Anda di halaman 1dari 18

PERWUJUDAN SISTEM POLITIK INTRAKOMUNITAS DAN

SINERGI PENGELOLAAN LINGKUNGAN:


STUDI KASUS BANK SAMPAH GARDU ACTION, MANCINGAN XI,
PARANGTRITIS, BANTUL

Embodiment of the Community’s Internal Political System and


the Synergy of Environmental Management:
Case Study of Waste Bank in Mancingan XI, Parangtritis, Bantul.

Anggalih Bayu Muh. Kamim

Mahasiswa Departemen Politik dan Pemerintahan


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada.
Alamat e-mail: anggalih.bayu@yahoo.co.id

Naskah Diterima: 19 Januari 2017


Naskah Direvisi: 27 April 2017
Naskah Disetujui: 29 Mei 2017

Abstract
The growth of tourism in the Parangtritis region has affected the life of the community. The increase in the rate
of tourism has triggered the waste problem that causes social tensions between communities. The Internal political
system of the community try to resolve the problem by presenting the waste bank. This research was conducted
using qualitative to see the role of the waste bank as part of the internal political system of the community manages
the social community in Mancingan XI. Data collection was done by field observations and in-depth interviews.
Interviews were conducted with snowball sampling technique. The results showed a garbage bank as part of the
internal political system of the community in Mancingan XI had them play an important role in conflict management,
the implementation of community empowerment and democratization at the local level.
Keywords: Mancingan XI, waste, Intra-community Political System, waste bank.

Abstrak
Pertumbuhan pariwisata di Parangtritis telah berpengaruh terhadap kehidupan komunitas. Kenaikan tingkat
pariwisata telah menyebabkan adanya masalah sampah dan tekanan sosial pada komunitas. Sistem politik
intrakomunitas mencoba untuk menyelesaikan permasalahan dengan mendorong terbentuknya Bank
Sampah. Penelitian ini dirancang dengean metode kualitatif untuk melihat proses Bank Sampah sebagai
elemen dari sistem politik intrakomunitas mengatur komunitas sosial di Mancingan XI. Pengumpulan
data dilakukan dengan observasi lapangan dan wawancara mendalam. Wawancara mendalam dilakukan
dengan teknik snowball sampling. Hasil dari penelitian menunjukan Bank Sampah sebagai elemen sistem
politik intrakomunitas di Mancingan XI memiliki peranan penting dalam melakukan manajemen konflik,
mendorong proses pemberdayaan dan demokratisasi di aras lokal.
Kata kunci: Mancingan XI, sampah, sistem politik intrakomunitas, bank sampah.

Latar Belakang lingkungan hidup yang serasi dan seimbang


Dalam rangka pendayagunaan sumber untuk menunjang pembangunan yang
daya alam untuk memajukan kesejahteraan berorientasi pada kesejahteraan rakyat. Urgensi
umum seperti termuat dalam UUD 1945 dan pelestarian fungsi lingkungan dalam rangka
untuk mencapai kebahagian hidup berdasarkan pembangunan dalam hal ini upaya peningkatan
Pancasila, perlu diusahakan pelestarian fungsi kesejahteraan masyarakat khususnya

20 Politica Vol. 8 No. 1 Mei 2017


pengembangan pariwisata, juga perlu mendapat Masalah timbunan sampah meningkat
perhatian serius. Hal ini perlu mengingat dengan seiring peningkatan laju demografis
terjadi kecenderungan dalam pengembangan dan munculnya pusat perekonomian baru yang
kepariwisataan dimana kita bisa membangun didorong sektor pariwisata. Kebutuhan akan ruang
dan mengembangkan objek wisata, tetapi yang terus meningkat menyebabkan keterbatasan
kurang memperhatikan bagaimana kelestarian penyediaan bagi tempat memproses timbunan
objek wisata tersebut dalam jangka panjang sampah. Timbunan sampah yang muncul dari
termasuk di dalamnya dalam pengelolaan kegiatan pariwisata lebih jauh bisa mengancam
lingkungan sekitar objek wisata bahkan integrasi komunitas sosial, karena munculnya
terhadap objek wisata itu sendiri.1 berbagai problem lingkungan.4 Kasus timbunan
Pariwisata merupakan salah satu sektor sampah yang muncul dari kegiatan pariwisata di
unggulan dalam perekonomian nasional Pantai Parangtritis, Dusun Mancingan XI yang
yang berkembang cukup pesat saat ini. tertumpuk di wilayah Parangkusumo hampir
Meningkatnya sektor pariwisata ditandai dengan memicu ketegangan sosial antar warga anggota
bertambahnya jumlah wisatawan, menuntut komunitas sosial Mancingan XI. Problem
adanya peningkatan sarana dan prasarana sampah yang muncul dari kegiatan pariwisata
pendukung. Hal ini memberikan peluang tersebut pada akhirnya dapat diselesaikan oleh
terbukanya lahan investasi bagi para investor sistem politik intrakomunitas yang mampu
untuk mengembangkan kawasan wisata. Banyak menyelesaikan masalah melalui mekanisme
investor yang menanamkan modalnya dan rembug dan membentuk bank sampah. Hadirnya
membuka usaha membantu terciptanya lapangan peranan sistem politik intrakomunitas dalam
kerja. Semakin luasnya lapangan kerja di sektor menyelesaikan masalah sampah di Parangkusumo,
pariwisata ini juga telah membuka kesempatan Mancingan XI ini juga tidak terlepas dari kondisi
kerja bagi masyarakat sekitar dan meningkatkan sosio-kultural masyarakat yang telah lama
kesejahteraan mereka. Namun di sisi lain membentuk modal sosial yang erat.
keberhasilan ini juga perlu diwaspadai karena Parangtritis termasuk di dalamnya wilayah
telah mengakibatkan degradasi lingkungan di Mancingan XI bukanlah sekadar tanah
sekitar lokasi Daerah Tujuan Wisata (DTW).2 kosong belaka, melainkan suatu teritori yang
Masalah yang umum muncul adalah peningkatan sarat nilai. Suatu teritori yang menyandang
timbunan sampah. Sehubungan dengan hal nilai-nilai sangat ragam (plural), mulai dari
tersebut permasalahan yang utama yang perlu nilai geologis, nilai-nilai spritual transenden
mendapatkan jawaban tuntas adalah bagaimana kultural, nilai sosiologis, nilai historis, sampai
pengembangan pariwisata dan pelestarian pada nilai ekonomi kerakyatan. Pluralisme
fungsi lingkungan sekitar kawasan wisata ini nilai Parangtritis merupakan nilai-nilai
dapat dilaksanakan dengan baik dalam arti fenomenologik eksistensialistik sekaligus
berorientasi pada upaya pelestarian objek wisata transendental. Parangtritis merupakan suatu
dan pelestarian fungsi lingkungan sekitar.3 mosaik eksistensi-eksistensi yang memiliki
otoritas sendiri-sendiri yang bermuara pada satu
1

A. Reni Widyastuti, ”Pengembangan Pariwisata Yang nilai transendental. Parangtritis merupakan
Berorientasi Pada Pelestarian Fungsi Lingkungan”, Jurnal spatial capital sekaligus social capital.5
Ekosains, Vol. II No. 3 (Oktober 2010): 69-70.
2
Ninik Budilestari, Malikusworo Hutomo, dan Roby
Ardiwidjaja,” Permasalahan Lingkungan Di Sempadan 4
Mahfud Hasan, Prehatin Trirahayu Ningrum, Khoiron,”
Pantai Taman Wisata Perairan Gili Trawangan, Nusa Perilaku Wisatawan Terhadap Penanganan Sampah dan
Tenggara Barat,” Jurnal Kepariwisataan Indonesia,Vol. 9 Total Coliform Pada Air Danau Ranu Kumbolo TNBTS
No. 1 (Maret 2014): 92. Kabupaten Lumajang,” Artikel Ilmiah Hasil Penelitian
3
Ahmad Nawawi,” Partisipasi Masyarakat Dalam Mahasiswa (2015): 1-3.
Pengelolaan Wisata Pantai Depok Di Desa Kretek 5
Sudaryono,” Pilar-Pilar Tata Ruang Lokal :Studi Kasus
Parangtritis,” Jurnal Nasional Pariwisata, Volume 5, Parangtritis,” Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota,
Nomor 2 (Agustus 2013): 103-105. Volume 18 No 2 (Agustus 2007): 35.

