KEPERAWATAN GERONTIK
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA MENJELANG AJAL
DISUSUN KEL 8 / 7D :
DOSEN :
Rahmadaniar AP S.Kep.,Ns.,M.Tr.Kep
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Konsep Asuhan Keperawatan Lansia Menjelang
Ajal.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman Judul..................................................................................................... i
Kata Pengantar.................................................................................................... ii
Daftar Isi............................................................................................................... iii
BAB 1 Pendahuluan............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 2
1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................. 2
1.4 Manfaat................................................................................................ 3
Bab 2 Tinjauan Teori.......................................................................................... 4
2.1 Konsep Dasar Lanjut Usia................................................................... 4
2.1.1 Definisi Lanjut Usia................................................................... 4
2.1.2 Tugas perkembangan lansia................................................... 5
2.1.3 Tipe-tipe kepribadian lanjut usia............................................ 6
2.2 Konsep Dasar Menjelang Ajal.......................................................... 7
2.2.1 Definisi menjelang ajal.............................................................. 7
2.2.2 Manifestasi Klinik...................................................................... 7
2.2.3 Tanda Klien Lanjut Usia Menjelang Kematian......................... 8
2.2.4 Hak Asasi Pasien Menjelang Ajal.......................................... 9
2.2.5 Pemenuhan Kebutuhan Klien Menjelang Ajal........................ 10
2.2.6 Pertimbangan Khusus Dalam Perawatan................................ 11
2.2.7 Teori Berduka......................................................................... 13
2.2.8 Fase-Fase Kehilangan............................................................. 14
Bab 3 Konsep Asuhan Keperawatan Lansia Menjelang Ajal...................... 17
3.1 Pengkajian........................................................................................ 17
3.2 Faktor Predisposisi........................................................................... 18
3.3 Foktor Sosiokultural........................................................................ 19
3.4 Faktor Presipitasi............................................................................. 19
3.5 Faktor Perilaku................................................................................. 19
3.6 Diagnosa Keperawatan.................................................................... 20
3.7 Intervensi Keperawatan................................................................... 22
3.8 Implementasi..................................................................................... 25
3.9 Evaluasi............................................................................................. 25
Bab 4 Asuhan Keperawatan Kasus................................................................. 26
4.1 Pengkajian......................................................................................... 26
4.2 Analisa Data dan Diangnosa............................................................. 34
4.3 Intervensi.......................................................................................... 39
4.4 Implementasi dan Evaluasi............................................................... 42
Bab 5 Penutup...................................................................................................... 46
ii
5.1 kesimpulan........................................................................................... 46
5.2 Saran..................................................................................................... 46
Daftar Pustaka......................................................................................................47
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Lanjut usia (lansia) adalah seseorang dengan usia 65 tahun atau lebih yang
terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit melainkan
suatu proses natural tubuh meliputi terjadinya perubahan deoxyribonucleic acid
(DNA), ketidaknormalan kromosom dan penurunan fungsi organ dalam tubuh.
Sekitar 65% dari lansia yang mengalami gangguan kesehatan, hidup hanya ditemani
oleh seseorang yang mengingatkan masalah kesehatannya, dan 35% hidup sendiri.
Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai macam
masalah, baik masalah secara fisik, biologis, mental maupun masalah sosial ekonomi
(Nies & McEwen, 2007;Tamher & Noorkasiani, 2009).
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia yang sedang
menghadapi sakarotul maut tidaklah selamanya muda, klien lanjut usia akan
memberikan reaksi-reaksi yang berbeda –beda, bergantung kepada kepribadian dan
cara klien lanjut usia menghadapi hidup. tetapi bagaimanapun keadaan, situasi dan
kondisinya perawat harus dapat menguasai keadaan terutama terhadap keluarga klien
lanjut usia. Biasanya, anggota keluarga dalam keadaan krisis ini memerlukan
perhatian perawatan karena kematian pada seseorang dapat datang dengan berbagai
cara, dapat terjadi secara tiba-tiba dan dapat pula berlangsung berhari-hari. kadang –
kadang sebelum ajal tiba klien lanjut usia ke hilangan kesadarannya terlebih dahulu.
Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2015, populasi
penduduk dunia yang berusia 60 tahun atau lebih, mencapai 900 juta jiwa. Dewasa
ini, terdapat 125 juta jiwa yang berusia 80 tahun atau lebih, pada tahun 2050,
diperkirakan mencapai 2 milliar jiwa di seluruh dunia. Akan ada hampir sebanyak
120 juta jiwa yang tinggal sendiri di Cina, dan 434 juta orang di kelompok usia ini di
seluruh dunia. Di kawasan Asia Tenggara populasi Lansia sebesar 8% atau sekitar
142 juta jiwa. Pada tahun 2000 jumlah Lansia sekitar 5,300,000 (7,4%) dari total
polulasi, sedangkan pada tahun 2010 jumlah Lansia 24,000,000 (9,77%) dari total
populasi, dan tahun 2 2020 diperkirakan jumlah Lansia mencapai 28,800,000
(11,34%) dari total populasi (Departemen Kesehatan RI, 2013; WHO, 2015). Dari
sensus penduduk dunia, Indonesia mengalami peningkatan jumlah lansia (60 tahun ke
atas) dari 3,7% pada tahun 1960 hingga 9,7% pada tahun 2011. Diperkirakan akan
1
meningkat menjadi 11,34% pada tahun 2020 dan 25% pada tahun 2050. Jumlah orang
tua di Indonesia berada di peringkat keempat terbesar di dunia setelah China, India,
dan Amerika. Propinsi Jawa tengah adalah salah satu propinsi yang mempunyai
penduduk usia lanjut diatas jumlah lansia nasional yang hanya 7,6% pada tahun 2000
dan dengan usia harapan hidup mencapai 64,9 tahun. Secara kuantitatif kedua
parameter tersebut lebih tinggi dari ukuran nasional (Kadar, Francis, dan Sellick,
2012; Departemen Kesehatan, 2013)
Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO
yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari
pengertian kesehataan seutuhnya (WHO, 1984). Oleh karena itu dibutuhkan dokter
dan terutama perawat untuk memenuhi kebutuhan spritual pasien. Karena peran
perawat yang konfrehensif tersebut pasien senantiasa mendudukan perawat dalam
tugas mulia mengantarkan pasien diakhir hayatnya dan perawat juga dapat bertindak
sebagai fasilisator (memfasilitasi) agar pasien tetap melakukan yang terbaik
seoptimal mungkin sesuai dengan kondisinya. Namun peran spiritual ini sering kali
diabaikan oleh perawat. Padahal aspek spiritual ini sangat penting terutama untuk
pasien terminal yang didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati
sakaratul maut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari lanjut usia ?
2. Apa tugas perkembangan dari lanjut usia ?
3. Apa tipe-tipe dari kepribadian lanjut usia ?
4. Apa definisi menjelang ajal ?
5. Apa manifestasi klinik menjelang ajal ?
6. Apa tanda klien lanjut usia menjelang kematian ?
7. Apa tahap menjelang ajal ?
8. Apa hak asasi pasien menjelang ajal ?
9. Apa pemenuhan kebutuhan klien menjelang ajal ?
10. Bagaimana konsep askep lanjut usia menjelang ajal ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan umum
Mahasiswa mampu memahami dan melakukan konsep asuhan
keperawatan lansia menjelang ajal.
2
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami definisi dari lanjut usia.
2. Mahasiswa mampu memahami tugas perkembangan dari lanjut usia
3. Mahasiswa mampu memahami tipe-tipe dari kepribadian lanjut usia
4. Mahasiswa mampu memahami definisi menjelang ajal
5. Mahasiswa mampu memahami manifestasi klinik menjelang ajal
6. Mahasiswa mampu memahami tanda klien lanjut usia menjelang
kematian
7. Mahasiswa mampu memahami tahap menjelang ajal
8. Mahasiswa mampu memahami hak asasi pasien menjelang ajal
9. Mahasiswa mampu memahami pemenuhan kebutuhan klien
menjelang ajal pada lansia
10. Mahasiswa mampu memahami konsep askep lanjut usia menjelang
ajal pada lansia
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Penulis
Memperoleh pengetahuan tentang konsep asuhan keperawatan lansia
menjelang ajal serta meningkatkan keterampilan dan wawasan.
1.4.2 Bagi Pembaca
Memperoleh dan menambah wawasan konsep asuhan keperawatan
lansia menjelang ajal.
1.4.3 Bagi Fakultas Keperawatan dan Kebidanan UNUSA
Bahan masukan bagi calon perawat untuk meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan dengan konsep asuhan keperawatan lansia
menjelang ajal.
3
BAB 2
TINJAUAN TEORI
4
2.1.2 Tugas perkembangan lansia
Menurut (bunside, 1979)(Duval,1977) (havighurts 1953) dikutip oleh Potter
dan Perry, 2005) yaitu :
5
kualitas hidupnya.seseorang yang sebelumnya aktif dalam sosial
sepanjang hidupnya mungkin merasa relatif mudah untuk bertemu
orang baru dan mendapat minat baru.
6
6. Tipe kepribadian kritik diri (self hate Personality)
Pada lansia ini umumnya terlihat sengsara ,karena perilakunya sendiri
sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya .selalu
menyalakan diri,tidak memilik ambisi dan merasa korban keadaan
(Kuntjoro, 2002).
1. Fisik
a. Gerakan pengindaran menghilang secara berangsur-angsur dimulai
dari ujung kaki dan ujung jari.
b. Aktivitas dari GI berkurang.
c. Reflek mulai menghilang.
d. Suhu klien biasanya tinggi tapi merasa dingin dan lembab terutama
pada kaki dan tangan dan ujung-ujung ekstremitas.
e. Kulit kelihatan kebiruan dan pucat.
f. Denyut nadi tidak teratur dan lemah.
g. Nafas berbunyi, keras dan cepat ngorok.
h. Penglihatan mulai kabur.
i. Klien kadang-kadang kelihatan rasa nyeri.
j. Klien dapat tidak sadarkan diri.
7
2. Psikososial
Sesuai dengan fase-fase kehilangan menurut seorang ahli E. Kuber Ross
mempelajari respon-respon atas menerima kematian dan maut secara
mendalam dari hasil penyelidikan/penelitiannya yaitu:
a. Respon kehilangan
1) Rasa takut diungkapkan dengan ekspresi wajah (air muka),
ketakutan, cara tertentu untuk mengulurkan tangan.
