Anda di halaman 1dari 50

MAKALAH

KEPERAWATAN GERONTIK
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA MENJELANG AJAL

DISUSUN KEL 8 / 7D :

1. LINTANG RAHMA VERA 1130017129


2. TRISNA FIRDASARI 1130017142

DOSEN :

Rahmadaniar AP S.Kep.,Ns.,M.Tr.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Konsep Asuhan Keperawatan Lansia Menjelang
Ajal.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang Konsep Asuhan


Keperawatan Lansia Menjelang Ajal. Dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Surabaya, 28 oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul..................................................................................................... i
Kata Pengantar.................................................................................................... ii
Daftar Isi............................................................................................................... iii
BAB 1 Pendahuluan............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 2
1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................. 2
1.4 Manfaat................................................................................................ 3
Bab 2 Tinjauan Teori.......................................................................................... 4
2.1 Konsep Dasar Lanjut Usia................................................................... 4
2.1.1 Definisi Lanjut Usia................................................................... 4
2.1.2 Tugas perkembangan lansia................................................... 5
2.1.3 Tipe-tipe kepribadian lanjut usia............................................ 6
2.2 Konsep Dasar Menjelang Ajal.......................................................... 7
2.2.1 Definisi menjelang ajal.............................................................. 7
2.2.2 Manifestasi Klinik...................................................................... 7
2.2.3 Tanda Klien Lanjut Usia Menjelang Kematian......................... 8
2.2.4 Hak Asasi Pasien Menjelang Ajal.......................................... 9
2.2.5 Pemenuhan Kebutuhan Klien Menjelang Ajal........................ 10
2.2.6 Pertimbangan Khusus Dalam Perawatan................................ 11
2.2.7 Teori Berduka......................................................................... 13
2.2.8 Fase-Fase Kehilangan............................................................. 14
Bab 3 Konsep Asuhan Keperawatan Lansia Menjelang Ajal...................... 17
3.1 Pengkajian........................................................................................ 17
3.2 Faktor Predisposisi........................................................................... 18
3.3 Foktor Sosiokultural........................................................................ 19
3.4 Faktor Presipitasi............................................................................. 19
3.5 Faktor Perilaku................................................................................. 19
3.6 Diagnosa Keperawatan.................................................................... 20
3.7 Intervensi Keperawatan................................................................... 22
3.8 Implementasi..................................................................................... 25
3.9 Evaluasi............................................................................................. 25
Bab 4 Asuhan Keperawatan Kasus................................................................. 26
4.1 Pengkajian......................................................................................... 26
4.2 Analisa Data dan Diangnosa............................................................. 34
4.3 Intervensi.......................................................................................... 39
4.4 Implementasi dan Evaluasi............................................................... 42
Bab 5 Penutup...................................................................................................... 46

ii
5.1 kesimpulan........................................................................................... 46
5.2 Saran..................................................................................................... 46
Daftar Pustaka......................................................................................................47

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lanjut usia (lansia) adalah seseorang dengan usia 65 tahun atau lebih yang
terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit melainkan
suatu proses natural tubuh meliputi terjadinya perubahan deoxyribonucleic acid
(DNA), ketidaknormalan kromosom dan penurunan fungsi organ dalam tubuh.
Sekitar 65% dari lansia yang mengalami gangguan kesehatan, hidup hanya ditemani
oleh seseorang yang mengingatkan masalah kesehatannya, dan 35% hidup sendiri.
Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai macam
masalah, baik masalah secara fisik, biologis, mental maupun masalah sosial ekonomi
(Nies & McEwen, 2007;Tamher & Noorkasiani, 2009).
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia yang sedang
menghadapi sakarotul maut tidaklah selamanya muda, klien lanjut usia akan
memberikan reaksi-reaksi  yang berbeda –beda, bergantung kepada kepribadian dan
cara klien lanjut usia menghadapi hidup. tetapi bagaimanapun keadaan, situasi dan
kondisinya perawat harus dapat menguasai keadaan terutama terhadap keluarga klien
lanjut usia. Biasanya, anggota keluarga dalam keadaan krisis ini memerlukan
perhatian perawatan karena kematian pada seseorang dapat datang dengan berbagai
cara, dapat terjadi secara tiba-tiba dan dapat pula berlangsung berhari-hari. kadang –
kadang sebelum ajal tiba klien lanjut usia ke hilangan kesadarannya terlebih dahulu.
Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2015, populasi
penduduk dunia yang berusia 60 tahun atau lebih, mencapai 900 juta jiwa. Dewasa
ini, terdapat 125 juta jiwa yang berusia 80 tahun atau lebih, pada tahun 2050,
diperkirakan mencapai 2 milliar jiwa di seluruh dunia. Akan ada hampir sebanyak
120 juta jiwa yang tinggal sendiri di Cina, dan 434 juta orang di kelompok usia ini di
seluruh dunia. Di kawasan Asia Tenggara populasi Lansia sebesar 8% atau sekitar
142 juta jiwa. Pada tahun 2000 jumlah Lansia sekitar 5,300,000 (7,4%) dari total
polulasi, sedangkan pada tahun 2010 jumlah Lansia 24,000,000 (9,77%) dari total
populasi, dan tahun 2 2020 diperkirakan jumlah Lansia mencapai 28,800,000
(11,34%) dari total populasi (Departemen Kesehatan RI, 2013; WHO, 2015). Dari
sensus penduduk dunia, Indonesia mengalami peningkatan jumlah lansia (60 tahun ke
atas) dari 3,7% pada tahun 1960 hingga 9,7% pada tahun 2011. Diperkirakan akan

1
meningkat menjadi 11,34% pada tahun 2020 dan 25% pada tahun 2050. Jumlah orang
tua di Indonesia berada di peringkat keempat terbesar di dunia setelah China, India,
dan Amerika. Propinsi Jawa tengah adalah salah satu propinsi yang mempunyai
penduduk usia lanjut diatas jumlah lansia nasional yang hanya 7,6% pada tahun 2000
dan dengan usia harapan hidup mencapai 64,9 tahun. Secara kuantitatif kedua
parameter tersebut lebih tinggi dari ukuran nasional (Kadar, Francis, dan Sellick,
2012; Departemen Kesehatan, 2013)
Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO
yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari
pengertian kesehataan seutuhnya (WHO, 1984). Oleh karena itu dibutuhkan dokter
dan terutama perawat untuk memenuhi kebutuhan spritual pasien. Karena peran
perawat yang konfrehensif tersebut pasien senantiasa mendudukan perawat dalam
tugas mulia mengantarkan pasien diakhir hayatnya dan perawat juga dapat bertindak
sebagai fasilisator (memfasilitasi) agar pasien tetap melakukan yang terbaik
seoptimal mungkin sesuai dengan kondisinya. Namun peran spiritual ini sering kali
diabaikan oleh perawat. Padahal aspek spiritual ini sangat penting terutama untuk
pasien terminal yang didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati
sakaratul maut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari lanjut usia ?
2. Apa tugas perkembangan dari lanjut usia ?
3. Apa tipe-tipe dari kepribadian lanjut usia ?
4. Apa definisi menjelang ajal ?
5. Apa manifestasi klinik menjelang ajal ?
6. Apa tanda klien lanjut usia menjelang kematian ?
7. Apa tahap menjelang ajal ?
8. Apa hak asasi pasien menjelang ajal ?
9. Apa pemenuhan kebutuhan klien menjelang ajal ?
10. Bagaimana konsep askep lanjut usia menjelang ajal ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan umum
Mahasiswa mampu memahami dan melakukan konsep asuhan
keperawatan lansia menjelang ajal.

2
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami definisi dari lanjut usia.
2. Mahasiswa mampu memahami tugas perkembangan dari lanjut usia
3. Mahasiswa mampu memahami tipe-tipe dari kepribadian lanjut usia
4. Mahasiswa mampu memahami definisi menjelang ajal
5. Mahasiswa mampu memahami manifestasi klinik menjelang ajal
6. Mahasiswa mampu memahami tanda klien lanjut usia menjelang
kematian
7. Mahasiswa mampu memahami tahap menjelang ajal
8. Mahasiswa mampu memahami hak asasi pasien menjelang ajal
9. Mahasiswa mampu memahami pemenuhan kebutuhan klien
menjelang ajal pada lansia
10. Mahasiswa mampu memahami konsep askep lanjut usia menjelang
ajal pada lansia
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Penulis
Memperoleh pengetahuan tentang konsep asuhan keperawatan lansia
menjelang ajal serta meningkatkan keterampilan dan wawasan.
1.4.2 Bagi Pembaca
Memperoleh dan menambah wawasan konsep asuhan keperawatan
lansia menjelang ajal.
1.4.3 Bagi Fakultas Keperawatan dan Kebidanan UNUSA
Bahan masukan bagi calon perawat untuk meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan dengan konsep asuhan keperawatan lansia
menjelang ajal.

