Anda di halaman 1dari 7

FANATIK

Oleh : Bertrand Russell

Perjuangan yang sangat sengit antara berbagai golongan manusia itu disebabkan oleh
beberapa perbedaan kepentingan ekonomi, keturunan atau kepercayaan. Dalam perang dunia I,
kepentingan ekonomilah yang terutama tersangkut; perang dunia II, kepentingan ekonomi dan
faham. Dalam perang dunia III, jikalau ini terjadi, akan meliputi ketiga kepentingan di atas. Saya
bermaksud unutk mengemukakan berbagai faham sebagai sumber konflik, pertama-tama secara
historis dan kemudian keadaannya di waktu ini.

Perkataan “ideologi” yang menjadi umum itu, berarti sesuatu yang sama seperti dahulu
diartikan “faham”. Suatu “ideologi” boleh diberi definisi sebagai suatu sistem kepercayaan yang
diarahkan kepada satu garis dari tindakan, baik bersifat umum ataupun prive, dan bila ia politis
dianggap penting maka disokong dengan adanya kependetaan atau semacam analogi. Perkataan
itu menjadi biasa dipergunakan Napoleon yang dimaksudkan pada apa yang disebut
“ideologues”, karena pada waktu itu mereka kebanyakan kaum republikein. Saya akan
pergunakan perkataan “ideologie” sebagai sinonim perkataan “faham”, tetapi kurang
mengandung definisi yang dogmatis. Orang bisa berkata “ideologi” kapitalisme Amerika, tetapi
akan berarti perkataan yang disebut dengan “faham”.

Beberapa musuh komunisme sedang mencoba menciptakan suatu ideologi untuk negara-
negara Atlantik, dan untuk maksud ini mereka telah mendapatkan apa yang mereka sebut “nilai
Barat”. Semuanya ini dimaksud untuk mengisi toleransi, penghargaan kemerdekaan individual
dan cinta sesama. Saya khawatir pandangan ini sama sekali tidak historis. Jika kita membanding
Eropa dengan lain benua, maka akan terbukti bahwa Eropa, sebagai benua yang sedang dibikin
sakit. Gangguan ini hanya dapat berhenti sesudah percobaan sia-sia yang lama dan pahit; ia akan
terus berlangsung selama baik kaum Protestan maupun Khatolik mempunyai harapan menyapu
bersih partai oposisi. Record bangsa Eropa dalam hal ini jauh lebih hitam daripada orang Islam,
India, atau Tionghoa. Apabila Barat dapat menuntut superioritas, maka bukanlah di dalam nilai
moral, melainkan dalam pengetahuan dan teknik.
Buku pengadilan senantiasa berkata; “Dan benua itu hanya tinggal 40 tahun”. Benua
Eropa tinggal 99 tahun, dari 1815-1914. Benar srering terjadi perang Turki-Rusia, perang Boer
dan perang Rusia-Jepang; tetapi tidak seorangpun yang pada waktu itu menampakkan bencana
yang dahsyat, dan tidak seorangpun menimbulkan perasaan tidak aman yang umum seperti
sekarang mengintai kita semua sekalipun dalam angan-angan.

Saya baru berusia 42 tahun, ketika ketenangan ini berakhir. Semua yang mengalami
waktu itu hampir dengan tidak sadar menganggap sudah semestinya abad ke-19 memberikan
contoh kepada waktu yang akan datang. Perubahan-perubahan besar terjadi dan hampir semua
itu menjadi rahmar; sedang kita terus mengharap perubahan yang semacam itu. Praktek toleransi,
kemerdekaan dan kegembiraan tersebar dengan cepat dan menakjubkan. Tidak seorangpun
berpikir bahwa abad ke-19 sebagai satu selingan yang sebentar saja diantara dua abad-abad yang
gelap. Dengan menoleh ke belakang, sungguh-sungguh kita menghadapi masa yang
menyusahkan; kelebihan pendudu, lebih sempitnya derah-daerah produksi bahan makanan,
persaingan yang sengit karena industrialisme berbagai negara yang semua ingin berkuasa,
gandrung intelektualisme pada negara-negara yang berlainan adat dan keadaannya karena ide-ide
negara-negara Barat. Semuanya itu kita harus menghadapi, akan tetapi apabila datang perang kita
tidak lagi dalam keadaan tidak bersedia, baik intelek ataupun menurut angan-angan saja. Ahli-
ahli negara tidak bisa lagi mempergunakan teori-teori lama, tetapi juga tidak memikirkan yang
baru. Bangsa-bangsa telah menjadi buta dan bodoh. Bila kita ingin mengerti jaman kita ini, maka
kita harus mendapat kuncinya, tidak di abad ke-18 atau ke-19, tetapi pada saat-saat yang
terdahulu, saat-saat yang lebih luas dan saat-saat yang lebih gelap.

