Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

“ PENATALAKSANAAN KANKER PROSTAT”

FARMAKOTERAPI II

DISUSUN OLEH :

NAMA : ICHA FEBRIANI

NIM : 1704084

KELAS :B

KELOMPOK: 3

DOSEN : Apt.Sanubari Rela Tobat.M.Farm

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

PADANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan sebuah makalah yang
berjudul “ PENATALAKSANAAN KANKER PROSTAT “. Shalawat beriring salam saya
sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabat beliau sekalian
serta orang-orang mukmin yang tetap istiqamah dijalanNya.Adapun makalah ini ditulis untuk
memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah “FARAMAKOTERAPI II”. Dalam penulisan
makalah sampai selesai, penulis banyak mendapat bimbingan dan arahan dari banyak pihak.
Oleh karena itu pada kesempatan ini,penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak –
pihak yang membantu. Kami menyadari dalam penyusunan masih banyak kekurangan, maka dari
itu penulis sangat mengharapkan sumbangan pikiran serta masukan ( saran ) dari berbagai pihak
untuk penyempurnaan dimasa yang akan datang.

Padang, 02 Desember 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………i

DAFTAR ISI................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1

1.1 LATAR BELAKANG............................................................................. 1


1.2 RUMUSAN MASALAH....................................................................... 2
1.3 TUJUAN.................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................3

2.1 Pengertian ………………………………………………........................3


2.2 Epidemiologi…………………………………...........................................3
2.3 Etiologi………………………………………...........................................4
2.4 Faktor Resiko……………………………..................................................4
2.5 Anatomi Prostat Pria…………………………………………………...4
2.6 Gejala ………………………………………………………………......5
2.7 Manifestasi klinis……………………………………………………....5
2.8 Derajat keganasan……………………………………………………...5
2.9 Stadium ( menurut AJCC 2010)……………………………………….6
2.10 Pemeriksaan…………………………………………………………...7
2.11 Diagnosis………………………………………………………….........8
2.12 Pemeriksaan Penunjang………………………………………………...9
2.13 Penatalaksanaan………………………………………………………...9