3
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Lanjut Usia

2.1.1 Definisi Lanjut Usia

Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.


Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-
angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya
daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh,
seperti didalam Undang-Undang No 13 tahun 1998 yang isinya menyatakan
bahwa pelaksanaan pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945, telah menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang makin
membaik dan usia harapan hidup makin meningkat, sehingga jumlah lanjut
usia makin bertambah. Banyak diantara lanjut usia yang masih produktif dan
mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia pada
hakikatnya merupakan pelestarian nilai-nilai keagamaan dan budaya bangsa.
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang
telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho,
2006).
WHO menggolongkan lansia berdasarkan kronologi biologis menjadi 4
kelompok yaitu usia pertngahan (middle age) usia antara 45-59 tahun, lanjut
usia (elderly) antara 60-74 tahun, lanju usia tua (old) berusia 75-90 tahun dan
usia sangat tua (very old) lebih dari 90 tahun.

4
2.1.2 Tugas perkembangan lansia
Menurut (bunside, 1979)(Duval,1977) (havighurts 1953) dikutip oleh Potter
dan Perry, 2005) yaitu :

1. Menyesuaikan terhadap penurunan kekuatan fisik dan kesehatan lansia


harus menyesuaikan dengan perubahan fisik seiring terjadinya penuaan
sistem tubuh,perubahan penampilan dan fungsi.Hal ini tidak dikaitkan
dengan penyakit,tetapi adalah normal.
2. Menyesuaikan terhadap masa pensiun dan penurunan pendapat lansia
umum pensiun mempunyai ketergantungan sosial ,finansial selain itu
kehilangan prestasi,kewibawaan ,peranan,sosial dan sebagainya hal itu
yang menyebabkan stress tersendiri bagi lansia.
3. Menyesuaikan terhadap kematian pasangan
Kehilangan ini sulit untuk diselesaikan,apalagi bagi lansia yang yang
menggantungkan hidupnya dari seorang yang meninggalkannya,dan
sangat berarti untuk dirinya melalui proses berdukalah lansia sedikit
terbantu menyesuaikan kehilangan ini.
4. Menerima diri sendiri sebagai individu lansia
Beberapa lansia menemukan kesulitan untuk menerima diri sendiri
selama penuaan .mereka dapat memperlihatkan ketidak mampuan
sebagai koping dengan menyangkal penurunan fungsi,meminta cucu –
cucunya memanggil nenek atau kakek atau menolak bantuan dalam
tugas yang menempatkan keamanan mereka pada resiko yang benar.
5. Mempertahankan kepuasan pengaturan hidup
Lansia dapat mengubah rencana kehidupan
6. Mendefinisikan ulang hubungan dengan anak dewasa
Lansia sering memerlukan penetapan hubungan kembali dengan anak
anaknya yang telah dewasa ,masala keterlibatan,peran kertelibatan
peran,ketergantungan konflik, perasaan bersalah dan kehilangan
memerlukan pengenalan dan resolusi
7. Menentukan cara untuk memperthankan kualitas hidup lansia haarus
belajar menerima aktifitas dan minat baru untuk mempertahankan

5
kualitas hidupnya.seseorang yang sebelumnya aktif dalam sosial
sepanjang hidupnya mungkin merasa relatif mudah untuk bertemu
orang baru dan mendapat minat baru.

2.1.3 Tipe-tipe kepribadian lanjut usia

1. Tipe kepribadian konstruktif (konstrution personality)


Orang ini meiliki integritas baik ,menikati hidupnya ,toleransi tinggi
dan fleksibel ,biasanya tipe ini tidak mengalami gejolak tenang dan
mantap sampai sangat tua siap menghadapi pensiun dengan bijaksana
dan menghadap kematian dengan penuh dengan bijak sana dan
menghadapi kematian dengan penuh kesiapan mental dan fisik.
2. Tipe kepribadian mandiri (independent personality)
Pada type ini ada kecenderungan mengalami post powert
sindrom,apalagi jika pada lansia tidak di isi dengan kegiatan yang ada
dapat memberikan otonomi.
3. Type kepribadian tergantung(dependent personality)
Tipe ini biasanya sangat di pengaruhi kehidupan keluarga, apabila,
kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak
bergejolak ,tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang
di tinggalkan akan menjadi sedih yang mendalam .tipe ini saat
mengalami pensiun,tidak inisiatif,pasif tetapi masih tahu diri dan masih
dan masih dapat diterima oleh masyarakat.
4. Type kepribadian bermusuhan (hostle Personalty)
Pada tipe ini lansia tetap merasa tidak pus dengan kehidupannya banyak
keinginan yang tidak di perhitungkan sehingga menyebabkan kondisi
ekonominya menurun,mereka menganggap orag lain yang
menganggap,selalu mengeluh curiga. Menjadi tua tidak ada yang
dianggap baik takut mati dan iri hati dengan yang muda.
5. Tipe kepribadian defensive
Tipe ini selalu menolak bantuan, emosi tidak terkontrol,bersifat
compulsif aktif .mereka takut menjadi tua dan tidak menyenangi masa
pensiun.

6
6. Tipe kepribadian kritik diri (self hate Personality)
Pada lansia ini umumnya terlihat sengsara ,karena perilakunya sendiri
sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya .selalu
menyalakan diri,tidak memilik ambisi dan merasa korban keadaan
(Kuntjoro, 2002).

2.2 Konsep Dasar Menjelang Ajal

2.2.1 Definisi menjelang ajal

Menjelang ajal adalah bagian dari kehidupan, yang merupakan


proses menuju akhir. Kematian adalah kejadian natural dan merupakan
fenomena yang setiap manusia akan hadapi. Kematian adalah suatu
kejadian khusus dan membutuhkan pendekatan khusus dalam
intervensinya (Macleod et al, 2012).

2.2.2 Manifestasi Klinik

1. Fisik
a. Gerakan pengindaran menghilang secara berangsur-angsur dimulai
dari ujung kaki dan ujung jari.
b. Aktivitas dari GI berkurang.
c. Reflek mulai menghilang.
d. Suhu klien biasanya tinggi tapi merasa dingin dan lembab terutama
pada kaki dan tangan dan ujung-ujung ekstremitas.
e. Kulit kelihatan kebiruan dan pucat.
f. Denyut nadi tidak teratur dan lemah.
g. Nafas berbunyi, keras dan cepat ngorok.
h. Penglihatan mulai kabur.
i. Klien kadang-kadang kelihatan rasa nyeri.
j. Klien dapat tidak sadarkan diri.

7
2. Psikososial
Sesuai dengan fase-fase kehilangan menurut seorang ahli E. Kuber Ross
mempelajari respon-respon atas menerima kematian dan maut secara
mendalam dari hasil penyelidikan/penelitiannya yaitu:
a. Respon kehilangan
1) Rasa takut diungkapkan dengan ekspresi wajah (air muka),
ketakutan, cara tertentu untuk mengulurkan tangan.
2) Cemas diungkapkan dengan cara menggerakkan otot rahang dan
kemudian mengendor.
3) Rasa sedih diungkapkan dengan mata setengah terbuka atau
menangis.
b. Hubungan dengan orang lain
1) Kecemasan timbul akibat ketakutan akan ketidak mampuan untuk
2) berhubungan secara interpersonal serta akibat penolakan.

2.2.3 Tanda Klien Lanjut Usia Menjelang Kematian

Menurut (Keperawatan. Gerontik & geriatrik, H. wahjudi Nugroho, B.


Sc.,SKM 2008)

1. Gerakan dan pengindraan menghilang secara berangsur-angsur. Biasanya


dimulai pada anggota badan, khususnya kaki dan ujung kaki.
2. Gerak peristaltic usus menurun.
3. Tubuh klien lanjut usia tampak menggembung.
4. Badan dingin dan lembap, terutama pada kaki, tangan, dan ujung
hidungnya.
5. Kulit tampak pucat, berwarna kebiruan / kelabu.
6. Denyut nadi mulai tidak teratur.
7. Nafas mendengkur berbunyi keras (stidor) yang disebabkan oleh adanya
lender pada saluran pernafasan yang tidak dapat dikeluarkan oleh klien
lanjut usia.
8. Tekanan darah menurun.
9. Terjadi gangguan kesadaran (ingatan menjadi kabur).