2) Cemas diungkapkan dengan cara menggerakkan otot rahang dan
kemudian mengendor.
3) Rasa sedih diungkapkan dengan mata setengah terbuka atau
menangis.
b. Hubungan dengan orang lain
1) Kecemasan timbul akibat ketakutan akan ketidak mampuan untuk
2) berhubungan secara interpersonal serta akibat penolakan.
8
Tanda - tanda kematian :
Lanjut usia berhak untuk diperlakukan sebagai manusia yang hidup sampai
ia mati. Adapun hak hak pasien yang mengalami sakratul maut :
1. Berhak tetap untuk merasa mempunyai harapan meskipun fokusnya
dapat sajah berubah
2. Berhak dirawat oleh mereka yang dapat menghidupkan terus harapan
walaupun dapat berubah .
3. Berhak untuk merasakan perasaan dan emosi mengenai kematian yang
sudah mendekat dengan caranya sendiri
9
4. Berhak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan mengenai
perawatnya .
5. Berhak untuk menghaarapkan terus mendapatkan perhatian medis dan
perawatan waalaupun tujuan penyembuhan harus diubah menjadi
tujuan memberi rass nyaman.
6. Berhak untuk tidak mati kesepian
7. Berhak untuk bebas dalam rasa nyeri
8. Berhak untuk memperoleh jawaban yang jujur atas pertanyaan
9. Berhak untuk tidak di tipu
10. Berhak untuk mendapat bantuan dari dan untuk keluarganya dalm
menerima kematian.
11. Berhak untuk mati dengan tenang dan terhormat
12. Berhak untuk mempertahakan individualitas dan tidak dihakimi atas
keputusan yang mungkin saj bertenntangan dengan orang lain
13. Membicarakan dan memperluas pengalaman keagamaan dan
kerohanian
14. Berhak untuk mengharapkan bahwa sesudah tubuh manusia akan di
hormati sesudah mati.
10
3. Peran Perawat dalam merawat pasien menjelang ajal
a. Memenuhi kebutuhan biologis klien
b. Memenuhi kebutuhan sosiologis
c. Memenuhi kebutuhan psikologis
d. Memenuhi kebutuhan spiritual
11
4. Tahap IV (depresi)
Lanjut usia memahami bahwa tidak mungkin menolak lagi kematian
yang tidak dapat dihindarkan itu, dan kini kesedian akan kematian itu
sudah membayanginya.
a. Jangan mencoba menyenangkan klien lanjut usia. Ingat bahwa
tindakan ini sebenarnya hanya memenuhi kebutuhan petugas.
Jangan takut menyaksikan klien lanjut usia atau keluarganya
menangis. Hal ini merupakan ungkapan pengekpresian
kesedihannya. Anda boleh saja ikut berduka cita.
b. “ apakah saya akan mati?” sebab sebetulnya pertanyaan klien lanjut
usia tersebut hanya sekedar mengisi dan menghabiskan waktu untuk
membincangkan perasaannya, bukannya mencari jawaban. Biasanya
klien lanjut usia menanyakan sesuatu, ia sebenarnya sudah tahu
jawabannya. Biasanya klien lanjut usia menanyakan sesuatu, ia
sebenarnya sudah tahu jawabannya. Apakah anda merasa akan
meninggal dunia?
5. Tahap V menerima
Membedakan antar sikap menerima kematian dan penyerahan terhadap
kematian yang akan terjadi. Sikap meneriama: klien lanjut usia telah
meneriama, dapat mengatakan bahwa kematian akan tiba dan ia tidak
akan menolak. Sikap menyerah: sebenarnya klien lanjut usia tidak
menghendaki kematian ini terjadi, tetapi ia tahu bahwa hal ini akan
terjadi. Klien lanjut usia tidak merasa tenang dan damai.
a. Luangkan waktu untuk klien lanjut usia (mungkin beberapa kali
dalam sehari). Sikap keluarga akan berbeda dengan sikap klien lanjut
usia. Oleh karena itu, sediakan waktu untuk mendiskusikan mereka.
b. Beri kesempatan kepada klien lanjut usia untuk mengarahkan
perhatiannya sebanyak mungkin. Tindakan ini akan member
ketenangan dan perasaan aman.
12
2.2.7 Teori Berduka
1. Teori Engel ( 1964)
Teori ini memiliki cirri cirri bahwa berduka terdiri dari syok , tidak
percaya, mengembalikan kesadaran , mengenali dan restitusi .
2. Teori Kubler – Ross ( 1969)
Konsep berduka terdiri atas lima tahap diantara lain mengingkari, marah,
fase tawar-menawar, fase sedih yang mendalam dan penerimaan.
3. Teori Rando (1991)
Pada teori rando terdiri dari penghindaran, konfrontasi, dan
akomodasi. Meskipun tidak ada dua orang yang bereaski sama terhadap
kematian dan ajal, namun respon fisiologis dan psikologis terhadap
kematian, yang dikenal sebagi berduka telah digambarkan dalam tahapan
– tahapan oleh orang – orang terkenal seperti engel, linderman, Parkes,
Bolbley, dan Kubler Ross.