Anggalih Bayu Muh. Karim: Perwujudan Sistem Politik Intrakomunitas 21


Keterikatan sistem sosial dan politik Hadirnya kembali kekuatan komunitas
komunitas di kawasan Parangtritis juga tidak dalam mengatasi masalah sampah dalam
terlepas dengan keterikatannya pada lingkungan keadaan absennya negara merupakan fenomena
fisik. Secara eksistensial, permukiman yang unik. Negara yang seharusnya sesuai
Parangtritis “mengada” karena adanya anyaman dengan mandat publik menyediakan proses
dari tiga kekuatan dasar, yaitu: kelompok pelayanan bagi masyarakat ternyata memiliki
manusia sebagai penghuni dan pembentuk nilai; berbagai kelemahan dalam realitanya.7 Di
bentang alam yang berwujud hamparan pasir, tengah ketidakhadiran negara, urusan pelayanan
laut dan perbukitan; serta infrastruktur atau dalam hal ini termasuk pengatasan sampah di
prasarana ruang yang diciptakan manusia karena Mancingan XI menjadi terhambat. Munculnya
memiliki kepentingan di sana. Tiga kekuatan kembali kekuatan komunitas adalah bukti dari
dasar tersebut telah saling menganyam dalam tumbuhnya dorongan masyarakat sipil untuk
rangkaian waktu yang cukup panjang, sehingga berdaya secara mandiri di tengah eksistensi
dalam waktu kekinian anyaman tersebut telah negara. Ketidakhadiran negara dalam proses
menjelma menjadi pilar-pilar penegak eksistensi penyelesaian masalah sampah memperlihatkan
tata ruang Parangtritis.6 masih betapa peliknya kuasa formal, apabila
Keterikatan dan pengaruh lingkungan fisik dibandingkan dengan kemandirian komunitas
pada daya adaptif sistem politik intrakomunitas yang berusaha terus bertahan. Dorongan dari
telah mempengaruhi munculnya harmonisasi komunitas yang justru mampu melahirkan bank
manusia dan alam di kawasan Parangtritis, sampah menunjukan seberapa kuat pengaruh
termasuk Mancingan XI. Sistem politik sistem politik intrakomunitas pada level akar
intrakomunitas Mancingan XI yang kini rumput di luar sistem politik formal yang
tersermin dalam struktur desa telah sejak digunakan oleh negara.
lama menjaga harmonisasi kehidupan dengan Bank Sampah Gardu Action menjadi
alam tercermin pula dalam penyelenggaraan bukti penting masih kuatnya sistem politik
tradisi berkah laut yang dianggap sebagai intrakomunitas sebagai penanding struktur
wujud keterikatan manusia dan alam. formal yang diciptakan oleh negara. Bank
Begitu pula, ketika sektor pariwisata muncul Sampah Gardu Action telah menunjukan
sebagai pendongkrak sektor perekonomian di kemandirian komunitas dalam mencukupi
Mancingan XI, komunitas sosial tetap berusaha kebutuhannya, ketika negara belum mampu
menjaga keseimbangan hidup dengan alam. mengatasi problem di tingkat akar rumput
Tantangan harmonisasi kehidupan sesuai dengan kemampuan dan potensi
dengan alam semakin meningkat seiring setempat. Bank Sampah Gardu Action mampu
dengan peningkatan laju pariwisata yang menjadi penanding sistem politik formal yang
memicu permasalahan timbunan sampah. digerakkan oleh negara. Hal ini dibuktikan
Pada awalnya timbunan sampah dibuang dengan Bank Sampah Gardu Action menjadi
ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS) tempat musyawarah, interaksi antarwarga,
di wilayah Parangkusumo, tepatnya RT sumber ekonomi, dan wahana demokratisasi.
02, Dusun Mancingan XI. Namun, seiring Oleh sebab itu, penelitian ini mencoba menggali
dengan peningkatan kunjungan wisata lebih dalam bagaimana cerminan dan proses
pantai mulai terjadi over capacity di TPS dan sistem politik intrakomunitas yang responsif
hampir saja memicu konflik sosial. Sistem dan sampai mendorong munculnya Bank
politik intrakomunitas kembali bekerja dalam Sampah Gardu Action sebagai wahana bagi
menyelesaikan problem tersebut sampai sosial di Mancingan XI, Parangtritis, Bantul,
berujung pada terbentuknya Bank Sampah 7
Hesti Puspitosari, Khalikussabir, dan Luthfi J. Kurniawan,
Gardu Action. Filosofi Pelayanan Publik Buramnya Wajah Pelayanan
Menuju Perubahan Paradigma Pelayanan Publik (Malang :
6
Sudaryono, ”Pilar-Pilar Tata Ruang Lokal,” 36. Setara Press, 2011), 17-32.

22 Politica Vol. 8 No. 1 Mei 2017


DIY untuk memberdayakan diri dan mengatasi dapat mengidentifikasi pekerjaan yang telah
problem sampah di tengah kurang responsifnya dihasilkan oleh sistem politik. Ketiga, diferensiasi
struktur formal yang dijalankan oleh negara. dalam sistem politik. Sebagaimana dalam
tubuh manusia, kita tidak akan menemukan
Tinjauan Pustaka suatu unit mengerjakan hal yang sama dalam
Menurut Easton setidaknya ada tiga hal waktu yang sama pula. Anggota dalam sistem
mendasar yang harus diperhatikan dalam politik, paling tidak mengenal pembagian
membahas sistem politik. Pertama, sistem kerja minimal yang memberikan suatu struktur
ditandai dengan adanya saling ketergantungan tempat berlangsungnya kegiatan tersebut.
antar unit yang berada di dalamnya. Hal ini Dalam politik, kita akan menemukan beragam
menunjukkan adanya koherensi. Kedua, sistem tindakan politik dengan perannya masing-
haruslah bersifat netral, bebas dari pengaruh masing, misalnya legislatif, eksekutif, yudikatif,
ideologi. Ketiga, sistem mengacu pada dua hal, partai politik, sampai dengan kelompok
co-varience dan ketergantungan antar unit yang kepentingan dan kelompok penekan.
membangun sistem. Perubahan salah satu unit Keempat, integrasi dalam sistem. Integrasi
dalam sistem akan mempengaruhi unit yang dalam sistem politik sebagai salah satu usaha
lain dalam sebuah sistem. Lebih lanjut, Easton untuk mengatur kekuatan-kekuatan dan
menjelaskan bahwa yang membedakan sistem kegiatan-kegiatan dalam sistem politik.
politik dengan sistem yang lain adalah dari Intregrasi dalam sistem politik ini dimungkinkan
segi definisi politik itu sendiri. Politik adalah oleh adanya kesadaran dari anggota sistem
perjuangan individu atau kelompok untuk politik untuk menjaga keberadaan dari sistem
menguasai nilai-nilai sosial. Oleh karena itu, politik itu sendiri sehingga muncul suatu
dalam sistem politik terdapat prinsip alokasi mekanisme yang bisa mengintegrasikan bahkan
nilai-nilai sosial (the authoritative allocation of memaksa para anggotanya untuk bekerja sama
social value). Namun, perbedaan sistem politik walaupun dalam kadar yang minimal sehingga
dengan sistem yang lain tidak lantas membentuk mereka dapat membuat keputusan yang
jurang pemisah. Sebuah sistem dapat menjadi otoritatif.
input bagi sistem yang lain, dan sebaliknya.8 Gabriel Almond berpendapat bahwa semua
Setidaknya ada empat ciri sistem politik sistem mempunyai struktur (institusi atau
yang dapat membedakan sistem politik dengan lembaga), dan unsur-unsur dari struktur ini
sistem yang lain. Pertama, ciri identifikasi. Kita menyelenggarakan beberapa fungsi. Fungsi ini
harus dapat mengidentifikasikan sistem politik bergantung pada sistem dan juga bergantung
untuk dapat membedakannya dengan yang pada sistem dan juga bergantung pada fungsi-
lainnya. Dalam identifikasi ini, setidaknya ada fungsi lainnya. Konsep ini sering disebut
dua hal yang harus diperhatikan, yaitu unit- pandangan structural-fungsional. Sistem politik
unit dalam sistem politik dan pembatasan. menyelenggarakan dua fungsi yaitu masukan
Dalam politik, unit-unitnya berupa tindakan (input) dan keluaran (output). Keduanya
politik. Adapun mengenai pembatasan, ini terpengaruh oleh sifat dan kecenderungan
perlu diperhatikan ketika kita membicarakan para aktor politik. Menurut Almond ada lebih
sistem politik dengan lingkungan. dari empat fungsi input dan tiga fungsi output.
Kedua, input dan output. Untuk dapat Input ialah sosialisasi politik dan rekrutmen,
menjamin bekerjanya sistem politik diperlukan artikulasi kepentingan, himpunan kepentingan
input yang rutin, tetap, dan ajeg. Tanpa adanya (interest aggregation), serta komunikasi politik.
input, sistem politik tidak akan bekerja. Kemudian dalam perkembangannya Almond
Lebih dari itu, tanpa output kita tidak akan mengubah istilahnya menjadi tiga fungsi
yaitu fungsi kapasitas, fungsi konversi dan
8
David Easton, Aproaches to The Study of Politics (New
pemeliharaan, dan fungsi adaptasi. Sementara
York: Macmillan Publishing Company,1992), 181-185.

Anggalih Bayu Muh. Karim: Perwujudan Sistem Politik Intrakomunitas 23


itu, komunikasi dianggap sebagai cara Fungsi sistem politik tidak terlepas dari
menyelenggarakan fungsi-fungsi itu. Sedangkan fungsi input dan fungsi output dari sistem
ada tiga fungsi output, yaitu membuat peraturan politik itu sendiri. Fungsi input: sebagai suatu
(rule-making), mengaplikasikan peraturan, dan yang menunjukkan berbagai efektifitas yang
memutuskan (secara hukum) peraturan.9 memungkinkan suatu sistem berjalan. Pada
Setiap sistem politik menurut Almond umumnya input dalam suatu sistem politik
harus menjalankan fungsi-fungsi tertentu. dimanifstasikan kedalan sebuah dukungan
Almond telah membahas secara panjang (Support) dan tuntutan (demand) input
lebar berbagai kategori fungsional yang harus merupakan bahan bakar untuk menjamin
dilakukan suatu sistem politik. Karena hal itu kelangsungan hidup suatu sistem politik itu
adalah proses-proses yang bertanggung jawab sendiri. Fungsi output: pembuatan pembuatan
untuk memelihara stabilitas sistem, Almond peraturan dan kebijakan merupakan salah satu
tidak memberikan penekanan yang sama fungsi output dalam sistem politik. Terdapat
pada pentingnya sistem yang mungkin telah hubungan yang saling berkaitan satu sama
lebih erat dalam mengikatnya pada kesetiaan lainya adapun badan yang membuat peraturan
Parsonian. Semua yang dikatakannya tentang sebagai wujud kebijakan adalah badan yang
sistem seperti: mempunyai wewenang untuk menjalankan
(a) Mempunyai suatu struktur sebuah fungsi.11
(b) Fungsi yang sama yang dilaksanakan dalam Menurut Gabriel A Almond keuntungan
semua sistem politik pendekatan struktur adalah memberikan
(c) Semua struktur yang menjalankan lebih kesempatan kepada kita mungkin menghindari
dari satu fungsi kebingungan yang mungkin timbul antara
(d) Semua sistem terbaru dalam arti bahwa tujuan-tujuan struktur yang bersifat formal
sistem-sistem itu menggabungkan elemen- dengan fungsi-fungsi politik. Sistem politik
elemen “primitif dan “modern”. pada hakekatnya melaksanakan fungsi
Tetapi kategori fungsionalnya seperti halnya mempetahankan kesatuan masyarakat,
sifat-sifat sistemik merupakan generalisasi menyesuaikan dan merubah unsur pertautan
empiris yang didasarkan atas pengetahuan dan hubungan agama dan sistem ekonom, melindungi
pemahamannya tentang sistem politik Barat kesatuan sistem politik dan ancaman-ancaman
yang ditawarkan tanpa mendukung bukti. dari luar atau mengembangnya terhadap
Almond tidak lengah pada kenyataan bahwa masyaakat lain dan menyerangnya. Sistem
dalam pencarian struktur yang menjalankan politik itu menjalankan fungsi-fungsi penyatuan
fungsi-fungsi tertentu seseorang akan secara dan penyesuaian baik kedalam masyarakat itu
kebetulan sampai pada situasi khususnya di sendiri maupun ke dalam masyarakat lain.12
wilayah yang sedang berkembang di mana Perbedaan satu sistem politik dengan sistem
seseorang akan menemukan bahwa proses- politik lainnya dapat dipisahkan melalui tiga
proses politik tertentu ternyata “disfungsional” dimensi: polity, politik, dan policy (kebijakan).
(meminjam istilah Merton) dan membawa Polity diambil dari dimensi formal politik,
pada keadaan tidak seimbang. Tetapi dia akan yaitu, struktur dari norma, bagaimana prosedur
tetap memutuskan akibatnya berdasarkan mengatur institusi mana yang semestinya ada
keampuhan kategori-kategori fungsional yang dalam politik. Politik dari dimensi prosedural
ditarik dari pengalamannya tentang sistem- lebih mengarah pada proses membuat
sistem Barat.10 keputusan, mengatasi konflik, dan mewujudkan
tujuan dan kepentingan. Dimensi ini melingkupi
9
Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: 11
Antonius Sitepu, Sistem Politik Indonesia (Medan: Fisip
Gramedia Pustaka Utama,2013), 77-78. Press, 2004), 23.
10
S.P. Varma, Teori Politik Modern (Jakarta: PT Raja 12
Budi Winarno, Sistem Politik Indonesia Era Reformasi
Grafindo Persada,2003), 300-301. (Jakarta: PT. Buku Kita, 2007), 83.