Fanatik yang menjadi karakter partai Komunis sekrang ini timbul dari kombinasi dua
kekuatan; ajaran-ajaran Marx dan tradisi Rusia.

Kekuatan ajaran yang dinamis, baik pada Marx maupun pengikut-pengikutnya berasal
dari kebencian – yang sebenarnya tidak logis, selama (menurut pendapatnya) kejahatan-
kejahatan kaum kapitalis itu dibenci, dan tidak karena kejahatan-kejahatan individu mereka.
Pandangan ini sebagian besar berasal dari studi pekerja pabrik Inggris 40 tahun yang lalu – masa
buruh kanak-kanak dan wanita yang mengerikan akibat Undang-undang Gandum (Corn Laws).
Karenanya benci adalah reaksi yang sewajarnya, tetapi Marx telah menanamkannya menjadi
prinsip kosmis dan sumber semua kemenangan. Sudah tentu kelas yang memiliki, dimana saja ia
berada, menjadi ketakutan reaksi yang merusak, dan liberalisme yang kabur dalam pertengahan
abad ke-29 itu memberi jalan kepada pandangan yang lebih kejam lagi.

Ada logika yang dingin pada Marx yang merupakan ingatan Calvin. Kemajuan manusia
tidak dapat dihalangi, dan sebgai kemauan manusia yang bebas adalah seperti gerakan planet-
planet di langit. Kekuatan yang membawa perubahan masalah sosial adalah konflik kelas-kelas.
Sesudah revolusi proletar maka hanya akan ada satu kelas, dan karenanya perubahan akan
berhenti; manusia akan terus hidup bahagia selama-lamanya, seperti berakhirnya cerita yang
bagus. Tetapi Marx yang lebih kasihan daripada Calvin, bermaksud membiarkan penderitaan
mereka sampai mati.

Langgam primitif yang ajaib ini telah dipraktekkan pada manusia yang malang, sama
seperti tuntutan Kristen terhadap budak-budak di jaman Roma. Hal ini akan membawa harapan
pembalikkan yang besar dimana kaum yang tertindas akan menjadi bahagia, berkuasa dan, --
lebih daripada itu semua – membalas dendam. Menurut kitab yang baru, maka mula-mula akan
terjadi pada kaum pekerja industri di negara-negara yang paling maju, yaitu Inggris dan
Amerika. Tetapi di Amerika upah buruh selalu lumayan (kecuali kaum imigran dan kulit
berwarna), dan di Inggris kemakmuran upah pekerja naik dengan cepat sejak pertengahan kedua
abad ke-19. Dalam dua negara ini, Marx hanya sedikit mendapat pengikut. Ia berhasil di Jerman,
tetapi juga disana upah mulai naik. Di Rusia-lah waktu itu sebagai negara besar yang paling
terbelakang dan sedikit industrialisasinya., mula-mula pengikut Marx mencapai kemenangan
dalam pemerintahan.

Ketika komunis menjadi fanatik bangsa Rusia, sedikit demi sedikit mengalami peralihan.
Ketika saya masih muda, saya kenal Bebel dan Liebnecht yang menjadi pemimpin-pemimpin
Partai Marxis di Jerman. Keduanya orang humanis yang baik, yang psychologis mirip dengan
kaum radikal lainnya di waktu itu. mereka tidak membenci musuh politiknya; mereka berbicara
dengan Kaisar dengan perkataan-perkataan yang baik. Mereka yakin, bahwa hari depan ada
ditangannya, tapi juga para reformer lainnya, -- seperti kaum vegetarian (orang yang
mengutamakan makan tumbuh-tumbuhan), kaum yang pantang minum keras, kaum Pasific,
kaum Armenia, Patrio-patrio Macedonia dll. Waktu itu kepercayaan ini menjadi
optimisme/sebagian abad ke-19, yang tidak ada karakter balas dendam yang fantastis. Waktu itu
kaum Marxis Jerman yang saya kenal sama seperti orang-orang kebanyakan; orang tidak kenal
perangai benci dan kejam pada mereka yang menjadi karakter kaum komunis sekarang.

