Jiptummpp GDL Rayfiskara 50163 3 Babii PDF
Jiptummpp GDL Rayfiskara 50163 3 Babii PDF
TINJAUAN PUSTAKA
(Micobacterium tuberkulosis) ditemukan pertama kali pada tahun 1882 oleh Robert
Koch, sedangkan vaksin BCG ditemukan pada tahun 1921. Kemudian pada tahun
1944 ditemukan streptomisin sebagai obat pertama anti TBC , kemudian disusul INH
meningkatnya kasus TBC dinegara-negara maju atau industri pada tahun 1990. Selain
itu, peningkatan kasus TBC sebagai reemerging disease dipengaruhi pula dengan
terjadinya penyebaran infeksi HIV/AIDS. Saat ini disluruh dunia terdapat 8 juta
kasus terinfeksi dan 3 juta kasus meninggal. TBC umumnya menyerang golongan usia
TB paru adalah suatu penyakit infeksi yang menyerang paru-paru yang seara
Penyakit ini bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada orang lain
11
12
Suddart, 2013 :525).Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang sebagian besar
kedalam tubuh manusia melaui udara yang dihirup kedalam paru, kemudian kuman
tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lain memalui sistem peredaran
darah, sistem saluran limfa, melalui saluran pernafasan (bronchus) atau penyebaran
kuman ini berbentuk batang, dengan ukuran panjang 1-4µm dan tebal 0,3-0,6µm.
Sebagian besar kuman berupa lemak/lipid, sehingga kuman tahan terhadap asam dan
lebih tahan terhadap kimia atau fisik. Sifat lain dari kuman ini adalah aerob yang
menyukai daerah dengan banyak oksigen, dan daerah yang memiliki kandungan
oksigen tinggi yaitu apikal/apeks paru. Daerah ini menjadi predileksi pada penyakit
1. Usia
tubuh bayi. Pada masa puber dan remaja terjadi masa pertumbuhan cepat
tidak adekuat.
13
2. Jenis kelamin
Angka kematian dan kesakitan lebih banyak terjadi pada anak perempuan
3. Herediter
4. Keadaan stres
Situasi yang penuh stres menyebabkan kurangnya asupan nutrisi sehingga daya
Kemungkinan mudah terinfeksi karena daya tahan tubuh anak ditekan oleh
obat kortikosteroid.
Pada stadium awal penyakit TB paru tidak menunjukan tanda dan gejala
yang spesifik. Namun seiring dengan perjalanan penyakit akan menambah jaringan
Selain itu, klien dapat mersa letih, lemah, berkeringat pada malam hari dan
mengalami penurunan berat badan yang berarti. Secara rinci tanda dan gejala TB paru
ini dapat dibagi atas 2 (dua) golongan yaitu gejala sistemik dan gejala respiratorik.
1. Gejala sistemik
a. Demam
timbul pada sore dan malam hari disertai dengan keringat mirip demam
14
influeza yang segera mereda. Tergantung dari daya tahan tubuh dan virulensi
kuman, serangan demam yang berikut dapat terjadi setelah 3 bulan, 6 bulan, 9
bulan. Demam sepeti influenza ini hilang timbul dan semakin lama makin
b. Malaise
tidak enak badan, pegal-pegal, nafsu makan berkurang, badan makin kurus,
sakit kepala, mudah lelah dan pada wanita kadang-kadang dapat terjadi
2. Gejala respiratorik
a. Batuk
Batuk mula-mula terjadi oleh karena iritasi bronkhus; selanjutnya akibat adanya
peradangan pada ronkhus, batuk akan menjadi produktif. Batuk produktif ini
b. Batuk darah
batuk darah yang timbul, tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang
pecah. Batuk darah tidak selalu timbul akibat pecahnya aneurisma pada dinding
kavitas, juga dapat terjadi katena ulserasi pada mukosa bronkhus. Batuk darah
c. Sesak nafas
Gejala ini ditemukan pada penyakit yang lanjut dengan kerusakan paru
yang cukup luas. Pada awal penyakit gejala ini tidak pernah ditemukan.
d. Nyeri dada
terinfeksi. Bakteri menyebar melalui jalan nafas ke alveoli, dimana pada daerah
tersebut bakteri bertumpuk dan berkembang biak. Penyebaran basil ini bisa juga
melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang,
bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah
terpapar.
