Anda di halaman 1dari 22

PANDUAN PENYUSUNAN DOKUMEN

AKREDITASI

KOMISI AKREDITASI RUMAH SAKIT


2012
KATA PENGANTAR

i
Panduan Penyusunan Dokumen Akreditasi
Komisi Akreditasi Rumah Sakit 2012
Copyright@ 2014

RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun


Jalan Sutan Syahrir 17 Pangkalan Bun
Telp.(0532) 21404, Faks. 23581
http://rsudpbun.wordpress.com
E-mail : rsudpbun@gmail.com

ii
KATA PENGANTAR

Dalam pelaksanaan akreditasi rumah sakit sangatlah


diperlukan berbagai dokumen rumah sakit. Dokumen
tersebut dapat dalam bentuk regulasi maupun sebagai
bukti pelaksanaan kegiatan.
Untuk dapat terjadinya persamaan persepsi dalam
penyusunan dokumen yang terkait dengan pelaksaan
akreditasi rumah sakit, maka disusunlah Panduan
Penyusunan Dokumen Akreditasi ini.
Dengan adanya panduan ini, diharapkan dapat
membantu rumah sakit menyiapkan dokumen yang
merupakan bagian yang cukup penting dari proses
akreditasi rumah sakit. Pada dasarnya, dokumen akreditasi
terdiri dari 2 jenis, yaitu :
1. Regulasi yang terdiri dari kebijakan, pedoman/
panduan, prosedur dan program.
2. Bukti pelaksanaan kegiatan.
Semoga Buku Panduan Penyusunan Dokumen
Akreditasi ini dapat bermanfaat bagi rumah sakit dan
pihak-pihak lainnya yang terkait dengan penyelenggaraan
akreditasi rumah sakit.
Akhirnya saran dan koreksi demi perbaikan buku
Panduan ini sangat kami harapkan.
Terima kasih.

iii
SAMBUTAN KETUA KOMISI AKREDITASI RUMAH SAKIT
Panduan Pasien Risiko Jatuh
Panduan Manajemen Nyeri
Pedoman Pelayanan Laboratorium
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang PELAYANAN PASIEN Pedoman Pelayanan Radiologi
Maha Esa karena berkat rahmat dan ridho-Nya maka ‘Buku Pedoman Pelayanan Transfusi Darah
Panduan Penyusunan Dokumen Akreditasi Tahun 2012’ Pedoman Pelayanan Gizi RS
telah selesai. Buku panduan ini sangatlah penting untuk Panduan pelayanan pasien tahap terminal

membantu RS dalam menyusun dokumen akreditasi, yang


Pedoman Pelayanan Kamar Operasi
juga dalam upaya membangun sistem manajemen RS. Panduan Pelayanan anestesi
PELAYANAN ANESTESI &
BEDAH Panduan Pelayanan Bedah
Penyiapan dokumen sebagai regulasi merupakan hal
Panduan Pembuatan Laporan Operasi
pokok dalam akreditasi RS, karena merupakan acuan
dalam pelaksanaan pelayanan RS. Dalam Panduan
Penyusunan Dokumen Akreditasi ini dijelaskan dokumen MANAJEMEN & PENGGUNAAN
Pedoman Pelayanan Farmasi
yang harus dibuat oleh rumah sakit, dengan disertai OBAT
penjelasan penyusunannya sehingga memudahkan rumah
Panduan Standar Fasilitas
sakit dalam menyusun dokumen akreditasi.
Pedoman manajemen SDM :
KUALIFIKASI & PENDIDIKAN a. Panduan Penilaian Kinerja Profesional
Kepada Tim Penyusun saya mengucapkan terima STAF b. Panduan Penerimaan Staf
c. Panduan Persyaratan Jabatan
kasih atas jerih payahnya, semoga buku ini dapat d. Panduan Uraian Jabatan
memberikan manfaat bagi rumah sakit, surveior, e. Panduan Ketenagaan

pembimbing dan pihak-pihak lain yang terkait akreditasi Pedoman pelayanan K3


rumah sakit. Dan seperti buku panduan lainnya, evaluasi Panduan K3 Konstruksi

berkala terhadap buku panduan ini harus terus dilakukan MANAJEMEN FASILITAS & Panduan Pengelolaan Bahan & Limbah Berbahaya
Panduan Penanggulangan Kebakaran, Kewaspadaan Bencana &
KESELAMATAN
sesuai perkembangan program akreditasi rumah sakit. Evakuasi
Panduan Pembelian Alat Medis
Terima kasih. Panduan Pemeliharaan Alat Medis

