda Aceh
Tim gabungan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah Kota Banda Aceh bekerja sama dengan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan
di Banda Aceh, Satuan Polisi Pamong Praja Kota Banda Aceh dan Yayasan Lembaga
Perlindungan Konsumen Aceh (YAPKA) pada tahun 2016 melakukan pemantauan terhadap
barang-barang yang kadaluwarsa dan barang yang tidak memiliki izin distribusi di pasar-
pasar, toko-toko, swalayan dan supermarket yang berada dalam wilayah Kota Banda Aceh
untuk mengetahui gambaran jenis merk, mutu dan pemantauan label sesuai ketentuan yang
berlaku dalam Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label Dan Iklan Pangan.
Hasilnya ditemukan sebanyak 48 toko yang masih menjual makanan yang sudah
kadaluwarsa. Berdasarkan hasil pemantauan tersebut, terbukti para pelaku usaha terutama
pedagang di pertokoan masih banyak menjual makanan yang sudah memasuki masa
kadaluwarsa. Ini membuktikan sanksi administratif yang diterapkan masih kurang
memberikan efek kepada para pedagang di kota Banda Aceh.
Adapun penyebab masih ditemukannya makanan kadaluwarsa beredar di Kota Banda
Aceh yaitu:
1. Kurangnya Sosialisasi Oleh Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perdagangan
Kota Banda Aceh.
Sosialisasi sebagai pembelajaran sangat penting dilakukan karena sangat
berdampak terhadap perdagangan barang-barang yang sudah kadaluwarsa. Sosialisasi
JIM Bidang Hukum Keperdataan : Vol. 2(3) Agustus 2018 559
Mohammad Bondan Abdila, Abdurrahman

seharusnya tidak hanya dilakukan kepada para pedagang namun seharusnya


pemerintah juga melakukan sosialisasi kepada masyarakat melalui aparatur Gampong
yang ada di Kota Banda Aceh untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang
bahaya mengkonsumsi makanan yang sudah kadaluwarsa serta juga diberikan
sosialisasi bagaimana cara berbelanja yang aman dengan menjadi seorang konsumen
cerdas, yang cerdas dalam memilih barang belanjaan mereka yang terbebas dari
barang yang sudah kadaluwarsa.
2. Kurangnya Petugas Pengawas Barang dan Jasa (PPBJ) yang bertugas di Dinas
Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perdagangan Kota Banda Aceh.
Dalam pelaksanaan penertiban, pengawasan, serta penerapan sanksi administratif
terhadap pedagang makanan kadaluwarsa sebenarnya dibutuhkan petugas yang cukup
untuk dapat melaksanakan tugas fungsinya dalam mengurangi peredaran makanan
yang sudah kadaluwarsa di Kota Banda Aceh, namun hal ini tidak terealisasi di Dinas
Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perdagangan Kota Banda Aceh.
Dengan jumlah pegawai yang memadai, disertai dengan kemampuan yang
dimiliki pegawai tersebut baik dapat meningkatkan fungsi dan mutu dari pemerintah
untuk mengurangi jumlah peredaran makanan yang sudah kadaluwarsa di Kota Banda
Aceh. Namun yang terjadi sebaliknya, jumlah pegawai dan petugas yang mempunyai
keahlian di bidang pengawasan barang dan jasa kurang mencukupi dan memadai
dalam melakukan tugas pokok serta funsi dari Dinas Koperasi Usaha Kecil
Menengah, sehingga menjadi kendala dalam menerapkan sanksi administratif kepada
pedagang yang menjual makanan yang sudah kadaluwarsa.
3. Kurangnya Kesadaran Konsumen
Masyarakat sebagai konsumen yang setiap harinya berhubungan langsung dengan
jual beli makanan kurang kooperatif apabila menemukan ada pedagang yang menjual
makanan yang sudah kadaluwarsa Seharusnya hal-hal seperti itu harus dilaporkan
agar menjadi pijakan petugas dalam bertindak, jadi apa yang akan dilakukan lebih
terarah karena sudah ada data di lapangan yang dapat menuntun para petugas dalam
melaksanakan pengawasan maupun melaksanakan penerapan sanksi administratifnya.
2. Penerapan Sanksi Administratif Terhadap Pedagang Makanan Kadaluwarsa.
Penerapan sanksi administratif terhadap pedagang makanan kadaluwarsa tidak
terlepas dari fungsi pengawasan yang menjadi fungsi dari Petugas Pengawas Barang dan Jasa
dalam membatasi peredaran makanan yang sudah kadaluwarsa, tanpa adanya pengawasan
JIM Bidang Hukum Keperdataan : Vol. 2(3) Agustus 2018 560
Mohammad Bondan Abdila, Abdurrahman