8
Tanda - tanda kematian :

1. Pernapasan terhenti, penilaian lebih dari 10 menit(inpeksi,


palpasi,auskultasi)
2. Terhentinya sirkulasi ,penilaian 15 menit nadi karotis tidak teraba
3. Kulit pucat ,dapat juga terjadi pada spasme agonal
4. Pembuluh darah retina bersegmentasi ,beberapa menit pasca kematian
Tanda-tanda kepastian kematian:
a. Rigor mortis
Kekakuan tubuh setelah 2-4 jam mati karena kekurangan ATP
(adenoside triphosphat) yang tidak dapat di sintesa akibat berkurangnya
glikogen dalam tubuh.Proses rigor mortis dimulai dari organ
involunter ,kepala,leher,tubuh dan ekstremitas. Maka dari itu mayat
harus diletakan terlentang ,mulut daan kelopak tertutup sebelum rigor
mortis terjadi dan akan berakhir 96 jam kematian.
b. Algor moris
Penurunan suhu tubuh berlahan–lahan setelah sirkulasi dan hipotalamus
tidak berfungsi . Kulit kehilangan elastisitannya dan mudah terbuka.
c. Post mortem decomposition
Setelah sistem sirkulasi hilang kulit menjadi biru kehitaman karena sel
sel sudah rusak dan terjadi pelepasan Hb. Untuk memperlambat dengan
di taruh di ruang suhu rendah atau dibalsam(diawetkan).

2.2.4 Hak Asasi Pasien Menjelang Ajal

Lanjut usia berhak untuk diperlakukan sebagai manusia yang hidup sampai
ia mati. Adapun hak hak pasien yang mengalami sakratul maut :
1. Berhak tetap untuk merasa mempunyai harapan meskipun fokusnya
dapat sajah berubah
2. Berhak dirawat oleh mereka yang dapat menghidupkan terus harapan
walaupun dapat berubah .
3. Berhak untuk merasakan perasaan dan emosi mengenai kematian yang
sudah mendekat dengan caranya sendiri

9
4. Berhak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan mengenai
perawatnya .
5. Berhak untuk menghaarapkan terus mendapatkan perhatian medis dan
perawatan waalaupun tujuan penyembuhan harus diubah menjadi
tujuan memberi rass nyaman.
6. Berhak untuk tidak mati kesepian
7. Berhak untuk bebas dalam rasa nyeri
8. Berhak untuk memperoleh jawaban yang jujur atas pertanyaan
9. Berhak untuk tidak di tipu
10. Berhak untuk mendapat bantuan dari dan untuk keluarganya dalm
menerima kematian.
11. Berhak untuk mati dengan tenang dan terhormat
12. Berhak untuk mempertahakan individualitas dan tidak dihakimi atas
keputusan yang mungkin saj bertenntangan dengan orang lain
13. Membicarakan dan memperluas pengalaman keagamaan dan
kerohanian
14. Berhak untuk mengharapkan bahwa sesudah tubuh manusia akan di
hormati sesudah mati.

2.2.5 Pemenuhan Kebutuhan Klien Menjelang Ajal


1. Kebutuhan jasmaniah. Kebutuhan toleransi terhadap rasa sakit, berbeda
pada setia orang. Tindakan yang memungkingkan rasa nyaman bagi klien
lanjut usia (misalnya sering mengubah posisi tidur,perawatan fisik
2. Kebutuhan emosi . Untuk menggambarkan ungkapan sikap dan perasaan
klien lanjut usia dalam menghadapi kematian.
a. Mungkin klien lanjut usia mengalami ketakutan yang hebat (ketakutan
yang timbul akibat menyadari bahwa diri nya tidak maampu
mencegah kematian )
b. Mengkaji hal yang di inginkan penderita selama mendampinginya.
misalnya lanjut usia ingin memperbincangkan tentang kehidupan di
masa lalu dan kemudian hari. Bila pembicaraan tersebut
berkenan,luangkan waktu sejenak,ingat tidak semua orang senang
membicarakan kematian.

10
3. Peran Perawat dalam merawat pasien menjelang ajal
a. Memenuhi kebutuhan biologis klien
b. Memenuhi kebutuhan sosiologis
c. Memenuhi kebutuhan psikologis
d. Memenuhi kebutuhan spiritual

2.2.6 Pertimbangan Khusus Dalam Perawatan

1. Tahap I (penolakan dan rasa kesendirian)


Mengenal atau mengetahuai proses bahwa ini umumnya terjadi karena
menyadari akan datangnya kematian atau ancaman maut.
a. Beri kesempatan kepada klien lanjut usia untuk mempergunakan
caranya sendiri dalam menghadapi kematian sejauh tidak merusak.
b. Memfasilitasi klien lanjut usiadalam menghadapi kematian.
Luangkan waktu 10 menit sehari, baik dengan bercakap-cakap atau
sekedar bersamanya.
2. Tahap II (marah)
Mengenal atau memahami tingkah laku serta tanda-tandanya.
a. Beri kesempatan kepada klien lanjut usia untuk mengungkapkan
kemarahannya dengan kata-kata.
b. Ingat bahwa dalam benaknya bergejolak pertanyaan, “ mengapa hal
ini terjadi pada diriku?“
c. Seringkali perasaanm ini dialihkan kepada orang lain atau anda
sebagai cara klien lanjut usia bertingkah laku.
3. Tahap III (tawar-menawar)
Menggambarkan proses yang berusaha menawar waktu.
a. Klien lanjut usia untuk mempergunakan ungkapan, seperti
seandainya “ saya…”
b. Beri kesempatan kepada klien lanjut usia untuk menghadapi
kematian dengan tawar-menawar.
c. Tanyakan kepentingan yang masih ia inginkan. Cara ademikian
dapat menunjukkan kemampuan perawat untuk mendengarkan
ungkapan perasaannya.

11
4. Tahap IV (depresi)
Lanjut usia memahami bahwa tidak mungkin menolak lagi kematian
yang tidak dapat dihindarkan itu, dan kini kesedian akan kematian itu
sudah membayanginya.
a. Jangan mencoba menyenangkan klien lanjut usia. Ingat bahwa
tindakan ini sebenarnya hanya memenuhi kebutuhan petugas.
Jangan takut menyaksikan klien lanjut usia atau keluarganya
menangis. Hal ini merupakan ungkapan pengekpresian
kesedihannya. Anda boleh saja ikut berduka cita.
b. “ apakah saya akan mati?” sebab sebetulnya pertanyaan klien lanjut
usia tersebut hanya sekedar mengisi dan menghabiskan waktu untuk
membincangkan perasaannya, bukannya mencari jawaban. Biasanya
klien lanjut usia menanyakan sesuatu, ia sebenarnya sudah tahu
jawabannya. Biasanya klien lanjut usia menanyakan sesuatu, ia
sebenarnya sudah tahu jawabannya. Apakah anda merasa akan
meninggal dunia?
5. Tahap V menerima
Membedakan antar sikap menerima kematian dan penyerahan terhadap
kematian yang akan terjadi. Sikap meneriama: klien lanjut usia telah
meneriama, dapat mengatakan bahwa kematian akan tiba dan ia tidak
akan menolak. Sikap menyerah: sebenarnya klien lanjut usia tidak
menghendaki kematian ini terjadi, tetapi ia tahu bahwa hal ini akan
terjadi. Klien lanjut usia tidak merasa tenang dan damai.
a. Luangkan waktu untuk klien lanjut usia (mungkin beberapa kali
dalam sehari). Sikap keluarga akan berbeda dengan sikap klien lanjut
usia. Oleh karena itu, sediakan waktu untuk mendiskusikan mereka.
b. Beri kesempatan kepada klien lanjut usia untuk mengarahkan
perhatiannya sebanyak mungkin. Tindakan ini akan member
ketenangan dan perasaan aman.