Berduka merupakan respon normal dan universal terhadap
kehilangan yang dialami melalui perasaan, perilaku, dan penderitaan
emosional. Berduka adalah proses pergeeseran melewati nyeri akibat
kehilangan. Kehilangan kesehatan, teman , kerabat, pekerjaan , keamanan
financial merupakan sebagian dari kehilangan kumulatif yang
menyebabkann berduka pada lansia. Periode berduka adalah waktu
penyembuhan , adaptasi, dan pertumbuhan.
Asuhan keperawatan untuk pasien dan pemberi perawatan yang
berduka memerlukan rasa saling memberi yang sensitive, peduli dan
empati. Berbagai pendapat, perasaan dan ketenangan merupakan
intervensi keperawatan yang paling tepat . Bimbingan adaptif dapat
membantu mereka mempersiapkan orang yang menjelang ajal untuk
mengahadapi nyeri dan perasaan alamiah mereka yang berhubungan
dengan proses berduka .
13
2.2.8 Fase-Fase Kehilangan
14
a. Sering mengungkapkan kata-kata kalau, andai.
b. Seirng berjanji pada Tuhan.
c. Mempunyai kesan mengulur-ulur waktu.
d. Merasa bersalah terus menerus.
e. Kemarahan mereda.
4. Tahap depresi
Adalah ketiada usaha apapun untuk mengungkapkan perasaan atau
reaksi kehilangan. Gambaran pada tahap ini yaitu:
a. Klien tidak banyak bicara.
b. Sering menanggis.
c. Putus asa.
5. Tahap acceptance atau menerima
Adalah akhir klien dapat menerima kenyataan dengan kesiapan.
Gambaran pada tahap ini yaitu:
a. Tenang/damai.
b. Mulai ada perhatian terhadap suatu objek yang baru.
c. Berpartisipasi aktif.
d. Tidak mau banyak bicara.
e. Siap menerima maut.
15
1. Harapan
2. Mempunyai respon psikologis terhadap penyakit terminal. Dengan
adanya harapan dapat mengurangi stress sehingga klien dapat
menggunakan koping yang adekuat.
2. Ketidakpastian
Penyakit terminal dapat mengakibatkan ketidakpastian yang disertai
dengan rasa tidak aman dan putus asa, meskipun secara medis sudah
dapat dipastikan akhirnya prognosa dapat mempercepat klien masuk
dalam maladaptif.
3. Putus asa
Biasanya ditandai dengan kesedihan dan seolah-olah tidak ada lagi
upaya yang dapat berhasil untuk mengobati penyakitnya. Dalam
kondisi ini dapat membawa klien merusak atau melukai diri sendiri.
16
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA MENJELANG AJAL
3.1 Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan penyakit terminal, menggunakan
pendekatan holistik yaitu suatu pendekatan yang menyeluruh terhadap klien
bukan hanya pada penyakit dan aspek pengobatan dan penyembuhan saja
akan tetapi juga aspek psikososial lainnya.Salah satu metode untuk membantu
perawat dalam mengkaji data psikososial pada klien terminalyaitu dengan
menggunakan metode “PERSON”.
P: Personal Strenghat yaitu kekuatan seseorang ditunjukkan melalui gaya
hidup, kegiatannya atau pekerjaan.
Contoh yang positif : Lansia berada ditempat yang menyenangkan dan
nyaman, Beradaptasi dengan siapa saja dalam kegiatan sehari-hari.
Contoh yang negatif: Lansia kecewa dalam pengalaman hidup dikarenakan
semasa sehat kurang mampu mampu beradaptasi dengna lingkungan
sekitar.
E: Emotional Reaction yaitu reaksi emosional yang ditunjukkan dengan klien.
Contoh yang positif : Bingung tetapi mampu memfokuskan keadaan.
Contoh yang negative : Tidak berespon (menarik diri) yaitu lansia akan
menarik diri ketika di diagnosa menderita penyakit terminal.
R: Respon to Stress yaitu respon klien terhadap situasi saat ini atau dimasa
lalu.
Contoh yang positif : Lansia mampu memahami masalah secara langsung
dan mencari informasi, Menggunakan perasaannya dengan sehat misalnya:
latihan dan olah raga ringan.
Contoh yang negative : Lansia akan menyangkal masalah , seperti ketika
di diagnosa penyakit terminal lansia masih belum menerima kenyataan dan
cenderung menyangkal .
S: Support System yaitu keluarga atau orang lain yang berarti.
Contoh yang positif : Keluarga lansia selalu memberikan dukungan hidup
pada lansia agar lebih semangat dalam menjalani hidupnya.
17
Contoh yang negative: Tidak mempunyai keluarga, seperti lansia akan
merasa kesepian di karenakan tidak ada orang sekitar yanng mendukung
kehidupannya.
O: Optimum Health Goal yaitu alasan untuk menjadi lebih baik (motivasi).
Contoh yang positif : Lansia melihat hidup sebagai pengalaman positif,
seperti menganggap sebuah penyakit sebagai ujian keikhlasan dari tuhan.
Contoh yang negative : Pandangan hidup sebagai masalah yang terkuat,
Tidak mungkin mendapatkan yang terbaik, seperti lansia akan merasa
marah pada kehidupannya karena merasa tidak berdaya .