24 Politica Vol. 8 No. 1 Mei 2017


beberapa isu klasik yang berkaitan dengan ilmu Mancingan XI, Parangtritis, Bantul. Informan
politik, seperti siapa yang dapat memaksakan yang diwawancarai dalam penelitian ini terdiri
kepentingannya? mekanisme seperti apa yang dari Penasihat Bank Sampah Gardu Action,
berlangsung dalam menangani konflik? Dan Kepala Dusun Mancingan XI, Ketua RT
sebagainya. Dan terakhir adalah policy sebagai 02, Warga yang tinggal dekat dengan Bank
dimensi politik, melihat substansi dan cara Sampah, Ketua dan anggota pengelola Bank
pemecahan masalah berikut pemenuhan tugas Sampah Gardu Action.
yang dicapai melalui sistem administratif,
menghasilkan keputusan yang mengikat bagi Struktur Sosial-Politik Mancingan XI
semua. Easton berpendapat bahwa definisi Pengelolaan pariwisata di kawasan
politik dari ketiga dimensi ini terbukti lebih Parangtritis yang mengandalkan pada eksotisme
efektif, terutama untuk memahami realitas pantai dan wisata budaya telah mampu
politik dalam upaya memberikan pendidikan memancing laju pariwisata yang tinggi. Laju
politik. pariwisata yang tinggi tersebut telah mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Metode Penelitian setempat, termasuk warga dusun Mancingan
Lokasi Penelitian di fokuskan di RT 02, XI. Di Mancingan XI terdapat beberapa
Dusun Mancingan XI, Parangtritis, Bantul, pantai yang dikelola secara kemitraan antara
DIY. Pemilihan lokasi penelitian karena warga dan pemerintah daerah. Banyak dari
di sini terdapat bank sampah yang muncul warga dusun yang menjadi pengelola homestay,
didorong oleh problem sampah yang ada di losmen, penyewa dhokar, penjual makanan,
kawasan wisata pantai di Parangtritis yang dan lain-lain. Laju pariwisata yang tinggi telah
mencerminkan bekerjanya sistem politik pula meningkatkan kebutuhan akan ruang dan
intrakomunitas dalam mengelola ruang. tekanan demografis.
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan Laju pariwisata telah memicu banyaknya
dan metode kualitatif. Data atau informasi pendatang dari berbagai daerah bahkan di luar
terkini terkait kegiatan dan berbagai masalah Yogyakarta untuk mengadu nasib ke Mancingan
lingkungan serta upaya pengelolaan pariwisata XI. Geliat ekonomi telah memicu tumbuhnya
di Mancingan XI, Parangtritis diperoleh melalui kegiatan ekonomi baru selain kegiatan
observasi lapangan dan wawancara mendalam pertanian, penyewaan losmen, dan lain-
dengan beberapa informan. Pengambilan data lain. Kehadiran pendatang ke dalam tatanan
dilakukan pada bulan September-Oktober komunitas Mancingan XI tentu menyebabkan
2016 di Mancingan XI, Parangtritis, Bantul. mereka harus menyesuaikan diri dengan nilai
Wawancara dilakukan dengan teknik snowball dan norma sosial setempat. Warga pendatang
sampling. biasanya membangun tempat tinggal dengan
Mula-mula peneliti menemui informan cara mengkontrak ataupun menyewa tanah.
pangkal yaitu individu yang pertama kali Tempat tinggal para pendatang ini berada
ditemui karena dinilai dapat menjadi di luar komunitas Mancingan XI dan dapat
‘pembuka pintu’ dalam proses pengumpulan dibedakan dengan ciri rumah semi permanen.
data. Selanjutnya peneliti menemui beberapa Para pendatang secara tidak langsung telah
informan kunci berdasarkan referensi yang mempengaruhi sistem politik intrakomunitas
telah diberikan oleh informan pangkal. Mancingan XI yang menyebabkan munculnya
Informan kunci adalah individu individu perubahan relasi dan proses penyelesaian
tertentu yang dinilai menguasai permasalahan masalah. Sistem politik intrakomunitas di
yang hendak diteliti dan mempunyai keahlian dalam masyarakat asli Mancingan XI yang
serta berwawasan cukup terkait pengelolaan dibentuk oleh interaksi manusia dengan alam
wisata dan Bank Sampah Gardu Action di ternyata belum mampu merespon dengan baik

Anggalih Bayu Muh. Karim: Perwujudan Sistem Politik Intrakomunitas 25


datangnya tekanan demografis. Akibat dari yang baik dalam mengelola sampah hasil
masih lemahnya responsivitas sistem politik pariwisata, sebagai berikut:
intrakomunitas tersebut menyebabkan seolah “Warga belum terlalu menyadari potensi
komunitas sosial di Mancingan XI terpecah pengelolaan pariwisata secara baik, satu contoh
menjadi dua bagian yaitu masyarakat asli dan yang menjual jajanan olahan kelapa begitu
pendatang. selesai, batok kelapa ditinggal dan menumpuk
Masyarakat asli dan pendatang di di sepanjang pantai. Masyarakat belum tahu
dan memiliki kesadaran yang rendah terkait
Mancingan XI menunjukan pola relasi sosial-
pengelolaan sampah. Pemerintah daerah Bantul
politik yang berbeda. Kedua komunitas ini secara sebenarnya telah membuat perda tentang
formal memang satu wadah di dalam struktur sampah, namun kebanyakan warga tetap belum
dusun, akan tetapi dalam dinamika komunitas tahu karena minim sosialisasi.”13
itu sendiri berjalan dengan menunjukan corak
Masalah semakin bertambah karena
yang berbeda-beda. Masyarakat asli masih
ada perbedaan dengan para pendatang.
memegang sistem politik intrakomunitas yang
Masyarakat pendatang memiliki relasi yang
masih terlekat kuat dengan budaya Jawa.
relatif impersonal dan kebanyakan berprofesi
Sistem politik intrakomunitas masyarakat asli
sebagai wirausaha. Masyarakat pendatang
Mancingan XI telah terjaga dengan adanya
pada umumnya datang dari Surakarta dan
ikatan sosio-magis yang tertanam kuat dalam
Magelang serta daerah lain. Mereka menyewa
diri masyarakat. Sistem politik intrakomunitas
tanah penduduk atau menggunakan izin hak
ini terus bertahan dan mengalami berbagai
guna bangunan. Masyarakat pendatang juga
penyesuain seiring berjalannya waktu.
memiliki relasi dan integrasi sosial yang relatif
renggang dengan masyarakat asli Mancingan
Sistem Politik Intrakomunitas dan
XI. Masyarakat asli pada umumnya kurang
Kemampuan Menyelesaikan Masalah
mengenal para pendatang, meskipun telah
Masyarakat asli Mancingan XI terus menetap selama bertahun-tahun. Masyarakat
berusaha mempertahankan eksistensi di tengah pendatang juga tidak memiliki interaksi
gerusan kapitalistik yang terus muncul dari laju internal yang kuat, hal ini mungkin dipengaruhi
pariwisata yang terus meningkat. Masyarakat oleh kepentingan ekonomi yang berbeda.
asli berusaha menjadikan pariwisata sebagai Sebagian besar masyarakat pendatang mencari
sumber penghidupan, akan tetapi kegiatan penghidupan dengan membuka usaha warung
pertanian masih menjadi mata pencaharian makan, menyewakan home stay, dan ada pula
utama. Terpeliharanya profesi pertanian ini yang membuka usaha tambak. Perbedaan
juga tidak terlepas dari nilai-nilai budaya Jawa corak kegiatan ekonomi dan impersonalitas
yang membentuk sistem politik intrakomunitas masyarakat pendatang ini menyebabkan sistem
itu sendiri. Masyarakat asli Mancingan XI terus politik intrakomunitas di Mancingan XI hanya
memelihara sistem politik intrakomunitas, hal mampu merespon adanya input yang muncul
ini terbukti dengan kuatnya modal sosial yang dari dalam komunitas masyarakat asli. Dari
terwujud dalam terselenggaranya kegiatan 100 KK yang ada di RT 02, Dusun Mancingan
“berkah laut” setiap tahun. Masyarakat asli XI kurang lebih 65 KK adalah penduduk asli.
Mancingan XI juga sebenarnya belum terlalu Mereka masih memiliki ikatan sosio-magis
menyadari potensi pengelolaan pariwisata, hal budaya Jawa yang kental dan memiliki mata
ini terlihat dari masih rendahnya kesadaran pencaharian utama sebagai petani.
warga setempat untuk mengelola sampah Kehadiran pendatang dan terus
yang muncul dari kegiatan pariwisata. Seperti meningkatnya laju pariwisata khususnya di
pemaparan dari Ketua RT 02, Mancingan sekitar Pantai Parangtritis menyebabkan
XI yang telah menegaskan bahwa penduduk
setempat memang belum memiliki wawasan 13 Wawancara dengan Ketua RT 02, Dusun Mancingan XI
pada 8 Oktober 2016.