12
2.2.7 Teori Berduka
1. Teori Engel ( 1964)
Teori ini memiliki cirri cirri bahwa berduka terdiri dari syok , tidak
percaya, mengembalikan kesadaran , mengenali dan restitusi .
2. Teori Kubler – Ross ( 1969)
Konsep berduka terdiri atas lima tahap diantara lain mengingkari, marah,
fase tawar-menawar, fase sedih yang mendalam dan penerimaan.
3. Teori Rando (1991)
Pada teori rando terdiri dari penghindaran, konfrontasi, dan
akomodasi. Meskipun tidak ada dua orang yang bereaski sama terhadap
kematian dan ajal, namun respon fisiologis dan psikologis terhadap
kematian, yang dikenal sebagi berduka telah digambarkan dalam tahapan
– tahapan oleh orang – orang terkenal seperti engel, linderman, Parkes,
Bolbley, dan Kubler Ross.
Berduka merupakan respon normal dan universal terhadap
kehilangan yang dialami melalui perasaan, perilaku, dan penderitaan
emosional. Berduka adalah proses pergeeseran melewati nyeri akibat
kehilangan. Kehilangan kesehatan, teman , kerabat, pekerjaan , keamanan
financial merupakan sebagian dari kehilangan kumulatif yang
menyebabkann berduka pada lansia. Periode berduka adalah waktu
penyembuhan , adaptasi, dan pertumbuhan.
Asuhan keperawatan untuk pasien dan pemberi perawatan yang
berduka memerlukan rasa saling memberi yang sensitive, peduli dan
empati. Berbagai pendapat, perasaan dan ketenangan merupakan
intervensi keperawatan yang paling tepat . Bimbingan adaptif dapat
membantu mereka mempersiapkan orang yang menjelang ajal untuk
mengahadapi nyeri dan perasaan alamiah mereka yang berhubungan
dengan proses berduka .

13
2.2.8 Fase-Fase Kehilangan

Masuknya klien ke dalam ancaman peran sakit pada rentang hidup-


mati mengancam dan mengubah hemostatis. Lebih dari rasa takut yang
nyata tentang kematian dan pengaruh terhadap anggota keluarga yang
dirawat dirasakan oleh keluarga. Banyak faktor yang mempengaruhi klien
dalam perawatan penyakit terminal, apabila seseorang sudah
divonis/prognosa jelek, ia tiak akan bisa menerima begitu saja tentang apa
yang ia hadapi sekarang.
Elizabeth Kubbler Ross menggambarkan 5 tahap yang akan dilalui klien
dalam menghadapi bayangan akan kematian/kehilangan yang sangat
bermanfaat untuk memahami kondisi klien pada saat ini, yaitu:
1. Tahap peningkatan atau denial
Adalah ketidakmampuan menerima, kehilangan untuk membatasi atau
mengontrol nyeri dan dystress dalam menghadapinya. Gambaran pada
tahap denial yaitu:
a. Tidak percaya diri
b. Shock
c. Mengingkari kenyataan akan kehilangan
d. Selalu membantah dengan perkataan baik
e. Diam terpaku
f. Binggung, gelisah
g. Lemah, letih, pernafasan, nadi cepat dan berdebar-debar
h. Nyeri tubuh, mual
2. Tahap anger atau marah
Adalah kekesalan terhadap kehilangan. Gambaran pada tahap anger
yaitu:
a. Klien marah-marah
b. Nada bicara kasar
c. Suara tinggi
3. Tahap tawar menawar atau bergaining
Adalah cara coping dengan hasil-hasil yang mungkin dari penyakit dan
menciptakan kembali tingkat kontrol. Gambaran pada tahap ini yaitu:

14
a. Sering mengungkapkan kata-kata kalau, andai.
b. Seirng berjanji pada Tuhan.
c. Mempunyai kesan mengulur-ulur waktu.
d. Merasa bersalah terus menerus.
e. Kemarahan mereda.
4. Tahap depresi
Adalah ketiada usaha apapun untuk mengungkapkan perasaan atau
reaksi kehilangan. Gambaran pada tahap ini yaitu:
a. Klien tidak banyak bicara.
b. Sering menanggis.
c. Putus asa.
5. Tahap acceptance atau menerima
Adalah akhir klien dapat menerima kenyataan dengan kesiapan.
Gambaran pada tahap ini yaitu:
a. Tenang/damai.
b. Mulai ada perhatian terhadap suatu objek yang baru.
c. Berpartisipasi aktif.
d. Tidak mau banyak bicara.
e. Siap menerima maut.

Tidak semua orang dapat melampaui kelima tahap tersebut


dengan baik, dapat saja terjadi, ketidakmampuan menggunakan adaptasi
dan timbul bentuk-bentuk reaksi lain. Jangka waktu periode tahap
tersebut juga sangat individual. Penerimaan suatu prognosa penyakit
terminal memang berat bagi setiap individu. Ini merupakan suatu
ancaman terhadap kehidupan dan kesejahteraan pada individu tersebut.
Dari ancaman tersebut timbul suatu rentang respon cemas pada
individu, cemas dapat dipandang suatu keadaan ketidakseimbangan atau
ketegangan yang cepat mengusahakan koping.
Rentang respon seseorang terhadap penyakit terminal dapat
digambarkan dalam suatu rentang yaitu harapan ketidakpastian dan
putus asa.

15
1. Harapan
2. Mempunyai respon psikologis terhadap penyakit terminal. Dengan
adanya harapan dapat mengurangi stress sehingga klien dapat
menggunakan koping yang adekuat.
2. Ketidakpastian
Penyakit terminal dapat mengakibatkan ketidakpastian yang disertai
dengan rasa tidak aman dan putus asa, meskipun secara medis sudah
dapat dipastikan akhirnya prognosa dapat mempercepat klien masuk
dalam maladaptif.
3. Putus asa
Biasanya ditandai dengan kesedihan dan seolah-olah tidak ada lagi
upaya yang dapat berhasil untuk mengobati penyakitnya. Dalam
kondisi ini dapat membawa klien merusak atau melukai diri sendiri.

16
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA MENJELANG AJAL

3.1 Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan penyakit terminal, menggunakan
pendekatan holistik yaitu suatu pendekatan yang menyeluruh terhadap klien
bukan hanya pada penyakit dan aspek pengobatan dan penyembuhan saja
akan tetapi juga aspek psikososial lainnya.Salah satu metode untuk membantu
perawat dalam mengkaji data psikososial pada klien terminalyaitu dengan
menggunakan metode “PERSON”.
P: Personal Strenghat yaitu kekuatan seseorang ditunjukkan melalui gaya
hidup, kegiatannya atau pekerjaan.
Contoh yang positif : Lansia berada ditempat yang menyenangkan dan
nyaman, Beradaptasi dengan siapa saja dalam kegiatan sehari-hari.
Contoh yang negatif: Lansia kecewa dalam pengalaman hidup dikarenakan
semasa sehat kurang mampu mampu beradaptasi dengna lingkungan
sekitar.
E: Emotional Reaction yaitu reaksi emosional yang ditunjukkan dengan klien.
Contoh yang positif : Bingung tetapi mampu memfokuskan keadaan.
Contoh yang negative : Tidak berespon (menarik diri) yaitu lansia akan
menarik diri ketika di diagnosa menderita penyakit terminal.
R: Respon to Stress yaitu respon klien terhadap situasi saat ini atau dimasa
lalu.
Contoh yang positif : Lansia mampu memahami masalah secara langsung
dan mencari informasi, Menggunakan perasaannya dengan sehat misalnya:
latihan dan olah raga ringan.
Contoh yang negative : Lansia akan menyangkal masalah , seperti ketika
di diagnosa penyakit terminal lansia masih belum menerima kenyataan dan
cenderung menyangkal .
S: Support System yaitu keluarga atau orang lain yang berarti.
Contoh yang positif : Keluarga lansia selalu memberikan dukungan hidup
pada lansia agar lebih semangat dalam menjalani hidupnya.

