Anda di halaman 1dari 23

Makalah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam

“Sistem Ekonomi dan Fiskal pada Masa Pemerintahan

Khulafah Ar-Rasyidin”

DOSEN PEMBIMBING:

Masrizal, SE., M.SEP

DISUSUN OLEH:
Nur Ftriana (01920620512)
Yusnida Hariati H. (01920622699)
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARI’AH

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat-
Nya dan hidayah-Nya Kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai salah satu
tugas dari dosen pada mata kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dengan judul
“Sistem Ekonomi dan Fiskal pada Masa Khulafaur Rasyidin“.
Tercurah dari segala kemampuan yang ada , kami berusaha membuat makalah
ini dengan sebaik mungkin, namun demikian kami menyadari sepenuhnya bahwa
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dikarenakan keterbatasan
pengetahuan kami, maka dengan sepenuh hati kami mohon maaf dan mengaharapkan
saran dan kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan selanjutnya.
Tujuan kami menyusun makalah ini untuk memaparkan perbedaan saham dan
obligasi. Terakhir kami ucapkan terimakasih untuk semua pihak yang sudah
membantu dan memudahkan penyelesaian makalah ini, kami berharap semoga
makalah ini bisa bermanfaat.

Taluk Kuantan, .... Oktober 2020

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam | i


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
1.3 Tujuan ...................................................................................................... 1
BAB 2 PEMBAHASAN .......................................................................................... 3
2.1 Sistem Ekonomi dan Fiskal pada Masa Abu Bakar As-Shiddiq .................. 3
2.2 Sistem Ekonomi dan Fiskal pada Masa Umar bin Khatab ........................... 4
2.3 Sistem Ekonomi dan Fiskal pada Masa Usman bin Affan ..........................11
2.4 Sistem Ekonomi dan Fiskal pada Masa Ali bin Abi Thalib ........................17
BAB 3 PENUTUP ..................................................................................................19
3.1 Kesimpulan ................................................................................................19
3.2 Saran ..........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................20

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam | ii


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setelah wafatnya Rasulullah SAW, pemerintahan diteruskan oleh Khulafaur
Rasyidin yaitu khalifah-khalifah yang diberi petunjuk dan dipilih sebagai kepala
Negara dan pemerintahan sekaligus sebagai pemimpin umat Islam. Sahabat
Rasulullah SAW yang menjadi Khulafaur Rasyidin ada empat orang, yaitu Abu
Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib.
Masa Khulafaur Rasyidin yang lamanya tidak lebih dari tiga puluh tahun, dimulai
sejak tahun 11-41 H/632-661 M.Keempat khalifah ini meneruskan perjuangan
Rasulullah SAW dengan cara dan gaya yang berbeda-beda. Mengenai kebijakan
di bidang ekonominya pun, keempat khalifah ini memiliki langkah yang berbeda
pula. Pada masa Khulafaur Rasyidin ini, sistem ekonomi yang telah terbentuk
berkembang lebih jauh dan menemukan bentuk yang ideal. Tidak sekedar teori,
namun sudah berimplikasi besar terhadap pengembangan Islam.
Oleh sebab itu, makalah ini akan membahas mengenai bagaimana para
Khulafaur Rasyidin menerapkan sistem ekonomin dalam masa pemerintahan
masing-masing yaitu sistem ekonomi masa Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin
Khatab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Tujuannya supaya para
pembaca dapat mengidentifikasi apa saja hal yang menjadikan sistem ekonomi
pada masa ini dapat berkembang begitu pesat. Selain itu, dapat pula menjadi salah
satu acuan untuk mengembangkan sistem ekonomi pada masa sekarang.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sistem ekonomi dan fiskal pada masa pemerintahan Khalifah
Abu Bakar As-Shiddiq
2. Bagaimanakah sistem ekonomi dan fiskal pada masa pemerintahan Khalifah
Umar ibn Al-Khattab
3. Bagaimanakah sistem ekonomi dan fiskal pada masa pemerintahan Khalifah
Utsman ibn Affan
4. Bagaimanakah sistem ekonomi dan fiskal pada masa pemerintahan Khalifah
Ali bin Abi Thalib
1.3 Tujuan Pembuatan Makalah
1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan Perekonomian pada Masa Abu Bakar
As-shiddiq.

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam | 1


2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan Perekonomian pada Masa Umar bin
Khattab.
3. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan Perekonomian pada Masa Utsman
bin Affan.
4. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan Perekonomian pada Masa Ali bin
Abi Thalib.

1.4 Manfaat Penulisan


Penulisan makalah ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan
memberikan informasi yang luas serta dapat juga bermanfaat sebagai bahan
referensi yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam meningkatkan ilmu
pengetahuan pengetahuan mengenai perekonomian yang terjadi pada masa
Khulafaurrasyidin bagi pembaca dan penulis.