BAB III PENUTUP......................................................................................19

3.1 Kesimpulan................................................................................................19

3.2 Saran...........................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. iii


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Para lanjut usia, dikhawatirkan akan menjadi persoalan besar bagi Indonesia.
Sebab, dilihat dari jumlahnya pada tahun 2020 diperkirakan akan meningkat sebesar 414
persen (Biro Pusat Statistik, 2006). Padahal upaya penyejahteraan termasuk peningkatan
kualitas kesehatan kelompok ini masih belum memadai. Secara alamiah, proses menjadi
tua mengakibatkan kemunduran kemampuan fisik dan mental. Secara umum, lebih
banyak gangguan organ tubuh dikeluhkan oleh para warga senior baik pria maupun
wanita, lebih banyak pula yang menderita penyakit kronis (Astawan M, 2007).
Seiring dengan perjalanan usia, khususnya bagi pria usia lanjut harus
meningkatkan kewaspadaan pada kondisi kesehatan tubuhnya. Sebab, semakin
bertambahnya usia, fungsi organ-organ tubuh terus menurun. Salah satu gangguan
kesehatan yang kerap dialami pria berusia lanjut adalah gangguan prostat. Yang lebih
parah adalah kanker prostat karena kanker prostat merupakan kanker pembunuh nomor
dua pada pria setelah kanker paru-paru (Jar, 2004). Baik gangguan prostat maupun
kanker prostat harus sama-sama diwaspadai karena dampak negatif yang ditimbulkannya
cukup mengerikan. Pria yang terkena gangguan prostat misalnya, dapat mengalami
gangguan seksual, sedangkan kanker prostat dapat menyebabkan kematian (Siswono,
2003).
Risiko terjadinya kanker prostat ditentukan oleh dua hal yaitu faktor genetik dan
faktor lingkungan. Faktor risiko lain yang tidak kalah penting adalah usia di atas 50
tahun, pembesaran prostat jinak, infeksi virus, riwayat kanker prostat dalam keluarga,
pola hidup, dan pola makan (Widjojo, 2007). Salah satu faktor risiko tersebut yaitu pola
makan, menurut Umbas Rainy (2002) diet tinggi lemak dan pola makan berkalsium
tinggi (Notrou P, 2007) merupakan faktor yang mempunyai kaitan erat dengan
meningkatnya risiko kanker prostat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian kanker prostat?
2. Bagaimana Epidemiologi kanker prostat?
3. Apa Etiologi kanker prostat?
4. Apa saja Faktor Resiko?
5. Bagaimana Anatomi Prostat Pria?
6. Apa Gejala kanker prostat?
7. Apa Manifestasi klinis?
8. Bagaimana Derajat keganasan?
9. Apa Stadium ( menurut AJCC 2010)?
10. Bagiamana Pemeriksaan kanker prostat?
11. Bagaimana Diagnosis kanker prostat?
12. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang ?
13. Bagaimana Penatalaksanaan kanker prostat?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian kanker prostat
2. Untuk mengetahui Epidemiologi kanker prostat
3. Untuk mengetahui Etiologi kanker prostat
4. Untuk mengetahui apa saja Faktor Resiko
5. Untuk mengetahui Anatomi Prostat Pria
6. Untuk mengetahui Gejala kanker prostat
7. Untuk mengetahui Manifestasi klinis
8. Untuk mengetahui Derajat keganasan
9. Untuk mengetahui Stadium ( menurut AJCC 2010)
10. Untuk mengetahui Pemeriksaan kanker prostat
11. Untuk mengetahui Diagnosis kanker prostat
12. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang
13. Untuk mengetahui Penatalaksanaan kanker prostat
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Kanker prostat adalah keganasan yang terjadi di dalam kelenjar prostat. Beberapa dokter
mempercayai bahwa kanker prostat dimulai dengan perubahan sangat kecil dalam ukuran dan
bentuk sel-sel kelenjar prostat. Perubahan ini dikenal sebagai PIN (prostatic intraepithelial
neoplasia). Hampir setengah dari semua orang yang memiliki PIN setelah berusia di atas 50
tahun. Orang yang mengalami PIN mengalami perubahan tampilan sel-sel kelenjar prostat pada
mikroskop. Perubahan ini dapat berupa tingkat rendah (hampir normal) atau bermutu tinggi
(abnormal).

2.2 Epidemiologi

Secara global, diperkirakan kanker prostat menduduki urutan ke-4 setelah kanker payudara,
paru dan kolorektum sedangkan angka kejadian kanker pada pria, kanker prostat menduduki
urutan ke-2 yaitu sekitar 14,8% setelah kanker paru 16,8% Di Indonesia, berdasarkan data
Globocan tahun 2012 menunjukan insidens kanker prostat menempati urutan ke-3 kanker pada
pria setelah kanker paru dan kanker kolorektum, sedangkan angka kematian menempati urutan
ke-4.Prevalensi kanker prostat di Indonesia tahun 2013 adalah sebesar 0,2‰ atau diperkirakan
sebanyak 25.012 penderita. Provinsi yang memiliki prevalensi kanker prostat tertinggi adalah
D.I. Yogyakarta, Bali, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan yaitu sebesar 0,5‰, sedangkan
berdasarkan estimasi jumlah penderita penyakit kanker prostat terbanyak berada pada Provinsi
Jawa Timur dan Provinsi Jawa Tengah
2.3 Etiologi
- Genetik
Sekitar 5-10% dari kanker prostat adalah karena cacat genetik, sehingga pria yang
memiliki sejarah keluarga lebih beresiko terkena.kemungkinan untuk menderita kanker
prostat menjadi dua kali jika saudara laki-lakinya menderita penyakit ini.
kemungkinannya naik menjadi lima kali jika ayah dan saudaranya juga menderita.
- Pengaruh hormonal
Testosteron secara alami memacu pertumbuhan kelenjar prostat, pria yang menggunakan
terapi testosteron, biasanya cenderung mengidap kanker prostat. Terapi testosteron
jangka panjang dapat menyebabkan pembesaran kelenjar prostat
- Diet tinggi lemak
- Pengaruh lingkungan
Note: Kemungkinan untuk menderita kanker prostat menjadi 2x lipat jika saudara
laki-lakinya menderita penyakit ini. Kemungkinan akan naik menjadi 5x jika ayah
dan saudaranya juga menderita.