17
Contoh yang negative: Tidak mempunyai keluarga, seperti lansia akan
merasa kesepian di karenakan tidak ada orang sekitar yanng mendukung
kehidupannya.
O: Optimum Health Goal yaitu alasan untuk menjadi lebih baik (motivasi).
Contoh yang positif : Lansia melihat hidup sebagai pengalaman positif,
seperti menganggap sebuah penyakit sebagai ujian keikhlasan dari tuhan.
Contoh yang negative : Pandangan hidup sebagai masalah yang terkuat,
Tidak mungkin mendapatkan yang terbaik, seperti lansia akan merasa
marah pada kehidupannya karena merasa tidak berdaya .
N:Nexsus yaitu bagian dari bahasa tubuh mengontrol seseorang mempunyai
penyakit atau mempunyai gejala yang serius.
Contoh yang positif : Melibatkan diri dalam perawatan dan pengobatan,
seperti lansia akan melakukan serangkaian terapi dan pengobatan untuk
kesembuhan penyakit terminal yang dialami.
Contoh yang negative : Tidak berusaha melibatkan diri dalam perawatan,
Menunda keputusan, seperti lansia merasa tidak ada gunanya menjalani
pengobatan dan lebih memilih pasrah.
3.2 Faktor Predisposisi
Yaitu faktor yang mempengaruhi respon psikologis klien pada penyakit
terminal, sistem pendekatan bagi klien. Klas Kerud telah mengklasifikasikan
pengkajian yang dilakukan yaitu:
1. Riwayat psikosisial, termasuk hubungan-hubungan interpersonal,
penyalahgunaan zat, perawatan psikiatri sebelumnya.
2. Banyaknya distress yang dialami dan respon terhadap krisis.
3. Kemampuan koping.
4. Sosial support sistem termasuk sumber-sumber yang ada dan dibutuhkan
support tambahan.
5. Tingkat perkembangan
6. Fase penyakit cepat terdiagnosa, pengobatan dan post pengobatan.
7. Identitas kepercayaan diri, pendekatan nilai-nilai dan filosofi hidup.
8. Adanya reaksi sedih dan kehilangan.
9. Pengetahuan klien tentang penyakit.
10. Pengalaman masa lalu dengan penyakit.

18
11. Persepsi dan wawasan hidup respon klien terhadap penyakit terminal,
persepsi terhadap dirinya, sikap, keluarga, lingkungan, tersedianya fasilitas
kesehatan dan beratnya perjalanan penyakit.
12. Kapasitas individu untuk membuat psikosial kembali dalam penderitaan.

3.3 Faktor Sosiokultural


Klien mengekpresikannya sesuai dengan tahap perkembangan, pola kultur
atau latar belakang budaya terhadap kesehatan, penyakit, penderitaan dan
kematian yang dikomunikasikan baik secara verbal maupun non verbal.

3.4 Faktor Presipitasi


Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya reaksi klien terminal, yaitu:
1. Prognosa akhir penyakit yang menyebabkan kematian.
2. Faktor transisi dari arti kehidupan menuju kematian.
3. Support dari keluarga dan orang terdekat.
4. Hilangnya harga diri, karena kebutuhan tidak terpenuhi sehingga klien
menarik diri, cepat tersinggung dan tidak ada semangat hidup.

Selain itu etiologi dari penyakit terminal dapat merupakan faktor


presipitasi, diantaranya:

1. Penyakit kanker
2. Penyakit akibat infeksi yang parah/kronis
3. Congestif Renal Failure (CRF)
4. Stroke Multiple Sklerosis
5. Akibat kecelakaan yang fatal.

3.5 Faktor Perilaku


1. Respon terhadap klien
Bila klien terdiagnosa penyakit terminal maka klien akan mengalami
krisis dan keadaan ini mengakibatkan keadaan mental klien tersinggung
sehingga secara langsung dapat menganggu fungsi fisik/penurunan daya
tahan tubuh.

19
2. Respon terhadap diagnose
Biasanya terjadi pada klien yang terdiagnosa penyakit terminal adalah
shock atau tidak percaya perubahan konsep diri klien terancam, ekspresi
klien dapat berupa emosi kesedihan dan kemarahan.
3. Isolasi social.

3.6 Diagnosa Keperawatan

N KODE SDKI
O
1 D.0080 Ansietas
Katagori : Psikologis
Subkatagori : Integritas Ego
Definisi
Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap
objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya
yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk
menghadapi ancaman.
Penyebab
Ancaman terhadap kematian
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
Objektif
1. Tampak gelisah
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1. Merasa tidak berdaya
Objektif
1. Muka tampak pucat
Kondisi klinis
Penyakit kronis progresif (mis kanker, penyakit autoimun)

20
2 D.0082 Distres Spiritual
Katagori : Psikologis
Subkatagori : Integritas Ego
Definisi
Gangguan pada keyakinan atau sistem nilai berupa kesulitan
merasakan makna dan tujuan hidup melalui hubungan dengan
diri, orang lain, lingkungan atau tuhan
Penyebab
Menjelang Ajal
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Mempertanyakan makna/tujuan hidupnya
2. Merasa menderita/tidak berdaya
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1. Menyatakan hudupnya terasa tidak/kurang tenang
Objektif
1. Koping tidak efektif
Kondisi klinis
1. Penyakit kronis
2. Penyakit terminal

21
3.7 Intervensi Keperawatan

No SDKI SLKI SIKI


1. D.0080 Ansietas L. 09093 Tingkat Ansietas : 1.09314 Reduksi Ansietas
berhubungan dengan Kondisi emosi dan pengalaman subyektif Meminimalkan kondisi individu dan pengalaman
ancaman terhadap terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik subjektif terhadap objek yang tidak jelas dan
kematian akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
individu melakukan tindakan untuk menghadapi memungkinkan individu melakukan tindakan
ancaman. untuk menghadapi ancaman.
Kriteria hasil : Tindakan :
1) Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang Observasi :
dihadapi dari skala 2 (cukup meningkat) 1) Identifikasi tingkat ansietas (mis.
menjadi skala 4 (cukup menurun). kondisi,waktu,stressor).
2) Perilaku gelisah dari skala 2 (cukup 2) Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan
meningkat) menjadi skala 4 (cukup non verbal)
menurun). Terapeutik :
1. Ciptakan suasana terapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan
2. Temani pasien untuk mengurangi
kecemasan.
3. Pahami situasi yang membuat ansietas

22
dengarkan dengan penuh perhatian.
Edukasi :
1. Jelaskan prosedur termasuk sensasi yang
mungkin dialami.
2. Informasikan secara faktual mengenai
diagnosis, pengobatan, dan prognosis.
3. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien.
4. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi.
2. D.0082 Distress L.09091 Status Spiritual 1.09276 Dukungan spiritual
spiritual Keyakinan atau sistem nilai berupa kemampuan Memfasilitasi peningkatan perasaan seimbnag
berhubungan dengan merasakan makna dan tujuan hidup melalui dan terhubung dengan kekuatan yang lebih
menjelang ajal hubungan diri, oranglain, lingkungan atau tuhan. besar.
Kriteria Hasil : Tindakan :
1) Perilaku marah pada tuhan dari skala 2 Observasi :
(cukup meningkat) menjadi skala 4 (cukup 1) Identifikasi perasaan khawatir, kesepian,
menurun). dan ketidakberdayaan.
2) Verbalisasi menyalahkan diri sendiri drai 2) Identifikasi pandangan tentang hubungan
skala 2 (cukup meningkat) menjadi skala 4 antara spiritual dan kesehatan.
(cukup menurun). Terapeutik :

23
3) Perasaan takut dari skala 2 (cukup 1) Berikan kesempatan mengekspresikan
meingkat) menjadi skala 4 (cukup perasaan tentang penyakit dan kematian.
menurun). 2) Berikan kesempatan mengekspresikan dan
meredakan marah secara tepat.
3) Yakinkan bahwa perawat bersedia
mendukung selama masa
ketidakberdayaan.
4) Sediakan privasi dan waktu tenang untuk
aktivitas spiritual.
Edukasi :
1) Anjurkan berinteraksi dengan keluarga,
teman, dan atau orang lain.

24
3.8 Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012).

3.9 Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk


menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana
keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan
(Manurung,2011).