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam | 2


BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Sistem Ekonomi dan Fiskal pada Masa Pemerintahan Khalifah Abu Bakar
As-Shiddiq
A. Ekonomi Islam pada Masa Khalifah Abu Bakar
Setelah Rasulullah SAW wafat, Abu Bakar As-Shiddiq yang bernama
lengkap Abdullah ibn Abu Quhafah Al-Tamimi terpilih sebagai khalifah
Islam yang pertama. la merupakan pemimpin agama sekaligus kepala negara
kaum Muslimin. Pada masa pemerintahannya yang hanya berlangsung selama
dua tahun, Abu Bakar As-Shiddiq banyak menghadapi persoalan dalam negeri
yang berasal dari kelompok murtad, nabi palsu, dan pembangkang zakat.
Berdasarkan hasil musyawarah dengan para sahabat yang lain, ia memutuskan
untuk memerangi kelompok tersebut melalui apa yang disebut sebagai Perang
Riddah (perang melawan kemurtadan). Setelah berhasil menyelesaikan urusan
dalam negeri, Abu Bakar As-Shiddiq mulai melakukan ekspansi ke wilayah
utara untuk menghadapi pasukan Romawi dan Persia yang selalu mengancam
kedudukan umat Islam. Namun, ia meninggal dunia sebelum usaha ini selesai
dilakukan.
Dengan demikian, selama masa pemerintahan Abu Bakar As-Shiddiq,
harta Baitul Mal tidak pernah menumpuk dalam jangka waktu yang lama
karena langsung didistribusikan kepada seluruh kaum Muslimin, bahkan
ketika Abu Bakar As-Shiddiq wafat, hanya ditemukan satu dirham dalam
perbendaharaan negara. Seluruh kaum Muslimin diberikan bagian yang sama
dari hasil pendapatan negara. Apabila pendapatan meningkat, seluruh kaum
Muslimin mendapat manfaat yang sama dan tidak ada seorang pun yang
dibiarkan dalam kemiskinan. Kebijakan tersebut berimplikasi pada
peningkatan total pendapatan nasional, di samping memperkecil jurang
pemisah antara orang-orang yang kaya dengan yang miskin. Kebijakan
tersebut berimplikasi pada peningkatan aggregate demand dan aggregate
supply yang pada akhirnya akan menaikkan total pendapatan nasional.

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam | 3


B. Kebijakan Ekonomi
Sebagai orang fiqih yang profesinya menjadi praktisi perniagaan, Abu
Bakar As-Shiddiq menerapkan praktek akad perdagangan yang sesuai dengan
prinsip syariah. Selama masa khalifahnya. Abu Bakar As-Shaddiq R.A.
menerapkan bebrapa kebijakan umum, antara lain sebagai berikut,
 Menegakan hukum dengan memerangi mereka yang tidak mau membayar
zakat.
 Tidak menjadikan ahli badar (orang-orang yang berjihad pada perang
badar ) sebagai pejabat Negara.
 Tidak mengistimewakan ahli badar dalam pembagian kekayaan Negara.
 Menetapkan gaji pegawai berdasarkan karakteristik daerah kekuasaan
masing-masing.
 Tidak merubah kebijakan rasullah SAW dalam masalah jizyah.

Sebagaimana Rasulullah SAW, Abu Bakar As-Shiddiq tidak membuat


ketentuan khusus tentang jenis dan kada jizyah, maka pada masanya jizyah
dapat berupa emas, perhiasaan, pakaian, kambing, onta, atau benda yang lainya

2.2 Sistem Ekonomi dan Fiskal pada Masa Pemerintahan Khalifah Umar ibn Al-
Khattab
A. Ekonomi Islam pada Masa Umar bin Khattab
Setelah diangkat sebagai kholifah, Umar ibn Khattab menyebut dirinya
sebagai Khalifati Rasulullah (pengganti dari pengganti Rasulullah). Ia juga
memperkenalkan istilah Amir Al-Mu’minin (komandan orang-orang yang
beriman)/.
Pada masa pemerintahnya yang berlangsung selama sepuluh tahun,
beliau banyak melakukan ekspansi hingga wilayah islam meliputi jazirah
arab, palestina, syriya, sebagian besar wilayah mesir dan Persia. Karena
perluasan daerah terjadi lebih cepat, maka beliau mengatur administrasi

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam | 4


Negara dengan mencontoh Persia. Administrasi pemerintah diatur menjadi
delapan daerah provinsi: Mekkah, Syriya, Jazirah, basrah, kufah, palestina,
dan mesir. Ia juga membentuk kepolisian dan jawatan kepolisian dan jawatan
tenaga kerja
B. Kebijakan Ekonomi
Dalam sambutan khalifah Umar bin Khatab r.a. ketika diangkat menjadi
khalifah, beliau mengumumkan kebijakan ekonominya yang berkaitan dengan
fiscal yang akan dijalankanya, yang mana terdapat tiga dasar yaitu:
 Negara islam mengambil kekayaan umum dengan benar dan tidak
mengambil dari kharaj atau harta fay‟I yang diberikan oleh Allah SAW
kecuali dengan mekanisme yang benar.
 Negara memberikan ha katas kekayaan umum, dan tidak ada pengeluaran,
kecuali sesuai dengan haknya dan Negara menambahkan subsidi serta
menutup hutang.
C. Unsur-Unsur Kebijakan Fiskal
1. Pendirian Lembaga Baitul Mal
Dalam catatan sejarah, pembangunan institusi administratif Baitul
Mal dilatarbelakangi oleh kedatangan Abu Hurairah yang ketika itu
menjabat sebagai Gubernur Bahrain dengan membawa harta hasil
pengumpulan pajak al-kharaj sebesat 500.000 dirham. Hal ini terjadi pada
tahun 16 H. Oleh karena jumlah tersebut sangat besar, Khalifah Umar
mengambil inisiatif memanggil dan mengajak bermusyawarah para sahabat
terkemuka tentang penggunaan dana Baitul Mal tersebut. Setelah melalui
diskusi yang cukup panjang, Khalifah Umar memutuskan untuk tidak
mendistribusikan harta Baitul Mal, tetapi disimpan sebagai cadangan, baik
untuk keperluan darurat, pembayaran gaji para tentara maupun berbagai
kebutuhan umat lainnya.
Khalifah Umar ibn Al-Khattab juga membuat ketentuan bahwa pihak
eksekutif tidak boleh turut campur dalam mengelola harta Baitul Mal. Di
tingkat provinsi, pejabat yang bertanggung jawab terhadap harta umat