26 Politica Vol. 8 No. 1 Mei 2017


lonjakan timbunan sampah. Sebagai salah tempat pembuangan sampah sementara
satu tempat wisata yang cukup populer dibuat terpadu di gumuk pasir dekat kawasan
di Jogja, Pantai Parangkusumo memang Depok, namun mendapat ketidaksetujuan dari
komunitas pemelihara gumuk pasir. Akibat
menyumbangkan sampah dalam jumlah yang
buntu, ketegangan hampir saja muncul, namun
cukup besar. Pada hari biasa, sampah yang kami berusaha terus berembug.”15
dihasilkan penduduk dan wisatawan di pantai
ini bisa mencapai lebih dari 1200 liter per hari. Sistem politik intrakomunitas terus
Sedangkan pada musim liburan bisa mencapai mencoba menyesuaikan diri untuk memproses
7000 liter per hari.14 Di wilayah RT 02, Dusun dan menyelesaikan masalah yang muncul,
Mancingan XI terdapat Tempat Pembuangan agar tidak terjadi peningkatan intensitas
Sementara (TPS) yang menampung sampah ketegangan sosial. Elemen dari sistem politik
dari hasil pariwisata pantai Parangtritis dan intrakomunitas yaitu karang taruna mencoba
buangan warga setempat. Seiring berjalannya mengawali penyelesaian masalah. Karang taruna
waktu timbunan sampah terus meningkat, mencoba melobi ketua RT 02 sebagai elite lokal
sehingga TPS tidak lagi mampu menampung. terdekat untuk bersama-sama menyelesaikan
Timbunan sampah berhamburan melebihi permasalahan. Ketua RT 02 melanjutkan proses
kapasitas TPS dan menyebabkan polusi yang negosiasi dengan Kepala Dusun Mancingan
menganggu keberlangsungan lingkungan dan XI, sehingga kemudian antarelemen sistem
kehidupan warga. TPS yang berlokasi dekat politik intrakomunitas mencoba menyelesaikan
dengan pemukiman masyarakat pendatang masalah. Karang taruna memelopori proses
juga memicu ancaman disintegrasi di dalam interaksi dan pembentukan konsensus antara
komunitas RT 02, Mancingan XI. anggota komunitas, Ketua RT 02, Kepala Dusun
Konflik sosial hampir saja muncul akibat Mancingan XI untuk kembali menguatkan
timbunan sampah yang terus menumpuk di komitmen yang telah terkandung dalam nilai-
TPS. Sistem politik intrakomunitas mencoba nilai yang dianut komunitas untuk menjaga
merespon input yang masuk, namun akibat harmonisasi insan dan alam. Proses musyawarah
dari adanya relasi dan integrasi yang renggang akhirnya mengambil komitmen untuk menata
antara masyarakat asli dan pendatang di TPS yang ada di RT 02, Dusun Mancingan XI
Mancingan XI pada awalnya terjadi kesulitan secara lebih baik. Diawali dengan proses gotong
dalam proses penyelasaian konflik. Ketua RT royong membersihkan lingkungan sekitar TPS,
02, Mancingan XI awalnya sebagai elite lokal komitmen untuk menata kembali keselarasan
berusaha membangun komunikasi dengan alam dan manusia telah kembali.
struktur formal dalam hal ini pemerintah Karang taruna sebagai bagian dari sistem
daerah, namun ternyata mendapat respon yang politik intrakomunitas hadir sebagai agen
tidak baik. Struktur formal yang dijalankan pembaharu. Karang taruna muncul untuk
negara tampaknya belum mapu menyelesaikan menggerakkan dan di lain sisi mendorong sistem
masalah sampah yang dihadapi oleh komunitas politik intrakomunitas untuk lebih adaptif
sosial yang ada di Mancingan XI. Hal ini sesuai dan responsif. Karang taruna telah memicu
dengan paparan Ketua RT 02, Mancingan XI: munculnya komunikasi sosial antara warga
asli dan pendatang, sehingga memperkuat
“Pemerintah daerah mau membuat tempat
jejaring komunitas. Komunikasi sosial sebagai
pembuangan sampah sementara kesusahan.
Dulu mengusulkan di RT sini dan RT lain, dimensi yang luas dan dalam dari hubungan
namun ditolak. Saya pernah mengusulkan antarmanusia, menempatkan kemanusiaan ke
dalam saling keterhubungan secara individual
14
Dian Norras, “Gardu Action Asyiknya Selfie dan Pasang
dan kolektif. Komunikasi sosial telah membuka
Aksi Memanfaatkan Barang Tak Terpakai,” YogYes, 1
September 2016, diakses pada 15 April 2017, https:// 15
Wawancara dengan Ketua RT 02, Mancingan XI pada 8
www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/other/
Oktober 2016.
Gardu-action/

Anggalih Bayu Muh. Karim: Perwujudan Sistem Politik Intrakomunitas 27


jalan akan adanya kepentingan bersama dalam output berupa bank sampah. Keterlibatan
internal komunitas. masyarakat secara aktif dalam proses difusi
Komunikasi sosial juga akan meningkatkan inovasi menempatkan masyarakat dalam
ketersediaan sharing informasi dan upaya posisi yang kuat dan berdaya karena mampu
penyelesaian masalah bersama yang akan menjadi author bagi diri dan lingkungannya.
dilakukan dan diimplementasikan oleh Dalam kondisi tersebut terciptalah sebuah
komunitas. Dalam perkembangan suatu proses pemberdayaan masyarakat.17 Hal
komunitas diperlukan suatu proses-proses ini dikarenakan pemberdayaan masyarakat
dan pola-pola komunikasi yang berlandaskan melalui lahirnya Bank Sampah Gardu Action
kepada komunikasi sosial. Komunikasi telah membuka ruang luas bagi kebaharuan
sosial menjadi kunci awal dari penyelesaian melalui inovasi-inovasi yang disebarkan pada
masalah yang akan dilakukan sistem politik masyarakat. Pemberdayaan masyarakat melalui
intrakomunitas. Komunikasi sosial seolah inovasi dari dalam ini telah membuat komunitas
wahana dalam mengagregasikan kepentingan berdaya.
yang akan diproses menjadi input bagi sistem Kemandirian telah terbentuk dalam
politik intrakomunitas. Komunikasi sosial komunitas Mancingan XI dalam mengatasi
yang terjadi dalam komunitas setidaknya harus masalah sampah. Kemandirian masyarakat
memenuhi beberapa aspek yaitu : the numbers merupakan suatu kondisi yang dialami
of participants; publicness; fungsi informasi, oleh masyarakat yang ditandai dengan
interpretasi, dan entertainment; cultural group.16 kemampuan memikirkan, memutuskan serta
Karang taruna, Ketua RT 02, dan melakukan sesuatu yang dipandang tepat
Kepala Dusun Mancingan XI bersama demi mencapai pemecahan masalah-masalah
anggota komunitas lebih lanjut menyepakati yang dihadapi dengan mempergunakan daya
terbentuknya bank sampah di samping terdapat kemampuan yang dimiliki. Daya kemampuan
TPS. Bank Sampah dianggap sebagai wujud yang dimaksud adalah kemampuan kognitif,
respon dari sistem politik intrakomunitas dalam konatif, psikomotorik dan afektif serta sumber
menyelesaikan problem sampah yang hampir daya lainnya yang bersifat fisik/material.
saja memicu ketegangan sosial. Bank Sampah Kemandirian masyarakat dapat dicapai tentu
juga diharapkan ke depannya menjadi sumber memerlukan sebuah proses belajar. Masyarakat
mata pencaharian tambahan bagi anggota yang mengikuti proses belajar yang baik, secara
komunitas Mancingan XI. Bank Sampah ini bertahap akan memperoleh daya, kekuatan
juga muncul dari inisiatif karang taruna yang atau kemampuan yang bermanfaat dalam proses
hadir sebagai agen pembaharu bagi sistem politik pengambilan keputusan secara mandiri.18
intrakomunitas. Bank Sampah yang dibentuk Masyarakat memiliki potensi dan kekuatan
di dusun Mancingan XI ini diberi nama Bank dari sumber-sumber daya alam dan sosial
Sampah Gardu Action. Bank Sampah menjadi budaya yang dimilikinya. Potensi tersebut
elemen baru dari sistem politik intrakomunitas perlu digali melalui strategi yang sesuai
yang telah melakukan beberapa peran fungsi dengan kebutuhan masyarakat. Penyelesaian
seperti manajemen konflik, pemberdayaan, masalah yang dilakukan secara mandiri oleh
dan peningkatan proses demokratisasi di dalam komunitas Mancingan XI telah menunjukan
komunitas. adanya proses pengambilan keputusan dan
Komunikasi sosial yang didorong oleh pemberdayaan yang partisipatif. Jiwa partisipatif
Karang Taruna Mancingan XI merupakan 17
Shinta Prasyanti,” Difusi Inovasi dalam Konteks
bentuk difusi inovasi yang berhasil mengeluarkan Pemberdayaan Masyarakat,” Jurnal Acta Diurna, Vol 9,
No.1 (2013): 58-62.
16
Fredian Tonny Nasdian, Pengembangan Masyarakat 18
Kesi Widjajanti,” Model Pemberdayaan Masyarakat,”
(Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2015), 175- Jurnal Ekonomi Pembangunan, Volume 12, Nomor 1 (Juni
191. 2011): 13.