25
BAB 4
ASKEP KASUS

KASUS :
Ny.W adalah seorang wanita lemah yang berusia 88 tahun. Suaminya,
meninggal 14 tahun yang lalu akibat cedera serebrovaskuler. Ny. W tinggal
dirumahnya bersama anaknya hingga satu tahun yang lalu. Ketika klien pertama
kali di diagnosis kanker payudara, klien sempat berobat alternatif ke beberapa
tempat, namun tidak ada perubahan hingga klien harus menjalani pembedahan,
radiasi, dan kemoterapi. Selama sakit klien selalu control dirumah sakit. Saat ini
kanker yang di deritanya sudah bermetastase. Klien diinformasikan bahwa harapan
hidupnya hanya tinggal kurang dari setahun, pada suatu saat tiba-tiba kondisinya
menurun dan mengalami kondisi yang terminal, pasien mengalami penurunan
keyakinan terhadap tuhannya dan keluarganya pun mengalami kecemasan akan
kondisi terminal yg dihadapi klien.
4.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien :
a.Nama : Ny.W
b. Usia : 88 Tahun
c.Jenis Kelamin : Perempuan
d. Alamat : Palu, Sulawesi Tengah
e.Agama : Islam
f. Pendidikan : SMA
g. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
h. Status : Janda
i. Suku Bangsa : Bungku
j. No.Rekam Medis : xxxxx2423
k. Tanggal MRS : 23 September 2012
l. Tanggal Pengkajian : 24 September 2012

26
m. Diagnosa Medis : Kanker Payudara

2. Identitas Penanggung jawab :


a. Nama : Tn. H
b. Usia : 47 Tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Alamat : Palu, Sulawesi tengah
e. Pekerjaan : Wiraswasta
f. Hubungan dengan Pasien : Anak Pasien
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Saat ini klien menderita kanker payudara stadium IV dan hampir
tidak memiliki harapan untuk hidup. Pada saat ini kanker sudah meluas
dalam payudara dan melekat pada kulit atau dinding dada dan juga sudah
disertai dengan kelenjar getah bening aksila supra-klavikula. Selain itu
pada kondisi ini metastasis kanker sudah sangat jauh dan sel-sel kanker
sudah sangat menyebar ke bagian tubuh yang lain. Sel-sel kanker
tersebut menyerang bagian tubuh lainnya yaitu tulang, paru-paru, hati,
otak, kulit, dan kelenjar limfa yang ada di dalam batang leher.
b. Riwayat penyakit dahulu
Keluarga klien mengatakan bahwa klien pernah menderita kanker
payudara stadium I dan menjalani kemoterapi serta pengobatan secara
alternatif, Ny. W tidak memiliki riwayat alergi obat, makanan, debu,
hewan , dan lain lain.
c. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga klien mengatakan bahwa nenek nya dahulu juga menderita
kanker payudara dan meninggal karena kanker payudara.
d. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan Head to Toe dan
hasil yang didapat pada pemeriksaan ini adalah:
1) Pasien kurang rensponsif

27
2) Fungsi tubuh melambat
3) Pasien berkemih dan defekasi secara tidak sengaja
4) Rahang cenderung jatuh
5) Pernafasan tidak teratur dan dangkal
6) Sirkulasi melambat dan ektremitas dingin, nadi cepat dan
melemah
7) Kulit pucat
8) Mata memelalak dan tidak ada respon terhadap cahaya
e. Kebutuhan fisiologis yang dihadapi pasien.
Masalah fisiologis yang dihadapi adalah:
1) Problem Oksigenisasi: respirasi irregular, lambat, pernafasan
cheyne stokes, sirkulasi perifer menurun, perubahan mental;
agitasi-gelisah, tekanan darah menurun, hypoksia, akumulasi
secret, nadi ireguler.
2) Problem Nutrisi dan Cairan: asupan makanan dan cairan
menurun, peristaltic menurun, distensi abdomen, kehilangan BB,
bibir kering dan pecah-pecah, lidah kering dan membengkak,
mual, muntah, cegukan, dehidrasi terjadi karena asupan cairan
menurun.
3) Problem suhu: terjadi penurunan suhu tubuh terutama pada
bagian ekstremitas yang terasa dingin.
4) Problem Sensori: Penglihatan menjadi kabur, refleks berkedip
hilang saat mendekati kematian, menyebabkan kekeringan pada
kornea, Pendengaran menurun, kemampuan berkonsentrasi
menjadi menurun penglihatan kabur, pendengaran berkurang,
sensasi menurun.
5) Problem nyeri : ambang nyeri menurun dari skala , pengobatan
nyeri dilakukan secara intra vena, klien harus selalu didampingi
untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan kenyamanan.
6) Problem Kulit dan Mobilitas : Bersih dan tidak ada luka kecuali
pada area payudara.

28
4. Masalah Kesehatan Kronis

No Keluhan kesehatan atau gejala Selalu Sering Jarang T.Pernah


yang dirasakan klien dalam waktu (3) (2) (1) (0)
3 bulan terakhir berkaitan dengan
fungsi-fungsi
A Fungsi Penglihatan
1. Penglihatan Kabur 2
2. Mata berair 1
3. Nyeri pada mata 2
B Fungsi pendengaran
4. Pendengaran berkurang 2
5. Telinga berdenging 1
C Fungsi Paru (Pernapasan)
6. Batuk lama disertai 0
keringat malam
7. Sesak napas 1
8. Berdahak/sputum 1
D Fungsi Jantung
9. Jantung berdebar-debar 1
10. Cepat lelah 2
11. Nyeri dada 1
E Fungsi pencernaan
12. Mual muntah 1
13. Nyeri ulu hati 0
14. Makan dan minum banyak 0
(berlebihan)
15. Perubahan kebiasaan 1
buang air besar (mencret
atau sembelit)
F Fungsi pergerakan

29
16. Nyeri kaki saat berjalan 0
17. Nyeri pinggang atau 0
tulang belakang
18. Nyeri persendian/bengkak 0
G Fungsi persyarafan
19. Lumpuh/kelemahan pada 0
kaki atau tangan
20. Kehilangan rasa 1
21. Gemetar atau tremor 1
22. Nyeri/pegal pada daerah 0
tekuk
H Fungsi saluran perkemihan
23. Buang air kecil banyak 1
24. Sering buang air kecil 2
pada malam hari
25. Tidak mampu mengontrol 1
pengeluaran urine kemih
(mengompol)
Jumlah 0 6 13 8
Analisa hasil : Skor 27 : Pasien mengalami masalah kronis sedang
5. Fungsi Kognitif

No Item pertanyaan Benar Salah


1 Jam berapa sekarang ? √
Jawab :
2 Tahun berapa sekarang ? √
Jawab :
3 Kapan Bapak/Ibu lahir? √
Jawab :
4 Berapa umur Bapak/Ibu sekarang? √
Jawab :
5 Dimana alamat Bapak/Ibu sekarang ? √
Jawab :
6 Berapa jumlah anggota keluarga yang tinggal √

30
bersama Bapak/Ibu?
Jawab :
7 Siapa nama anggota keluarga yang tinggal bersama √
Bapak/Ibu?
Jawab :
8 Tahun berapa Hari Kemerdekaan Indonesia? √
Jawab :

9 Siapa nama presiden Republik Indonesia ? √


Jawab :
10 Coba hitung terbalik dari angka 20 ke 1 ! √
Jawab :
Jumlah benar 5
Analisa hasil :
Jumlah skor = 5 berarti tidak ada gangguan

6. Status Fungsional

No Aktivitas Mandiri Tergantung


(Nilai 1) (0)
1 Mandi dikamar mandi (menggosok, membersihkan, dan 0
mengeringkan badan).
2 Menyiapkan pakaian, membuka, dan mengenakannya. 0
3 Memakan makanan yang telah disiapkan 0
4 Memelihara kebersihan diri untuk penampilan diri 0
(menyisir rambut, menggosok gigi, mencukur kumis).
5 Buang air besar di WC (membersihkan dan 0
mengeringkan daerah bokong).
6 Dapat mengontrol pengeluaran feses (tinja). 1
7 Buang air kecil di kamar mandi (membersihkan dan 0
mengeringkan daerah kemaluan)
8 Dapat mengontrol pengeluaran air kemih. 1
9 Berjalan dilingkungan tempat tinggal atau keluar 1
ruangan tanpa alat bantu, seperti tongkat.
10 Menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaan 1
yang dianut.
11 Melakukan pekerjaan rumah, seperti : merapikan 0

31
tempat tidur, mencuci pakaian, memasak, dan
membersihkan ruangan.
12 Berbelanja untuk kebutuhan sendiri atau kebutuhan 0
keluarga.
13 Mengelola keuangan (menyimpan dan menggunakan 0
uang sendiri).
14 Menggunakan sarana transportasi umum untuk 0
berpergian.
15 Menyiapkan obat dan minum obat sesuai dengan aturan 0
(takaran obat dan waktu minum obat tepat)
16 Merencanakan dan mengambil keputusan untuk 0
kepentingan keluarga dalam hal penggunaan uang,
aktivitas sosial yang dilakukan dan kebutuhan akan
pelayanan kesehatan.
17 Melakukan aktivitas diwaktu luang (kegiatan 1
keagamaan, sosial, rekreasi, olahraga dan menyalurkan
hobi)
Jumlah Poin Mandiri 5
Analisa hasil :
Jumlah skor 5, disimpulkan bahwa klien bergantung pada yang lain

7. STATUS FISIOLOGIS

No Apakah Bapak/Ibu dalam satu minggu terakhir ? Ya Tidak


1 Merasa puas dengan kehidupan yang dijalani? ya
2 Banyak meninggalkan kesenangan/minat dan aktivitas anda? tidak
3 Merasa bahwa kehidupan anda hampa? tidak
4 Sering merasa bosan? tidak
5 Penuh pengharapan akan masa depan? ya
6 Mempunyai semangat yang baik setiap waktu? ya
7 Diganggu oleh pikiran-pikiran yang tidak tepat diungkapkan? tidak
8 Merasa bahagia disebagian besar waktu? tidak
9 Merasa takut sesuatu yang terjadi pada Anda? ya
10 Sering kali merasa tidak berdaya? ya
11 Sering merasa gelisah dan gugup? ya
12 Memilih tinggal dirumah daripada pergi melakukan sesuatu ya
yang bermanfaat?