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam | 5


tidak bergantung kepada gubernur dan mereka mempunyai otoritas penuh
dalam melaksanakan tugasnya serta bertanggung jawab langsung kepada
pemerintah pusat.
Untuk mendistribusikan harta Baitul Mal, Khalifah Umar ibn Al-
Khattab mendirikan beberapa departemen yang dianggap perlu, seperti :
 Departemen Pelayanan Militer. Departemen ini berfungsi untuk
mendistribusikan dana bantuan kepada orang-orang yang terlibat
dalam peperangan.
 Departemen Kehakiman dan Eksekutif. Bertanggung jawab atas
pembayaran gaji para hakim dan pejabat eksekutif.
 Departemen Pendidikan dan Pengembangan Islam. Departemen ini
mendistribusikan bantuan dana bagi penyebar dan pengembang ajaran
Islam beserta keluarganya, seperti guru dan juru dakwah.
 Departemen Jaminan Sosial. Berfungsi untuk mendistribusikan dana
bantuan kepada seluruh fakir miskin dan orang-orang yang menderita.
2. Kepemilikan Tanah
Selama pemerintahan Khalifah Umar, wilayah kekuasaan Islam
semakin luas seiring dengan banyaknya daerah-daerah yang berhasil
ditaklukkan, baik melalui peperangan maupun secara damai. Hal ini
menimbulkan berbagai permasalahan baru. Pertanyaan yang paling
mendasar dan utama adalah kebijakan apa yang akan diterapkan negara
terhadap kepemilikan tanah-tanah yang berhasil ditaklukkan tersebut.
Para tentara dan beberapa sahabat terkemuka menuntut agar tanah
hasil taklukan tersebut dibagikan kepada mereka yang terlibat dalam
peperangan sementara sebagian kaum Muslimin yang lain menolak
pendapat tersebut. Muadz bin Jabal, salah seorang di antara mereka yang
menolak, mengatakan, Apabila engkau membagikan tanah tersebut,
hasilnya tidak akan raenggembirakan. Bagian yang bagus akan menjadi
milik mereka yang tidak lama lagi akan meninggal dunia dan keseluruhan
akan menjadi milik seseorang saja.

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam | 6


Mayoritas sumber pemasukan pajak al-kharaj berasal dari daerah-
daerah bekas kerajaan Romawi dan Sasanid (Persia) dan hal ini
membutuhkan suatu sistem administrasi yang terperinci untuk penaksiran,
pengumpulan, dan pendistribusian pendapatan yang diperoleh dari pajak
tanah-tanah tersebut.
a. Wilayah Irak yang ditaklukkan dengan kekuatan menjadi milik Muslim
dan kepemilikan ini tidak dapat diganggu gugat sedangkan bagian
wilayah yang berada di bawah perjanjian damai tetap dimiliki oleh
pemilik sebelumnya dan kepemilikan tersebut dapat dialihkan.
b. Kharaj dibebankan kepada semua tanah yang berada di bawah kategori
pertama, meskipun pemilik tanah tersebut memeluk agama Islam.
Dengan demikian, tanah seperti itu tidak dapat dikonversi menjadi
tanah ushr.
c. Bekas pemilik tanah diberi hak kepemilikan selama mereka membayar
kharaj dan jizyah.
d. Tanah yang tidak ditempati atau ditanami (tanah mati) atau tanah yang
diklaim kembali (seperti Bashra) bila diolah oleh kaum Muslimin
diperlakukan sebagai tanah ushr.
e. Di Sawad, kharaj dibebankan sebesar satu dirham dan satu rafiz (satu
ukuran lokal) gandum dan barley (sejenis gandum) dengan asumsi
tanah tersebut dapat dilalui air. Harga yang lebih tinggi dikenakan
kepada ratbah (rempah atau cengkeh) dan perkebunan.1[8]
f. Di Mesir, berdasarkan perjanjian Amar, setiap pemilik tanah
dibebankan pajak sebesar dua dinar, di samping tiga irdabb gandum,
dua qist untuk setiap minyak, cuka, madu, dan rancangan ini telah
disetujui oleh khalifah.
g. Perjanjian Damaskus (Syria) berisi pembayaran tunai, pembagian
tanah dengan kaum Muslimin, beban pajak untuk setiap orang

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam | 7


sebesar satu dinar dan satu beban jarib (unit berat) yang diproduksi
per jarib (ukuran) tanah.

3. Zakat
Pada masa Rasulullah SAW, jumlah kuda di Arab masih sangat
sedikit, terutama kuda yang dimiliki oleh kaum Muslimin karena
digunakan untuk kebutuhan pribadi dan jihad. Misalkan pada Perang
Badar, pasukan muslim yang jumlahnya 313 orang hanya memiliki dua
kuda. Pada saat pengepungan Bani Quraisy (5 A.H) pasukan muslim
memiliki 36 kuda. Pada tahun yang sama, di Hudaybiyah mereka
mempunyai sekitar dua ratus kuda. Karena zakat dibebankan terhadap
barang-barang yang memiliki produktivitas, seorang budak atau seekor
kuda yang dimiliki kaum Muslimin ketika itu tidak dikenakan zakat.
Pada masa Umar, Gubernur Thaif melaporkan bahwa pemilik sarang
lebah tidak membayar ushr, tetapi menginginkan sarang-sarang lebah
tersebut dilindungi secara resmi. Umar mengatakan bahwa bila mereka
mau membayar ushr sarang lebah mereka akan dilindungi. Namun, jika
menolak, mereka tidak akan memperoleh perlindungan. Zakat yang
ditetapkan adalah seperduapuluh untuk madu yang pertama dan
sepersepuluh untuk madu jenis kedua