N:Nexsus yaitu bagian dari bahasa tubuh mengontrol seseorang mempunyai
penyakit atau mempunyai gejala yang serius.
Contoh yang positif : Melibatkan diri dalam perawatan dan pengobatan,
seperti lansia akan melakukan serangkaian terapi dan pengobatan untuk
kesembuhan penyakit terminal yang dialami.
Contoh yang negative : Tidak berusaha melibatkan diri dalam perawatan,
Menunda keputusan, seperti lansia merasa tidak ada gunanya menjalani
pengobatan dan lebih memilih pasrah.
3.2 Faktor Predisposisi
Yaitu faktor yang mempengaruhi respon psikologis klien pada penyakit
terminal, sistem pendekatan bagi klien. Klas Kerud telah mengklasifikasikan
pengkajian yang dilakukan yaitu:
1. Riwayat psikosisial, termasuk hubungan-hubungan interpersonal,
penyalahgunaan zat, perawatan psikiatri sebelumnya.
2. Banyaknya distress yang dialami dan respon terhadap krisis.
3. Kemampuan koping.
4. Sosial support sistem termasuk sumber-sumber yang ada dan dibutuhkan
support tambahan.
5. Tingkat perkembangan
6. Fase penyakit cepat terdiagnosa, pengobatan dan post pengobatan.
7. Identitas kepercayaan diri, pendekatan nilai-nilai dan filosofi hidup.
8. Adanya reaksi sedih dan kehilangan.
9. Pengetahuan klien tentang penyakit.
10. Pengalaman masa lalu dengan penyakit.
18
11. Persepsi dan wawasan hidup respon klien terhadap penyakit terminal,
persepsi terhadap dirinya, sikap, keluarga, lingkungan, tersedianya fasilitas
kesehatan dan beratnya perjalanan penyakit.
12. Kapasitas individu untuk membuat psikosial kembali dalam penderitaan.
1. Penyakit kanker
2. Penyakit akibat infeksi yang parah/kronis
3. Congestif Renal Failure (CRF)
4. Stroke Multiple Sklerosis
5. Akibat kecelakaan yang fatal.
19
2. Respon terhadap diagnose
Biasanya terjadi pada klien yang terdiagnosa penyakit terminal adalah
shock atau tidak percaya perubahan konsep diri klien terancam, ekspresi
klien dapat berupa emosi kesedihan dan kemarahan.
3. Isolasi social.
N KODE SDKI
O
1 D.0080 Ansietas
Katagori : Psikologis
Subkatagori : Integritas Ego
Definisi
Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap
objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya
yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk
menghadapi ancaman.
Penyebab
Ancaman terhadap kematian
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
Objektif
1. Tampak gelisah
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1. Merasa tidak berdaya
Objektif
1. Muka tampak pucat
Kondisi klinis
Penyakit kronis progresif (mis kanker, penyakit autoimun)
20
2 D.0082 Distres Spiritual
Katagori : Psikologis
Subkatagori : Integritas Ego
Definisi
Gangguan pada keyakinan atau sistem nilai berupa kesulitan
merasakan makna dan tujuan hidup melalui hubungan dengan
diri, orang lain, lingkungan atau tuhan
Penyebab
Menjelang Ajal
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Mempertanyakan makna/tujuan hidupnya
2. Merasa menderita/tidak berdaya
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1. Menyatakan hudupnya terasa tidak/kurang tenang
Objektif
1. Koping tidak efektif
Kondisi klinis
1. Penyakit kronis
2. Penyakit terminal
21
3.7 Intervensi Keperawatan
22
dengarkan dengan penuh perhatian.
Edukasi :
1. Jelaskan prosedur termasuk sensasi yang
mungkin dialami.
2. Informasikan secara faktual mengenai
diagnosis, pengobatan, dan prognosis.
3. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien.
4. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi.
2. D.0082 Distress L.09091 Status Spiritual 1.09276 Dukungan spiritual
spiritual Keyakinan atau sistem nilai berupa kemampuan Memfasilitasi peningkatan perasaan seimbnag
berhubungan dengan merasakan makna dan tujuan hidup melalui dan terhubung dengan kekuatan yang lebih
menjelang ajal hubungan diri, oranglain, lingkungan atau tuhan. besar.
Kriteria Hasil : Tindakan :
1) Perilaku marah pada tuhan dari skala 2 Observasi :
(cukup meningkat) menjadi skala 4 (cukup 1) Identifikasi perasaan khawatir, kesepian,
menurun). dan ketidakberdayaan.
2) Verbalisasi menyalahkan diri sendiri drai 2) Identifikasi pandangan tentang hubungan
skala 2 (cukup meningkat) menjadi skala 4 antara spiritual dan kesehatan.
(cukup menurun). Terapeutik :
23
3) Perasaan takut dari skala 2 (cukup 1) Berikan kesempatan mengekspresikan
meingkat) menjadi skala 4 (cukup perasaan tentang penyakit dan kematian.
menurun). 2) Berikan kesempatan mengekspresikan dan
meredakan marah secara tepat.
3) Yakinkan bahwa perawat bersedia
mendukung selama masa
ketidakberdayaan.
