Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN BRONKOPNEMONIA


Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Stase Keperawatan Anak
Dosen Pembimbing Kelompok III
Uus Husni Mahmud, S.Kp., M.Si

DISUSUN OLEH KELOMPOK III

Ade Maulana Wahyudi NIM. 200721034


Diva Noviandari NIM. 200721032
Fajriya Ismayanti NIM. 200721022
Fitri Yuniawati NIM. 200721007
Iin Indriyani Kasam NIM. 200721001
Indah Yulinda Pramesti NIM. 200721026
Lu’lu’ Najihah NIM. 200721028
Mela Nopiyanti NIM. 200721020
Nur Fani Febriyanti NIM. 200721024
Sani Yuniandani NIM. 200721015
Sumi’ah NIM. 200721023
Ridwan Taufiq

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON

1
2020

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien
bronkopnemoni.

Laporan ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar dalam pembuatan laporan ini. Untuk
itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan laporan ini.

Terlepas dari semua itu kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar saya dapat memperbaiki laporan ini. Akhir kata kami berharap semoga ini
dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Cirebon, 24 Desember 2020

Penyusun

2
LEMBAR PENGESAHAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON

2020

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA PASIEN BRONKOPNEMONI

Cirebon, 24 Desember 2020

Menyetujui, Mengetahui,
Kepala Program Studi Dosen Pembimbing Profesi Ners
Profesi Ners Stase Keperawatan Anak

Leya Indah Permatasari, M.Kep., Ners Uus Husni Mahmud, S.Kp., M.Si

3
DAFTAR ISI

Cover.... .........................................................................................................1
Kata Pengantar............................................................................................... 2
Lembar Pengesahan....................................................................................... 3
Daftar Isi........................................................................................................ 4

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................... 6
B. Rumusan Masalah..............................................................................7
C. Tujuan Penulisan................................................................................8

BAB II PEMBAHASAN

A. Anatomi dan fisiologi........................................................................ 9


B. Definisi...............................................................................................11
C. Etiologi...............................................................................................11
D. Klasifikasi.......................................................................................... 12
E. Manifestasi klinis............................................................................... 12
F. Patofisiologi....................................................................................... 13
G. Patogenesis.........................................................................................13
H. Penatalaksanaan ................................................................................ 15
I. Komplikasi.........................................................................................16

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Konsep asuhan keperawatan……...................................................... 17

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................ 38
B. Saran................................................................................................. 38

4
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................39

5
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bronkopneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang
disebabkan oleh bakteri virus dan jamur ataupun benda asing yang ditandai
dengan panas yang tinggi, napas cepat dan dangkal, serta batuk produktif.
Bronkopneumonia merupakan penyebab tingginya angka kesakitan dan
kematian pada anak, terutama pada negara-negara yang sedang berkembang,
termasuk Indonesia (Riyadi & Sukarmin, 2017). Bronkopnemoni merupakan
infeksi sekunder terhadap berbagai keadaan yang melemahkan daya tahan
tubuh, tetapi bisa juga sebagai infeksi primer yang biasanya di jumpai pada
anak-anak dan orang dewasa (Bradley 2017).
Bronkopenumonia merupakan radang dari saluran pernapasan yang terjadi
pada bronkus sampai dengan alveolus paru. Bronkopneumonia lebih sering
dijumpai pada anak kecil dan bayi, biasanya sering disebabkan oleh bakteri
streptokokus pneumonia dan Hemofilus influenza yang sering ditemukan pada
dua pertiga dari hasil isolasi. Menurut data WHO kejadian infeksi pneumonia
di Indonesia pada balita diperkirakan antara 10-20% pertahun (Wibison, dkk,
2004). Selain itu bronkopnemonia sering dijumpai pada usia anak dan bayi.
Anak usia balita dan bayi termasuk golongan usia paling rawan terhadap
penyakit, hal ini berkaitan dengan fungsi protektif atau immunitas anak. Bila
anak dan bayi sudah menderita bronkopnemonia, maka ketahanan anak sering
menjadi sangat lemah disebabkan penyakit yang berkepanjangan sehingga
mengalami kerusakan status nutrsi.
Menurut Rahajo (2010) anak dengan daya tahan atau imunitas terganggu
akan menderita bronkopneumonia berulang atau bahkan anak tersebut tidak
mampu mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Selain faktor imunitas,
faktor iatrogen juga memicu timbulnya penyakit ini, misalnya trauma pada
paru, anastesia, dan pengobatan dengan antibiotika yang tidak sempurna.

6
Menurut Latief (2009) insiden penyakit ini yang terjadi pada negara
berkembang termasuk indonesia hampir 30% terjadi pada anak-anak di bawah
umur 5 tahun dengan risiko kematian yang tinggi. Sedangkan di Amerika
pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit pada anak di
bawah umur 2 tahun. Insiden pneumonia pada anak ≤ 5 tahun di negara maju
adalah 2-4 kasus per 100 anak pertahun, sedangkan dinegara berkembang 10-
20 kasus per 100 anak pertahun. Selain itu pneumonia menyebabkan lebih
dari 5 juta kematian pertahun pada anak balita dinegara berkembang.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi sitem pernafasan ?
2. Apa definisi dari bronkopnemonia ?
3. Apa etiologi dari bronkopnemonia ?
4. Apa klasifikasi dari dari bronkopnemonia ?
5. Apa manifestasi klinis dari bronkopnemonia ?
6. Bagaimana patofisiologi dari bronkopnemonia ?
7. Bagaimana patogenesi dari bronkopnemonia ?
8. Bagaimana penatalaksanaan dari bronkopnemonia ?
9. Apa komplikasi dari bronkopnemonia ?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien bronkopnemonia ?