maka tidak mungkin akan terlaksana penerapan sanksi administratif yang sepenuhnya.
Di Kota Banda Aceh, penerapan sanksi administratif terhadap pedagang yang menjual
barang kadaluwarsa belum dilakukan secara masif, masih dilakukan sebatas tempat-tempat
berdagang yang memiliki pangsa besar atau memiliki banyak pengunjung setiap harinya. Jadi
pemantauan yang dilakukan oleh petugas pengawas barang dan jasa belum menyentuh
pedagang kecil, baik itu kios-kios maupun pedagang kaki lima, padahal bukan tidak mungkin
pedagang kecil juga memperdagangkan makanan yang sudah kadaluwarsa.
Menurut Fikri,3 kepala seksi perlindungan konsumen bidang perdagangan Dinas
Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perdagangan Kota Banda Aceh, pengawasan yang
dilakukan oleh Dinas Koperasi Usaha Kecil Menegah dan Perdagangan terhadap pedagang
yang menjual makanan kadaluwarsa ialah empat kali dalam setahun. Hal ini dilakukan
bekerjasama dengan pihak Kepolisian dari Polresta Kota Banda Aceh, Kejaksaan, serta Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Aceh. Pada saat dilakukan pengawasan, apabila dilakukan
pelanggaran yang berkaitan dengan penjualan makanan kadaluwarsa langsung diberikan
sanksi administratif sesuai dengan tingkat kesalahan dan teguran yang telah diberikan
berdasarkan data yang dimiliki petugas.

Penerapan sanksi administratif yang dilakukan di Kota Banda Aceh adalah:


1. Apabila ditemukan adanya barang-barang yang kadaluwarsa langsung disita untuk
segera dilakukan pemusnahan barang tersebut ditempat, atau barang tersebut
dikembalikan kepada distributor untuk selanjutnya dilakukan pemusnahan terhadap
barang-barang tersebut.
2. Memberikan surat teguran yang pertama bila ditemukan banyak barang kadaluwarsa
yang ditemukan dengan tembusan BPOM.
3. Memberikan surat teguran kedua apabila setelah diberikan surat teguran pertama
pedagang tersebut masih tetap menjual makanan yang sudah kadaluwarsa sekaligus
memberikan peringatan mengenai pencabutan izin usaha kepada pedagang tersebut.

Penerapan sanksi administratif yang diterapkan kepada para pedagang tersebut terdiri
dari surat peringatan, penyitaan barang, sampai pada pencabutan izin usaha. Sanksi tersebut
diberikan sesuai dengan pengulangan pedagang tersebut kedapatan menjual makanan yang
sudah kadaluwarsa. Namun di Kota Banda Aceh sanksi yang diterapkan bagi pedagang yang

3
Fikri, kepala seksi perlindungan konsumen bidang perdagangan Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah
dan Perdagangan Kota Banda Aceh, wawancara, tanggal 17 mei 2017.
JIM Bidang Hukum Keperdataan : Vol. 2(3) Agustus 2018 561
Mohammad Bondan Abdila, Abdurrahman