2.4 Faktor Resiko


- Usia (>50 th)
- Ras (Afrika > Kaukasia > Asia)
- Diet : Tinggi lemak jenuh (daging merah), Sedikit buah dan sayuran, Rendah ikan,
Rendah kedelai, Kalsium, Obesitas
- Riwayat keluarga
- Mutasi genetik
- Merokok

2.5 Anatomi Prostat Pria


Kelenjar prostat merupakan suatu kelenjar di dalam sistem reproduksi laki-laki yang
letaknya tepat di bawah kandung kemih dan di depan rektum atau anus. Ukuran kelenjar
prostat sebesar buah kenari dan mengelilingi sebagian dari uretra. Kelenjar prostat akan
menghasilkan cairan yang membentuk sebagian komponen air mani (semen).
2.6 Gejala
Kanker prostat stadium dini, tidak menunjukkan gejala. Setelah kanker berkembang, baru
muncul gejala tetapi tidak khas. Gejala yang muncul menyerupai gejala BPH (Benign
Prostatic Hyperplasia), yaitu penyakit pembesaran prostat jinak yang sering dijumpai pada
pria lanjut usia. Akibatnya, kedua penyakit ini sulit dibedakan sehingga diperlukan
pemeriksaan yang dapat mendeteksi dini sekaligus membedakan antara kanker prostat dan
BPH.
Berikut ini beberapa gejala yang sering ditemui pada penderita kanker prostat.
1. Sering ingin buang air kecil, terutama pada malam hari.
2. Kesulitan untuk memulai buang air kecil atau menahan air seni.
3. Aliran air seni lemah atau terganggu.
4. Perasaan nyeri atau terbakar saat buang air kecil.
5. Adanya darah pada air seni atau air mani.
6. Gangguan seksual lain, seperti sulit ereksi atau nyeri saat ejakulasi.
7. Sering nyeri atau kaku pada punggung bawah, pinggul, atau paha atas.

2.7 Manifestasi klinis


a. Tahap awal (early stage)
- asimptomatik
b. (locally advanced)
- Gangguan urinari (susah / nyeri saat urinasi)
- Sering urinari pada malam hari
- Setelah urinari biasanya air urin masih menetes-netes
c. tahap lanjut (advanced)
- sakit tulang (metastatis di tulang)
- Anemia
- Nyeri pada punggung
- Berat badan turun
- Kompresi korda spinal
- Udem pada ekstremitas bawah

2.8 Derajat keganasan


Derajat adenokarsinoma prostat dengan sistem skor gleason. Pengelompokan skor
gleason terdiri dari diferensiasi baik ≤ 4, sedang 5 -7, dan buruk 8-10