7
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana anatomi dan fisiologi sitem pernafasan
2. Untuk mengetahui apa definisi dari bronkopnemonia
3. Untuk mengetahui apa etiologi dari bronkopnemonia
4. Untuk mengetahui apa klasifikasi dari dari bronkopnemonia
5. Untuk mengetahui apa manifestasi klinis dari bronkopnemonia
6. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari bronkopnemonia
7. Untuk mengetahui bagaimana patogenesi dari bronkopnemonia
8. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan dari bronkopnemonia
9. Untuk mengetahui apa komplikasi dari bronkopnemonia
10. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien
bronkopnemonia

8
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan

Gamabar. 1 Anatomi Sistem Pernafasan

Menurut Syaifuddin (2016) susunan anatomi pernafasan terbagi menjadi


dua bagian, yaitu sistem pernafasan bagian atas dan dan sistem pernafasan
bagian bawah.
1. Sistem perrnafasan bagian atas
Sistem pernafasan bagian atas terdiri dari beberapa bagian, yaitu :
1) Hidung
Hidung merupakan saluran udara yang pertama. Hidung mempunyai
dua lubang (kavum nasi) dan dipisahkan oleh sekat hidung (septum
nasi). Selain itu area dalam organ hidung dilapisi oleh kulit yang
mengandung rambut kasar sisa dari interior serta bagian rongga
dilapisi oleh membrane mukosa.
2) Faring
Faring merupakan tempat persimpangan anatara jalan napas dan
jalan makanan yang terdapat dibawah dasar tenggorokan, dibelakang
rongga hidung dan mulut bagian depan ruas tulang leher.

9
3) Laring
Laring terletak didepan faring dan diatas permukaan trakea. Laring
terdiri dari tulang rawan tiroid dan kriroid serta tujuh tulang rawan
lainnya yang dihubungkan oleh membrane. Struktur tulang rawan
tergantung diatas tempat masuk ke laring atau disebut juga dengan
epiglottis.
2. Sistem pernafasan bagaian
Sistem pernafasan bagian bawah terdiri dari beberapa bagian, yaitu :
1) Trakea atau batang tenggorokan
Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang
dibentuk oleh 16-20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang
berbentuk seperti kuku kuda atau huruf C.
2) Bronkus
Brnkus merupakan percabangan dari trakea yang terdiri dari bronkus
kiri dan bronkus kanan. Bronkus kanan lebih pendek dan besar dari
pada bronkus kiri. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih sempit dari
kanan, serta terdapat cabang yang lebih kecil atau biasa juga disebut
dengan bronkioulus (bronkioli).
3) Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah organ tubuh yang sebagian besar terdiri
dari gelembung (gelembung hawa, alveoli). Gelembung alveoli ini
terdiri dari sel-sel epital dan endotel.
3. Fisiologi sistem pernafasan
Proses terjadinya pernapasan terbagi dalam dua bagian, yaitu proses
inspirasi (menarik nafas) dan proses ekspirasi (menghembuskan nafas).
Bernafas berarti melakukan inspirasi dan ekspirasi secara bergantian,
teratur, berirama, dan terus menerus. Bernapas merupakan gerak reflex
yang terjadi pada otot-otot pernafasan. Reflex bernapas diatur oleh pusat
pernapasan yang terletak didalam sum-sum tulang penyambung atau
medulla oblongata dan pada dasarnya proses fisiologi pernapasan
mencakup tiga proses, antara lain yaitu ventilasi, difusi, dan transportasi.

10
B. Definisi Bronkopnemoni
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu
peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai
bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya yang sering menimpa
anak-anak dan balita. Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder
terhadap berbagai keadaan yang melemahkan daya tahan tubuh tetapi bisa
juga sebagai infeksi primer (Bradley, dkk, 2011).
Menurut Whalley & Wong (2017) bronkopnemonia adalah infeksi saluran
pernafasan akut bagaian bawah yang mengenai parenkim paru.
Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau
beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak
infiltrate. Menurut Anderson (2018) bronkopneumonia sering disebut juga
pneumoni lobularis, yaitu radang paru-paru yang disebabkan oleh bakteri,
virus, jamur, dan benda-benda asing. Sedangkan menurut Bare (2016)
bronkopneumina adalah frekuensi komplikasi pulmonary, batuk produktif
yang lama, tanda dan gejalanya biasanya suhu meningkat, nadi meningkat,
pernapasan meningkat.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa
lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan benda asing

C. Etiologi Bronkopnemoni
Menurut Smeltzer & Suzanne (2002) bronkopnemonia umumnya
disebabkan oleh bakteri, yaitu streptococcus pneumonia dan haemophillus
influenza yang biasa terjadi pada bayi dan anak kecil. Bronchopenomonia
dapat juga yang disebabkan oleh virus, yaitu respiratory syntical virus, virus
influenza, virus sitomegalik dan ada juga yang disebabkan oleh jamur yaitu
citoplasma capsulatum, criptococcus nepromas, blastomices dermatides,
cocedirides immitis, aspergillus sp, candinda albicans, mycoplasma
pneumonia. Selain tu faktor lain yang mempengaruhi timbulnya

11
bronchopnemonia adalah daya tahan tubuh yang menurun misalnya akibat
malnutrisi energi protein (MEP), penyakit menahun, dan pengobatan
antibiotik yang tidak sempurna.