4. Ushr
Sebelum Islam datang, setiap suku atau kelompok yang tinggal di
pedesaan biasa membayar pajak (ushr) jual-beli (maqs). Besarnya adalah
sepuluh persen dari nilai barang atau satu dirham untuk setiap transaksi.
Namun, setelah Islam hadir dan menjadi sebuah negara yang berdaulat di
Semenanjung Arab, nabi mengambil inisiatif untuk mendorong usaha
perdagangan dengan menghapus bea masuk antar provinsi yang masuk
dalam wilayah kekuasaan dan masuk dalam perjanjian yang
ditandatangani oleh beliau bersama dengan suku-suku yang tunduk kepada

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam | 8


kekuasaannya. Secara jelas dikatakan bahwa pembebanan sepersepuluh
hasil pertanian kepada pedagang Manbij (Hierapolis).
Menurut Saib bin Yazid, pengumpul ushr di pasar-pasar Madinah,
orang-orang Nabaeteari yang berdagang di Madinah juga dikenakan pajak
pada tingkat yang umum, tetapi setelah beberapa waktu Umar
menurunkan persentasenya menjadi 5% untuk minyak dan gandum, untuk
mendorong import barang-barang tersebut di kota

5. Sedekah dari non-Muslim


Tidak ada ahli kitab yang membayar sedekah atas ternaknya kecuali
orang Kristen; Bani Taghlib yang keseluruhan kekayaannya terdiri dari
hewan ternak. Mereka membayar dua kali lipat dari yang dibayar kaum
Muslimin. Bani Taghlib merupakan suku Arab Kristen yang gigih dalam
peperangan. Umar mengenakan jizyah kepada mereka, tetapi mereka
terlalu gengsi sehingga menolak membayar jizyah dan malah membayar
sedekah.
Nu'man ibn Zuhra memberikan alasan untuk kasus mereka dengan
mengatakan bahwa pada dasarnya tidak bijaksana memperlakukan mereka
seperti musuh dan seharusnya keberanian mereka menjadi aset negara.
Umar pun memanggil mereka dan menggandakan sedekah yang harus
mereka bayar dengan syarat mereka setuju untuk tidak membaptis seorang
anak atau memaksanya untuk menerima kepercayaan mereka. Mereka
setuju dan menerima untuk membayar sedekah ganda.
6. Mata Uang
Pada masa nabi dan sepanjang masa pemerintahan al-Khulafa ar-
Rasyidun, koin mata uang asing dengan berbagai bobot telah dikenal di
Jazirah Arab, seperti dinar, sebuah koin emas, dan dirham sebuah koin
perak. Bobot dinar adalah sama dengan satu mitstyal atau sama dengan
dua puluh qirat atau seratus grains of barky. Oleh karena ltu, rasio antara
satu dirham dan satu mitsqal adalah tujuh per sepuluh.

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam | 9


7. Klasifikasi dan Alokasi Pendapatan Negara
Seperti yang telah disinggung di muka, kebijakan pemerintah yang
berkaitan dengan pendapatan negara adalah mendistribusikan seluruh
pendapatan yang diterima. Pada masa pemerintahannya, Khalifah Umar
ibn Al-Khattab mengklasifikasi pendapatan negara menjadi empat bagian,
yaitu :
 Pendapatan zakat dan ushr. Pendapatan ini didistribusikan di frngkat
lokal dan jika terdapat surplus, sisa pendapatan tersebut disimpan di
Baitul Mai pusat dan dibagikan kepada delapan ashnaf, seperti yang
telah ditentukan dalam Al-Quran.
 Pendapatan khums dan sedekah. Pendapatan ini didistribusikan kepada
para fakir miskin atau untuk membiayai kesejahteraan mereka tanpa
membedakan apakah ia seorang Muslim atau bukan. Dalam sebuah
riwayat, di perjalanan menuju Damaskus, Khalifah Umar bertemu
dengan seorang Nasrani yang menderita penyakit kaki gajah. Melihat
hal tersebut, Khalifah Umar segera memerintahkan pegawainya agar
memberikan dana kepada orang tersebut yang diambilkan dari hasil
pendapatan sedekah dan makanan yang diambilkan dari persediaan
untuk para petugas.
 Pendapatan kharaj, fai,jizyah, 'ushr (pajak perdagangan), dan sewa
tanah. Pendapatan ini digunakan untuk membayar dana pensiun dan
dana bantuan serta untuk menutupi biaya operasional administrasi,
kebutuhan militer, dan sebagainya.
 Pendapatan lain-lain. Pendapatan ini digunakan untuk membayar para
pekerja, pemeliharaan anak-anak terlantar, dan dana sosial lainnya

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam | 10


8. Pengeluaran
Di antara alokasi pengeluaran dari harta Baitul Mal tersebut, dana
pensiun merupakan pengeluaran negara yang paling penting. Prioritas
berikutnya adalah dana pertahanan negara dan dana pembangunan.
Seperti yang telah dijelaskan, Khalifah Umar menempatkan dana pensiun
di tempat pertama dalam bentuk rangsum bulanan (arzaq) pada tahun 18
H, dan selanjutnya pada tahun 20 H dalam bentuk rangsum tahunan (atya).
Dana pensiun ditetapkan untuk mereka yang akan dan pernah bergabung
dalam kemiliteran. Dengan kata lain, dana pensiun ini sama halnya dengan
gaji reguler angkatan bersenjata dan pasukan cadangan serta penghargaan
bagi orang-orang yang telah berjasa.
Dana ini juga meliputi upah yang dibayarkan kepada para pegawai
sipil. Sejumlah penerima dana pensiun juga ditugaskan untuk
melaksanakan kewajiban sipil, tetapi mereka dibayar bukan untuk itu.
Seperti halnya yang dilakukan oleh Rasulullah SAW., Khalifah
Umar menetapkan bahwa negara bertanggung jawab membayarkan atau
melunasi utang orang-orang yang menderita pailit atau jatuh miskin,
membayar tebusan para tahanan Muslim, membayar diyat orang-orang
tertentu, serta membayar biaya perjalanan para delegasi dan tukar
menukar hadiah dengan negara lain. Dalam perkembangan berikutnya,
setelah kondisi Baitul Mal dianggap cukup kuat, ia menambahkan
beberapa pengeluaran lain dan memasukkannya ke dalam daftar
kewajiban negara, seperti memberi pinjaman untuk perdagangan dan
konsumsi.