2.9 Stadium ( menurut AJCC 2010)


- Stadium T
Penentuan stadium klinis cT dapat ditentukan dengan colok dubur. Bila
diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan CT/MRI
- Stadium N
Penentuan stadium N hanya dikerjakan bila akan berpengaruh terhadap keputusan
terapi. Cara terbaik untuk menentukan stadium N adalah limfadenoktomi, dengan operasi
terbuka ataupun laparoskopi.
- Stadium M
Metode sidik tulang paling sensitif untuk mendiagnosa metastasis tulang. Bila
tidak ada fasilitas pemeriksaan tersebut dapat dicari dengan penilaian klinis, CT Scan,
alkali fosfatase serum dan bone survey . Pengukuran alkali fosfatase dan PSA secara
bersamaan akan meningkatkan efektifitas penilaian klinis sebesar 98%Selain ketulang,
kanker prostat dapat bermetastasis ke organ lain umumnya ke KGB jauh, paru-paru,
hepar, otak dan kulit. Pemeriksaan sidik tiulang tidak perlu pada penderita asimptomatik,
PSA kurang dari 20 ng/ml dan diferensiasi baik.
2.10 Pemeriksaan
Pria berusia lebih dari 50 tahun dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan PSA total
(Prostate Specific Antigen) dan pemeriksaan colok dubur atau DRE (Digital Rectal
Examination) setiap tahun. Apabila ada anggota keluarga yang menderita kanker prostat,
dianjurkan melakukan skrining sejak usia 40 tahun.
a. Pemeriksaan PSA
PSA adalah enzim yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat dan berfungsi
mengencerkan cairan ejakulasi untuk memudahkan pergerakan sperma. Pada keadaan
normal, hanya sedikit PSA yang masuk ke dalam aliran darah. Namun, apabila terjadi
peradangan atau kerusakan jaringan prostat maka kadar PSA dalam darah meningkat.
Lalu, bagaimana untuk membedakan peningkatan PSA karena BPH atau kanker prostat?
Untuk membedakan apakah peningkatan kadar PSA disebabkan oleh BPH atau kanker
prostat, maka dianjurkan pemeriksaan rasio free-PSA—PSA total atau rasio cPSA—PSA
total terutama bagi mereka yang memiliki kadar PSA totalnya antara 2,6—10 ng/ ml.
b. Mengenal Metode AS (Active Surveillance)
Untuk menghindari over-diagnosa maupun over-treatment dari kanker prostat,
maka telah dilakukan riset yang bernama START (Surveillance Therapy Against Radical
Treatment), yang dipimpin oleh Dr. Laurence Klotz (Chief Urologist dari Sunnybrook
Health Sciences Center, Toronto, Kanada).
Hasil riset internasional tersebut menemukan bahwa ketika metode AS diterapkan
kepada pasien kanker prostat jinak (slow growing prostate cancer), maka kankernya
tidak menyebar dan secara keseluruhan tingkat kematiannya kurang dari 2%. Penelitian
ini sangat penting karena kebanyakan pria dengan kanker prostat sangat berat untuk
melakukan operasi pengangkatan prostat.
Ciri-ciri pasien yang dapat melakukan metode AS antara lain sebagai berikut.
1. Nilai PSA kurang atau sama dengan 10.
2. Biopsi menunjukkan low-volume cancer dengan nilai tes Gleason 6 atau kurang
* Gleason score adalah pemeringkat kanker dari 2 sampai 10 yang menunjukkan
agresivitas kankernya. Semakin tinggi angka, maka semakin agresif kankernya.
3. Pasien divonis mengidap kanker prostat grade antara T1c dan T2a. * T1 dan T2
adalah stadium kanker paling rendah, yaitu ketika sel-sel kanker masih terbatas
hanya ada di dalam kelenjar prostat. Pasien yang mengikuti metode AS ini baru
mendapat tindakan medis seperti operasi atau radioterapi apabila nilai PSA
meningkat drastis, hasil biopsi menunjukkan peningkatkan volume kanker, atau pun
keberadaan sel-sel kanker yang lebih ganas. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
pasien kanker prostat yang melakukan metode AS, sekitar 65%-nya akan tetap
berada pada kondisi kanker yang tidak mengganas.
c. Tabel Stadium Kanker Prostat

Stadium Keterangan
1 Sangat awal dan tanpa gejala; sel kanker terbatas pada prostat
2 Sel kanker terbatas pada prostat, tapi terlihat jelas (terdeteksi oleh
pemeriksaan colok dubur dan/atau hasil test PSA yang tinggi)
3 I Sel-sel kanker ditemukan di luar kantung prostat (membran yang menutupi
prostat); menyebar terbatas pada jaringan sekitarnya dan/atau vesikula
seminalis (kelenjar yang memproduksi cairan mani)
4 Sel-sel kanker telah menyebar (metastasis) ke kelenjar getah bening regional,
tulang, ataupun organ jauh (misalnya, hati, paru-paru)

