Anda di halaman 1dari 19

1.

ANATOMI FISIOLOGI VASKULARISASI PEMBULUH DARAH

Anatomi Pembuluh Darah Otak


Otak diperdarahi dan di suplai dari dua pasang arteri yaitu arteria vertebralis dan
arteria karotis interna. Arteri-arteri ini berasal dari aorta, aorta ini mempuyai tiga
cabang, sebelah kanan membentuk satu cabang dan sebelah kiri membentuk dua cabang.
Cabang aorta sebelah kanan bernama arteri bracheocephalis , sedangkan cabang aorta
sebelah kiri bernama arteri subklavia kiri dan arteri karotis komunis kiri.
Arteri bracheocephalis kemudian membentuk dua cabang arteri lagi yaitu arteri
karotis komunis kanan dan arteri subklavia kanan. Arteri subklavia kanan akan
membentuk percabangan yaitu arteri vertebral kiri, sedangkan arteri karotis komunis
kanan akan membentuk percabangan sejajar dengan pita suara pada laring menjadi arteri
karotis eksterna dan arteri karotis interna. Arteri karotis eksterna akan memperdarahi
bagian wajah, lidah, dan laring sedangkan arteri karotis interna memasuki cranial cavity
melalui foramen karotis di tulang temporal memperdarahi bola mata dan struktur orbita
serta telinga, sebagian besar serebrum, pituitary.lalu akan terus menuju otak dan
membentuk percabangan sejajar dengan kiasma optikus yaitu membentuk arteri serebri
media dan arteri serebri anterior. Arteri serebri media akan memperdarahi bagian
temporalis, parietalis, frontalis serta permukaan lateral serebrum dan bagian white matter.
Sedangkan arteri serebri anterior akan memperdarahi sebagian frontalis, parietalis serta
permukaan medial serebrum dan grey matter.
Arteri vertebra kanan masuk melalui ke 6 foramen-foramen dari servikal menuju
otak melalui foramen magnum untuk mencapai bagian permukaan inferior otak, sejajar
dengan pons dan medula oblongata bersatu dengan arteri vertebra kiri untuk membentuk
arteri basilaris , memperdarahi serebelum, pons dan telinga dalam.
Di dalam kranium, Seluruh Arteria karotis interna dan vertebrobasilaris
keduanya disatukan oleh pembuluh-pembuluh anastomosis yang membentuk sirkulus
Willisi. Arteri serebri anterior kanan dan kiri bersatu sepanjang artery basilaris dan
dihubungkan oleh arteri komunikan anterior. Sedangkan arteri serebri media dan arteri
basalis posterior digabungkan oleh artery komunikan posterior sehingga membentuk
lingkaran yang lengkap. Dalam sirkulus Willisi terdapat pembuluh kolateral yang muncul
jika suplai darah di dalam otak tidak adekuat.
Arteri Karotis Eksterna
Arteri karotis eksterna meruipakan percabangan dari arteri karotis komunis pada region region
midservikal. Bagian proksimal dari arteri ini berjalan anteromedial arteri karotis interna, namun
selaras berjalan naik arteri ini menuju posteromedial untuk mensuplai bagian-bagian wajah.
Arteri karotis eksterna mempunyai Sembilan cabang utama, yaitu sebagai berikut :5
1. Arteri tiroid superior, mensuplai darah untuk laring dan bagian-bagian tiroid.
2. Arteri pharyngeal asending, mensuplai darah untuk meningen, telinga tengah, nervus
cranial bawah, dan nervus servikal bagian atas.
3. Arteri lingualis, mensuplai darah untuk lidah dan faring
4. Arteri fasialis, mensuplai darah untuk wajah, palatum, dan faring
5. Arteri oksipitalis, mensuplai darah untuk bagian muskulokutaneus dari SCALP dan leher.
6. Arteri auricularis posterior, mensuplai darah untuk SCALP, kavum timpani, pinna, dan
glandula parotis.
7. Arteri maksilaris, merupakan cabang terbesar yang mempunya tiga bagian mayor yang
masing-masingnya mempunyai cabang-cabang sendiri. Cabang paling pentingnya adalah
arteri meningen media, yang sering terjadi laserasi pada truma kepala dan mengakibatkan
epidural hematom.
8. Arteri fasialis transversum, yang bersama arteri fasialis mensuplai darah untuk area
buccal.
9. Arteri temporalis superfisialis, merupakan cabang terkecil yang mensuplai darah 1/3
depan dari SCALP dan bagian wajah.
Cabang-cabang arteri karotis interna beserta fungsinya, yaitu :5
1. Pars petrosa
- Arteri karotikotimpani, memperdarahi bagian anterior dan medial dari telinga tengah.
2. Pars kavernosa
- Arteri kavernosa, memperdarahi hipofifis dan dinding sinus kavernosus
- Arteri hipofise, memperdarahi hipofise
- Arteri semilunaris, memperdarahi gangglion semilunaris
- Arteri meningea anterior, memperdarahi duramater, fossa kranialis anterior
3. Pars supraklinoid
- Arteri oftalmika, memperdarahi mata, orbita, struktur wajah yang berdekatan.
- Arteri khoroidalis anterior, memperdarahi pleksus khoroideus, ventrikulus lateral dan bagian
yang berdekatan.
- Arteri komunikan posterior, dengan cabang-cabang ke hipotalamus, talamus, hipofise, khiasma
optika, dan lain-lain.
4. Pada bagian akhir arteri karotis interna
- Arteri serebri anterior, memperdarahi korteks orbitalis, frontalis, dan parietalis serta cabang
sentralis. Cabang-cabang dari arteri serebri anterior yaitu :
a. Arteri striata media / arteri rekuren Heubner
b. Arteri komunikans anterior
c. Arteri frontopolaris, memperdarahi korteks lobus frontalis pada permukaan median,
superior, superior permukaan lateral.
d. Arteri perikallosal
e. Arteri kallosomarginalis
f. Arteri parietalis
- Arteri serebri media, memperdarahai korteks orbitalis, frontalis, parietal, dan temporal serta
cabang sentralis. Cabang-cabang dari arteri serebri media yaitu :
a. Arteri lentikulostriata dengan cabang kecil ke ganglia basalis.
b. Arteri frontalis asendens
c. Arteri pre-rolandika
d. Arteri perietalis anterior
e. Arteri parietalis posterior
f. Arteri angularis, memperdarahi sakkus lakrimalis, kelopak mata bawah dan hidung.
g. Arteri parietotemporalis, memperdarahi kulit kepala dan regio parietal.
h. Arteri temporalis posterior dan anterior memperdarahi kortek permulaan lateral dari lobus
temporalis.