2.3 Sistem Ekonomi dan Fiskal pada Masa Pemerintahan Khalifah Utsman
ibn Affan
Utsman bin Affan adalah sahabat nabi dan juga khalifah ketiga dalam
Khulafaur Rasyidin. Beliau dikenal sebagai pedagang kaya raya dan ekonomi
yang handal namun sangat dermawan. Banyak bantuan ekonomi yang
diberikannya kepada umat Islam di awal dakwah Islam. Ia mendapat julukan

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam | 11


Dzunnurain yang berarti yang memiliki dua cahaya. Julukan ini didapat karena
Utsman telah menikahi puteri kedua dan ketiga dari Rasullah Saw yaitu
Ruqayah dan Ummu Kaltsum.
Usman bin Affan lahir pada 574 Masehi dari golongan Bani Umayyah.
Nama ibu beliau adalah Arwa binti Kuriz bin Rabiah. Beliau masuk Islam atas
ajakan Abu Bakar dan termasuk golongan Assabiqunal Awwalun (golongan
yang pertama-tama masuk Islam). Rasulullah Saw sendiri menggambarkan
Utsman bin Affan sebagai pribadi yang paling jujur dan rendah hati diantara
kaum muslimin. Diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa Aisyah bertanya
kepada Rasulullah Saw, „Abu Bakar masuk tapi engkau biasa saja dan tidak
memberi perhatian khusus, lalu Umar masuk engkau pun biasa saja dan tidak
memberi perhatian khusus. Akan tetapi ketika Utsman masuk engkau terus
duduk dan membetulkan pakaian, mengapa?‟ Rasullullah menjawab, “Apakah
aku tidak malu terhadap orang yang malaikat saja malu kepadanya?”
Pada saat seruan hijrah pertama oleh Rasullullah Saw ke Habbasyiah
karena meningkatnya tekanan kaum Quraisy terhadap umat Islam, Utsman
bersama istri dan kaum muslimin lainnya memenuhi seruan tersebut dan hijrah
ke Habbasyiah hingga tekanan dari kaum Quraisy reda. Tak lama tinggal di
Mekah, Utsman mengikuti Nabi Muhammad Saw untuk hijrah ke Madinah.
Pada peristiwa Hudaibiyah, Utsman dikirim oleh Rasullah untuk menemui Abu
Sofyan di Mekkah. Utsman diperintahkan Nabi untuk menegaskan bahwa
rombongan dari Madinah hanya akan beribadah di Ka‟bah, lalu segera kembali
ke Madinah, bukan untuk memerangi penduduk Mekkah.
Pada saat Perang Dzatirriqa dan Perang Ghatfahan berkecamuk, dimana
Rasullullah Saw memimpin perang, Utsman dipercaya menjabat walikota
Madinah. Saat Perang Tabuk, Utsman mendermakan 1000 1000 ekor unta dan
70 ekor kuda, ditambah 1000 dirham sumbangan pribadi untuk perang Tabuk,
nilainya sama dengan sepertiga biaya perang tersebut. Utsman bin Affan juga
menunjukkan kedermawanannya tatkala membeli sumur yang jernih airnya dari
seorang Yahudi seharga 200.000 dirham yang kira-kira sama dengan dua
setengah kg emas pada waktu itu. Sumur itu beliau wakafkan untuk kepentingan
rakyat umum. Pada masa pemerintahan Abu Bakar, Utsman juga pernah
memberikan gandum yang diangkut dengan 1000 unta untuk membantu kaum
miskin yang menderita di musim kering.
Setelah wafatnya Umar bin Khatab sebagai khalifah kedua, diadakanlah
musyawarah untuk memilik khalifah selanjutnya. Ada enam orang kandidat
khalifah yang diusulkan yaitu Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan,
Abdurahman bin Auf, Sa‟ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam dan Thalhah
bin Ubaidillah. Selanjutnya Abdurrahman bin Auff, Sa‟ad bin Abi Waqas,
Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah mengundurkan diri hingga
hanya Utsman dan Ali yang tertinggal. Suara masyarakat pada saat itu