2.11 DIAGNOSIS
a. Std awal masih asimptomatik. Kecurigaan meningkat jika ditemukan nyeri tulang, fraktur
patologis, penekanan sumsum tulang
→Dianjurkan px PSA usia 50 thn, sedangkan yg punya riwayat keluarga dianjurkan px
PSA lebih awal yaitu 40 thn
b. Anamnesis → gejala, riwayat keluarga, dll
c. Px colok dubur
d. PSA
e. TRUS
f. Biopsi
Penjelasan
1. Rectal Touche / DRE
a. Rectal touche
 >> di zona perifer prostat
 Bisa dideteksi jika vol. ≥ 0,2 ml
 Jika terdapat kecurigaan berupa : nodul keras, asimetrik, berbenjol-benjol
→indikasi biopsi prostat
 18% dari kanker prostat dideteksi dr RT saja, dibandingkan dg kadar PSA
 RT dan kadar PSA > 2ng/ml → prediksi 5-30%.
b. DRE
 Kanker yang muncul pada daerah tepi bisa ditinjau dengan pemeriksaan DRE
 DRE fokus pada ukuran prostat dan konsistensi, dan abnormalitas di dalam
atau di luar kelenjar
 DRE ini relatif bervariasi bergantung pada pengamat
 Bila kanker akan terasa seperti nodul keras.
 Bila hanya menggunakan DRE saja untuk mendeteksi maka kurang memenuhi
penegakan diagnosis
2. Prostate-spesific antigen (PSA)
 merupakan glikoprotein yang diproduksi dan disekresikan oleh sel epitel dari
kelenjar prostat.
 PSA ini spesifik terhadap prostat, tetapi tidak spesifik terhadap penyakit kanker
prostat
 PSA dengan jumlah 4-10 ng/mL tidak bisa membedakan BPH dan kanker prostat
 PSA meningkat bila prostatitis dan BPH (Benign Prostatic Hyperplasia)
 Imunohistochemical untuk mendeteksi PSA
 Kadar PSA scr tunggal adalah variabel yg paling bermakna dibandingkan colok
dubur atau TRUS.
3. Transrectal ultrasonography (TRUS)
TRUS menggunakan ultrasound sehingga dapat memvisualisasikan area prostat
(ukuran prostat, benjolan pada prostat, serta ada tidaknya invasi ke daerah
periprostatik)
 Gambaran klasik hipoekhoik adanya zona peripheral tidak akan selalu terlihat
 Gray-scale dari TRUS tidak dapat mendeteksi area kanker prostat secara adekuat
4. Biopsi Prostat
- Diinterpretasikan dengan skor Gleason, berdasarkan derajat perubahan pola sel
prostat yang normal (yakni bentuk, ukuran, dan diferensiasi sel)
- Skor Gleason merupakan jumlah dari Grade Gleason
- 1 Grade >95% →Grade dihitung 2 kali
- 2 Grade →dijumlahkan
- 3 Grade, Grade terendah tidak diikutsertakan → dijumlahkan
- Pasien yang prostatitis harus diberikan antibiotika dahulu sebelum di biopsy
2.12 Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan darah
dilakukan pengukuran kadar antigen prostat spesifik (PSA), yang biasanya meningkat
pada penderita kanker prostat, tetapi juga bisa meningkat (tidak terlalu tinggi) pada
penderita BPH.
- Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan
a. Analisa air kemih
b. Sitologi air kemih atau cairan prostat.
c. Biopsi prostat
2.13 Penatalaksanaan
Pengobatan kanker prostat ditentukan berdasarkan beberapa faktor yaitu grading
tumor,staging ko-morbiditas, preferensi penderita, usia harapan hidup saat diagnosis.
Karna data untuk menentukan usia harapan hidup saat didiagnosis blm ada di indonesia
maka digunakan batasan usia sebagai paramenter untuk menentukan pilihan terapi.
Penatalaksanaan :

Penatalaksanaan lanjutan
A. TERAPI FARMAKOLOGI
Penggunaan terapi farmakologis pada kanker prostat bertujuan untuk menginduksi
remisi, mengurangi morbiditas dan mencegah terjadinya komplikasi. Golongan
agonis gonadotropin releasing hormone (GnRH) dan antiandrogen dapat digunakan
sebagai terapi paliatif yang dapat menekan kadar hormon testosteron.
Obat golongan antimikrotubuler dan anthracenedione memiliki prinsip kerja
menginhibisi golongan DNA dan RNA. Penggunaannya biasa dikombinasikan dengan
golongan steroid. Pada penderita yang resisten terhadap kastrasi, penggunaan hormon
estramustine dapat dipertimbangkan.