Sistem Anastomose (Sirkulus Arteriosus Willisi)


Meskipun sistem karotis dan sistem vertebrobasiler merupakan dua system arteria terpisah yang
mengalirkan darah ke otak, tetapi keduanya disatukan oleh pembuluh-pembuluh anastomosis
yang membentuk sirkulus arteriosus Willisi. Arteri serebri posterior dihubungkan dengan arteri
serebri media (dan arteri serebri anterior) lewat arteri komunikan posterior. Kedua arteri serebri
anterior
dihubungkan oleh arteri komunikan anterior sehingga terbentuk lingkaran yang lengkap. Dalam
keadaan normal, aliran darah dalam arteri komunikan hanyalah sedikit. Arteri ini merupakan
penyelamat bilamana terjadi perubahan tekanan arteri yang dramatis. Cabang-cabang sistem
karotis dan vertebrobasiler juga mempunyai pembuluh-pembuluh penghubungan.
Fisiologi :
 Sistem karotis berfungsi melayani kedua hemisfer otak
 Sistem vertebra-basilaris berfungsi memberi darah bagi batang otak,serebelum dan
bagian posterior hemisfer.
 Aliran darah di otak (ADO)dipengaruhi 3 faktor:
1.Tekanan untuk memompakan darah dari sistem arteri-kapiler ke sistem vena
2. Tahanan (perifer) pembuluh darah otak
3. faktor darah sendiri yaitu: viskositas darah dan koagulobilitasnya (kemampuan untuk
membeku)
Gangguan peredaran darah otak dapat menimbulkan jejas atau cedera pada otak melalui empat
mekanisme yaitu:
1. Penebalan dinding arteri serebral yang menimbulkan penyempitan atau penyumbatan
lumen sehingga aliran darah dan suplainya ke sebagian otak tidak adekuat, serta
selanjutnya akan mengakibatkan perubahan –perubahan iskemik otak. Bila hal ini terjadi
sedemikian hebatnya, dapat menimbulkan nekrosis (infark).
2. Pecahnya dinding arteri cerebral akan menyebabkan bocornya darah ke jaringan
(haemorrhagi).
3. Pembesaran sebuah atau sekelompok pembuluh darah yang menekan jaringan otak
(misalnya: malformasi angiomatosa, aneurisma).
4. Edema cerebri yang merupakan pengumpulan cairan di ruang interstisial jaringan otak.
5. Berhubungan erat dengan terbentuknya aterosklerosis (ateroma) atau arteriolosklerosis.
6. Aterosklerosis terjadi melalui mekanisme :
1. Menyempitkan lumen pembuluh darah à insufisiensi aliran darah
2. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya trombus atau perdarahan
aterom
3. Merupakan terbentuknya trombus yang kemudian terlepas sebagai emboli
4. Menyebabkan pembuluh darah menjadi lemah dan terjadi aneurisma yang
kemudian dapat robek
2. DEFINISI