Masa jaringan baru disebut granuloma, yang berisi gumpalan basil yang hidup
dan yang sudah mati, dikelilingi oleh magrofag yang membentuk dinding. Granuloma
berubah bentuk menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari massa tersebut
disebutGhon Tubercle.Materi yang terdiri atas magrofag dan bakteri menjadi nekrotik,
respons sistem imun yang tidak adekuat. Penyakit aktif dapat juga timbul akibat
infeksi ulang atau aktifnya kembali bakteri yang tidak aktif. Pada kasus ini, terjadi
ulserasi pada ghon tubercle, dan akhirnya meanjadi perkijuan. Tuberkel yang ulserasi
tuberkel, dan seterusnya. Peneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya.
Proses ini berjalan terus dan basil terus difagosit atau berkembangbiak di dalam sel.
Basil juga menyebar melalui kelenjar getah bening. Makrofag yang mengadakan
infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel
epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan 10-20 hari). Daerah yang
mengalami nekrosis serta jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan
fibroblast akan menimbulkan respons berbeda dan akhirnya membentuk suatu kapsul
1. Tuberkulosis primer
mempunyai reaksi spesifik terhadap bakteri TB. Bila bakteri TB terhirup dari udara
pernapasan, maka bakteri akan ditangkap dan dihancurkan oleh magrofag yang
berada di alveoli. Jika pada proses ini, bakteri ditangkap oleh magrofag yang lemah,
maka bakteri akan berkembang biak dalamtubuhmagrofak yang lemah itu dan
menghancurkan bakteri, magrofag harus diaktfkan terlebih dahulu oleh limfokin yang
Tidak semua magrofag pada granula TB mempunyai fungsi yang sama. Ada
stimulating factor untuk merangsang produksi monosit dan granulosit pada sumsum
terhadap bakteri TB. Hal ini terjadi sekitar 2-4 minggu dan akan terlihat pada tes
tubetkulin. Hipersensitivitas seluler terlihat sebagai akumulasi lokal dari limfosit dan
magrofag.
Bakteri TB yang berada di alveoli akan membentuk fokus lokal (fokus ghon),
(kolpleks primer ranks) dan disebut juga TB primer. Fokus primer paru biasanya
bersifat unilateral dengan subpleura terletak diatas atau dibawah fisura interlobaris,
atau dibagian basal dari lobus inferior. Bakteri menyebar lebih lanjut melalui saluran
limfe atau aliran darah dan akan tersangkut pada bagian organ. Jadi, TB primer
2. Tuberkulosis sekunder
Setelah terjadi resolusi dari infeksi primer, sejumlah kecil bakteri TB masih
hidup dalam keadaan dorman dijaringan parut. Sebanyak 90% diantaranya tidak
terjadi bila daya tahan tubuh menurun, alkoholisme, keganasan , silokosis, diabetes
organ lainnya jarang terkena, lesi lebih terbatas dan terlokalisasi. Reaksi imunoligis
terjadi dengan adanya pembentukan granuloma, mirip dengan yang terjadi pada TB
primer. Tetapi, nekrosis jaringan lebih menyolok dan menghasilkan lesi kaseosa
(perkijuan) yang luas dan disebut tuberkuloma. Protease yang dikeluarkan oleh
magrofag aktif akan menyebabkan pelunakan bahan kaseosa. Secara umum, dapat
adalah akibat dari reaksi nekrotik yang dikenal sebagai hipersensitivitas seluler (delayed
hipersensitivity).
eksogen, terutama pada usia tua dengan riwayat semasa muda pernah terinfeksi
bakteri TB. Biasanya, hal ini terjadi pada daerah apikal atau segmen posterior lobus
superior (fokus simon), 10-20 mm dari pleura, dan segmen apikal lobus inferior. Hal
ini mungkin disebabkan oleh kadar oksigen yang tinggi didaerah ini sehingga
oleh produksi sitokin (tumor necroting factor) yang berlebihan. Kavitas yang terjadi
diliputi oleh jaringan fibrotik yang tebal dan berisi pembuluh darah pulmonal.