1. Terapi Hormonal
a. Agonis LHRH
Pemaparan LHRH agonis yang terus menerus akhirnya menghasilkan down-
regulasi LHRH-reseptor. Hal ini kemudian menyebabkan penekanan sekresi LH dan
FSH dari kelenjar pituitari dan produksi testosteron sehingga tingkat produksi
testosteron akan menurun dalam 2-4 minggu.
Sediaan beredar: Goserelin, Leuprolide, Triptorelin

b. Antiandrogen (2nd line)


Anti-androgen bersaing dengan androgen pada tingkat reseptor dalam inti sel
prostat, sehingga menginduksi apoptosis dan menghambat pertumbuhan PCa.
Senyawa oral di bawah ini diklasifikasikan menurut struktur kimianya, yaitu:
- steroid, contohnya cyproterone asetat (CPA), megestrol asetat dan
medroksiprogesteron asetat;
- non-steroid atau murni, contohnya nilutamide, flutamide dan bicalutamide.
Kedua klasifikasi senyawa tersebut bersaing dengan androgen pada tingkat reseptor
Senyawa antiandrogen umumnya digunakan secara kombinasi bersama agonis
LHRH, terutama untuk golongan non-steroid seperti flutamid, nilutamid, dan
bicalutamid

c. CAB (Combined Androgen Blockade)


 Kombinasi terapi yg ditujukan untuk mengeliminasi efek androgen secara total.
 Kombinasi yang digunakan yaitu agonis LHRH/antiandrogen atau
orchiectomi/antiandrogen
 Terapi ini menjadi terapi pilihan jika penekanan androgen dengan agonis LHRH
atau orchietomi tidak memberikan hasil yang optimal
d. Antagonis LHRH
 Antagonis LHRH berikatan dengan reseptor LHRH di pituitari  mencegah
pengikatan dan aktivitas farmakologis LHRH  produksi FSH dan LH ↓ 
produksi testosteron ↓
 Sediaan beredar: Abarelix, degarelix
 Terapi ablasi androgen dengan degarelix terbukti sangat efektif dalam
mengurangi PSA menjadi <0,1 ng/mL dalam waktu singkat.
 Kerugian: resiko tinggi hipersensitivitas tipe I (urtikaria, hipotensi, pingsan)

e. Inhibitor sintesis androgen


 Sintesis androgen dapat diinhibisi di kelenjar adrenal ataupun testis
 Aminoglutetimid dan ketokonazol merupakan inhobitor sintesis androgen yang
umum digunakan
 Aminoglutetimid: inhibitor sintesis androgen di kelenjar adrenal
 Ketokonazol: inhibitor sintesis androgen di kelenjar adrenal dan testis

f. Terapi hormonal lainnya


 Estrogen: Menghambat pelepasan LH dan inaktivasi androgen
 Finasterid: Inhibitor 5-α-reduktase sehingga tidak terjadi konversi testosteron
menjadi DHT (bentuk aktifnya)
 Kortikosteroid: Bekerja dengan mensupresi produksi androgen adrenal
melalui efek feedback negatif pada produksi ACTH. Steroid tidak
menyembuhkan tetapi dapat mengecilkan dan menghentikan pertumbuhan untuk
beberapa waktu.
2. Kemoterapi

Kemoterapi seringkali digunakan untuk mengatasi gejala kanker prostat yang kebal
terhadap pengobatan hormonal. Biasanya diberikan obat tunggal atau kombinasi
beberapa obat untuk menghancurkan sel-sel kanker.