D. Klasifikasi Bronkopnemoni
Menurut Bradley, dkk (2011) bronkopneumonia pada umumnya
diklasifikasikan berdasarkan anatomi dan etiologi. Beberapa ahli telah
membuktikan bahwa pembagian bronkopneumonia berdasarkan etiologi
terbukti secara klinis dan memberikan terapi yang lebih relevan, diantaranya
yaitu :
1. Berdasarkan lokasi lesi di paru yaitu pneumonia lobaris, pneumonia
interstitiali, dan brronkopneumonia.
2. Berdasarkan asal infeksi yaitu pneumonia yang didapat dari masyarakat
community acquired pneumonia (CAP) dan bronkopneumonia yang
didapat dari rumah sakit hospital-based pneumonia.
3. Berdasarkan mikroorganisme penyebab pneumonia, yaitu bakteri, virus,
mikoplasma, dan jamur.
4. Berdasarkan karakteristik penyakit yaitu bronkopneumonia tipikal.
5. Berdasarkan lama penyakit, diantaranya yaitu bronkopneumonia akut dan
bronkopneumonia persisten.

E. Manifestasi Klinis
Menurut Ngastiyah (2005) bronkopneumonia biasanya didahului oleh
infeksi saluraran nafas bagian atas selama beberapa hari. Suhu biasanya
mencapai 39-40 °C ditandai dengan anak sangat gelisah, dispnea, pernafasan
cepat dan dangkal disertai dengan pernafasan cuping hidung dan sianosis di
sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak di jumpai di awal penyakit,
anak akan mendapatkan batuk setelah beberapa hari, dimana pada awalanya
berupa batuk kering kemudian menjadi batuk produktif. Pada stadium
permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik tetapi dengan
adanya nafas dangkal dan cepat, pernafasan cuping hidung dan sianosis

12
sekitar hidung dan mulut dapat diduga adanya pneumonia. Hasil pemeriksaan
fisik tergantung luas daerah auskultasi yang terkena, pada perkusi sering tidak
ditemukan kelainan dan pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronchi
basah nyaring halus dan sedang.

F. Patofisologi
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan
oleh virus yang masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan
broncus dan alveolus. Inflamasi bronkus ditandai adanya penumpukan sekret,
sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif, dan mual. Bila
penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi
adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema, dan atelektasis kolaps alveoli akan
mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas dan napas ronchi.
Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi
surfaktan sebagai pelumas yang berfungsi untuk melembabkan rongga pleura.
Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak
lanjut dari pembedahan. Atelektasis mengakibatkan peningkatan frekuensi
napas, hipoksemia, acidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dyspnea,
dan kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas.

G. Patogenensis
Menurut Bradley, dkk (2011) saluran pernafasan steril yaitu dari daerah
sublaring sampai parenkim paru. Paru-paru dilindungi dari infeksi bakteri
melalui mekanisme pertahanan anatomis dan mekanis, dan faktor imun lokal
dan sistemik. Mekanisme pertahanan awal berupa filtrasi bulu hidung, refleks
batuk dan mukosilier aparatus. Mekanisme pertahanan lanjut berupa sekresi
Ig A lokal dan respon inflamasi yang diperantarai leukosit, komplemen,
sitokin, imunoglobulin, makrofag alveolar, dan imunitas yang diperantarai
sel. Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu, atau
bila virulensi organisme bertambah. Agen infeksius masuk ke saluran nafas
bagian bawah melalui inhalasi atau aspirasi flora komensal dari saluran nafas

13
bagian atas, dan jarang melalui hematogen. Virus dapat meningkatkan
kemungkinan terjangkitnya infeksi saluran nafas bagian bawah dengan
mempengaruhi mekanisme pembersihan dan respon imun. Diperkirakan
sekitar 25-75 % anak dengan pneumonia bakteri didahului dengan infeksi
virus. Secara patologis, terdapat 4 stadium pneumonia, yaitu :
1. Stadium I (4-12 jam pertama atau stadium kongesti)
Yaitu hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan
peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi.
Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari
sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan.
2. Stadium II (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah
merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai
bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh
karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna
paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini
udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan
bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48
jam.
3. Stadium III (3-8 hari berikutnya)
Disebut hepatisasi kelabu, yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-
sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih
tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat
kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
4. Stadium IV (7-11 hari berikutnya)

14
Disebut juga stadium resolusi, yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi
oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.
H. Penatalaksanaan
1. Pengambilan sekret secara broncoscopy dan fungsi paru untuk preparasi
langsung, biakan, dan test resistensi dapat menemukan atau mencari
etiologinya.
2. Secara laboratorik ditemukan leukositosis biasa 15.000-40.000 dengan
pergeseran LED meninggi.
3. Pemeriksaan darah, yaitu Hb di bawah 12 gr.
4. Foto thorax bronkopeumoni terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau
beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi
pada satu atau beberapa lobus.

Penatalaksanaan
1. Oksigen 1-2 L/menit.
2. IVFD dekstose 10%: nad 0,9 %: 3:1 + kcl 10 mEq/500 ml cairan ,jumlah
cairan sesuai BB, kenaikan suhu, dan status dehidrasi.
3. Jika sesak terlalu hebat, dapat diberikan makanan enteral bertahap melalui
selang nasogastrik dengan feeding drip.
4. Koreksi ganguan asam basa elektrolit.

Penatalaksanaan Keperawatan
1. Menjaga kelancaran jalan nafas.
2. Pemenuhan nutrisi kebutuhan pasien, lakukan pengukuran berat badan
dan panjang badan setiap tiga hari sekali lalu hitung status gizi rutin.
3. Mengontrol suhu tubuh, suhu tubuh dikontrol secara rutin, jika panas
kompres dan berikan obat penurun panas.
4. Penyuluhan kesehatan pada orang tua rentang keperawatan anak.
5. Menjaga lingkungan yang bersih dan aman, jangan dibawa keluar pada
malam hari, jaga kebersihan anak.