28 Politica Vol. 8 No. 1 Mei 2017


yang ditanamkan terhadap masyarakat akan dicapai jika masyarakat sendiri ikut ambil
memunculkan perasaan memiliki terhadap apa bagian, sejak dari awal, proses dan perumusan
yang dikembangkan, karena hal tersebut telah hasil. Keterlibatan masyarakat akan menjadi
menjadi wadah pemenuhan kebutuhannya. penjamin bagi suatu proses yang baik dan
Partisipasi aktif seluruh warga masyarakat benar. Keterlibatan masyarakat secara langsung
sangat dibutuhkan dalam keberlangsungan akan membawa dampak penting, yaitu: (1)
dan keberhasilan penyelesaian masalah. Terhindar dari peluang terjadinya manipulasi.
Keterlibatan masyarakat sipil bisa dilakukan Keterlibatan masyarakat akan memperjelas apa
jika masyarakat mengerahkan seluruh sumber yang sebenarnya dikehendaki oleh masyarakat;
daya yang mereka miliki baik itu modal fisik, (2) Memberikan nilai tambah pada legitimasi
modal manusia maupun modal sosial demi rumusan perencanaan karena semakin banyak
suksesnya pembangunan kesehatan masyarakat. jumlah mereka yang terlibat akan semakin
Peningkatan peran masyarakat sipil dalam baik; dan (3) Meningkatkan kesadaran dan
pembangunan terjadi karena menguatnya keterampilan politik masyarakat.20
kekuatan atau modal yang dimiliki masyarakat Proses yang dialami oleh komunitas
dalam menyelesaikan sendiri berbagai persoalan Mancingan XI menunjukan sebuah kelompok
yang mereka alami.19 sosial yang sudah bertransformasi sesuai dengan
Langkah yang ditempuh oleh komunitas berbagai kriteria sebagai berikut:21
Mancingan XI juga merupakan proses 1. Internalisasi nilai-nilai dan prinsip
pemberdayaan secara mandiri. Pemberdayaan prinsip universal, sebagai pondasi kokoh
memberikan tekanan pada otonom memberdayakan masyarakat menuju
pengambilan keputusan dari suatu kelompok tatanan yang mampu mewujudkan
masyarakat. Penerapan aspek demokrasi dan kemandirian dan pembangunan
partisipasi dengan titik fokus pada lokalitas keberlanjutan.
akan menjadi landasan bagi upaya penguatan 2. Penguatan lembaga masyarakat melalui
potensi lokal. Pada aras ini pemberdayaan pendekatan pembangunan bertumpu pada
masyarakat juga difokuskan pada penguatan kelompok (comunity based development),
individu anggota masyarakat beserta pranata- masyarakat membangun dan mengorganisir
pranatanya. Pendekatan utama dalam konsep diri atas dasar ikatan pemersatu, antara lain
pemberdayaan ini adalah menempatkan kesamaan kepentingan dan kebutuhan,
masyarakat tidak sekedar sebagai obyek kesamaan kegiatan, kesamaan domisili,
melainkan juga sebagai subyek. Konteks dan lain-lain, yang mengarah pada upaya
pemberdayaan, sebenarnya terkandung mendorong tumbuh berkembangnya
unsur partisipasi yaitu bagaimana masyarakat kapital sosial.
dilibatkan dalam proses pembangunan, dan 3. Pembelajaran penerapan konsep tridaya
hak untuk menikmati hasil penyelesaian dalam penanggulangan kemiskinan,
masalah. Pemberdayaan mementingkan adanya menekankan pada proses pemberdayaan
pengakuan subyek akan kemampuan atau daya sejati (bertumpu pada manusia-
(power) yang dimiliki obyek. Secara garis besar, 20

Agus Purbathin Hadi, “Konsep Pemberdayaan, Partisipasi
proses ini melihat pentingnya proses ini melihat Dan Kelembagaan Dalam Pembangunan,” diunduh pada
pentingnya mengalihfungsikan individu yang 27 April 2017, http://suniscome.50webs.com/32%20
tadinya obyek menjadi subyek. Prinsip dalam Konsep%20Pemberdayaan%20Partisipasi%20
Kelembagaan.pdf
partisipasi adalah melibatkan atau peran serta 21
Rahayu Kristiniati dan Ilmi Usrotin Choiriyah,
masyarakat secara langsung, dan hanya mungkin “Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan
19
Kurniawan Arianto dan Eliza Nur Fitriana,” Modal Sosial
(Pnpm-Mp) Di Desa Bligo Kabupaten Sidoarjo,” Jurnal
dalam Kemandirian Masyarakat di Bidang Kesehatan,”
Kebijakan dan Manajemen Publik, Vol. 2, No. 2 (September
Jurnal Kebijakan & Administrasi Publik, Vol 17, No 2
2014):210.
(November 2013): 6.

Anggalih Bayu Muh. Karim: Perwujudan Sistem Politik Intrakomunitas 29


manusianya) dalam rangka membangkitkan dari Banten, Kalimantan, dan Sumatera,
ketiga daya yang dimiliki manusia, agar mengikuti acara sosial itu dan menjadi titik
tercipta masyarakat efektif secara sosial, awal pergerakan komunitas untuk melestarikan
tercipta masyarakat ekonomi produktif dan lingkungan. Rutinitas para pemuda Mancingan
masyarakat pembangunan yang mampu pun praktis bertambah sejak saat itu. Dimulai
mewujudkan lingkungan perumahan dan dengan mendata para warga yang ingin menjadi
pemukiman sehat, produktif dan lestari. nasabah bank sampah sampai mendistribusikan
4. Penguatan akuntabilitas masyarakat, sampah itu ke bank sampah induk di Sleman.22
menekankan pada proses membangun dan Bank Sampah Gardu Action sebagai
menumbuhkan segenap lapisan masyarakat jawaban yang ditawarkan oleh sistem politik
untuk peduli melakukan kontrol sosial intrakomunitas telah menjadi solusi dari
obyektif dan efektif, sehingga menjamin ancaman konflik dari keadaan over capacity
pelaksanaan kegiatan yang berpihak TPS yang memicu gangguan timbunan sampah.
kepada masyarakat miskin dan mendorong Bank Sampah Gardu Action telah memberikan
kemandirian serta keberlanjutan upaya- mekanisme baru berupa proses daur ulang
upaya penanggulangan kemiskinan di sampah bahkan menjadikan sampah menjadi
wilayah masing-masing memiliki nilai ekonomis, sehingga kehadirannya
tidak hanya meredam konflik, namun juga
Bank Sampah Gardu Action sebagai menjadikannya sebagai kepedulian bersama
Cerminan Sistem Politik Intrakomunitas bagi komunitas.
Budi Bamboo, Pembina Gardu Action Kehadiran Bank Sampah Gardu Action
mengatakan, kegiatan bank sampah kelolaan memperlihatkan bagaimana proses pengeolaan
para pemuda, di Parangkusumo telah berdiri konflik yang dilakukan dan diredam oleh sistem
sejak 4 Juli 2015. Diawali dengan sepakat politik intrakomunitas. Tujuan pengelolaan
bergerak membersihkan tumpukan sampah konflik adalah terwujudnya kesatuan
di pinggir Parangkusumo, pantai tetangga pandangan dan terciptanya kerja sama dalam
Parangtritis, sampai terkumpul 30 kantong suatu komunitas, agar semua pihak memiliki
besar. Sampah hasil gotong royong yang jalan untuk memahami metode-metode
menumpuk menimbulkan kebingungan, sampai dan prinsip-prinsip yang digunakan dalam
akhirnya muncul gagasan pembuatan bank pemecahan masalah. Pada praktiknya sebagian
sampah. Karang taruna kemudian belajar ke besar porsi perhatian lebih dititikberatkan
Bambang Suwerda, penggagas bank sampah kepada peningkatan capacity building,
di Indonesia untuk mengetahui seluk-beluk pengembangan konsep-konsep analisis konflik,
pengelolaan bank sampah. Setelah mantap dan tersusunnya desain proses bagi pengelolaan
menentukan konsep bank sampah, para konflik yang memadai.23
pemuda Gardu Action pun merasa langkah Bank Sampah Gardu Action telah
mereka harus didukung perangkat desa. Mereka membantu memberikan sumber penghidupan
pun meminta waktu agar bisa bertemu dan baru bagi komunitas. Bank Sampah Gardu
menyampaikan langkah mereka dengan para Action telah mengolah sampah menjadi barang
kepala dusun. Setelah mendapat persetujuan, ekonomis yang menjadi sumber pendapatan
Gardu Action merumuskan sebuah acara baru bagi anggota komunitas. Pelibatan anggota
yang sekaligus menjadi deklarasi pendirian komunitas sebagai nasabah di Bank Sampah
komunitas bank sampah itu. Pada 14–19 22

Tri Mujoko Bayuaji, “Vika Wahyu Aji, Penggagas Bank
Agustus 2015, Gardu Action menggadakan Sampah di Pinggiran Parangtritis,” Jawa Pos, 6 Agustus
recreational dan education camp. Dengan 2016, diakses pada 15 April 2017, http://www.jawapos.
mengandalkan internet dan komunikasi seluler, com/read/2016/08/04/43011/vika-wahyu-aji-penggagas-
bank-sampah-di-pinggiran-parangtritis.
sekitar lima sekolah, ditambah beberapa teman 23
Nasdian, Pengembangan Masyarakat, 191-205