Kavitas yang kronis diliputi oleh jaringan fibrotik yang tebal. Masalah lainnya pada
kavitas yang kronis adalah kolonisasi jamur seperti aspergilus yang menumbuhkan
penderita TB.
dengan mikroskop pada sediaan dahaknya (BTA positif) dan sangat infeksius.
Sedangkan penderita yang kumannya tidak dapat dilihat langsung dengan mikroskop
pada sediaan dahaknya (BTA negatif) dan sangat kurang menular. Penderita TB
ekstra paru tidak menular, kecuali penderita TB paru. Penderita TB BTA positif
mengeluarkan kuman-kuman di udara dalam bentuk droplet yang sangat kecil dan
pada waktu bersin atau batuk. Droplet yang sangat kecil ini mengering dengan cepat
dan menjadi droplet yang mengandung kuman tuberkulosis dan dapat bertahan di
Droplet yang mengandung kuman ini dapat terhisap orang lain. Jika kuman
tersebut sudah menetap dalam paru orang yang menghirupnya, kuman ini membelah
diri (berkembang biak) dan terjadi infeksi. Orang yang serumah dengan penderita TB
BTA positif adalah orang yang besar kemungkinannya terpapar kuman tuberkulosis.
suatu definisi kasus yang memberikan batasan baku setiap klasifikasi dan tipe
penderita. Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting dilakukan untuk
menetapkan paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang sesuai dan dilakukan
sebelum pengobatan dimulai. Ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam
2011: 19).
pada hilus.
tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung
1. Kasus baru
OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
a. Kasus kambuh(relaps)
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau
pengobatan.
pengobatannya.
4. Kasus lain:
yang
positif.
positif.
pengobatan.
2.1.9 Diagnosis
1. Diagnosis TB paru
c. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat
indikasinya.
23
pengobatan TB. Pengobatan TB adalah merupakan salah satu upaya paling efisien
untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dari kuman TB. Pengobatan yang adekuat
3. Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO sampai selesai
pengobatan.
4. Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi dalam tahap
lanjutan. Pada tahap intensif (awal) menderita mendapat obat setiap hari dan
dalam 2 bulan. Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih
sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting
a. Sembuh
b. Pengobatan lengkap
tidak ada hasil pemeriksaan apusan dahak ulang pada AP dan pada satu
c. Meninggal
e. Putus berobat(Defaulted)
f. Gagal
positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama
pasien dengan BTA+ atau biakan positif (Kemenkes RI, 2011: 35)
Obat ini bekerja berdifusi kedalam semua jaringan dan cairan tubuh, dan
efek yang amat merugikan sangat rendah. Obat ini diberikan melalui oral atau
26
intramuskular. Dosis obat harian biasa 10mg/kg, dengan kadar puncak obat dalam
Isoniazid memiliki dua pengaruh toksik utama yaitu neuritis perifer dan hepatotoksik.
Tanda klinis fisik pada neuritis perifer yang paling sering adalah mati rasa dan rasa
gatal pada tangan dan kaki. Tanda klinis pada hepatotoksik jarang terjadi, namun
lebih mungkin terjadi pada anak dengan tuberkulosis berat dan anak
remaja(Astuti,2010: 132).