4) Sediakan privasi dan waktu tenang untuk
aktivitas spiritual.
Edukasi :
1) Anjurkan berinteraksi dengan keluarga,
teman, dan atau orang lain.
24
3.8 Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012).
3.9 Evaluasi
25
BAB 4
ASKEP KASUS
KASUS :
Ny.W adalah seorang wanita lemah yang berusia 88 tahun. Suaminya,
meninggal 14 tahun yang lalu akibat cedera serebrovaskuler. Ny. W tinggal
dirumahnya bersama anaknya hingga satu tahun yang lalu. Ketika klien pertama
kali di diagnosis kanker payudara, klien sempat berobat alternatif ke beberapa
tempat, namun tidak ada perubahan hingga klien harus menjalani pembedahan,
radiasi, dan kemoterapi. Selama sakit klien selalu control dirumah sakit. Saat ini
kanker yang di deritanya sudah bermetastase. Klien diinformasikan bahwa harapan
hidupnya hanya tinggal kurang dari setahun, pada suatu saat tiba-tiba kondisinya
menurun dan mengalami kondisi yang terminal, pasien mengalami penurunan
keyakinan terhadap tuhannya dan keluarganya pun mengalami kecemasan akan
kondisi terminal yg dihadapi klien.
4.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien :
a.Nama : Ny.W
b. Usia : 88 Tahun
c.Jenis Kelamin : Perempuan
d. Alamat : Palu, Sulawesi Tengah
e.Agama : Islam
f. Pendidikan : SMA
g. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
h. Status : Janda
i. Suku Bangsa : Bungku
j. No.Rekam Medis : xxxxx2423
k. Tanggal MRS : 23 September 2012
l. Tanggal Pengkajian : 24 September 2012
26
m. Diagnosa Medis : Kanker Payudara
27
2) Fungsi tubuh melambat
3) Pasien berkemih dan defekasi secara tidak sengaja
4) Rahang cenderung jatuh
5) Pernafasan tidak teratur dan dangkal
6) Sirkulasi melambat dan ektremitas dingin, nadi cepat dan
melemah
7) Kulit pucat
8) Mata memelalak dan tidak ada respon terhadap cahaya
e. Kebutuhan fisiologis yang dihadapi pasien.
Masalah fisiologis yang dihadapi adalah:
1) Problem Oksigenisasi: respirasi irregular, lambat, pernafasan
cheyne stokes, sirkulasi perifer menurun, perubahan mental;
agitasi-gelisah, tekanan darah menurun, hypoksia, akumulasi
secret, nadi ireguler.
2) Problem Nutrisi dan Cairan: asupan makanan dan cairan
menurun, peristaltic menurun, distensi abdomen, kehilangan BB,
bibir kering dan pecah-pecah, lidah kering dan membengkak,
mual, muntah, cegukan, dehidrasi terjadi karena asupan cairan
menurun.
3) Problem suhu: terjadi penurunan suhu tubuh terutama pada
bagian ekstremitas yang terasa dingin.
4) Problem Sensori: Penglihatan menjadi kabur, refleks berkedip
hilang saat mendekati kematian, menyebabkan kekeringan pada
kornea, Pendengaran menurun, kemampuan berkonsentrasi
menjadi menurun penglihatan kabur, pendengaran berkurang,
sensasi menurun.
5) Problem nyeri : ambang nyeri menurun dari skala , pengobatan
nyeri dilakukan secara intra vena, klien harus selalu didampingi
untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan kenyamanan.
6) Problem Kulit dan Mobilitas : Bersih dan tidak ada luka kecuali
pada area payudara.
28
4. Masalah Kesehatan Kronis
29
16. Nyeri kaki saat berjalan 0
17. Nyeri pinggang atau 0
tulang belakang
18. Nyeri persendian/bengkak 0
G Fungsi persyarafan
19. Lumpuh/kelemahan pada 0
kaki atau tangan
20. Kehilangan rasa 1
21. Gemetar atau tremor 1
22. Nyeri/pegal pada daerah 0
tekuk
H Fungsi saluran perkemihan
23. Buang air kecil banyak 1
24. Sering buang air kecil 2
pada malam hari
25. Tidak mampu mengontrol 1
pengeluaran urine kemih
(mengompol)
Jumlah 0 6 13 8
Analisa hasil : Skor 27 : Pasien mengalami masalah kronis sedang
5. Fungsi Kognitif
30
bersama Bapak/Ibu?
Jawab :
7 Siapa nama anggota keluarga yang tinggal bersama √
Bapak/Ibu?
Jawab :
8 Tahun berapa Hari Kemerdekaan Indonesia? √
Jawab :
6. Status Fungsional
31
tempat tidur, mencuci pakaian, memasak, dan
membersihkan ruangan.
12 Berbelanja untuk kebutuhan sendiri atau kebutuhan 0
keluarga.
13 Mengelola keuangan (menyimpan dan menggunakan 0
uang sendiri).
14 Menggunakan sarana transportasi umum untuk 0
berpergian.
15 Menyiapkan obat dan minum obat sesuai dengan aturan 0
(takaran obat dan waktu minum obat tepat)
16 Merencanakan dan mengambil keputusan untuk 0
kepentingan keluarga dalam hal penggunaan uang,
aktivitas sosial yang dilakukan dan kebutuhan akan
pelayanan kesehatan.