30 Politica Vol. 8 No. 1 Mei 2017


Gardu Action telah mendorong perbaikan berkemah. Anggota Gardu Action biasanya
kesejahteraan bagi masyarakat. Masyarakat memberikan edukasi tentang sampah kepada
yang menjadi nasabah akan merasakan manfaat para peserta kemah. Mereka juga mengadakan
akumulatif melalu menabung sampah setelah kegiatan daur ulang sampah, termasuk cara-
satu bulan setidaknya, sehingga menjadi sumber cara mengubah sampah menjadi sesuatu yang
pendapatan baru bagi anggota komunitas. Bank layak dijual.
Sampah Gardu Action sendiri sejak berdiri pada Bank Sampah Gardu Action sebagai
4 Juli 2015 menggunakan permodalan sendiri bagian baru dari sistem politik intrakomunitas
dari komunitas yaitu sebesar Rp675.000,00., Mancingan XI telah menjadi agen
khususnya elemen karang taruna yang bertindak pemberdayaan komunitas. Bank Sampah Gardu
sebagai pengelola. Sampai dengan Oktober Action dalam proses operasionalnya dikelola
2016 Bank Sampah Gardu Action juga telah oleh para sukarelawan yang kebanyakan
mengalami pengembalian modal. Bank Sampah berasal dari elemen karang taruna. Bank
Gardu Action juga semakin meningkatkan Sampah Gardu Action telah memberikan
kapasitas sebagai tempat wisata alternatif. ruang penghidupan baru dengan bagi hasil
Dengan mengolah sampah menjadi berbagai pendapatan 70 % untuk kas dan 30 % untuk
hiasan yang ditempatkan di beberapa titik bagi hasil pegawai. Beberapa sukarelawan Bank
gumuk pasir Parangkusumo dan menjadikan Sampah bahkan rela meninggalkan pekerjaan
lokasi Bank Sampah sebagai tempat berkemah lamanya untuk lebih fokus ikut serta dalam
semakin menambah nilai tambah dari Bank mengelola lingkungan dan menjadikannya
Sampah Gardu Action. Bank Sampah Gardu sebagai sumber pemasukan baru. Bagi para
Action sendiri mendapat pemasukan dari pengunjung yang datang ke Gardu Action
beberapa sumber yaitu retribusi parkir, tiket biasanya membayar parkir sekitar Rp2000,00
masuk, donasi, usaha kedai dan penyewaan dan untuk menikmati kreasi-kreasi uniknya
tempat berkemah. Fasilitas yang ada di Gardu kita harus membayar sekitar Rp3000,00/orang.
Action terbilang cukup untuk ukuran tempat Biaya tersebut dijadikan untuk perenovasian
bersantai. Ada bangku-bangku yang dibuat serta pemeliharaan benda-benda di Gardu
dari kayu bekas, Gardu pandang di atas pohon, Action.25 Ketua Bank Sampah Gardu Action
warung kopi yang menyediakan makanan dan sendiri membuat pengakuan terkait dengan
minuman, toilet yang disusun menarik, camping pilihannya untuk lepas dari pekerjaannya dan
ground, penyewaan ATV, sebuah gazebo unik fokus untuk mengabdi, sebagai berikut:
didekat pantai yang biasa digunakan untuk “Saya sendiri dulu anggota SAR, namun kini fokus
melihat sunset, dan tempat berfoto.24 untuk bekerja di Bank Sampah ini. Bedanya kalau
Pengelola Gardu Action mengakui bahwa dulu bekerja di bidang kemanusiaan, kini bekerja di
banyak orang mendatangi tempat ini untuk bidang lingkungan. Teman-teman lain juga banyak
sekadar berfoto-foto. Akan tetapi, tujuan para yang dulu bekerja sebagai juru parkir, pengendara
bendi, namun sekarang memilih fokus di sini padahal
pengelola spot wisata ini tidak sesederhana
pekerjaannya yang dulu memiliki pendapatan yang
itu. Mereka mempunyai visi dan misi untuk pasti. Bahkan ada yang sampai cuti kuliah satu tahun
memberikan edukasi kepada wisatawan, dan terlambat skripsi karena lebih mengutamakan
terutama anak muda, tentang sampah dan mengabdi di bank sampah ini.”26
bagaimana cara mengelola sampah agar tidak
Bank Sampah Gardu Action sebagai bagian
menjadi limbah yang merusak lingkungan. Area
dari sistem politik intrakomunitas menjadi wahana
terbuka di Gardu Action bisa digunakan untuk
25
“Apa Itu Gardu Action?”, SMP N 2 Bambang Lipuro,
24
Meisa Iryanti, “Gardu Action Wahana Edukasi Sampah 17 Januari 2017, diakses pada 15 April 2017, http://
yang Unik,” Tribun News, 13 Januari 2016, diakses smpn2bambanglipuro.sch.id/2017/01/17/apa-Gardu-
pada 15 April 2017, http://www.tribunnews.com/ action/.
tribunners/2016/01/13/Gardu-action-wahana-edukasi- 26
Wawancara dengan Ketua Pengelola Bank Sampah Gardu
sampah-yang-unik. Action, Vika Wahyu Aji pada 15 Oktober 2016.

Anggalih Bayu Muh. Karim: Perwujudan Sistem Politik Intrakomunitas 31


pemberdayaan yang dapat merubah mentalitas plastik bekas, kayu-kayu dan sebagainya.Sampah-
aktor-aktor politik dan relasi di dalam komunitas. sampah tersebut disulap menjadi barang-barang
Pemberdayaan tidak sekedar memberikan seperti lampu hias yang unik, tas dari sampah
kewenangan atau kekuasaan kepada pihak yang plastik, patung dari botol bekas, dan lainnya. Sesuai
lemah saja. Dalam pemberdayaan terkandung dengan namanya, Gardu Action atau Garbage
makna proses pendidikan dalam meningkatkan Care and Education, pengelola Gardu Action ini
kualitas individu, kelompok, atau masyarakat akan dengan senang hati memberikan penjelasan
sehingga mampu berdaya, memiliki daya saing, serta tentang seluk beluk sampah kepada siapa pun yang
mampu hidup mandiri. Dalam pelaksanaannya, berkunjung. Sejak memasuki kawasan ini, upaya
pemberdayaan memiliki makna: dorongan edukasi sudah dilakukan dengan menampilkan
atau motivasi, bimbingan atau pendampingan bank sampah dan tempat pemilahan sampah. Dari
dalam meningkatkan kemampuan individu titik ini maka pengunjung akan tahu bagaimana
atau masyarakat untuk mampu meningkatkan cara memilah sampah supaya bisa didaur ulang.
kemandirian. Upaya tersebut merupakan Selain itu pengunjung juga bisa berdisikusi dengan
sebuah tahapan dari proses pemberdayaan pengelola tentang cara membuat aneka sampah
dalam mengubah perilaku, mengubah kebiasaan tak berguna menjadi barang yang menarik bahkan
lama menuju perilaku yang lebih baik, dalam memiliki nilai seni dan nilai guna yang baru.
meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan.27 Jadi, selain berwisata juga akan mendapatkan
Pengurus Gardu Action ini tak hanya pengetahuan baru.28
ingin menciptakan sebuah tempat wisata unik Bank Sampah Gardu Action sebagai
Yogyakarta, tetapi juga memberikan edukasi jawaban yang diberikan oleh sistem politik
mengenai pengelolaan sampah. Sebelum intrakomunitas atas permasalahan sampah
dikreasikan, sampah-sampah yang dikumpulkan telah menjadi ruang interaksi baru dan wahana
oleh pengelola Gardu Action dari sepanjang peningkatan demokratisasi di aras lokal. Bank
pantai dipilah menjadi dua bagian, yakni sampah Sampah Gardu Action telah mengembalikan
organik dan anorganik. Jika sampah organik bisa kembali dan memperkuat nilai-nilai harmonisasi
dijadikan kompos, maka penanganan sampah insan dan alam yang selama ini terlekat dalam
yang sulit terurai beda lagi. Menerapkan 3 diri komunitas Mancingan XI. Bank Sampah
prinsip penanganan sampah anorganik, barang Gardu Action memacu anggota komunitas untuk
bekas bisa dimanfaatkan kembali (reuse) lalu berpartisipasi dalam pembangunan desa dengan
di olah menjadi barang-barang unik layak terlibat menjadi nasabah dan aktif memberikan
pakai (recycle) serta terus mengkampanyekan adanya informasi tumpukan sampah baik
kepada masyarakat sekitar untuk mengurangi rumah tangga maupun wisata. Gardu Action ini
penggunaan barang yang sulit terurai (reduce). merupakan bank sampah untuk masyarakat, di
Sebelum digunakan sampah-sampah yang sini juga ada tempat pemilihan untuk sampah,
dikumpulkan dari area sekitar pantai juga dari sistem yang dibangun di bank sampah ini adalah
rumah-rumah penduduk melalui bank sampah sistem menabung. Warga yang menyerahkan
dipilah menjadi dua bagian. Sampah yang cepat sampah akan diberi nota dan akan dibayar
membusuk seperti sisa sayuran dengan sampah setiap 1 bulan sekali.29
yang yang sulit terurai seperti kertas dan plastik.
Setelah dipisahkan, sampah-sampah yang mudah 28
Hendra Nurdiyansyah, “Gardu Action, Mengurai Sampah
membusuk pun dapat diolah menjadi kompos. Menjadi Wisata Edukasi,” Maioloo, 3 Mei 2016, diakses
Kebanyakan sampah yang dikumpulkan pada 15 April 2017, https://www.maioloo.com/tempat-
adalah sampah yang dapat di daur ulang menjadi wisata/yogyakarta-jogja/Gardu-action/.
barang baru lagi, seperti botol, kaleng bekas,
29
Koran Yogya, “Bank Sampah Gardu Action ‘Garbage
Care And Education,” Koran Yogya, 8 November 2015,
27
Oos M. Anwas, Pemberdayaan Masyarakat di Era Global diakses pada 15 April 2017, https://koranyogya.com/
(Bandung : Alfabeta,2014), 41-61. bank-sampah-Gardu-action-garbage-care-and-education/.