15
I. Komplikasi
Komplikasi dari bronkopneumonia adalah :
1. Atelektasis
Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau
kolaps paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk
hilang.
2. Empisema
Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam
rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
3. Abses paru
Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
4. Infeksi sitemik.
5. Endokarditis
Endocarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial
6. Meningitis
Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

16
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN BRONCHOPNEUMONIA

I. PENGKAJIAN
A. Biodata
1. Identitas Pasien
Nama : An. A
Umur : 3 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Cirebon
Status : Anak Kandung
Agama : Islam
Suku/Negara : Jawa/Indonesia
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. E
Umur : 26 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Status : Ibu Kandung
B. Keluhan Utama :
Ibu pasien mengatakan anaknya sesak nafas
C. Riwayat kesehatan sekarang :
- Pada tanggal 22 Desember 2020 ibu pasien mengatakan anaknya lemas,
demam, batuk berdahak, dan 1 minggu sesak nafas.
D. Riwayat Kesehatan Lalu
a. Riwayat Kesehatan Yang Pernah dialami :
Ibu pasien mengatakan pada usia 11 bulan anaknya pernah dirawat di
RS karena kejang.

17
b. Prosedur operasi atau rawat RS :
Ibu pasien mengatakan saat melahirkan anaknya dilakukan secara
normal di Rumah Sakit dan belum pernah dirawat di Rumah Sakit.
c. Riwayat Alergi :
ibu pasien mengatakan anaknya tidak memiliki alergi terhadap
makanan, minuman, dan obat-obatan.
E. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Ibu pasien mengatakan pasien tidak memiliki silsilah penyakit keturunan.
F. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran :
a. Prenatal
Ibu pasien mengatakan rutin melakukan pemeriksaan kehamilan di
bidan desa dan praktek dokter, serta rutin mengkonsumsi obat-obatan
yang diresepkan oleh bidan ataupun dokter
b. Natal
Ibu pasien mengatakan melahirkan pasien secara normal di Rumah
Sakit dengan usia kehamilan memasuki 10 bulan, dengan keadaan bayi
1. Berat badan : 3 Kg
2. Panjang badan : 46 Cm
3. Linglar kepala : 35 Cm
4. Lingkar dada : 32 Cm
5. Lingkar lengan : 12 Cm
c. Post Natal
1. Keadaan ibu
Keadaan ibu pasca melahirkan baik, tidak mengalami perdarahan,
ASI keluar sehingga ibu mampu memberikan ASI secara eksklusif
pada bayinya.
2. Keadaan bayi
Pasca melahirkan keadaan bayi baik dan mendapatkan ASI yang
cukup.

18
G. Riwayat Psiko-sosial-spiritual
a. Keadaan fisik :
Pasien tampak terlihat baik sari segi fisik, tidak mengalami kecacatan,
dan mudah menjalin interaksi dengan orang lain.
b. Hubungan dengan anggota keluarga :
Ibu pasien mengatakan hubungan dengan pasien terjalin baik,
c. Hubungan dengan teman sebaya :
Hubungan pasien dengan teman sebayanya tampak terjalin baik.
d. Spiritual
Ibu pasien mengatakan pasien rutin belajar bersama di mushola yang
terdapat di lingkungannya.
H. Riwayat Imunisasi
Jenis Waktu Reaksi
No
Imunisasi Pemberian Pemberian
Lahir Hepatitis B1+Polio 0 Tidak ada keluhan
1 BCG + Polio 1 1 Bulan Tidak ada keluhan
Hepatitis B2
2 DPT 2 Bulan Tidak ada keluhan
3 Polio 4 Bulan Tidak ada keluhan
4 Campak 9 Bulan Tidak ada keluhan

I. Kebutuhan Dasar
1. Kebutuhan Nutrisi

Keterangan Sebelum Sakit Saat Sakit


Frekuensi 3x sehari 2x sehari
Jenis Nasi, lauk, sayur, susu, Bubur/lembek, lauk pauk,
minuman berasa, dan air sayur, snack, air putih, dan
putih susu
Porsi 1 porsi habis 3 sendok
Pola Minum 10 gelas/hari 4-5 gelas/hari
Keluhan Tidak ada Mulut kering, tidak nafsu
makan.

19
2. Pola Eliminasi
1) Eliminasi Urine

Keterangan Sebelum Sakit Saat Sakit


Frekuensi 6-8x sehari 5-6 x sehari
Pancaran Kuat Lemah
Jumlah ±250 cc sekali (BAK) ±250 cc sekali (BAK)
Bau Amoniak Amoniak
Warna Kuning Pucat Kuning
Total Produksi Urin ±1500 ─ 2000 cc / hari ±1500 cc / hari

2) Eliminasi Alvi

Keterangan Sebelum Sakit Saat Sakit


Frekuensi 1 x / hari pagi 1 x / hari pagi
Konsistensi Lembek berbentuk Lembek berbentuk
Bau Khas Khas
Warna Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan

3. Pola Aktivitas dan Kemandirian

Aktivitas Mandiri Bantu Keterangan


Mandi - √ Dibantu orangtua
Berpakaian - √ Mandiri
Pergi ke Toilet - √ Dibantu keluarga
Berpindah/Berjalan - Tidak menggunakan

alat bantu
Mengontrol BAB Dan BAK BAB dan BAK
- √
dibantu orangtua
Makan Minum - √ Mandiri
Tingkat Ketergantungan (Ketergantungan orangtua)

4. Pola Istirahat Tidur

Keterangan Sebelum Sakit Saat Sakit


Jumlah jam tidur siang 1-2 jam 1-2 jam
Jumlah jam tidur malam 8 jam 8 jam
Pengantar tidur Tidak ada Tidak ada
Gangguan tidur Tidak ada Sering terbangun
Perasaan waktu bangun Nyaman lemas