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam | 12


cenderung memilih Utsman menjadi khalifah ketiga. Maka diangkatlah Utsman
yang berumur 70 tahun menjadi khalifah ketiga dan yang tertua, serta yang
pertama dipilih dari beberapa calon. Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram
24 H. Utsman menjadi khalifah di saat pemerintah Islam telah betul-betul
mapan dan terstruktur.
Beliau adalah khalifah kali pertama yang melakukan perluasan masjid
al-Haram (Mekkah) dan masjid Nabawi (Madinah) karena semakin ramai umat
Islam yang menjalankan rukun Islam kelima (haji). Beliau mencetuskan ide
polisi keamanan bagi rakyatnya; membuat bangunan khusus untuk mahkamah
dan mengadili perkara yang sebelumnya dilakukan di masjid; membangun
pertanian, menaklukan Syiria, Afrika Utara, Persia, Khurasan, Palestina, Siprus,
Rodhes, dan juga membentuk angkatan laut yang kuat. Jasanya yang paling
besar adalah saat mengeluarkan kebijakan untuk mengumpulkan Al-Quran
dalam satu mushaf.
Selama masa jabatannya, Utsman banyak mengganti gubernur wilayah
yang tidak cocok atau kurang cakap dan menggantikaannya dengan orang-orang
yang lebih kredibel. Namun hal ini banyak membuat sakit hati pejabat yang
diturunkan sehingga mereka bersekongkol untuk membunuh khalifah. Khalifah
Utsman kemudian dikepung oleh pemberontak selama 40 hari dimulai dari
bulan Ramadhan hingga Dzulhijah. Meski Utsman mempunyai kekuatan untuk
menyingkirkan pemberontak, namun ia berprinsip untuk tidak menumpahkan
darah umat Islam. Utsman akhirnya wafat sebagai syahid pada hari Jumat
tanggal 17 Dzulhijah 35 H ketika para pemberontak berhasil memasuki
rumahnya dan membunuh Utsman saat sedang membaca Al-Quran. Persis
seperti apa yang disampaikan Rasullullah Saw perihal kematian Utsman yang
syahid nantinya. Beliau dimakamkan di kuburan Baqi di Madinah.
Utsman bin Affan diangkat menjadi khalifah atas dasar musyawarah dan
keputusan sidang Panitia enam, yang anggotanya dipilih oleh khalifah Umar bin
khatab sebelum beliau wafat. Keenam anggota panitia itu ialah Ali bin Abi
Thalib, Utsman bin Affan, Abdurahman bin Auf, Sa‟ad bin Abi Waqas, Zubair
bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah.
Tiga hari setelah Umar bin khatab wafat, bersidanglah panitia enam ini.
Abdurrahman bin Auff memulai pembicaraan dengan mengatakan siapa
diantara mereka yang bersedia mengundurkan diri. Ia lalu menyatakan dirinya
mundur dari pencalonan. Tiga orang lainnya menyusul. Tinggallah Utsman dan
Ali. Abdurrahman ditunjuk menjadi penentu. Ia lalu menemui banyak orang
meminta pendapat mereka. Namun pendapat masyarakat pun terbelah.
Konon, sebagian besar warga memang cenderung memilih Utsman. Sidangpun
memutuskan Ustman sebagai khalifah. Ali sempat protes. Abdurrahman adalah
ipar Ustman. Mereka sama-sama keluarga Umayah. Sedangkan Ali,
sebagaimana Muhammad, adalah keluarga Hasyim. Sejak lama kedua keluarga

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam | 13


itu bersaing. Namun Abdurrahman meyakinkan Ali bahwa keputusannya adalah
murni dari nurani. Ali kemudian menerima keputusan itu.
Maka Utsman bin Affan menjadi khalifah ketiga dan yang tertua. Pada
saat diangkat, ia telah berusia 70 tahun. Peristiwa ini terjadi pada bulan
Muharram tahun 24 H. Pengumuman dilakukan setelah selesai Shalat dimasjid
Madinah.
Masa kekhalifannya merupakan masa yang paling makmur dan sejahtera.
Konon ceritanya sampai rakyatnya haji berkali-kali. Bahkan seorang budak
dijual sesuai berdasarkan berat timbangannya.
Beliau adalah khalifah kali pertama yang melakukan perluasan masjid al-Haram
(Mekkah) dan masjid Nabawi (Madinah) karena semakin ramai umat Islam
yang menjalankan rukun Islam kelima (haji). Beliau mencetuskan ide polisi
keamanan bagi rakyatnya, membuat bangunan khusus untuk mahkamah dan
mengadili perkara. Hal ini belum pernah dilakukan oleh khalifah sebelumnya.
Abu Bakar dan Umar bin Khotob biasanya mengadili suatu perkara di masjid.
Pada masanya, khutbah Idul fitri dan adha didahulukan sebelum sholat.
Begitu juga adzhan pertama pada sholat Jum‟at. Beliau memerintahkan umat
Islam pada waktu itu untuk menghidupkan kembali tanah-tanah yang kosong
untuk kepentingan pertanian.
Di masanya, kekuatan Islam melebarkan ekspansi. Untuk pertama kalinya,
Islam mempunnyai armada laut yang tangguh. Muawiyah bin Abu Sofyan yang
menguasai wilayah Syria, Palestina dan Libanon membangun armada itu.
Sekitar 1.700 kapal dipakai untuk mengembangkan wilayah ke pulau-pulau di
Laut Tengah. Siprus, Pulau Rodhes digempur. Konstantinopelpun sempat
dikepung. Prestasi yang diperoleh selama beliau menjadi Khalifah antara lain :

1. Menaklukan Syiria, kemudian mengakat Mu‟awiyah sebagai Gubernurnya.

2. Menaklukan Afrika Utara, dan mengakat Amr bin Ash sebagai Gubernur
disana.
3. Menaklukan daerah Arjan dan Persia.
4. Menaklukan Khurasan dan Nashabur di Iran.
5. Memperluas Masjid Nabawi, Madinah dan Masjidil Haram, Mekkah.
6. Membakukan dan meresmikan mushaf yang disebut Mushaf Utsamani, yaitu
kitab suci Al-qur‟an yang dipakai oleh seluruh umat islam seluruh dunia
sekarang ini. Khalifah Ustman membuat lima salinan dari Alquran ini dan
menyebarkannya ke berbagai wilayah Islam.
7. Setiap hari jum‟at beliau memerdekakan seorang budak (bila ada)