Komunisme modern telah dibawa oleh dua orang, Lenin dan Stalin. Lenin lama hidup di
bArat, karenanya ia banyak kolega. Ia tidak bermaksud mengenalkan komunisme hanya di
Rusia, tetapi di negara-negara Barat. Dalam soal ini ia lebih dekat kepada Marx daripada Stalin.

Tetapi Rusia sangat berlainan daripada negara-negara Barat, dan apa yang terjadi
bukanlah apa yang ada pada kpikiran Marx. Rusia besar jumlah buta hurufnya; autokrasi Tsar
telah membiasakan rakyat pada pemerintahan autokrasi pula; gereja lebih takhluk kepada negara
daripada di negara-negara Barat; tahayul merajalela seperti di Eropa Barat pada abad
pertengahan. Itu semua membari kelonggaran pada apa yang disebut diktator proletariat, yang
sebenarnya diktator di lingkungan Partai komunis. Lenin senantiasa tidak kasar, sekalipun ada
pengalaman perang sipil. Bahaya-bahaya keadaan mempercepat kembalinya negara autokrasi
dan negara polisi, dimana negara dibiasakan demikian sebelum Revolusi.

Dengan datangnya Stalin, rezim Soviet masuk dalam fase baru. Lenin adalah seorang
kosmopolitan, yang hidup di negara-negara Barat dan tak mempunyai perasaan yang istimewa
terhadap Rusia. Stalin hanya tahu Rusia, dan tidak mempunyai penghargaan kepada Barat. Ia
melikuidir Bolshewisme Kuno, dan menyerahkan petriotisme Rusia yang tradisional untuk
menolong ideologi Komunis. Ini sama seperti masa Elizabeth dahulu, patriotisme bergandengan
dengan Protestanisme, demikian pula patriotisme Rusia Stalin bergandengan dengan
Komunisme. Selama bangsa Rusia terpelihara sifat-sifat patriotisnya, maka kekuatan rezim akan
lebih besar. Tetapi harus diakui, bahwa Rusia di bawah Stalin mendapat kemajuan yang
menakjubkan. Komunisme sekarang mengawasi Tiongkok, negara-negara Balkan, Polandia dan
sebagian besar daerah Jerman, dan ada alasan untuk mendapat kemajuan lebih jauh di daerah
Asia.

Tidak pernah ada kemajuan yang begitu cepat dan mengherankan seperti kemajuan
komunisme, semenjak bangunnya Islam. Tidak heran kalau sisa-sisa negara lainnya di dunia
bertanya sendiri apakah ada yang mampu diletakkan untuk membatasi kekuasaan Soviet di dunia
ini.
Sepuluh tahun yang lalu, ideologi fanatik yang lain, yaitu Fasisme, hampir mendekati
komunisme sekarang. Fasisme telah dikubur tetapi mungkin hanya sementara,. Pada suatu ketika
tangan fanatik yang memperkenalkannya akan siap untuk menciptakan keadaan yang sama.
Kaum Nazi berkuasa di Jerman disebabkan oleh kekikiran akibat depresi besar yang dengan
sendirinya disebabkan oleh kebodohan fanatik dari kaum reaksioner Amerika. Jika Amerika
sekali lagi mengejar politik ekonomi seperti 20 tahun yang lalu, maka tentu tidak mungkin
kebodohan yang tenggang itu akan merata di negara-negara lain.

Fanatikisme yang menguasai pemerintahan adalah berbahaya, karena sedikit


kemungkinannya bisa kerja sama dengan lain golongan. Kaum Nazi dan Komunisme sama-sama
membuat perjanjian dan persetujuan-persetujuan yang nampak tidak berguna bagi dunia luar,
karena fanatisme mereka menyebabkan tidak adanya kepercayaan baik yang dapat ditanggung.
Maka suatu pemerintahan dunia akan tidak mungkin, kecuali Komunisme harus lenyap atau ia
menguasai seluruh dunia. Kita harapkan bahwa fanatisme itu akan berkurang, dan bahwa
fanatisme yang memusuhi di Amerika tidak menjadi halangan yang sama untuk mengadakan
kerja sama.

Untuk mengobati fanatisme, kecuali penyimpangan yang ganjil dari perseorangan


diperlukan tiga hal; keamanan, kemakmuran dan pendidikan liberal.