20
J. Pengkajian Nyeri
1. Kebutuhan Rasa Nyaman
Ibu pasien mengatakan tidak ada nyeri yang dirasakan oleh anaknya.

K. Keamanan dan Keselamatan


Skala Resiko Jatuh Humphy Dumphy Untuk Pediatric

Parameter Kriteria Nilai Skor


Usia  < 3 Tahun 4 3
 3-7 Tahun 3
 7-13 Tahun 2
 13 Tahun 1
Jenis kelamin  Laki-Laki 2 2
 Perempuan 1
Diagnosis  Diagnosis neurologi 4 3
 Perubahan oksigenasi (diagnosis 3
respiratorik, dehidrasi, anema,
anoreksia)
 Gangguan perilaku/psikiatri 2
 Diagnosis lainnya 1
Gangguan kognitif  Tidak menyadari keterbatasan 3 1
dirinya
 Lupa akan adanya keterbatasan 2
 Orientasi terhadap diri sendiri 1
Faktor lingkungan  Faktor jatuh/bayi diletakkan di 4 3
tempat tidur dewasa
 Pasien menggunakan alat 3
bantu/bayi diletakkan ditempat
tidur bayo/parabot rumah
 Pasien diletakkan ditempat tidur 2
 Area diluar rumah sakit 1
Respon
 Pembedahan  Dalam 24 jam 3 1
sedasi/anastesi  Dalam 48 jam 2
 Lebih dari 48 jam atau tidak 1
menjalani
pembedahan/sedasi/anastesi
 Penggunaan multiple: 3 1
Sedative, obat hypnosis,
barbiturate, fenotiazin,
antidepresan, pencahar, diuretic,
narkose
 Penggunaan medika  Penggunaan salah satu obat diatas 2

21
mentosa  Penggunaaan medikasi 1
lainnya/tidak ada medikasi
Total 14
Keterangan :
 Skor 7-11 resiko rendah
 Skor > 12 resiko jatuh

L. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : lemas, pucat
2. Kesadaran : Compos mentis
Eye : 4 Verbal : 5 Motoric : 6
3. Tanda-tanda vital
P : 130 x/menit
R : 30 x/menit
S : 38 0C
SPO2 : 90%
4. Antropometri
BB sebelum sakit : 15 kg
BB saat sakit : 13 kg (turun 2 kg)
TB : 90 cm
5. Pemeriksaan fisik
1. Area kepala
a. Kepala
Inspeksi :
Rambut tampak pendek, berawarna hitam, bersih, dan tidak ada
lesi dan ketombe di kepala.
Palpasi :
Normal, tidak ada benjolan dan nyeri pada area kepala

22
b. Mata
Inspeksi :
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, tidak
menggunakan alat bantu lihat (kacamata), dan tidak ada sekret
pada kedua mata
Palpasi :
Normal, tidak ada benjolan dan nyeri pada area mata
c. Hidung
Inspeksi :
Tidak ada cairan ingus yang keluar, tidak ada serumen, terdapat
pernapasan cuping hidung, menggunakan alat bantu nafasnasal
canul, dan hidung berbentuk simetris antara kanan dan kiri
Palpasi :
Normal, tidak ada benjolan dan nyeri pada area hidung
d. Telinga
Inspeksi :
Telinga kanan dan kiri simetris, tidak ada gangguan pada
pendengaran, terdapat serumen, dan tidak menggunakan alat
bantu dengar
Palpasi :
Normal, tidak tidak ada benjolan dan nyeri pada area telinga
e. Mulut Dan Gigi
Inspeksi :
Lidah dan gigi tampak kotor, mukosa bibir tampak kering, dan
tidak ada pembengkakan pada gusi.
Palpasi :
Normal, tidak ada nyeri pada area mulut dan gusi.
f. Leher
Inspeksi :
Berbentuk simetris, tidak ada lesi, dan tidak mengalami hambatan
dalam melakukan pergerakan pada leher.

23
Palpasi :
Terdapat nyeri ketika menelan dan tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid.
g. Dada Dan Jantung
Inspeksi :
Normal, berbentuk simetris antara paru kanan dan kiri, paru-paru
tampak mengembang, tidak ada lesi dan oedema.
Palpasi :
Normal, tidak ada nyeri tekan pada area paru, traktil fremitus
normal getarannya sama antara kanan dan kiri.
Perkusi :
Normal, sonor di seluruh lapang paru.
Auskultasi :
Terdapatat bunyi tambahan mengi

Jantung
Inspeksi :
Normal, ictus cordis tidak tampak, tidak ada lesi atau jaringan
parut.
Palpasi :
Normal, ictus cordis teraba pada intercosta IV-V midclavicula.
Perkusi :
Normal, pekak (batas jantung tidak melebar).
Auskultasi :
Normal, bunyi jantung I & II regular, serta tidak ada bunyi
tambahan.
h. Abdomen
Inspeksi :
Normal, perut tampak datar, tidak ada acites, tidak ada lesi dan
oedema.