- Direkomendasikan untuk pasien yang sudah tidak responsif lagi terhadap terapi
hormonal (androgen-independent)
- Kombinasi yg digunakan: docetaxel + prednison (1st line)
- Kombinasi lainnya:

 estramustine dengan docetaxel

 mitoxantrone dengan prednison

 Cisplatin dan carboplatin

Obat-obatan yang bisa digunakan untuk mengobati kanker prostat adalah:

- Mitoxantron
- Prednisone
- Paclitaxel
- Dosetaxel
- Estramustin
- Adriamycin.
B. TERAPI NON-FARMAKOLOGI
1. Deferred Treatment
 WW (Watchful Waiting) atau Symptom-Guided Treatment
Watchfull Waiting
Symptom-guided Treatment
Terapi secara palliative dengan:
 Transurethral Resection of Prostate (TURP)
 Prosedur lain untuk obstruksi saluran kemih
 Terapi hormon/radioterapi untuk lesi metastatis
 AS (Active Monitoring/Surveillance)
Active Surveillance
Keputusan untuk tidak melakukan terapi terhadap pasien
Sebagai pengganti, dilakukan pengawasan yang teliti terhadap
perkembangan/pertumbuhan jaringan prostat abnormal pasien
Tujuan: untuk menghindari terapi berlebihan pada pasien dengan resiko
kanker prostat rendah.
2. Orchiectomy
3. Radical Prostatectomy
Operasi pengangkatan kelenjar prostat
Terdapat beberapa metode :
 radical retropubic prostatectomy (membuat irisan pada bagian abdomen)
 radical perineal prostatectomy (pada bagian perineum-area antara skrotum dan
anus)
 laparoscopic radical prostatectomy (dibuat irisan kecil dan dimasukkan
teleskop khusus dan instrumen)
 Robot-assisted laparoscopic radical prostatectomy (menghasilkan operasi dan
presisi tinggi)
 Pelvic lymph node dissection (untuk menentukan apakah kanker prostat sudah
menyebar ke kelenjar getah bening, hanya pria dengan resiko menengah sampai
tinggi dari metastasis)
a. Nerve-sparing RP
- neurovascular bundles  ereksi
- Nerve-sparing RP  salah satu atau kedua neurovascular bundles tidak
diangkat
- Pertimbangkan resiko vs manfaat
4. Cryosurgery
3rd generation: TRUS, penghangat urethra, Argon, 1.5mm cryoneedle
PROSES :
 Pembersihan usus pada malam dan pagi hari saat operasi.
 Pasien : dibaringkan dengan posisi exaggerated lithotomy
 Visualisasi prostat dengan TRUS
 Memasukkan cryoneedle + thermosensor (up to5)
 [mid-gland, external sphincter, Denonvilliers’ fascia, neurovascular bundle
kiri dan kanan]
 Fleksibel Cystoscope  tidak ada jarum menembus urethra
 Siklus freeze-thaw 2x (pada prostat > 27 mm, dilakukan teknik “pull-back”)
 Memasukkan kateter
5. Radiotherapy
 Terapi dengan menggunakan radiasi
 Ditinjau dari sumber radiasi, dapat diklasifikasi menjadi:
 EBRT
 Sumber Radiasi
o Luar tubuh
o mesin linear accelerator
 Dosis
o Ringan
o Awal : 74 Gy
o Intermediet : 76-81 Gy
o Berat : dosis tinggi + terapi hormon
 Teknik
o 3D-CRT (memungkinkan untuk mentargetkan prostat secara akurat)
o IMRT (lebih kompleks, waktu yang dibutuhkan untuk terapi lebih lama)
 Brachytherapy
Sumber Radiasi
- Meletakkan sumber radioaktif pada sel kanker ataupun sangat dekat
dengan sel kanker.
- Sumber radiasi dimasukkan ke dalam tubuh
- Jarak kanker-sumber radiasi ↑, daya bunuh kanker ↓signifikan
- Penggunaan dosis tinggi pada jarak yang sangat dekat meminimalisir
radiasi yang diterima oleh jaringan normal disekitar sel kanker.
- Digunakan sendiri pada kanker prostat yang terlokalisasi (tahap
kanker dan Gleason score masih rendah)
- Kombinasi dengan EBRT pada kanker tahap lanjut
Teknik
a. Permanent Seed B.
Isotop = 125I (60 hari) ; 103Pd (17 hari)
Jumlah seeds = 60-80
Bantuan visualisasi dari TRUS
Seluruh area dari kelenjar prostat diimplant seed, bukan hanya area
biopsi +  biopsi hanya sampling, seluruh prostat beresiko
Waktu = 45-60 menit
Permanent = seeds berada dalam prostat meskipun tidak bersifat
radioaktif lagi
b. Temporary HDR B.
High Dose Rate
Isotop = 192Ir (74 hari)  menghantarkan beberapa ratus cGy
dalam 5-10 menit
Dimasukkan 14-16 tabung kecil (kateter) kedalam prostat 
saluran isotop masuk prostat
Terapi 2-6x dalam 2-3 hari berturut-turut
Tidak ada sisa radiasi  kateter dikeluarkan ketika terapi selesai