Kurang keamanan sekarang terdapat dimana-mana. Kita telah mendengar dengan


perasaan negeri tentang bom-bom hiderogen dan perang kuman; dan kita semua tahu bahwa
perang bisa pecah setiap saat. Suasana tetor menyebabkan manusia masuk ke alam tahayul dan
bentuk-bentuk intoleransi yang sangat membahayakan. Jika fanatisme kurang subur, baik di
Rusia maupun dimana saja, langkah pertama harus mencari jalan memberantas ketidakamanan.
Ini sangat susah dalam keadaan politik dunia sekarang, tetapi harus dilaksanakan apabila
penyakit itu akan dapat dicegah.

Di Barat, umumnya kemakmuran diakui sebagai alat preventif yang baik terhadap
fanatisme Komunisme, tetapi tidak seorang yang menarik konklusi bahwa hal itu baik, karena
Rusia juga makmur. Yang mungkin dilakukan ialah membelokkan perhatian bangsa Rusia
kepada kemajuan bangsanya sendiri. Saya mengakui bahwa bangsa Rusia sangat sukar
melakukannya, tetapi ini harus terjadi untuk mengambil waktu dan sabar dalam mengusir
kecurangan-kecurangan.
Pendidikan liberal adalah yang paling sukar untuk mencapai ketiga permintaan di atas.
Bangsa Rusia tidak akan memilikinya; Amerika menjadi kurang tahun demi tahun. Ingat saja
soal Dr. Lattimore, yang dituduh pengkhianat karena mengatakan tentang Tiongkok apa yang
tiap orang tahu, bahwa itu adalah benar. Dalam soal ini tidaklah akan ada perbaikan sehingga ada
keamanan paling sedikit beberapa tahun lagi. Untuk mewujudkannya pada kedua pihak, maka ini
adalah kewajiban ahli-ahli begara sekarang ini.

Tetapi bagaimana dilaksanakannya? Harus ada perubahan; kita harus terus menunjukkan
bagaimana bencana pada kedua pihak akan terjadi, bukan bagaimana kita mencapai kemenangan
atau bagaimana kemenangan yang kita inginkan. Di Barat dimana ada kemungkinan diskusi
dengan bebas, orang-orang penting terutam ahli-ahli ilmu pengetahuan dari semua aliran politik,
harus bertemu bersama dalam diskusi mereka, harus disetujui bahwa seseorang jangan
mengemukakan soal; sistem mana yang baik, Rusia atau Amerika. Apa yang harus dijelaskan
ialah; pertama, jika ada perang, sekalipun satu pihak menang 100% (tapi ini tidak mungkin),
yang menang itu akan menjadi lebih buruk keadaannya daripada jikalau tidak ada alasan, kecuali
dengan saling curiga; kedua, kenapa dua macam rezim itu tidak berdampingan dengan damai;
ketiga, mungkin hidup membagi-bagi dunia, asal pihak yang satu bebas di wilayahnya, dan harus
setuju tidak akan mengadakan intervensi. Bilamana di Barat orang-orang terkemuka dari
kalangan berbagai aliran politik, termasuk juga kaum komunis, menyetujui saran-saran itu, maka
beralasan sekali adanya harapan bahwa pemerintah-pemerintah, di luar dan di dalam Tirai Besi,
akan mempelajari usul-usul itu dengan teliti, dan mungkin akan bisa mencapai dasar persetujuan.
Alternatifnya adalah penyakit, bukan untuk golongan ini atau itu, tetapi untuk kemanusiaan.

Jika sekali ancaman perang dapatdisingkirkan, maka saya yakin akan ada perbaikan yang
cepat. Rusia akan nampak kurang liberal, dan intoleransi di Amerika juga akan susut. Apabila
perdamaian tercapai, maka harus ada pemerintahan dunia. Memang banyak kesukaran, dan saya
tidak yakin dapat diatasi dalam waktu kurang dari 50 tahun. Bagaimanapun juga perdamaian
harus dicari dengan cara dan akal yang layak dan realisasi yang umum daripada apa yang
menjadi tanggungan kemanusiaan. Dunia telah belajar arti ekonomi; perbedaan bangsa harus
diperlakukan sama; dan toleransi harus ada mengingat perbedaan faham. Jika tidak terjadi perang
besar, maka tendens yang sewajarnya mungkin memperbaiki masalah-masalah itu. Tetapi jika
mungkin mengadakan pemerintahan dunia yang stabil, maka manusia bisa memasuki pintu
gerbang kemakmuran dan kesejahteraan.

(Terjemahan: Moeljadi dari “World Review”)

Anda mungkin juga menyukai