kedapatan menjual makanan kadaluwarsa masih sebatas surat peringatan dan penyitaan
barang, pencabutan izin usaha belum dilaksanakan dikarenakan masih belum diterapkannya
penyidikan dan penyelidikan di pengadilan mengenai masalah ini.masih mengutamakan
pembinaan. Maka dapat dipastikan penerapan sanksi administratif terhadap pedagang
makanan kadaluwarsa tidak berjalan sesuai dengan peraturan pemerintah yang ada.
3. Penyebab Penerapan Sanksi Administratif Terhadap Pedagang Makanan
Kadaluwarsa Belum Dilaksanakan Secara Sepenuhnya.
Kota Banda Aceh sebagai ibukota Provinsi Aceh masih ditemukan pedagang yang
menjual makanan kadaluwarsa disebabkan karena masih lemahnya pengawasan serta sanksi
yang diberikan masih belum merata keseluruh pedagang yang ada di Kota Banda Aceh.
Penerapan sanksi administratif yang belum sepenuhnya diterapkan karena sanksi yang
diberikan hanya sebatas pemberian surat teguran atau peringatan serta penyitaan barang yang
sudah kadaluwarsa, belum sampai ke tahap pencabutan izin usaha dagang kepada pedagang
yang ditemukan menjual produk yang sudah kadaluwarsa. Namun Dinas Petugas Pengawas
Barang dan Jasa dilingkungan Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perdagangan
masih mengutamakan pembinaan kepada pedagang yang melanggar Pasal 28 Peraturan
Pemerintah Nomor 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan.
Efektifitas penerapan hukum dipengaruhi oleh empat faktor utama dalam
penerapannya, yaitu perintah, pelaksanaan, fasilitas, dan masyarakat. Dalam poin perintah,
perintah yang sudah tertuang dalam peraturan perundang-undangan jelas yaitu melarang
pedagang memperdagangkan makanan yang sudah kadaluwarsa kepada konsumen, poin
kedua yakni pelaksanaan pengawasan dilakukan belum secara keseluruhan terhadap aturan
tersebut, sehingga penerapan sanksi administratif belum terlaksana secara merata. Fasilitas
yang dimiliki oleh petugas pengawas juga sangat mempengaruhi penerapan sanksi berjalan
secara efektif, namun yang terjadi fasilitas yang dimiliki oleh petugas masih kurang
maksimal sehingga kinerja dari petugas belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Terakhir yakni masyarakat harus kooperatf dalam memahami serta mengimplimentasikan
peraturan tersebut dikehidupannya. Masyarakat harus berani melaporkan serta ikut serta
dalam melakukan pengawasan terhadap perdagangan makanan yang sudah kadaluwarsa di
Kota Banda Aceh.
Penerapan sanksi administratif yang dilakukan secara masif sangat mempengaruhi
hasil dari keefektifan sanksi tersebut. Jadi penilaian terhadap suatu sanksi berhasil atau tidak
indikatornya tidak hanya bagaimana penerapan sanksi itu berjalan, namun juga bagaimana
JIM Bidang Hukum Keperdataan : Vol. 2(3) Agustus 2018 562
Mohammad Bondan Abdila, Abdurrahman

pemerintah yang sudah diberikan wewenang berhasil menerapkan sanksi tersebut secara
efektif sehingga menimbulkan efek jera dan juga mengurangi dampak yang dapat
ditimbulkan dari perbuatan yang dilarang tersebut

KESIMPULAN
Faktor penyebab masih ditemukannya makanan yang sudah kadaluwarsa beredar di
Kota Banda Aceh adalah karena kurangnya sosialisasi terhadap pedagang dan konsumen
tentang peraturan mengenai larangan menjual makanan kadaluwarsa dan kurangnya petugas
pengawas barang dan jasa sehingga pengawasan serta penerapan sanksi administratif belum
terlaksana maksimal.
Penerapan sanksi administratif terhadap pedagang makanan kadaluwarsa yang
dilakukan pemerintah daerah belum berjalan sepenuhnya karena hanya sanksi pemberian
surat teguran dan penyitaan barang kadaluwarsa yang diterapkan, belum sampai pencabutan
izin usaha. Penerapan sanksi serta pengawasan belum diterapkan kepada seluruh pedagang
masih sebatas ke padagang minimarket, belum menyasar ke padagang kecil.
Penerapan sanksi administratif belum berjalan sepenuhnya disebabkan pemerintah
daerah lebih mengutamakan pembinaan daripada memberikan sanksi maksimal. Belum
adanya regulasi mengenai tata cara pelaksanaan penerapan sanksi administratif terhadap
pedagang maknan kadaluwarsa yang menjadi pedoman dalam pemberian sanksi hingga ke
sanksi yang maksimal.
JIM Bidang Hukum Keperdataan : Vol. 2(3) Agustus 2018 563
Mohammad Bondan Abdila, Abdurrahman

DAFTAR PUSTAKA
1. Buku
Bachsan Mustafa, Sistem Hukum Administrasi Negara Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2001,

Ifani Damayanti, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tinggi Rendahnya Pendapatan


Pedagang Kaki Lima, Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta,
2011

Indroharto, Usaha Memahami Undang-undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara,


Jakarta: Pustaka Harapan. 1993.

Jum Anggriani, Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012

2. Peraturan Perundang Undangan


Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label Dan Iklan Pangan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen

Undang Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan

Nomor : 180 /Men.Kes/Per/Iv/85 Tentang Makanan Daluwarsa

3. Sumber-Sumber Lain
http://kbbi.web.id/makan diakses 1 April 2017 pukul 22.30 WIB

Wawancara permohonan data awal oleh Badan Pengawas Barang dan Jasa Dinas
Perindustrian, perdagangan, koperasi dan usaha kecil menengah tanggal 8 April 2017.

Anda mungkin juga menyukai