6. HIFU
High Intensity Focused Ultrasound
Terap untuk kanker prostat terlokalisasi menggunakan ultrasound intensitas
tinggi yang terfokus.
Rectal probe akan menghasilkan ultrasound intensitas tinggi yang merambat
melewati dinding rektum dan difokuskan pada prostat
Menghasilkan panas > 65 °C kerusakan jaringan pada area target karena
koagulasi nekrosis, efek minimal pada jaringan sekitar
Pasien dianastesi dan dibaringkan posisi lateral
Waktu cukup panjang  10 gram prostat butuh waktu 1 jam
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Simpulan Kanker prostat adalah keganasan yang terjadi di dalam kelenjar prostat.
Beberapa dokter mempercayai bahwa kanker prostat dimulai dengan perubahan
sangat kecil dalam ukuran dan bentuk sel-sel kelenjar prostat. Kanker prostat
merupakan penyebab kematian akibat kanker no 3 pada pria dan merupakan
penyebab utama kematin akibat kanker pada pria diatas 74 tahun.Kanker prostat
jarang ditemukan pada pria berusia kurang dari 40 tahun.
 Pasien yang gagal menurunkan nilai PSA setelah radical prostatectomy berisiko
besar mengalami perkembangan penyakit lebih lanjut dan disarankan untuk
second-line radioterapi dan atau terapi hormonal
 Metastasis paru jarang terjadi namun dapat tersebar ke tulang dan kelenjar getah
bening
 Pada kasus ini, pertimbangan kualitas hidup pasien sangat diperhatikan sehingga
pengobatan dengan monoterapi biculatamide 150 mg dipilih dibandingkan dengan
pengangkatan testis

3.2 SARAN
Perlu informasi dan sosialisasi bagi para usia lanjut untuk mengkonsumsi kalsium
dalam jumlah aman dan tanda atau gejalah kanker prostat agar para usia lanjut bisa
mengobati lebih cepat. Untuk menghindarkan diri dari Kanker Prostat?
- Lakukan pemeriksaan PSA setiap tahun mulai usia 45 tahun, bila terdapat
riwayat kanker prostat pada keluarga.
- Waspada bila terjadi peningkatan kadar diatas 25%, segera konsultasikan hasil
test pada Dokter.
- Deteksi dini memberikan keberhasilan terapi yang lebih besar
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Biran (2000). Kesehatan Reproduksi, Pidato pengukuhan Guru Besar tetap Obstetri &
Ginekologi FKUI, Jakarta.

Bucaille, Maurice (2005). Reproduksi Manusia, Bibel, Quran, dan Sains Modern. Jakarta: PT
Bulan Bintang.

Rafei, Utan Muchtar (2004). Keselamatan Ibu dalam Kehamilan dan Persalinan Aman. PIT
POGI XIV, Bandung.

Guyton A, Hall J, Edisi 9, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Holick M, 2004, Vitamin D: Importance in the Prevention of Cancer: Am J Clin Nutr

http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-kanker.pdf

Manuaba, IBG. (1989). Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan dalam Upaya Meningkatkan
Kualitas Kehidupan, Pidato Pengukuhan Penerimaan Jabatan Guru Besar tetap FK
Universitas Udayana, Denpasar

Manuaba, IBG. (1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC.

Notrou P, 2007, Tingkat Kalsium Tinggi dapat Naikkan Risiko Kanker Prostat. Dalam:Antara
News

Anda mungkin juga menyukai