24
Palpasi :
Normal, tidak ada nyeri tekan pada masing-masing kuadran
(kuadran 1-4).
Perkusi :
Normal, timpani.
i. Genitalia
Inspeksi :
Tidak terpasang kateter, tidak ada lesi, tidak ada oedema, dan
tidak ada cairan yang keluar dari genitalia.
Palpasi :
Pasien mengatakan tidak ada nyeri pada area genital.
j. Ekstremitas
Inspeksi :
Ektremitas atas dan bawah bergerak bebeas, bentuk dan struktur
tulang normal, tidak ada lesi, dan tidak menggunakan alat bantu
jalan.
Kekuatan otot :

5 5

5 5

k. Kulit dan Kuku


Inspeksi :
Tampak kering, kemerahan, tidak terdapat lesi, kuku tampak
pendek dan bersih
Palpasi :
Kulit teraba panas, akral teraba hangat, CRT > 2 detik

25
6. Penatalaksanaan medis
1. Terapi
Infus KAEN 3B 700 cc/24 jam + 10 meq kcl
Sanmol 70 mg/8 jam
Cefotaxim 300 mg/8 jam
Prospan ½-0-1/2 cth
Azithromicyin H1 70 mg/24 jam
Nebulizer combivent 1
Pulmicort 1/8 jam
Diet tinggi protein

26
ANALISA DATA
Data Masalah
No Etiologi
Fokus Keperawatan
1 DS : Virus, bakteri, jamur Domain 11
- Ibu pasien mengatakan keamanan/perlin
anaknya lemas, 1 Infeksi saluran nafas dungan. Kelas 2
minggu sesak nafas, bawah Ketidakefektifan
dan batuk berdahak, kebersihan jalan
Kuman berlebihan di nafas b.d mucus
DO : bronkus berlebih
- Tampak adanya
pernafasan cuping Proses peradangan
hidung
- Tampak menggunakan Akumulasi secret di
alat bantu nafas nasal bronkus
canul
- CRT > 2 detik Ketidakefektifan
- Terdengar suara nafas kebersihan jalan nafas
tambahan mengi
- Pemeriksaan TTV
P : 130 x/menit
R : 30 x/menit
S : 38 0C
SPO2 : 90%

2 DS : Virus, bakteri, jamur Domain 11


- Ibu pasien mengatakan keamanan atau

27
anaknya demam Infeksi saluran nafas perlindungan.
DO : bawah Kelas 6.
- Pasien tampak lemas Hipertermia b.d
dan pucat Peradangan pada Dehidrasi
- Kulit kering parenkim paru
- Kulit tampak
kemerahan Peningkatan suhu tubuh
- Kulit teraba panas
- CRT >2 detik Hipertermia
- Pemeriksaan TTV
P : 130 x/menit
R : 30 x/menit
S : 38 0C

3 DS : Virus, bakteri, jamur Domain 2


- Ibu pasien mengatakan nutrisi. Kelas 1.

28
anaknya tidak nafsu Infeksi saluran nafas Ketidakseimbang
makan bawah an nutrisi kurang
dari kebutuhan
DO : Kuman berlebihan di b.d asupan diet
- Pasien tampak tidak bronkus kurang
nafsu makan dan hanya
makan 3 sendok Proses peradangan
- Gigi dan lidah tampak
kotor Akumulasi secret di
- Mukosa bibir tampak bronkus
kering
- BB 13 Kg (penurunan 2 Anoreksia
Kg)
- IMT 14,4 Kg/m2 Intake menurun
- BBI 14 Kg
Nutrisi kurang dari
kebutuhan

DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Analisa Diagnosa Tanggal Paraf

29
Data Keperawatan
1 DX 1 Domain 11 22/12/2020 TIM
keamanan/perlindungan. Kelas 2.
Ketidakefektifan kebersihan jalan
nafas b.d mucus berlebih

2 DX 2 Domain 11 keamanan atau 22/12/2020 TIM


perlindungan. Kelas 6.
Hipertermia b.d dehidrasi

3 DX 3 Domain 2 nutrisi. Kelas 1. 22/12/2020 TIM


Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan b.d asupan diet
kurang

INTERVENSI KEPERAWATAN

30
Diagnosa
No NOC NIC Rasional
Keperawatan

1 DX. 1 Domain II . Kelas E. Monitor Pernafasan 3350 - Takipnea, pernafasan


jantung paru, 0415 - Monitor kecepatan, irama, dangkal, dan gerakan
Status Pernafasan. kedalaman dan kesulitan dada tidak simetris sering
Setelah dilakukan nafas terjadi karena ketidak
tindakan keperawatan
selama 3x24 jam - Monitor suara nafas nyamanan gerakan
diharapkan bersihan jalan tambahan dinding dada dan cairan
nafas klien menjadi - Monitor pola nafas paru
efektif dengan kriteria - Monitor saturasi oksigen - Penurunan aliran udara
hasil: terjadi pada area
- Palpasi kesimetrisan ekspansi
 Frekuensi nafas pasien
paru konsolidasi dengan
membaik dari skala 3
(Devisiasi sedang dari - Monitor kelelahan otot cairan. Bunyi nafas
kisaran normal) – 5 diapragma dengan pergerakan bronkhial (normal pada
(Tidak ada devisiasi parasoksial bronkus) dapat juga
dari kisaran normal) - Auskultasi suara nafas, catat terjadi pada area
 Suara nafas tambahan konsolidasi. Bunyi nafas
area dimana terjadi
pasien tidak ada dari terdapat tambahan
skala 2 (beratl) – 5 penurunan atau tidak adanya
ventilasi dan keberadaan wheezing terdengar pada
(Tidak ada)
suara nafas tambahan inspirasi dan atau
 Dispneu saat latihan
dan istirahat menurun - Monitor nilai fungsi paru, ekspirasi pada respons
dari skala 3 (Cukup) – terhadap pengumpulan
terutama kapasitas vital paru,
5 (Tidak ada) cairan, sekret kental dan
vol inspirasi maksimal, vol
spasme jalan nafas
ekspirasi maksimal
obstruksi
- - Monitor keluhan sesak nafas
pasien, termasuk kegiatan
- Teknik nafas dalam
yang meningkatkan atau memudahkan ekspansi
memperburuk sesak nafas maksimum paru-paru.
tersebut Batuk adalah mekanisme
pembersihan jalan nafas
- Posisikan semi fowler
alami, membantu silia
- Lakukan teknik batuk efektif
untuk mempertahankan
- Lakukan fisioterapi dada jalan nafas paten .
- Berikan nebulasi penekanan menurunkan
- Lakukan kolaborasi dengan ketidak nyamanan dada
dokter dengan pemberian : dan posisi duduk
Prospan, Azithromycin, memungkinkan upaya
Combiven nafas lebih dalam dan
lebih kuat
- Air hangat dapat
memobilisasi dan
mengeluarkan sekret
- Analgesik diberikan untuk