Pada mulanya pemerintahan Khalifah Utsman berjalan lancar. Hanya


saja seorang Gubernur Kufah, yang bernama Mughirah bin Syu‟bah dipecat

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam | 14


oleh Khalifah Utsman dan diganti oleh Sa‟ad bin Abi Waqqas, atas dasar
wasiat khalifah Umar bin Khatab.
Kemudian beliau memecat pula sebagian pejabat tinggi dan pembesar
yang kurang baik, untuk mempermudah pengaturan, lowongan kursi para
pejabat dan pembesar itu diisi dan diganti dengan famili-famili beliau yang
kredibel (mempunyai kemampuan) dalam bidang tersebut.
Tindakan beliau yang terkesan nepotisme ini, mengundang protes dari
orang-orang yang dipecat, maka datanglah gerombolan yang dipimpim oleh
Abdulah bin Saba‟ yang menuntut agar pejabat-pejabat dan para pembesar
yang diangkat oleh Khalifah Utsman ini dipecat pula. Usulan-usulan Abdullah
bin Saba‟ ini ditolak oleh khalifah Utsman. Pada masa kekhalifan Utsman bin
Affan-lah aliran Syiah lahir dan Abdullah Bin Saba‟ disebut sebagai pencetus
aliran Syi‟ah tersebut.
Karena merasa sakit hati, Abdullah bin Saba‟ kemudian membuat
propoganda yang hebat dalam bentuk semboyan anti Bani Umayah, termasuk
Utsman bin Affan. Seterusnya penduduk setempat banyak yang termakan
hasutan Abdullah bin Saba‟. Sebagai akibatnya, datanglah sejumlah besar
(ribuan) penduduk daerah ke madinah yang menuntut kepada Khalifah,
tuntutan dari banyak daerah ini tidak dikabulkan oleh khalifah, kecuali
tuntutan dari Mesir, yaitu agar Utsman memecat Gubernur Mesir, Abdullah
bin Abi Sarah, dan menggantinya dengan Muhammad bin Abi Bakar.
Karena tuntutan orang mesir itu telah dikabulkan oleh khalifah, maka
mereka kembali ke mesir, tetapi sebelum mereka kembali ke mesir, mereka
bertemu dengan seseorang yang ternyata diketahui membawa surat yang
mengatasnamakan Utsman bin Affan. Isinya adalah perintah agar Gubernur
Mesir yang lama yaitu Abdulah bin Abi sarah membunuh Gubernur
Muhammad Abi Bakar (Gubernur baru) Karena itu, mereka kembali lagi ke
madinah untuk meminta tekad akan membunuh Khalifah karena merasa
dipermainkan.
Setelah surat diperiksa, terungkap bahwa yang membuat surat itu adalah
Marwan bin Hakam. Tetapi mereka melakukan pengepungan terhadap
khalifah dan menuntut dua hal :

1. Supaya Marwan bin Hakam di qishas (hukuman bunuh karena membunuh


orang).
2. Supaya Khalifah Utsman meletakan jabatan sebagai Khalifah.
Kedua tuntutan yang pertama, karena Marwan baru berencana
membunuh dan belum benar-benar membunuh. Sedangkan tuntutan kedua,
beliau berpegang pada pesan Rasullulah SAW; “Bahwasanya engkau Utsman
akan mengenakan baju kebesaran. Apabila engkau telah mengenakan baju
itu, janganlah engkau lepaskan”

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam | 15


Setelah mengetahui bahwa khalifah Utsman tidak mau mengabulkan
tuntutan mereka, maka mereka lanjutkan pengepungan atas beliau sampai
empat puluh hari. Situasi dari hari kehari semakin memburuk. Rumah beliau
dijaga ketat oleh sahabat-sahabat beliau, Ali bin Thalib, Zubair bin Awwam,
Muhammad bin Thalhah, Hasan dan Husein bin Ali bin Abu Thalib. Karena
kelembutan dan kasih sayangnya, beliau menanggapi pengepung-pengepung
itu dengan sabar dan tutur kata yang santun.
Hingga suatu hari, tanpa diketahui oleh pengawal-pengawal rumah
beliau, masuklah kepala gerombolan yaitu Muhammad bin Abu Bakar
(Gubernur Mesir yang Baru) dan membunuh Utsman bin Affan yang sedang
membaca Al-Qur‟an. Dalam riwayat lain, disebutkan yang membunuh adalah
Aswadan bin Hamrab dari Tujib, Mesir. Riwayat lain menyebutkan
pembunuhnya adalah Al Ghafiki dan Sudan bin Hamran.
Beliau wafat pada bulan haji tahun 35 H. dalam usia 82 tahun setelah
menjabat sebagai Khalifah selama 12 tahun. Beliau dimakamkan di kuburan
Baqi di Madinah.

Prestasi Utsman Bin Affan Dalam Pembentukan Angkatan Laut


Pada masa Khalifah Usman bin Affan, wilayah Islam sudah mencapai
Afrika, Siprus, hingga konstantinopel. Muawiyah saat itu menjabat gubernur
Suriah mengusulkan dibentuknya angkatan laut. Usul itu disambut dengan
baik oleh Khalifah Usman bin Affan.
Komposisi Kelas Sosial
Dalam pemerintahan usman komposisi kelas sosial di dalam masyarakat
berubah demikian cepat sehinnga semaki sulit pemerintahan usman banyak
sekali konflik yang muncul dipermukaan. Bukan tugas yang mudah untuk
mengawasi orang badui yang pada dasarnya mencintai kebebasan pribadi dan
tidak mengenal otoritas pemerintah yang dominan. Tidak mudah pula
mengakomodasi orang kita yang cepat kaya karena adanya peluang baru yang
terbuka menyusul ditaklukannya propinsi2 baru.
Lahan luas yang dimiliki keluarga kerajaan persia diambial alih oleh
umar tetapi dia menyimpannya sebagai lahan begara yang tidak di bagi-bagi.
Sementara itu usman menbaginya kepada individu-individu untuk reklamasi
dan untuk kontribusi sebagian yang diprosesnya kepada baitul maal. Di
laporkan bahwa lahan ini pad masa umar menghasilakan 9 juta dirham, tetapi
pad masa usman penerimaan meningkat menjadi 50 juta. Pad periode
selanjutnya dia juga mengizinkan menukar lahan tersebut dengan lahan yang
ada di hijaz dan yaman, sementara kebijakan umar tidak demikaian.