modern. Rifampisin diserap dengan baik disaluran pencernaan selama puasa. Obat ini
bekerja dengan berdifusi luas kedalam jaringan dan cairan tubuh termasuk cairan
rifampisin diberikan melalui oral dan intravena. Rifampisin tersedia dalam takaran
150mg dan 300mg sesuai berat badan anak. Suspensi dapat digunakan sebagai pelarut
tetapi tidak boleh diminum bersamaan dengan makanan karena malabsorpsi. Kadar
puncak serum dicapai dalam waktu 2 jam. Efek samping rifampisin adalah terjadinya
perubahan warna oranye pada urin dan air mata, gangguan saluran pencernaan, dan
obat lain. Kemungkinan toksisitas utama obat ini adalah neuritis optik. Etambutol
27
tidak dianjurkan untuk penggunaan umum pada anak yang muda karena pemeriksaan
penglihatannya tidak mendapatkan hasil yang tepat tetapi harus dipikirkan pada anak
dengan tuberkulosis terjadi resistensi obat, bila obat lain tidak dapat digunakan
rasa mual hebat yang disertai nyeri ulu hati dan muntah (Danusantoso, 2012: 139).
2.1.12.5 Streptomisin
untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis yang sama. Efek
samping yang harus di waspadai dari penggunaan streptomisin antara lain: rasa
kesemutan disekitar mulut dan muka beberapa saat setelah obat disuntikan. Juga
dapat timbul urtikaria dan skin-rash, tetapi yang akan memaksa penghentian
139).
Tahap intensif terdiri dari HRZE . Obat-obat tersebut diberikan setiap hari
selama 2 bulan (2HRZE). Kemudian diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri
dari HR diberikan 3 kali dalam seminggu selama 4 bulan (4H3R3). Obat ini diberikan
400mg/275mg) RH (150mg/150mg)
Keterangan : H = Isoniasid
R = Rifampisin
Z = Pirasinamid
E = Etambutol
S = Streptomisin
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang pernah diobati
sebelumnya (pengobatan ulang). Obat ini berikan untuk: (Kemenkes RI, 2014: 25)
1000mg Etambutol
streptomisin inj
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif
kategori 1 yang diberikan selama sebulan (28 hari)(Kemenkes RI, 2011: 25).
(150/75/400/275)
71 kg 5 tablet 4 KDT
menggunakan obat (Manurunget al, 2008:122). Salah satu dari komponen DOTS
1. Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas kesehatan
Pekarya, Sanitarian, Juru imunisasi, dan lain lain. Bila tidak ada petugas kesehatan
yang memungkinkan, PMO dapat berasal dari kader kesehatan, guru, anggota PPTI,
PKK, atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga(Manurunget al, 2008:122).
pengobatan.
telahditentukan.
Pelayanan Kesehatan.
pencegahannya
berfikir individu yang tercermin dalam sikapnya. Kepatuhan sangat dipengaruhi oleh
pengetahuan, sikap, pengalaman masa lalu dan masa kini individu, sehingga individu
itu juga, tingkat kepatuhan dapat dipengaruhi sosial budaya nilai-nilai dan keyakinan
yang dianut kepercayaan dan dukungan orang lain. Kepatuhan dapat diperoleh
melalui suatu proses pengajaran atau pendidikan yang dilakukan secara terus menerus
1. Pengetahuan(Knowledge)
melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
33
behavior)(Notoatmodjo, 2011:147).
a. Tahu (Know)
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
b. Memahami (Comprehension)
secara benar.Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
c. Aplikasi (Opplication)
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya, dapat menggunakan
d. Analisis (Analysis)
organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan
sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
f. Evaluasi (Evaluation)
kriteria yang telah ada.Misalnya, dapat membandingkan anak dengan gizi baik
2. Sikap (Attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus atau objek.Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian
menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak,
35
dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu
tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan “predisposisi” tindakan atau perilaku.
Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka (tingkah
laku yang terbuka). Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi
objek(Notoatmodjo, 2011:150).
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total
attitude).Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan, dan
sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa si ibu untuk berfikir dan berusaha
supaya anaknya tidak terkena Tb. Dalam berfikir ini komponen emosi dan keyakinan
ikut bekerja sehingga ibu tersebut berniat akan memeriksakan anaknya untuk
mencegah supaya anaknya tidak terkena TB. Sehingga si ibu ini mempunyai sikap
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbaga tingkatan,
1. Menerima (receiving)
yang diberikan (objek).Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan
2. Merespon (responding)
yang diberkan adalah suatu indikasi dari sikap.Karena dengan suatu usaha untuk
menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain
terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang ibu
yang mengajak ibu lain (tetangganya, saudaranya, dan sebagainya) untuk pergi
bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.