Cerebrovascular Disease (1989) adalah suatu gangguan disfungsi neurologist


akut yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah, dan terjadi secara mendadak
(dalam beberapa detik) atau setidak-tidaknya secara cepat (dalam beberapa jam) dengan
gejala-gejala dan tanda-tanda yang sesuai dengan daerah fokal otak yang terganggu
(WHO, 1989).
Sedang definisi stroke menurut WHO Monica Project adalah manifestasi klinis
dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun menyeluruh (global) yang berlangsung
dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakir dengan kematian, tanpa
ditemukannya penyebab selain dari pada gangguan vascular (cit. Lamsudin, 1998)
Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat,
berupa defisit neurologis fokal dan/atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau
langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan gangguan peredaran
darah otak non traumatik (Mansjoer,2000)
Jadi stroke adalah kelainan fungsi otak yang terjadi dalam kurun waktu 24 jam
akibat gangguan vaskuler.

a. Etiologi
Etiologi berdasarkan penyebabnya dibagi dua :
a. Stroke hemoragik akibat pecahnya arteri dan terjadinya perdarahan arteri otak
terdiri dari perdarahan intraserebral dan perdarahan suvaeachnoid
b. Stroke non hemoragik karena tersumbatnya arteri otak.

(Sidharta, 1979)

Perbedaan stroke hemoragi dan non hemoragik :

Gejala klinis PIS PES NON


HEMORAGIK

1. Defisit fokal 1. Berat 1. RingaN 1. Berat


2. Onset 2. Menit/jam 2. 1-2 menit Ringan
3. Nyeri kepala 3. Hebat 3. Sangat hebat 2. Pelan
4. Muntah pada 4. Sering 4. Sering (jam/hari)
awalnya 5. Hampir selalu 5. Biasanya 3. Ringan
5. Hipertensi 6. Ada tidak 4. Tidak,
6. Penurunan 7. Jarang 6. Ada kecuali
kesadaran 7. Ada lesi di
7. Kaku kuduk batang otak
5. Sering kali
6. Tidak ada
7. Tidak ada

b. factor resiko

TIDAK FAKTOR YANG DAPAT DIUBAH FAKTOR YANG


DAPAT MASIH
DIUBAH DITELITI
Umur Hipertensi Kurang gerak
Kegemukan

Jenis kelamin Kadar lemak ↑ Diet


a. Hiperlipidemia
b. Hipercholesterol
c. hipertrigliserid
Ras DM Stress

Faktor Penyakit jantung Sosial ekonomi


keluarga/
keturunan.