31
memperbaiki batuk
dengan menurunkan
ketidak nyamanan tetapi
harus digunakan dengan
hati-hati.
- Menghindari penekanan
pada jalan nafas untuk
meminimalkan
penyempitan jalan nafas
- Untuk membantu
mengencerkan dahak
pasien

2 DX. 2 Domain II. Kesehatan Domain 2. Fisiologi - Mengidentifikasi

32
fisiologis. Kelas I. Kompleks, Kelas G. tingkat keparahan
Cairan dan elektrolit, Manajemen elektrolit dan akibat kekurangan
0601 : Keseimbangan asam basa, 2080 : Manajemen cairan melalui
cairan Elektrolit/Cairan
perubahan tanda
Setelah dilakukan - Monitor tanda vital
tindakan keperawatan vital.
setiap 8 jam, catat
selama 3x24 jam - Memantau tanda-
adanya perubahan yang
diharapkan tanda dehidrasi.
signifikan.
keseimbangan cairan - Terapi cairan infus
pasien dapat ditingkatkan - Monitor tanda dehidrasi diberikan untuk
dengan kriteria hasil: (mata cekung, ubun- membantu
 Tekanan darah dapat ubun cekung, mukosa keseimbangan
di tingkatkan dari bibir kering, lemas) volume cairan.
skala 3 (cukup - Dukung orang tua
terganggu) - 5 (tidak - Pemberian cairan
pasien untuk dapat membantu
terganggu)
 Denyut nadi radialis menganjurkan pasien memenuhi asupan
dapat di tingkatkan untuk banyak minum cairan yang adekuat.
dari skala 3 (cukup air putih - Memantau
terganggu) - 5 (tidak - Berikan terapi cairan keseimbangan
terganggu) infus RL 10 gtt volume cairan yang
 Keseimbangan intake - Pertahankan intake adekuat.
dan output dalam 24
jam dapat di output yang akurat. - Untuk menurunkan
tingkatkan dari skala - Berkolaborasi dengan suhu tubuh melalui
3 (cukup terganggu) - dokter untuk cara farmakologis
5 (tidak terganggu) pemberian obat
 Kelembaban
antipiretik (Sanmol
membrane mukosa
dapat di tingkatkan 70 Mg/8 jam)
dari skala 3 (cukup
terganggu) - 5 (tidak
terganggu)
 Turgor kulit dapat di
tingkatkan dari skala
3 (cukup terganggu) -
5 (tidak terganggu)

3 DX. 3 Domain 2. Kesehatan Domain 1. Fisiologis dasar. Mual muntah yang


fisiologi. Kelas K Kelas D. Dukungan nutrisi. dialami oleh pasien
nutrisi. (1100) Manajemen nutrisi. disebabkan karena faktor
Status Nutrisi fisiologis bahkan
Setelah dilakukan psikogenik pasien
tindakan keperawatan - Berikan klien makanan sehingga nafsu makan
selama 3 x 24 jam yang lembut dan hangat pasien menurun dan pola
diharapkan kebutuhan dengan diet TKTP. makan tidak teratur yang
nutrisi pasien dapat - Kaji dan catat intake dan menyebabkan nutrisi tidak
output yang akurat.

33
tercukupi dengan - Monitor berat badan, seimbang.
kriteria hasil. tinggi badan dan IMT, Pengukuran status
catat adanya tanda antropometri dan angka
 Nafsu makan pasien penurunan berat badan kecukupan gizi seperti
bertambah dan status IMT yang REE dan Total energy
 Pola makan pasien signifikan. harian penting sebagai
- Anjurkan pasien makan baku rujukan untuk
tidak terganggu sedikit tapi sering menilai kondisi
 Gigi dan lidah - Anjurkan ibu pasien kecukupan gizi pasien
tampak bersih untuk tidak berbaring sekaligus sebagai acuan
anaknya setelah makan. untuk penetapan
 Oral hygiene - Ajarkan pasien cara intervensi gizi yang
dilakukan secara menjaga oral hygiene akurat.
konsisten dengan benar. Makanan yang hangat dan
lembut diberikan untuk
 Mukosa bibir menstimulasi nafsu makan
lembab pasien. Diet TKTP
 Berat badan diberikan dengan tujuan
mempercepat peningkatan
meningkat energi dan perbaikan
 IMT dalam rentang jaringan tubuh yang
normal 18,5 – 24,9 rusak.
Oral hygiene yang baik
kg/m2
dapat meningkatkan
 BBI 14 kg kemampuan persepsi
sensrori lidah dalam
mengecap rasa sehngga
membantu meningkatkan
selera makan.