32
13 Sering kali merasa khawatir akan masa depan? ya
14 Merasa mempunyai lebih banyak masalah dengan daya ingat ya
dibandingkan orang lain?
15 Berfikir bahwa hidup ini sangat menyenangkan sekarang? ya
16 Sering kali merasa merana? tidak
17 Merasa kurang bahagia? tidak
18 Sangat khawatir terhadap masa lalu? tidak
19 Merasakan bahwa hidup ini sangat menggairahkan? ya
20 Merasa berat untuk memulai sesuatu hal yang baru? tidak
21 Merasa dalam keadaan penuh semangat? ya
22 Berfikir bahwa keadaan penuh semangat? tidak
23 Berfikir bahwa banyak orang yang lebih baik daripada anda? tidak
24 Sering kali menjadi kesal dengan hal yang sepele? tidak
25 Sering kali merasa ingin menangis? Tidak
26 Merasa sulit untuk berkonsentrasi? ya
27 Menikmati tidur? tidak
No Apakah Bapak/Ibu dalam satu minggu terakhir:
28 Memilih menghindar dari perkumpulan sosial? tidak
29 Mudah mengambil keputusan? tidak
30 Mempunyai pikiran yang jernih? tidak
Jumlah item yang terganggu 17

4.2 Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan

No Analisa Data Etiologi Problem


1. DS : Proses penuaan Ansietas yang
1. Keluarga klien mengatakan berhubungan
bahwa klien sering terbangun Penyakit Terminal dengan ancaman
pada malam hari. kematian
2. Klien mengatakan khawatir Tidak ada harapan
dengan penyakitnya dan cemas sembuh
menghadapi kematian.   
DO : Gelisah
1. Klien terlihat bingung, terlihat
pucat, dan terkadang menunduk Ancaman kematian
sambil menangis.

33
2. TTV :
TD : 130/70
N  : 57x / menit
Suhu : 360 C
RR : 15x / menit

2. DS : Klien mengatakan bahwa dia Proses penuaan Keputusasaan yang


sudah lelah dan tidak mau menjalani berhubungan
proses pengobatan lagi. Penyakit terminal dengan kehilangan
DO : kepercayaan pada
1. Klien nampak murung, sulit Terapi kekuatan spiriual
mengungkapkan perasaan,
berdiam diri, dan kehilangan Tidak ada harapan
keprcayaan kepada tuhan. untuk sembuh
2. TTV :
TD : 130/70 Keputusasaan
N  : 57x / menit
Suhu : 360 C
RR : 15x / menit  
3. DS : Proses penuaan Distress spiritual
1. Klien mengatakan dokter telah yang berhubungan
memvonisnya bahwa hanya bisa Penyakit terminal dengan menjelang
bertahan kurang dari 1 tahun ajal
2. Keluarga mengatakan keyakinan Terapi
klien tehadap tuhan menurun
DO : Tidak ada harapan
1. Klien menjadi tertutup, hanya untuk sembuh
berdiam diri, dan terkadang

34
menunjukkan kesedihan. Keputusasaan
2. TTV
TD : 130/70 Menyatakan
N  : 57x / menit hidupnya terasa
Suhu : 360 C kurang bermakna
RR : 15x / menit  
Distress spiritual

Diagnosa Keperawatan

N KODE SDKI
O
1 D.0080 Ansietas
Katagori : Psikologis
Subkatagori : Integritas Ego
Definisi
Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap
objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya
yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk
menghadapi ancaman.
Penyebab
Ancaman terhadap kematian
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
Objektif
1. Tampak gelisah
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1. Merasa tidak berdaya

35
Objektif
1. Muka tampak pucat
Kondisi klinis
Penyakit kronis progresif (mis kanker, penyakit autoimun)
2 D.0088 Keputusasaan
Katagori : Psikologi
Subkategori : Integritas Ego
Definisi
Kondisi individu yang memandang adanya keterbatasan atau
tidak tersedianya alternatif pemecahan pada masalah yang
dihadapi.
Penyebab
Kehilangan kepercayaan pada kekuatan spiritual
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
Mengungkapkan keputusan
Gejala dan Tanda Minor
Objektif
Kurang terlibat dalam aktivitas perawatan
Subjektif
Kurang terlibat dalam aktivitas perawatan
Kondisi klinis
1. Penyakit kronis
2. Penyakit terminal

3 D.0082 Distres Spiritual


Katagori : Psikologis
Subkatagori : Integritas Ego
Definisi
Gangguan pada keyakinan atau sistem nilai berupa kesulitan
merasakan makna dan tujuan hidup melalui hubungan dengan

36
diri, orang lain, lingkungan atau tuhan
Penyebab
Menjelang Ajal
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Mempertanyakan makna/tujuan hidupnya
2. Merasa menderita/tidak berdaya
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1. Menyatakan hudupnya terasa tidak/kurang tenang
Objektif
1. Koping tidak efektif
Kondisi klinis
1. Penyakit kronis
2. Penyakit terminal

37
4.3 Intervensi
No SDKI SLKI SIKI
1. D.0080 Ansietas L. 09093 Tingkat Ansietas : 1.09314 Reduksi Ansietas
berhubungan dengan Kondisi emosi dan pengalaman subyektif Meminimalkan kondisi individu dan pengalaman
ancaman terhadap terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik subjektif terhadap objek yang tidak jelas dan
kematian akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
individu melakukan tindakan untuk menghadapi memungkinkan individu melakukan tindakan
ancaman. untuk menghadapi ancaman.
Kriteria hasil : Tindakan :
1. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang Observasi :
dihadapi dari skala 2 (cukup meningkat) 1. Identifikasi tingkat ansietas (mis.
menjadi skala 4 (cukup menurun). kondisi,waktu,stressor).
2. Perilaku gelisah dari skala 2 (cukup 2. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan
meningkat) menjadi skala 4 (cukup non verbal)
menurun). Terapeutik :
1. Ciptakan suasana terapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan
2. Temani pasien untuk mengurangi
kecemasan.
4. Pahami situasi yang membuat ansietas

39
dengarkan dengan penuh perhatian.
Edukasi :
1. Jelaskan prosedur termasuk sensasi yang
mungkin dialami.
2. Informasikan secara faktual mengenai
diagnosis, pengobatan, dan prognosis.
3. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien.
4. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi.
2. D.0088 Keputusasaan L.09068 Harapan 1.09307 Promosi Harapan
berhubungan dengan Ketersediaan alternatif pemecahan pada masalah Meningkatkan kepercayaan pada kemampuan
kehilangan yang dihadapi. untuk memulai dan mempertahankan tindakan
kepercayaan pada Kriteria hasil : Observasi :
kekuatan spiritual 1. Verbalisasi keputusasaan dari skala 2 1. Identifikasi harapan pasien dan keluarga
(cukup meningkat) menjadi skala 4 (cukup dalam pencapaian hidup
menurun) Terapeutik :
1. Ciptakan lingkungan yang memudahkan
mempraktikkan kebutuhan spiritual.
Edukasi :
1 Anjurkan mengungkapkan perasaan terhadap