32 Politica Vol. 8 No. 1 Mei 2017


Bank Sampah Gardu Action telah Dahlan yang turut membantu perwujudan
membantu mempererat jejaring komunitas Bank Sampah Gardu Action adalah wujud
dalam mengelola lingkungan secara lebih baik. kesukarelaan dalam pengelolaan lingkungan.
Komunikasi yang erat mengenai informasi KKN-PPM UAD 2015 yang didanai Dikti
ataupun penduduk yang antusias menjadi ini fokus pada program pemberdayaan warga
nasabah sampah memperlihatkan sinergi yang masyarakat dalam pengelolaan sampah.
kuat dalam pengelolaan lingkungan. Bank Program KKN-PPM UAD yang dilaksanakan
Sampah Gardu Action sendiri melayani sampah di Mancingan XI ini bagian dari program yang
secara formalitas tiap hari Selasa dan Jumat dilaksanakan 27 mahasiswa di 3 desa yaitu dusun
dalam seminggu, namun setiap hari ternyata Grogol IX, Grogol X, dan Mancingan. Banyak
ada anggota komunitas yang datang untuk program yang sudah dijalankan oleh KKN-
menabung sampah, sehingga membuat pegawai PPM, antara lain penyuluhan kepada warga
harus siap melayani setiap sore hari. Hal ini terkait bahaya dan manajemen pengelolaan
telah mengindikasikan bagaimana sistem sampah dengan didampingi oleh tim bank
politik intrakomunitas mampu mengelola diri sampah. Selain itu, pelatihan pembuatan
dan memanfaatkan budaya guyub yang ada kompos kepada warga, pembuatan souvenir atau
dalam diri masyarakat untuk berpartisipasi kerajinan kepada ibu PKK dari sampah plastik,
dalam mengelola lingkungan. Sebuah proses pelatihan pemilahan sampah, edukasi budaya
upaya peningkatan partisipasi tentunya akan hidup sehat kepada anak PAUD dan SD di
lebih efektif, apabila mendayagunakan setting sekitar, kerja bakti pantai, serta bazzar recycle
sosial-budaya maupun sosial-politik yang sudah sampah.31
ada. Peluang bagi anggota komunitas untuk Kehadiran dan keterlibatan komunitas
berpartisipasi di dalam pengambilan keputusan seniman pada awal operasional Bank Sampah
secara demokratis, selain ditentukan oleh juga ikut membantu perwujudan sebagai tempat
struktur kekuasaan dan kepemimpinan dalam wisata alternatif. Sebagian besar pegawai
pengambilan keputusan juga ditentukan oleh Bank Sampah adalah orang yang menyisakan
sifat masyarakat dan kondisi wilayah di mana waktunya untuk operasional Bank Sampah.
mereka berada.30 Perwujudan usaha kedai untuk menambah nilai
Partisipasi anggota komunitas yang muncul tambah juga muncul dari upaya kesukarelaan.
di Bank Sampah Gardu Action memperlihatkan Seluruh perabot dan alat yang digunakan di
bagaimana sistem politik intrakomunitas kedai sebagian besar adalah milik sukarelawan
meningkatkan proses demokratisasi di tingkat yang terlibat aktif dalam operasional Bank
lokal. Proses demokratisasi yang didorong oleh Sampah Gardu Action.
peran Bank Sampah Gardu Action setidaknya Komunitas awalnya mencoba mengawali
terdapat beberapa karakteristik yaitu penguatan kampanye bank sampah ke masyarakat. Apabila
volunterisme; proses pembentukan konsensus; bank sampah sebelumnya hanya mengumpulkan
dan relasi komunitas dengan negara. sampah dari masyarakat, maka bank sampah
Volunterisme yang muncul dalam kegiatan yang digagas oleh karang taruna Mancingan XI
Bank Sampah Gardu Action sendiri muncul yang disebut Gardu Action ini sedikti berbeda.
sejak awal upaya penyelesaian konflik akibat Pengelola melakukan penjemputan sampah ke
timbunan sampah. Bank Sampah yang muncul masing-masing rumah masyarakat. Berbekal
karena kemitraan antara aparat RT 02, pamong sepeda motor, pengelola melakukan jemput
dusun Mancingan XI, karang taruna dan adanya bola sampah warga. Sampah tersebut tidak
program KKN mahasiswa Universitas Ahmad serta merta diambil, melainkan ada mekanisme
31
“Mahasiswa dan Dosen UAD Peduli Sampah,” Universitas
30
Kutut Suwondo, Civil Society di Aras Lokal Perkembangan
Ahmad Dahlan, 22 Agustus 2015, diakses pada 15 April
Hubungan Antara Rakyat dan Negara di Pedesaan Jawa
2017, http://uad.ac.id/id/berita/mahasiswa-dan-dosen-
(Salatiga : Pustaka Percik, 2005), 65-87.
uad-peduli-sampah.

Anggalih Bayu Muh. Karim: Perwujudan Sistem Politik Intrakomunitas 33


jual beli. Pengelola membeli sampah dari Terkait dengan relasi antara negara dan
masyarakat dan menjualnya kembali ke bank komunitas dalam kasus Bank Sampah Gardu
sampah induk. Namun yang unik, masyarakat Action telah memperlihatkan fenomena
tidak mendapatkan uang tunai hasil penjualan interaksi sistem politik intrakomunitas
sampah. Masyarakat mendapatkan uang hasil dengan sistem politik formal yang dijalankan
penjualan sampah berupa tabungan. Tabungan oleh negara. Sistem politik intrakomunitas
ini nantinya dapat diambil warga yang menjadi Mancingan XI yang tercermin dalam Bank
nasabah untuk memenuhi kepentingan Sampah Gardu Action ketika berelasi dengan
mendesak. Melalui konsep bank sampah ini, sistem politik formal tidak terlepas dari setting
pengelola beserta komunitasnya tidak hanya sosial-budaya dan setting sosial-politik yang
membantu masyarakat dalam menyalurkan mengitarinya. Dinamika relasi sistem politik
sampah, melainkan juga ikut mereduksi intrakomunitas dan sistem politik formal
tumpukan sampah di Pantai Parangtritis. menjelaskan mengenai bekerjanya suatu sistem
Dengan kata lain, komunitas juga ikut politik untuk menanggapi lingkungannya yang
melestarikan lingkungan.32 selalu berubah.34
Peran Bank Sampah Gardu Action sebagai Bank Sampah Gardu Action pada awalnya
wahana demokratisasi juga tercermin dalam proses berdiri secara swadaya, namun seiring
pembentukan konsensus dalam masyarakat. dengan berjalannya waktu semakin dengan
Hadirnya Bank Sampah menjadi ruang interaksi meningkatnya kebutuhan akan pelayanan
baru bagi anggota komunitas untuk ikut serta bank sampah membutuhkan peningkatan
dalam proses pengambilan keputusan. Kehadiran armada. Bank Sampah sendiri selama ini
anggota komunitas dan elite desa setiap melayani dengan kendaraan berupa motor
tanggal 4 tiap bulannya dalam kegiatan rembug untuk mengangkut sampah dari tiap titik
memperlihatkan kemajuan dan kinerja sistem maupun permintaan warga yang menghubungi
politik intrakomunitas yang semakin demokratis. melalui telepon. Namun, dengan semakin
Kehadiran Bank Sampah dengan tetap meningkatnya permintaan menyebabkan
memanfaatkan semangat guyub adalah berusaha adanya kebutuhan berupa transportasi dan
mengolah ulang budaya setempat agar dapat gerobak angkut yang lebih layak. Kendala
memfasilitasi partisipasi anggota komunitas dalam yang muncul ialah komunitas tidak mampu
pengambilan keputusan. Hal ini mengindikasikan menyediakannya secara swadaya. Selain itu,
telah terjadinya perkembangan sosial-politik di adanya momentum dari program pemerintah
aras lokal yang bersesuaian dengan kemajuan daerah untuk melestarikan gumuk pasir
zaman. Perkembangan sosial-politik di suatu desa dan lingkungannya berusaha dimanfaatkan
tidak hanya akan mempengaruhi perkembangan sebagai momentum yang tepat bagi komunitas
setiap rakyat yang bersangkutan di dalam proses untuk berelasi dengan negara. Sistem politik
pembangunan, namun juga akan mempengaruhi intrakomunitas kemudian berusaha menjawab
struktur dan mekanisme organisasi pada aras lokal tantangan yang muncul tersebut dengan
terutama organisasi pemerintahan desa. Selain itu, menyesuaikan diri. Lingkungan setempat dan
perkembangan sosial-politik di aras lokal secara adanya struktur formal serta adanya desakan
langsung akan mempengaruhi perkembangan kebutuhan telah mendorong interaksi sistem
antara hubungan antara rakyat dan negara.33 politik intrakomunitas dengan negara.
Pengelola Bank Sampah Gardu Action
32

Samsara Ladiatno, “Berawal dari Keprihatinan Banyaknya
awalnya berusaha mengajukan proposal
Sampah Tercipta Ide Bank Sampah,” Inovasi Administrasi permintaan bantuan transportasi untuk armada
Negara, 1 September 2016, diakses pada 15 April 2017,
http://inovasi.lan.go.id/index.php?r=post/read&id=857. 34
Mohtar Mas’oed dan Colin MacAndrews, Perbandingan
33
Suwondo, Civil Society di Aras Lokal Perkembangan, 87- Sistem Politik (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press,
108. 2011), 3-26.