17 Melakukan aktivitas diwaktu luang (kegiatan 1
keagamaan, sosial, rekreasi, olahraga dan menyalurkan
hobi)
Jumlah Poin Mandiri 5
Analisa hasil :
Jumlah skor 5, disimpulkan bahwa klien bergantung pada yang lain
7. STATUS FISIOLOGIS
32
13 Sering kali merasa khawatir akan masa depan? ya
14 Merasa mempunyai lebih banyak masalah dengan daya ingat ya
dibandingkan orang lain?
15 Berfikir bahwa hidup ini sangat menyenangkan sekarang? ya
16 Sering kali merasa merana? tidak
17 Merasa kurang bahagia? tidak
18 Sangat khawatir terhadap masa lalu? tidak
19 Merasakan bahwa hidup ini sangat menggairahkan? ya
20 Merasa berat untuk memulai sesuatu hal yang baru? tidak
21 Merasa dalam keadaan penuh semangat? ya
22 Berfikir bahwa keadaan penuh semangat? tidak
23 Berfikir bahwa banyak orang yang lebih baik daripada anda? tidak
24 Sering kali menjadi kesal dengan hal yang sepele? tidak
25 Sering kali merasa ingin menangis? Tidak
26 Merasa sulit untuk berkonsentrasi? ya
27 Menikmati tidur? tidak
No Apakah Bapak/Ibu dalam satu minggu terakhir:
28 Memilih menghindar dari perkumpulan sosial? tidak
29 Mudah mengambil keputusan? tidak
30 Mempunyai pikiran yang jernih? tidak
Jumlah item yang terganggu 17
33
2. TTV :
TD : 130/70
N : 57x / menit
Suhu : 360 C
RR : 15x / menit
34
menunjukkan kesedihan. Keputusasaan
2. TTV
TD : 130/70 Menyatakan
N : 57x / menit hidupnya terasa
Suhu : 360 C kurang bermakna
RR : 15x / menit
Distress spiritual
Diagnosa Keperawatan
N KODE SDKI
O
1 D.0080 Ansietas
Katagori : Psikologis
Subkatagori : Integritas Ego
Definisi
Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap
objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya
yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk
menghadapi ancaman.
Penyebab
Ancaman terhadap kematian
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
Objektif
1. Tampak gelisah
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1. Merasa tidak berdaya
35
Objektif
1. Muka tampak pucat
Kondisi klinis
Penyakit kronis progresif (mis kanker, penyakit autoimun)
2 D.0088 Keputusasaan
Katagori : Psikologi
Subkategori : Integritas Ego
Definisi
Kondisi individu yang memandang adanya keterbatasan atau
tidak tersedianya alternatif pemecahan pada masalah yang
dihadapi.
Penyebab
Kehilangan kepercayaan pada kekuatan spiritual
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
Mengungkapkan keputusan
Gejala dan Tanda Minor
Objektif
Kurang terlibat dalam aktivitas perawatan
Subjektif
Kurang terlibat dalam aktivitas perawatan
Kondisi klinis
1. Penyakit kronis
2. Penyakit terminal
36
diri, orang lain, lingkungan atau tuhan
Penyebab
Menjelang Ajal
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Mempertanyakan makna/tujuan hidupnya
2. Merasa menderita/tidak berdaya
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1. Menyatakan hudupnya terasa tidak/kurang tenang
Objektif
1. Koping tidak efektif
Kondisi klinis
1. Penyakit kronis
2. Penyakit terminal
37
4.3 Intervensi
No SDKI SLKI SIKI
1. D.0080 Ansietas L. 09093 Tingkat Ansietas : 1.09314 Reduksi Ansietas
berhubungan dengan Kondisi emosi dan pengalaman subyektif Meminimalkan kondisi individu dan pengalaman
ancaman terhadap terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik subjektif terhadap objek yang tidak jelas dan
kematian akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
individu melakukan tindakan untuk menghadapi memungkinkan individu melakukan tindakan
ancaman. untuk menghadapi ancaman.
Kriteria hasil : Tindakan :
1. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang Observasi :
dihadapi dari skala 2 (cukup meningkat) 1. Identifikasi tingkat ansietas (mis.
menjadi skala 4 (cukup menurun). kondisi,waktu,stressor).
2. Perilaku gelisah dari skala 2 (cukup 2. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan
meningkat) menjadi skala 4 (cukup non verbal)
menurun). Terapeutik :
1. Ciptakan suasana terapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan
2. Temani pasien untuk mengurangi
kecemasan.
4. Pahami situasi yang membuat ansietas
39
dengarkan dengan penuh perhatian.
Edukasi :
1. Jelaskan prosedur termasuk sensasi yang
mungkin dialami.
2. Informasikan secara faktual mengenai
diagnosis, pengobatan, dan prognosis.
3. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien.
4. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi.