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam | 16


Akhir hayat usman diawali ketika pada saat berbagai utusan dari kufah,
basrah, dan mesir datang menemui usman agar memecat para gubernurnya
yang notabene adalh kerabat-kerabat sendiri, namun usman menolaknya.

2.4 Sistem Ekonomi dan Fiskal Pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib

Masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib yang hanya


berlangsung selama enam tahun selalu diwarnai dengan ketidakstabilan
kehidupan politik. Ia harus menghadapi pemberontakan Thalhah, Zubair ibn
Al-Awwam, dan Aisyah yang menuntut kematian Utsman ibn Affan.
Sekalipun demikian, Khalifah Ali ibn Abi Thalib tetap berusaha untuk
melaksanakan berbagai kebijakan yang dapat mendorong peningkatan
kesejahteraan umat Islam.
Pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, prinsip utama dari
pemerataan distribusi uang rakyat telah diperkenalkan. Sistem distribusi setiap
pekan sekali untuk pertama kalinya diadopsi. Hari kamis adalah hari
pendistribusian atau hari pembayaran. Pada hari itu, semua penghitungan
diselesaikan dan pada hari Sabtu dimulai penghitungan baru. Cara ini mungkin
solusi yang terbaik dari sudut pandang hukum dan kondisi negara yang sedang
berada dalam masa-masa transisi. Khalifah Ali meningkatkan tunjangan bagi
para pengikutnya di Irak.
Khalifah Ali memiliki konsep yang jelas tentang pemerintahan,
administrasi umum dan masalah-masalah yang berkaitan dengannya. Konsep
ini dijelaskan dalam suratnya yang terkenal yang ditujukan kepada Malik
Ashter bin Harits. Surat yang panjang tersebut antara lain mendeskripsikan
tugas, kewajiban serta tanggung jawab para penguasa dalam mengatur berbagai
prioritas pelaksanaan dispensasi keadilan serta pengawasan terhadap para
pejabat tinggi dan staf-stafnya; menjelaskan kelebihan dan kekurangan para
jaksa, hakim, dan abdi hukum lainnya.
Jadi, pada khalifah Ali bin Abi Thalib berkaitan dengan kebijakan yang
dilakukanya selama enam tahun kepemimpinanya adalah:

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam | 17


1. Pendistribusian seluruh pendapatan yang ada pada baitul maal berbeda
dengan umar yang menyissihkann untuk cadangan.
2. Pengeluaran angkatan laut dihilangkan
3. Adanya kebijakan pengetatan anggaran.
4. Dan hal yang sangat monumental adalah pencetakan mata uang dinar
dari Romawi dan dirham dari Persia.
Pemerintahan Ali bin Abi Thalib berakhir dengan terbunuhnya beliau di
tangan Ibnu Muljam dari kelompok khawarij.

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam | 18


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masa Khulafaur Rasyidin (Khalifah-Khalifah yang lurus) adalah masa saat
pemerintahan Islam dipimpin secara bergantian oleh Abu Bakar Shiddiq, Umar
bin Khathab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib selama kurang lebih 30
tahun pasca wafatnya Rasulullah Saw. Pada masa Rasulullah Saw dan Abu Bakar,
sistem ekonomi Islam telah berjalan. Sedangkan contoh ilmu ekonomi Islam
belum tampak daripadanya. Baru pada masa Umar bin Khathab contoh dari ilmu
ekonomi Islam mulai berkembang. Yaitu dibentuknya Baitul Mal (kantor
penyimpan kas dan kekayaan negara) dengan Diwan-diwannya pada tahun 20 H.
Hal semacam ini belum pernah ada di masa pemimpin Islam sebelumnya. Adapun
pada masa Utsman, tidak banyak informasi aktivitas perekonomian yang bisa
didapat dari sejarahnya, sebab referensi sejarah lebih banyak fokus menceritakan
kisah perpolitikan. Namun demikian kisah perekonomian juga tetap digambarkan
walaupun dalam garis globalnya, yaitu berlimpahnya pemasukan negara yang
berdampak pada rizki kaum muslim yang turut berlimpah pula. Demikian pula
tidak jauh berbeda dengan masa Ali bin Abi Thalib.
3.2 Saran
1. Hasil makalah yang berjudul Sistem Ekonomi dan Fiskal pada masa
Khulafaur Rasyidin ini diharapkan bermanfaat bagi pembaca.
2. Dari hasil makalah ini diharapkan pembaca dapat mengembangkan pemikiran
dan kemampuan dalam memahami tentang system ekonomi dan fiscal pada
masa khulafaur rasyidin.

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam | 19


DAFTAR PUSTAKA

Ardhianti, Duri dkk. 2016. “Perekonomian Masa Khulafaur Rasyidin” Academia


(Online). www.acedemia.com. Diakses Tanggal 27 Oktober 2020.

Fauzan, Muhammad. 2017. “Kebijakan Fiskal Dalam Perekonomian Islam Di Masa


Khalifah Umar bin Khattab” Kebijakan Fiskal Dalam Perekonomian Islam Di Masa
Khulafaur Rasyidin (Online). http://jurnal.uinsu.ac.id. Diakses Tanggal 27 Oktober
2020

Juniadi, Imam. 2011. “Sistem Ekonomi dan Fiskal Pada Masa Khulaur Rasyidin”
Makalah Kite (Online). http://makalahkite.blogspot.com.

Qadariyah, Lailatul. 2018. Buku Ajar Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Pemekasan:
Duta Media Publishing.

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam | 20

Anda mungkin juga menyukai