34 Politica Vol. 8 No. 1 Mei 2017


pengangkutan sampah kepada pemerintah masalah bersama. Akan tetapi, dalam proses
daerah Kabupaten Bantul. Akan tetapi, interaksi ini ternyata secara tidak langsung
pemerintah daerah menolak memberikan komunitas tetap terkesan termarginalkan.
bantuan dengan alasan harus memasuki Dalam usaha pembangunan ruang administrasi
tahun anggaran baru untuk memberi bantuan. ternyata dana tidak mencukupi, sehingga
Pengelola Bank Sampah Gardu Action, terpaksa hanya memakai sisa bangunan dan
kemudian berusaha meminjam gerobak angkut ruang sempit yang tersisa untuk pembangunan
ke pemerintah Kota Yogyakarta, namun kantor.
ditolak karena berbeda wilayah pengelolaan.
Usaha Bank Sampah Gardu Action untuk Kesimpulan
mengagregasikan kepentingannya melalui Peningkatan laju pariwisata dan banyaknya
sistem politik formal ini adalah upaya komunitas pendatang telah merubah karakteristik
yang telah berdaya untuk ikut berkontestasi sistem politik intrakomunitas Mancingan
dalam pentas demokrasi substantif dengan aktor XI. Peningkatan laju pariwisata dan jumlah
negara. Usaha Bank Sampah ini memperlihatkan pendatang telah menyebabkan munculnya
bagaimana sistem politik formal ternyata masih problem lingkungan baru berupa penumpukan
lebih superior dibandingkan dengan sistem timbunan sampah di TPS yang berlokasi di
politik intrakomunitas. RT 02, Dusun Mancingan XI. Klimaks dari
Bank Sampah Gardu Action terus masalah sampah yang muncul adalah hampir
mencoba mengagregasikan kepentingannya meningkatnya ketegangan sosial. Sistem politik
melalui sistem politik formal, sampai akhirnya intrakomunitas mencoba merespon terhadap
direspon oleh aktor negara melalui Badan input yang muncul tersebut.
Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Bantul. Sistem politik intrakomunitas berusaha
BLH Kabupaten Bantul berupaya memberikan menata dan mengembalikan sinergi
bantuan gerobak angkut dan penyediaan fasilitas pengelolaan lingkungan khususnya di RT
kepada Bank Sampah Gardu Action, bukan 02, Dusun Mancingan XI. Sistem politik
dengan tanpa kepentingan. BLH Kabupaten intrakomunitas akhirnya memberikan jawaban
Bantul berkepentingan untuk mengikuti berupa Bank Sampah sebagai jawaban.
lomba bank sampah tingkat provinsi, sehingga Hadirnya Bank Sampah yang disebut Gardu
ingin menjadikan Bank Sampah Gardu Action Action mencerminkan output dan outcome yang
sebagai produk yang ingin diperlombakan. muncul dari sistem politik intrakomunitas yang
BLH Kabupaten Bantul akhirnya memberikan mendorong perubahan yang lebih baik.
bantuan peminjaman gerobak angkut dan Hadirnya Bank Sampah Gardu Action
uang sebesar Rp500.000,00 untuk membangun telah menjadi elemen penting baru dari sistem
ruang administrasi kepada Bank Sampah politik intrakomunitas Mancingan XI. Bank
Gardu Action. Dalam hal ini terlihat bagaimana Sampah Gardu Action telah membawa peranan
aktor negara berusaha berkontestasi dengan baru dalam membawa kehidupan komunitas
komunitas. menuju arah yang lebih baik. Bank Sampah
Terjadi proses tukar menukar kepentingan Gardu Action telah melaksanakan fungsi
antara pihak aktor negara yang direpresentasikan baru yang semakin melengkapi kinerja sistem
dengan BLH dengan komunitas. Hal ini politik intrakomunitas, fungsi yang dimaksud
mengindikasikan bahwa meskipun melalui adalah manajemen konflik, pemberdayaan dan
sistem politik formal agregasi kepentingan dari demokratisasi.
komunitas tidak dapat dilakukan. Namun, Bank Sampah Gardu Action telah mampu
apabila terdapat kepentingan bersama antara meredam masalah sampah dan konflik sosial
negara dan komunitas, maka akan terjadi proses yang hampir saja muncul di dalam komunitas.
tawar-menawar dalam rangka penyelesaian Bank Sampah Gardu Action telah memberi

Anggalih Bayu Muh. Karim: Perwujudan Sistem Politik Intrakomunitas 35


sumber penghidupan tambahan bagi komunitas Artikel dalam Jurnal, Majalah dan Surat Kabar
dengan menjadi tempat wisata alternatif dan Arianto, Kurniawan., dan Eliza Nur Fitriana,”
mengolah sampah menjadi barang ekonomis. Modal Sosial dalam Kemandirian
Bank Sampah Gardu Action telah menjadi Masyarakat di Bidang Kesehatan,” Jurnal
wahana demokratisasi di tingkat lokal Kebijakan & Administrasi Publik, Vol 17, No
dibuktikan dengan arus sukarelawan yang 2 (November 2013): 37-49.
kuat, mekanisme konsensus lewat rembug, dan
Budilestari, Ninik., Malikusworo Hutomo.,
adanya relasi yang kuat antara komunitas dan
dan Roby Ardiwidjaja.” Permasalahan
negara.
Lingkungan Di Sempadan Pantai Taman
Wisata Perairan Gili Trawangan, Nusa
Tenggara Barat,” Jurnal Kepariwisataan
Indonesia,Vol. 9 No. 1 (Maret 2014): 91-107.
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, Mahfud., Prehatin Trirahayu Ningrum.,
Khoiron. ”Perilaku Wisatawan Terhadap
Penanganan Sampah dan Total Coliform
Buku Pada Air Danau Ranu Kumbolo TNBTS
Anwas, Oos M. Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Lumajang,” Artikel Ilmiah Hasil
Era Global. Bandung: Alfabeta, 2014. Penelitian Mahasiswa (2015): 1-10.

Budiarjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Kristiniati, Rahayu., dan Ilmi Usrotin Choiriyah,”
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2013. Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan
Program Nasional Pemberdayaan
Easton, David. Aproaches to The Study of Masyarakat Mandiri Perkotaan (Pnpm-
Politics. New York: Macmillan Publishing Mp) Di Desa Bligo Kabupaten Sidoarjo,”
Company,1992. Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik,
Mas’oed, Mohtar., dan Colin MacAndrews. Vol. 2, No. 2 (September 2014): 206-220.
Perbandingan Sistem Politik. Yogyakarta : Nawawi.”Partisipasi Masyarakat Dalam
Gadjah Mada University Press, 2011. Pengelolaan Wisata Pantai Depok Di
Nasdian, Fredian Tonny. Pengembangan Desa Kretek Parangtritis,” Jurnal Nasional
Masyarakat. Jakarta : Yayasan Pustaka Pariwisata, Volume 5, Nomor 2 (Agustus
Obor Indonesia, 2015. 2013): 103-110.
S.P. Varma. Teori Politik Modern. Jakarta : PT Prasyanti, Shinta.” Difusi Inovasi dalam Konteks
Raja Grafindo Persada, 2003. Pemberdayaan Masyarakat,” Jurnal Acta
Sitepu, Antonius. Sistem Politik Indonesia. Diurna, Vol 9, No.1 (2013): 58-67.
Medan: Fisip Press, 2004. Sudaryono.” Pilar-Pilar Tata Ruang Lokal :Studi
Suwondo, Kutut. Civil Society di Aras Lokal Kasus Parangtritis,” Jurnal Perencanaan
Perkembangan Hubungan Antara Rakyat dan Wilayah dan Kota, Volume 18 No 2 (Agustus
Negara di Pedesaan Jawa. Salatiga: Pustaka 2007): 33-73.
Percik, 2005. Widjajanti, Kesi.” Model Pemberdayaan
Winarno, Budi. Sistem Politik Indonesia Era Masyarakat,” Jurnal Ekonomi Pembangunan,
Reformasi. Jakarta: PT. Buku Kita, 2007. Volume 12, Nomor 1 (Juni 2011): 15-27.
Widyastuti, A. Reni.” Pengembangan Pariwisata
Yang Berorientasi Pada Pelestarian Fungsi
Lingkungan,” Jurnal Ekosains, Vol. II No. 3,
(Oktober 2010): 69-82.

36 Politica Vol. 8 No. 1 Mei 2017


Website Norras, Dian.” Gardu Action Asyiknya Selfie
“Apa Itu Gardu Action?”. SMP N 2 Bambang dan Pasang Aksi Memanfaatkan Barang
Lipuro, 17 Januari 2017, diakses pada 15 Tak Terpakai.” YogYes, 1 September 2016,
April 2017, http://smpn2bambanglipuro. diakses pada 15 April 2017, https://www.
sch.id/2017/01/17/apa-Gardu-action/. yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/
other/Gardu-action/.
Bayuaji, Tri Mujoko. ”Vika Wahyu Aji,
Penggagas Bank Sampah di Pinggiran Nurdiyansyah, Hendra.” Gardu Action,
Parangtritis.” Jawa Pos, 6 Agustus 2016, Mengurai Sampah Menjadi Wisata
diakses pada 15 April 2017, http://www. Edukasi.” Maioloo, 3 Mei 2016, diakses
jawapos.com/read/2016/08/04/43011/vika- pada 15 April 2017, https://www.maioloo.
wahyu-aji-penggagas-bank-sampah-di- com/tempat-wisata/yogyakarta-jogja/
pinggiran-parangtritis. Gardu-action/.
Iryanti, Meisa.” Gardu Action Wahana Purbathin Hadi, Agus.”Konsep Pemberdayaan,
Edukasi Sampah yang Unik.” Tribun Partisipasi Dan Kelembagaan Dalam
News, 13 Januari 2016, diakses pada 15 Pembangunan,” diunduh pada 27
April 2017, http://www.tribunnews.com/ April 2017, http://suniscome.50webs.
tribunners/2016/01/13/Gardu-action- com/32%20Konsep%20Pemberdayaan%20
wahana-edukasi-sampah-yang-unik. Partisipasi%20Kelembagaan.pdf
Ladiatno, Samsara.” Berawal dari Keprihatinan Puspitosari, Hesty., Khalikussabir., dan Luthfi
Banyaknya Sampah Tercipta Ide Bank J. Kurniawan. Filosofi Pelayanan Publik
Sampah.” Inovasi Administrasi Negara, 1 Buramnya Wajah Pelayanan Menuju
September 2016, diakses pada 15 April Perubahan Paradigma Pelayanan Publik.
2017, http://inovasi.lan.go.id/index. Malang: Setara Press, 2011.
php?r=post/read&id=857. Yogya, Koran.” Bank Sampah Gardu Action
“Mahasiswa dan Dosen UAD Peduli Sampah.” ‘Garbage Care And Education.” Koran
Universitas Ahmad Dahlan, 22 Agustus Yogya, 8 November 2015, diakses pada 15
2015, diakses pada 15 April 2017, http:// April 2017, https://koranyogya.com/bank-
uad.ac.id/id/berita/mahasiswa-dan-dosen- sampah-Gardu-action-garbage-care-and-
uad-peduli-sampah. education/.

Anggalih Bayu Muh. Karim: Perwujudan Sistem Politik Intrakomunitas 37

Anda mungkin juga menyukai