40
kondisi dengan realistis
2. Latih cara mengembangkan spiritual diri.
3. D.0082 Distress L.09091 Status Spiritual 1.09276 Dukungan spiritual
spiritual Keyakinan atau sistem nilai berupa kemampuan Memfasilitasi peningkatan perasaan seimbang
berhubungan dengan merasakan makna dan tujuan hidup melalui dan terhubung dengan kekuatan yang lebih
menjelang ajal hubungan diri, oranglain, lingkungan atau tuhan. besar.
Kriteria Hasil : Tindakan :
1 Perilaku marah pada tuhan dari skala 2 Observasi :
(cukup meningkat) menjadi skala 4 (cukup 1 Identifikasi perasaan khawatir, kesepian,
menurun). dan ketidakberdayaan.
2 Verbalisasi menyalahkan diri sendiri drai 2 Identifikasi pandangan tentang hubungan
skala 2 (cukup meningkat) menjadi skala 4 antara spiritual dan kesehatan.
(cukup menurun). Terapeutik :
3. Perasaan takut dari skala 2 (cukup 1. Berikan kesempatan mengekspresikan
meingkat) menjadi skala 4 (cukup perasaan tentang penyakit dan kematian.
menurun). 2. Berikan kesempatan mengekspresikan dan
meredakan marah secara tepat.
3. Yakinkan bahwa perawat bersedia
mendukung selama masa
ketidakberdayaan.
4. Sediakan privasi dan waktu tenang untuk

41
aktivitas spiritual.
Edukasi :
1. Anjurkan berinteraksi dengan keluarga,
teman, dan atau orang lain.

4.4 Implementasi dan Evaluasi


No SDKI IMPLEMENTASI EVALUASI
1. D.0080 Ansietas 1. Menciptakan suasana terapeutik untuk S : Pasien mengatakan merasa lebih baik
berhubungan dengan menumbuhkan kepercayaan pasien. setelah mengungkapkan perasaan dan
ancaman terhadap 2. Menemani pasien untuk mengurangi persepsi kepada perawat dan kepada
kematian kecemasan. keluarga.
3. Memahami situasi yang membuat O : Pasien masih belum dapat menerima
ansietas dan mendengarkan dengan kondisinya saat ini dan eksperinya
penuh perhatian. tampak sedih ketika bercerita dan
4. Menganjurkan keluarga untuk tetap mengungkapkan perasaannya sekarang
bersama pasien. kepada perawat dan keluarganya.
5. Memberi anjuran kepada pasien untuk
mengungkapkan perasaan dan persepsi. TTV
TD : 130/70
N : 60x / menit
Suhu : 370 C

42
RR : 16x / menit  
A : Masalah ansietas pada pasien teratasi
sebagian
P : Intervensi 1 dihentikan.
2. D.0088 Keputusasaan 1. Mengidentifikasi harapan pasien dan S : Pasien mengatakan merasa lebih baik
berhubungan dengan keluarga untuk mencapai harapan hidup setelah mengungkapkan perasaan dan
kehilangan kepercayaan pasien persepsi kepada perawat dan kepada
pada kekuatan spiritual 2. Menciptakan lingkungan yang keluarga, Pasien juga mengatakan
memudahkan klien untuk melakukan bahwa ia telah melakukan kegiatan
kebutuhan spiritual spiritual dengan berdzikir ketika
3. Menganjurkan klien mengungkapkan sebelum tidur.
perasaan kondisi yang dialami. O : Pasien sudah dapat menerima kondisinya
4. Melatih klien untuk mengembangkan saat ini dan eksperinya tampak tenang
spiritual diri. ketika bercerita dan melakukan aktivitas
spiritual.

TTV
TD : 130/70
N  : 60x / menit
Suhu : 370 C
RR : 16x / menit  

43
A : Masalah Keputusasaan pada pasien
teratasi
P : Intervensi 2 dihentikan.
3. D.0082 Distress spiritual 1. Memberikan kesempatan pasien S : Pasien mengatakan merasa lebih baik
berhubungan dengan mengekspresikan perasaan tentang setelah mengungkapkan perasaan dan
menjelang ajal penyakit dan kematian. persepsi, serta amarahnya kepada
2. Memberikan kesempatan pada pasien perawat dan kepada keluarga.
mengekspresikan dan meredakan marah O : Pasien tampak lebih tenang dan
secara tepat. eksperinya tampak damai ketika bercerita
3. Meyakinkan kepada pasien bahwa dan mengungkapkan perasaannya
perawat bersedia mendukung pasien sekarang kepada perawat dan
selama masa ketidakberdayaan. keluarganya. Pasien mampu meredakan
4. Menyediakan privasi dan waktu tenang amarah dan dapat menerima kondisi nya
untuk aktivitas spiritual pasien. saat ini dengan ikhlas. Pasien juga dapat
5. Menganjurkan pada pasien untuk berinteraksi dengan anggota keluarga dan
berinteraksi dengan keluarga, teman, dan tetangga sekitar rumahnya ketika datang
atau orang lain. menjenguk pasien.
TTV
TD : 130/70
N  : 60x / menit
Suhu : 370 C

44
RR : 16x / menit  
A : Masalah ansietas pada pasien sudah
teratasi
P : Intervensi 1 dan 3 dihentikan

45
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia yang sedang


menghadapi sakarotul maut tidaklah selamanya mudah, klien lanjut usia akan
memberikan reaksi-reaksi  yang berbeda –beda, bergantung kepada
kepribadian dan cara klien lanjut usia menghadapi hidup. tetapi bagaimanapun
keadaan, situasi dan kondisinya perawat harus dapat menguasai keadaan
terutama terhadap keluarga klien lanjut usia.

Klien akan mengalami tahap-tahap dalam menghadapai kematian


seperti Tahap I (penolakan dan rasa kesendirian), Tahap II (marah), Tahap III
(tawar-menawar), Tahap IV (depresi), Tahap V (menerima), Oleh karena itu
dibutuhkan dokter dan terutama perawat untuk memenuhi kebutuhan spritual
pasien. Karena peran perawat yang konfrehensif tersebut pasien senantiasa
mendudukan perawat dalam tugas mulia mengantarkan pasien diakhir
hayatnya dan perawat juga dapat bertindak sebagai fasilisator (memfasilitasi)
agar pasien tetap melakukan yang terbaik seoptimal mungkin sesuai dengan
kondisinya.

5.2 Saran

Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan dalam aspek agama


(spiritual) merupakan salah satu unsur dari pengertian kesehataan seutuhnya.
Serta aspek spiritual ini sangat penting terutama untuk pasien terminal yang
didiagnosa harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut.
Dan dengan adanya makalah ini dapat digunakan sebagai pedoman baik bagi
pembaca maupun tenaga kesehatan khusus nya perawat dalam pemberian
asuhan keperawatan menjelang ajal.

46
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. (2013) Populasi Lansia Diperkirakan Terus


Meningkat Hingga Tahun 2020.
http://www.depkes.go.id/article/view/13110002/populasi- lansia-
diperkirakan-terus-meningkat-hingga-tahun-2020.html. (Diakses tanggal
25 Oktober 2020)
Kadar, K. S., Francis, K. dan Sellick, K. (2012). Ageing in Indonesia – Health
Status and Challenges for the Future. Indonesia: Springer Science.

Manurung, S. (2011). Keperawatan Professional. Jakarta : Trans Info Media

Macleod, R., Vella-Brincat, J., & Macleod, A. (2012). The Palliative Care

Handbook 10th ed. Wellington: Hospice New Zealand.

Nugroho.Wahyudi. 2008. Kep gerontik dan geriatric. Jakarta : EGC

Nugroho. 2006. Gerontik dan geriatric, Edisi 3. Jakarta : EGC

Nies, M. A. dan McEwen, M. (2007) Community/Public Health Nursing-


Promoting the Health of Population, 4th-ed. Canada: Saunders Elsevier.

Siti nur kholifah. 2016. Keperawatan Gerontik.Jakarta:P2M2

Setiadi. (2012). Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan; Teori

dan Praktik. Yogyakarta : Graha Ilmu

Tamher, dan Noorkasiani. 2009. Kesehatan usia lanjut dengan pendekatan asuhan
keperawatan Jakarta : Salemba Medika

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik, Jakarta : PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018. Standar intervensi keperawatan indonesia
(SLKI): Definisi dan Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed ).
Jakarta:DPP PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI): Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed).
Jakarta: DPP PPNI

47

Anda mungkin juga menyukai