Butir soal itu memiliki 2 atau lebih kunci jawaban yang benar
Materi yang ditanyakan terlalu sulit, schingga banyak siswa yang menebak
Sebagian besar siswa yang memahami materi yang ditanyakan berpikir ada
yang salah informasi dalam butir soalnya
Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks
diskriminasi, disingkat D (d besar). Seperti halnya indeks kesukaran, indeks
diskriminasi (daya pembeda) ini berkisar antara 0,00-1,00. Hanya bedanya, indeks
kesukaran tidak mengenal tanda negatif (-), tetapi pada indeks diskriminasi
dipergunakan jika sesuatu soal “terbaik“ menunjukkan kualitas tes tersebut. Apa itu
anak pandai disebut bodoh dan anak bodoh disebut pandai.
Dengan demikian ada tiga titik pada daya pembeda, yaitu :
-1, 00 0, 00 1, 00
Daya pembeda Daya pembeda Daya pembeda
Negatif Rendah Tinggi (positif)
Cara yang dilakukan dalam analisis daya pembeda adalah dengan
menggunakan tabel atau criteria dari pase dan Stanley sport dalam analisis tingkat
kesukaran soal.
Rumusnya adalah : SR – ST
Criteria pengujian daya pembeda adalah sebagai berikut :
Bila SR – ST sama atau lebih besar dari nilai tabel, artinya butir soal itu mempunyai
daya pembeda.
Untuk ini perlu dibedakan antara kelompok kecil (kurang dari 100) dan kelompok
besar (100 orang ke atas).
a. Untuk Kelompok Kecil
Seluruh kelompok tes tersebut dibagi dua sama besar, 50 % kelompok
atas dan 50 % kelompok bawah.
Contoh :
Siswa Skor
A Kelompok
atas (JA)
B
9
C 8
D 7
E 7
F 6
G 5
H
Kelompok
I
bawah
J (JB)
5
4
4
3
Seluruh pengikut tes, dideretkan mulai dari skor teratas sampai terbawah
lalu dibagi 2
b. Untuk Kelompok Besar
Mengingat biaya dan waktu untuk menganalisis, maka untuk kelompok
besar biasanya hanya diambil kedua kutubnya saja, yaitu 27 % skor teratas
sebagai kelompok atas (JA) dan 27 % skor terbawah sebagai kelompok
bawah (JB).
c. Pola Jawaban Soal
Yang dimaksud pola jawaban soal disini adalah distribusi tes tersebut
dalam hal menentukan pilihan jawaban pada soal bentuk pilihan ganda. Pola
jawaban soal diperoleh dengan menghitung banyaknya tes tersebut yang
memilih pilihan jawaban a, b, c atau d atau yang tidak memilih pilihan
manapun (blangko). Dalam istilah evaluasi disebut objek disingkat O
Dengan melihat pola jawaban soal, dapat diketahui :
1. Taraf kesukaran soal
2. Daya pembeda soal
3. Baik dan tidaknya distraktor
Sesuatu distroktor dapat diperlakukan dengan 3 cara :
a. Diterima, karena sudah baik
b. Ditolak, karena tidak baik
c. Ditulis kembali karena kurang baik
Menulis soal adalah suatu pekerjaan yang sulit, sehingga apabila masih
dapat diperbaiki sebaiknya diperbaiki saja, tidak dibilang suatu distroktor
dapat dikatakan berfungsi baik jika paling sedikit dipilih 5 % pengikut tes.
Cara lain menghitung daya pembeda adalah dengan menempuh langkah
sebagai berikut:
1. Memeriksa jawaban soal semua siswa peserta tes.
2. Membuat daftar peringkat hasil tes berdasarkan skor yang dicapainya.
3. Menentukan jumlah sampel 27% dari jumlah peserta tes untuk kelompuk siswa
pandai(peringkat atas) dan 27% untuk kelompok siswa kurang (peringkat
bawah).
4. Melakukan analisis butir soal, yakni menghitung jumlah siswa yang menjawab
salah dari semua nomor soal, baik pada kelompok pandai maupun pada
kelompok kurang.
5. Menghitung selisih jumlah siswa yang salah menjawab pada kelompok kurang
dan kelompok pandai (SR-ST).
6. Membandingkan nilai selisih yang diperoleh dengan table Rose dan Stanley.
7. Menentukan ada tidaknya daya pembeda ppada setiap nomor soal dengan
kriteria ” memiliki daya pembeda” bil selisih jumlah siswa yang menjawab
salah anatar kelompok kurang dengan kelompok pandai(SR-ST) sama atau
lebih besar dari nilai table.
Butir soal yang tidak memiliki daya pembeda diduga terlalu mudah atau
terlalu sukar sehingga perlu diperbaiki atau diganti dengan pertanyaan lain.
idealnya semua butir soal memiliki daya pembeda dan tingat kesukaran. Tes yang
telah dibakuan, di samping memenuhi validitas dan reliabilitas, juga memenuhi
tingkat kesukaran dan daya pembeda.