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Diagnosa
No Tanggal Implementasi Evaluasi TTD
Keperawatan

1 25/12/2020 DX 1 - Memonitor kecepatan, S: TIM


irama, kedalaman dan
kesulitan nafas - Ibu pasien mengatakan
- Memonitor suara nafas anaknya lemas, 1 minggu

34
tambahan sesak nafas, dan batuk
- Memonitor pola nafas berdahak
- Memonitor saturasi oksigen
- Mempalpasi kesimetrisan O:
ekspansi paru
- Memonitor kelelahan otot - Tampak adanya
diapragma dengan
pernafasan cuping hidung
pergerakan parasoksial
- Mengauskultasi suara nafas, - Tampak menggunakan
catat area dimana terjadi alat bantu nafas nasal
penurunan atau tidak
canul
adanya ventilasi dan
keberadaan suara nafas - CRT > 2 detik
tambahan - Terdengar suara nafas
- Memonitor nilai fungsi tambahan mengi
paru, terutama kapasitas
vital paru, vol inspirasi - Pemeriksaan TTV
maksimal, vol ekspirasi P : 130 x/menit
maksimal R : 30 x/menit
- Memonitor keluhan sesak
S : 38 0C
nafas pasien, termasuk
kegiatan yang SPO2 : 90%
meningkatkan atau
memperburuk sesak nafas A : Masalah teratasi sebagian
tersebut
- Memposisikan semi fowler P : Lanjutkan intervensi
- Melakukan teknik batuk
efektif
- Melakukan fisioterapi dada
- Memberikan nebulasi
- Melakukan kolaborasi
dengan dokter dengan
pemberian : Prospan,
Azithromycin, Combiven

35
2 25/12/2020 DX 2 - Memonitor tanda vital S: TIM
setiap 8 jam, catat
adanya perubahan - Ibu pasien mengatakan
yang signifikan anaknya demam
- Memonitor tanda
O:
dehidrasi (mata
cekung, ubun-ubun - Pasien tampak lemas dan
cekung, mukosa bibir pucat
kering, lemas)
- Kulit kering
- Memberikan
dukungan kepada - Kulit tampak kemerahan
orang tua pasien untuk - Kulit teraba panas
menganjurkan pasien
- CRT >2 detik
untuk banyak minum
air putih - Pemeriksaan TTV
- Memberikan terapi P : 130 x/menit
cairan infus RL 10 gtt R : 30 x/menit
- Mencatat dan
S : 38 0C
mempertahankan
intake output yang
A : Masalah teratasi sebagian
akurat.
- Berkolaborasi dengan
P : Lanjutkan intervensi
dokter untuk
pemberian obat
antipiretik (Sanmol 70
Mg/8 jam)

3 25/12/2020 DX 3 - Memberikan klien makanan S: TIM


yang lembut dan hangat - Ibu pasien mengatakan
dengan diet TKTP.

36
- Mengkaji dan catat intake anaknya tidak nafsu makan
dan output yang akurat.
- Memonitor berat badan,
O:
tinggi badan dan IMT,
catat adanya tanda - Pasien tampak tidak nafsu
penurunan berat badan makan dan hanya makan 3
dan status IMT yang
sendok
signifikan.
- Menganjurkan pasien - Gigi dan lidah tampak kotor
makan sedikit tapi sering - Mukosa bibir tampak kering
- Menganjurkan ibu pasien
- BB 13 Kg (penurunan 2
untuk tidak berbaring
anaknya setelah makan. Kg)
- Mengajarkan pasien cara - IMT 14,4 Kg/m2
menjaga oral hygiene - BBI 14 Kg
dengan benar
A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi

BAB IV
PENUTUP

37
A. Kesimpulan
Bronkopnemoni merupakan infeksi sekunder terhadap berbagai keadaan
yang melemahkan daya tahan tubuh, tetapi bisa juga sebagai infeksi primer
yang biasanya di jumpai pada anak-anak dan orang dewasa. Bronkopnemonia
umumnya disebabkan oleh bakteri, yaitu streptococcus pneumonia dan
haemophillus influenza yang biasa terjadi pada bayi dan anak kecil.
Bronchopenomonia dapat juga yang disebabkan oleh virus, yaitu respiratory
syntical virus, virus influenza, virus sitomegalik dan ada juga yang
disebabkan oleh jamur yaitu citoplasma capsulatum, criptococcus nepromas,
blastomices dermatides, cocedirides immitis, aspergillus sp, candinda
albicans, mycoplasma pneumonia. Selain tu faktor lain yang mempengaruhi
timbulnya bronchopnemonia adalah daya tahan tubuh yang menurun
misalnya akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit menahun, dan
pengobatan antibiotik yang tidak sempurna.

B. Saran
Kesehatan adalah harta yang paling penting dalam kehidupan kita, maka
dari itu sudah selayaknya kita menjaga kesehatan kita dari kerusakan dan
penyakit. Cara mengatasi bronkopnemonia yaitu dengan cara pola hidup yang
sehat dan rutin memeriksakan kesehatan bila terdapat adanya suatu gangguan
pada sistem pernafasan. Selain itu dengan dibuatnya laporan pendahuluan dan
asuhan keperawatan pada pasien bronkopnemonia ini, diharapkan nantinya
akan memberikan manfaat bagi para pembaca terutama pemahaman yang
berhubungan dengan bagaimana memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan bronkopnemonia.

DAFTAR PUSTAKA

38
1. Dicky., & Anggraeni. 2017. Tatalaksana Terkini Bronkopneumonia pada
Anak di Rumah Sakit Abdul Moeloek. Jurnal medulla unila. 7(2). [6-12]
2. Fersandi, Novita. D. 2019. Asuhan Keperawatan Anak Bronkopnemonia
Dengan Masalah Keperawatan Hipertermia. Karya Tulis Ilmiah. Program
Studi D III Keperawatan. Insan Cendekia Medika
3. Nanda, 2018. Diagnosa Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi (11ed). Jakarta:
EGC
4. NIC. 2013. Nursing intervention classification (6th). United Kingdom:
Elesevier Global Rights
5. NOC. 2013. Nursing outcomes classification (5 th). United Kingdom:
Elesevier Global Rights
6. Samuel. Andy. 2015. Bronkopneumonia On Pediatric Patient. 1(2). [185-
189]

39

Anda mungkin juga menyukai