Lokasi Merokok & alkohol Obat – obatan


geografis

c. klasifikasi dan manifestasi klinis


1. Berdasarkan kelainan patologis
a. Stroke hemoragik
Pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan keluarnya darah ke jaringan
parenkim otak, ruang cairan serebrospinalis disekitar otak atau kombinasi
keduanya. Perdarahan tersebut menyebabkan gangguan serabut saraf otak
melalui penekanan struktur otak dan juga oleh hematom yang menyebabkan
iskemia pada jaringan sekitarnya. Peningkatan tekanan intracranial pada
gilirannya akan menimbulkan herniasi jaringan otak dan menekan batang otak

1) Perdarahan intra serebral


Perdarahan intraserebral merupakan perdarahan pada arteri serebral ke dalam
jaringan otak sehingga ditemukan gejala yang mirip stroke iskemik. Stroke
ditemukan pada 10% dari seluruh kasus stroke, terdiri dari 80%
di hemisfer otak dan sisanya di batang otak dan serebelum.3
Gejala klinis :
 Onset perdarahan bersifat mendadak, terutama sewaktu melakukan
aktivitas dan dapat didahului oleh gejala prodromal berupa peningkatan
tekanan darah yaitu nyeri kepala, mual, muntah, gangguan memori,
bingung, perdarhan retina, dan epistaksis.
 Penurunan kesadaran yang berat sampai koma disertai
hemiplegia/hemiparese dan dapat disertai kejang fokal / umum.
 Tanda-tanda penekanan batang otak, gejala pupil unilateral, refleks
pergerakan bola mata menghilang dan deserebrasi
 Dapat dijumpai tanda-tanda tekanan tinggi intrakranial (TTIK), misalnya
papiledema dan perdarahan subhialoid.
(WHO 2005)

2) Perdarahan ekstra serebral (subarakhnoid)


Perdarahan subarakhnoid adalah suatu keadaan dimana terjadi perdarahan di
ruang subarakhnoid yang timbul secara primer.
Gejala klinis :
 Onset penyakit berupa nyeri kepala mendadak seperti meledak, dramatis,
berlangsung dalam 1 – 2 detik sampai 1 menit.
 Vertigo, mual, muntah, banyak keringat, mengigil, mudah terangsang,
gelisah dan kejang.
 Dapat ditemukan penurunan kesadaran dan kemudian sadar dalam
beberapa menit sampai beberapa jam.
 Dijumpai gejala-gejala rangsang meningen
 Perdarahan retina berupa perdarahan subhialid merupakan gejala
karakteristik perdarahan subarakhnoid.
Gangguan fungsi otonom berupa bradikardi atau takikardi, hipotensi atau
hipertensi, banyak keringat, suhu badan meningkat, atau gangguan
pernafasan
(WHO 2005)

b. Stroke non-hemoragik (stroke iskemik, infark otak, penyumbatan)


1) Stroke akibat trombosis serebri
Terjadi karena tersumbatnya lumen pembuluh darah otak yang disebabkan oleh
thrombus yang makin lama makin menebal sehingga aliran darah tidak lancar
dan menyebabkan iskemik. (JAPPARDI, 2002)Dan ini dapat terjadi pada satu
atau lebih pembuluh darah local (CAPPLAN 2000)
2) Emboli serebri
Infark iskemik dapat terjadi akibat adanya lesi atheromatus yang terletak pada
pembuluh darah distal, gumpalan kecil dapat terlepas dari thrombus yang lebih
besar dan dibawa ke tempat tempat dalam aliran darah, dan bila embolus
mencapai arteri yang terlalu sempt untuk dilewati maka aliran darah terhenti.

3) Hipoperfusi sistemik
Pengurangan perfusi sistemik dapat mengakibatkan kondisi sistemik karena
kegagalan pompa jantung atau proses perdarahan hipovolemik (CAPPLAN
2000)

2. Berdasarkan waktu terjadinya


1) Stroke In Evolution (SIE) / Progressing Stroke
Stroke bias bertambah buruk dalam beberapa jam sampai 1-2 hari akibat
bertambah luasnya jaringan otak (STROKE IN EVOLUTION)
2) Completed stroke
Adalah kelainan neurologis yang telah menetap dan tidak berkembang lagi
(JUNAIDI, 2006)
d. komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi setelah serangan stroke adalah:

(1) kejang pada pasien pasca stroke sekitar 4-8 %,


(2) Trombosis Vena Dalam (TVD) sekitar 11-75 % dan Embboli
Pulmonum sekitar 3-10 %,
(3) perdarahan saluran cerna sekitar 1-3 %,
(4) dekubitus,
(5) pneumonia,
(6) stress,
(7) bekuan darah,
(8) nyeri pundak dan subluxation (Junaidei, 2006).

e. Diagnose banding

 Stroke hemoragik
Stroke hemoragik bisa disebabkan perdarahan intra serebral (PIS) atau perdarahan
sub arachnoid (PSA). Penurunan kesadaran maupun parese pada stroke hemoragik
terjadi secara tiba-tiba dan terjadi pada saat pasien beraktivitas.
 Transient iskemik attack
Merupakan serangan iskemik otak yang bersifat sementara. Defisit neurologiknya
bersifat sementara akibat gangguan peredaran darah otak, timbul mendadak dan
menghilang dengan cepat (<24 jam) tanpa gejala sisa secara klinis.
3. PENGKAJIAN
A. ANAMNESIS

Identitas Klien

1. Nama : Tn. A
2. Jenis Kelamin : 67 tahun
3. Pendidikan : Tidak dapat dikaji
4. Alamat : Tidak dapat dikaji
5. Pekerjaan : Tidak dapat dikaji
6. Agama : Tidak dapat dikaji
7. Suku bangsa : Tidak dapat dikaji
8. Tanggal dan jam MRS : Tidak dapat dikaji
9. No. Register : Tidak dapat dikaji
10. Diagnosa medis : Non Hemoragik Stroke
11. Keluhan Utama : Tidak dapat dikaji

DO :
DS : Penurunan kesadaran, Iskemik

Riwayat penyakit sekarang : Hipertensi dan dyslipidemia.


Riwayat penyakit dahul : Tidak dapat dikaji.
(Seperti hipertensi,
diabetes melitus, penyakit jantung,
anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi
oral yang lama, penggunaan obat-obatan
anti koagulan, dan kegemukan).
Riwayat penyakit keluarga : Tidak dapat dikaji.
(Seperti diabetes, hipertensi, stroke)

Pengkajian psikososiospiritual : Tidak dapat dikaji


(Seperti kecemasan, keuangan, dan
interaksi klien dengan Tuhan dan
masyarakat)

B. PEMERIKSAAN FISIK
a) Keadaan umum :

Kejang. (umumnya mengalami penurunan kesadaran, gangguan bicara, tekanan darah


meningkat, denyut nadi irreguler).

1. B1 (Breathing) : Tidak dapat dikaji


(Pada inspeksi didapatkan klien batuk, penggunaan
otot bantu napas, dan peningkatan frekuensi
pernapasan. Pada auskultasi didapatkan
ronkhi).
2. B2 (Blood) : Tidak dapat dikaji
(Tekanan darah meningkat > 200 mmHg)
3. B3 (Brain) : Tidak dapat dikaji
(Seperti defisit neurologis. Pengkajian yang dapat
dilakukan adalah pengkajian tingkat kesadaran
dengan menggunakan GCS, pengkajian fungsi
serebral, pengkajian saraf kranial, pengkajian
sistem motorik, pengkajian refleks, dan pengkajian
sistem sensorik).
4. B4 (Bladder) : Tidak dapat dikaji.
(Seperti inkontinensia urine)
5. B5 (Bowel) : Tidak dapat dikaji.
(Seperti kesulitan menelan, nafsu makan menurun, dan
mual muntah pada fase akut. Pola defekasinya
konstipasi).
6. B6 (Bone) : Tidak dapat dikaji.
(Seperti kehilangan kontrol volunter terhadap gerakan
motorik adalah hemiplegia yaitu paralisis pada
salah satu sisi, hemiparesis yaitu kelemahan pada salah
satu sisi).
b) Pengkajian system motorik :
Tidak dapat dikaji (biasanya ditemukan kehilangan control volunteer terhadap gerakan
motorik)
 Inspeksi umum : tidak dapat dikaji
(biasanya terdapat hemiplegia, hemiparesis atau
kelemahan salah satu sisi tubuh dan tanda yang
lain)
 Fasikulasi : tidak dapat dikaji
(biasanya ditemukan pada otot ekstremitas)
 Tonus otot : tidak dapat dikasi
(biasanya didapatkan meningkat)
 Kekuatan otot : tidak dapat dikaji
(pada saat mengkaji dengan daerah yang sakit
biasanya didapati kekuatan otot 0)
 Keseimbangan dan koordinasi :
tidak dapat dikaji (biasanya didapati mengalami gangguan karena hemiparesi
dan hemiplegia)

C. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan Diagnostic Stroke


1. Computerized tomografi Scan (CT Scan) dapat memperlihatkan adanya
hematoma, infark dan perdarahan. Scan ini baik untuk meneliti lesi yang letaknya
dipermukaan
2. Fungsi lumbal untuk menunjukkan kelainan cerebro spinalis fluid (CSF). Tekanan
yang meningkat dan adanya cairan darah menunjukkan adanya hemorhagic.
3. Elektro Encephalography (EEG) menggunakan gelombang untuk menentukan lesi
spesifik
4. Angiografi (arteriografi) sangat esensial untuk memperlihatkan penyebab dan
letak ganguan otak, biasanya menggunakan arteri femoralis. Ada tidaknya oklusi,
rupture atau obstruksi dapat difisualisasi dengan alat ini.
5. Magnetik Resonance Imaging (MRI) dapat menampakkan daerah patologis

6. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan ini harus dilakukan secara berkala untuk mendeteksi penyebab-
penyebab stroke yang dapat ditangani atau mungkin penyebab lain yang dapat
menyerupai sroke.
 Pemeriksaan darah lengkap
Untuk menginvestigasi penyebab-penyebab yang mungkin dapat menyebabkan
stroke, seperti trombositosis, trombositopenia, polisitemia, anemia dan
leukositosis.
 Laju endap darah
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi vaskulitis
 Serum glukosa
Untuk melihat adanya hipoglikemia atau hiperosmolar nonketotik hiperglikemia
yang juga dapat memberikan tanda neurologic fokal sehingga akhirnya dapat
disalah persepsikan sebagai stroke.
 Serum kolesterol dan lipid
Peningkatan dari nilai ini menunjukkan factor resiko untuk stroke.
7. Elektrokardiogram
Elektrokardiogram dilakukan untuk mendeteksi infark miokard atau aritmia
jantung, misalnya atrial fibrilasi, yang merupakan factor predisposisi untuk resiko
emboli.

8. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena.


9. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal.
(DoengesE, Marilynn,2000).

D. ANALISA DATA
No Data Menyimpang Etiologi Masalah Keperawatan
.

1. DS : - Hipertensi Gangguan Perfusi


DO: Jaringan serebral
a. Penurunan Pecahnya Pembuluh darah arteri serebral
kesadaran
b. Iskemik Perdarahan jaringan otak (hemoragi)

Pembentukkan massa

Penekanan jaringan otak

Iskemia

Perfusi jaringan serebral

Gangguan perfusi jaringan serebral

2. DS: - Iskemia Resiko Gangguan


DO: - Mobilitas Fisik
Stroke

Lesi di frontal

Area 4 (brodman)

Kehilangan control volunteer

Hemiplegic & hemiparesis

Resiko Gangguan Mobilitas Fisik

3. DS: - Resiko TIK Resiko Bersihan Jalan


Nafas Tak Efektif
DO: -
Herniasi falk serebri & keforamen
magnum

Kompresi batang otakdepresi saraf cardio


dan respirasi

Koma

Silia tidak berfungsi maksimal

Reflek batuk

Akumulasi sekret

Resiko Bersihan jalan nafas tak efektif

4. DS: - Resiko TIK Resiko Gangguan Nutrisi


DO: -
Herniasi falk serebri & keforamen
magnum

Kompresi batang otakdepresi saraf cardio


dan respirasi

Koma

Intake Nutrisi tidak adekuat

Resiko gangguan Nutrisi

E.

Anda mungkin juga menyukai