2. D.0088 Keputusasaan L.09068 Harapan 1.09307 Promosi Harapan
berhubungan dengan Ketersediaan alternatif pemecahan pada masalah Meningkatkan kepercayaan pada kemampuan
kehilangan yang dihadapi. untuk memulai dan mempertahankan tindakan
kepercayaan pada Kriteria hasil : Observasi :
kekuatan spiritual 1. Verbalisasi keputusasaan dari skala 2 1. Identifikasi harapan pasien dan keluarga
(cukup meningkat) menjadi skala 4 (cukup dalam pencapaian hidup
menurun) Terapeutik :
1. Ciptakan lingkungan yang memudahkan
mempraktikkan kebutuhan spiritual.
Edukasi :
1 Anjurkan mengungkapkan perasaan terhadap
40
kondisi dengan realistis
2. Latih cara mengembangkan spiritual diri.
3. D.0082 Distress L.09091 Status Spiritual 1.09276 Dukungan spiritual
spiritual Keyakinan atau sistem nilai berupa kemampuan Memfasilitasi peningkatan perasaan seimbang
berhubungan dengan merasakan makna dan tujuan hidup melalui dan terhubung dengan kekuatan yang lebih
menjelang ajal hubungan diri, oranglain, lingkungan atau tuhan. besar.
Kriteria Hasil : Tindakan :
1 Perilaku marah pada tuhan dari skala 2 Observasi :
(cukup meningkat) menjadi skala 4 (cukup 1 Identifikasi perasaan khawatir, kesepian,
menurun). dan ketidakberdayaan.
2 Verbalisasi menyalahkan diri sendiri drai 2 Identifikasi pandangan tentang hubungan
skala 2 (cukup meningkat) menjadi skala 4 antara spiritual dan kesehatan.
(cukup menurun). Terapeutik :
3. Perasaan takut dari skala 2 (cukup 1. Berikan kesempatan mengekspresikan
meingkat) menjadi skala 4 (cukup perasaan tentang penyakit dan kematian.
menurun). 2. Berikan kesempatan mengekspresikan dan
meredakan marah secara tepat.
3. Yakinkan bahwa perawat bersedia
mendukung selama masa
ketidakberdayaan.
4. Sediakan privasi dan waktu tenang untuk
41
aktivitas spiritual.
Edukasi :
1. Anjurkan berinteraksi dengan keluarga,
teman, dan atau orang lain.
42
RR : 16x / menit
A : Masalah ansietas pada pasien teratasi
sebagian
P : Intervensi 1 dihentikan.
2. D.0088 Keputusasaan 1. Mengidentifikasi harapan pasien dan S : Pasien mengatakan merasa lebih baik
berhubungan dengan keluarga untuk mencapai harapan hidup setelah mengungkapkan perasaan dan
kehilangan kepercayaan pasien persepsi kepada perawat dan kepada
pada kekuatan spiritual 2. Menciptakan lingkungan yang keluarga, Pasien juga mengatakan
memudahkan klien untuk melakukan bahwa ia telah melakukan kegiatan
kebutuhan spiritual spiritual dengan berdzikir ketika
3. Menganjurkan klien mengungkapkan sebelum tidur.
perasaan kondisi yang dialami. O : Pasien sudah dapat menerima kondisinya
4. Melatih klien untuk mengembangkan saat ini dan eksperinya tampak tenang
spiritual diri. ketika bercerita dan melakukan aktivitas
spiritual.
TTV
TD : 130/70
N : 60x / menit
Suhu : 370 C
RR : 16x / menit
43
A : Masalah Keputusasaan pada pasien
teratasi
P : Intervensi 2 dihentikan.
3. D.0082 Distress spiritual 1. Memberikan kesempatan pasien S : Pasien mengatakan merasa lebih baik
berhubungan dengan mengekspresikan perasaan tentang setelah mengungkapkan perasaan dan
menjelang ajal penyakit dan kematian. persepsi, serta amarahnya kepada
2. Memberikan kesempatan pada pasien perawat dan kepada keluarga.
mengekspresikan dan meredakan marah O : Pasien tampak lebih tenang dan
secara tepat. eksperinya tampak damai ketika bercerita
3. Meyakinkan kepada pasien bahwa dan mengungkapkan perasaannya
perawat bersedia mendukung pasien sekarang kepada perawat dan
selama masa ketidakberdayaan. keluarganya. Pasien mampu meredakan
4. Menyediakan privasi dan waktu tenang amarah dan dapat menerima kondisi nya
untuk aktivitas spiritual pasien. saat ini dengan ikhlas. Pasien juga dapat
5. Menganjurkan pada pasien untuk berinteraksi dengan anggota keluarga dan
berinteraksi dengan keluarga, teman, dan tetangga sekitar rumahnya ketika datang
atau orang lain. menjenguk pasien.
TTV
TD : 130/70
N : 60x / menit
Suhu : 370 C
44
RR : 16x / menit
A : Masalah ansietas pada pasien sudah
teratasi
P : Intervensi 1 dan 3 dihentikan
45
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
46
DAFTAR PUSTAKA
Macleod, R., Vella-Brincat, J., & Macleod, A. (2012). The Palliative Care
Tamher, dan Noorkasiani. 2009. Kesehatan usia lanjut dengan pendekatan asuhan
keperawatan Jakarta : Salemba Medika
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik, Jakarta : PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018. Standar intervensi keperawatan indonesia
(SLKI): Definisi dan Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed ).
Jakarta:DPP PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI): Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed).
Jakarta: DPP PPNI
47