Bertanggung jawab atas sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko
merupakan sikap yang paling tinggi.Misalnya seorang ibu mau menjadi konseptor
KB, meskipun mendapat tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.
apabila rumah ibu luas, apakah boleh dipakai untuk kegiatan Posyandu? (sangat
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.
Disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain,
misalnya suami atau istri, orang tua atau mertua sangat penting untuk mendukung
1. Persepsi (perception)
Menganal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan
diambil merupakan praktis tingkat pertama. Misalnya, seorang ibu dapat memilih
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan
contoh adalah indikator praktis tingkat dua. Misalnya seorang ibu dapat memasak
sayur dengan benar, mulai dari cara mencuci dan memotong, lamanya memasak,
3. Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau
sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktis tingkat tiga.
Misalnya, seorang ibu yang sudah biasa mengimunisasikan bayi pada umur tertentu,
tanpa menunggu perintah atau ajakan orang lain (Notoatmodjo, 2011 : 154).
38
4. Adaptasi (adaptation)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan
tindakan tersebut. Misalnya, ibu dapat memilih dan memasak makanan yang bergizi
154).
wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau
bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni
intervensi atau upaya yang ditunjukan kepada faktor perilaku ini sangat strategis.
Intervensi terhadap faktor perilaku secara garis besar dapat dilakukan melalui dua
1. Paksaan (Coertion)
dengan cara-cara tekanan, paksaan atau koersi (coertion). Upaya ini baik secara tidak
dampak yang lebih cepat terhadap perubahan perilaku baru ini tidak langgeng
(sustaineble), karena perubahan perilakuyang dihasilkan dengan cara ini tidak didasari
oleh pengertian dan kesadaran yang tinggi terhadap bertujuan perilaku tersebut
dilaksanakan.
2. Pendidikan (Education)
kesadaran, dan sebagainya, melalui kegiatan yang disebut pendidikan atau promosi
kesehatan. Memang dampak yang timbul dari cara ini terhadap perubahan perilaku
masyarakat, akan memakan waktu lama dibandingkan dengan cara koersi. Namun
demikian, bila perilaku tersebut berhasil diadopsi masyarakat, maka akan langgeng,
kesehatan adalah suatu bentuk intervensi atau upaya yang ditujukan kepada perilaku,
agar perilaku tersebut lebih kondusif untuk kesehatan. Dengan perkataan lain,
Agar intervensi atau upaya tersebut efektif, maka sebelum dilakukan intervensi perlu
dilakuakn diagnosis atau analisis terhadap masalah perilaku tersebut. Konsep umum
yang digunakan untuk mendiagnosis perilaku adalah konsep dari Lawrence Green
(1980). Menurut green perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu:
40
kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial
pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut tentang manfaat periksa kehamilan baik bagi
tradisi dan sistem nilai masyarakat juga dapat mendorong atau menghambat ibu
untuk periksa kehamilan. Misalnya, orang hamil tidak boleh disuntik (periksa
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan
polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktik swasta dan sebagainya. Untuk
perilaku pemeriksaan kemahilan. Ibu hamil yang mau periksa kehamilan tidak hanya
mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksa kehamilan, misalnya
puskesmas, polindes, bidan praktik, ataupun rumah sakit. Fasilitas ini pada hakikatnya
ini disebut faktor pendukung, atau faktor pemungkin. Kemampuan ekonomi pun
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma),
tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan.
dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku tokoh (acuan) dari para tokoh
masyarakat, tokoh agama, dan para petugas, lebih-lebih para petugas kesehatan.
perilaku ini disebut model “Precede” atau predisposing, reinforcing and enabling cause in
Keturunan
Perilaku
Promosi Kesehatan
intervensi terhadap faktor perilaku (konsep Green), maka kedua konsep tersebut
43
dapat diilustrasikan seperti pada bagan Hubungan Status Kesehatan Perilaku, dan