KOMISI AKREDITASI RUMAH MANAJEMEN KOMUNIKASI Panduan Komunikasi Yang Efektif


& INFORMASI Pedoman Pelayanan Rekam Medis
SAKIT
Panduan Identifikasi Pasien
Ketua,
Panduan Komunikasi Yang Efektif
SASARAN KESELAMATAN
Panduan obat high alert, NORUM
PASIEN
Surgical Safety Checklist

Dr. dr. Sutoto, M.Kes. Panduan Hand Hygiene

Panduan penyelenggaraan PONEK 24 jam di RS


Pedoman pelaksanaan program RS sayang ibu dan bayi
Panduan pelayanan kesehatan BBLR dengan perawatan metode
MDGs kanguru
Panduan rawat gabung ibu dan bayi
Panduan pelayanan orang dengan HIV/AIDS (ODHA)
Panduan pelayanan TBC dengan strategi DOTS

iv 35
SIAPA, DIMANA, KAPAN ,BAGAIMANA, DAFTAR ISI
Unit terkait berisi unit-unit yg terkait & atau prosedur terkait dalam
proses kerja tsb
KATA PENGANTAR …........................................ iii
SAMBUTAN KETUA KOMISI AKREDITASI RUMAH SAKIT .. iv
DAFTAR ISI.................................................... v
BAB PANDUAN
BAB I : PENDAHULUAN............................... 1
BAB II : DOKUMENTASITASI AKREDITASI ............ 3
Panduan Skrining Pasien
BAB III : KEBIJAKAN DAN PEDOMAN/PANDUAN..... 5
Panduan TRIAGE
BAB IV : PROSEDUR .................................... 11
Panduan Identifikasi Pasien
Panduan Pendaftaran Pasien Rawat Jalan & Rawat Inap BAB V : PROGRAM..................................... 25
AKSES KE PELAYANAN & Panduan Praktik Kedokteran
BAB VI : PENUTUP ..................................... 32
KONTINUITAS PELAYANAN Panduan Penundaan Pelayanan Pasien
Panduan Informasi Pelayanan Pasien Lampiran 33
Panduan Pelayanan Unit Intensif
Panduan Pemulangan Pasien
Panduan Transfer (di dalam/ keluar RS) Pasien
Panduan Pelayanan Ambulance

Panduan Kebutuhan Privasi dan Perlindungan Harta


Panduan Perlindungan terhadap Kekerasan Fisik
HAK PASIEN & KELUARGA Panduan Penolakan Tindakan (Resusitasi) dan pengobatan
Panduan menanggapi keluhan
Panduan pelayanan kerohanian pasien

Panduan Asesmen Pasien :


a. Asesmen Medis
ASESMEN PASIEN b. Asesmen Keperawatan
c. Asesmen Nutrisi
d. Asesmen Nyeri

34 v
Lampiran :

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


Kotak Heading :
JUDUL SPO
diberi judul/nama SPO sesuai proses kerjanya, misal :
Konsultasi medis, Biopsi ginjal, Persiapan pasien
operasi,dsb
RUMAH SAKIT
nama & logo RS Halaman
(bila RS memp. No. revisi
No Dokumen diisi nomor
Logo) diisi dng status
diisi sesuai halaman dng
revisi, bisa
dng ketentuan mencantumkan
menggunakan
penomoran yg juga total
huruf (A…)atau
berlaku di RS halaman utk SPO.
angka (00…)
(1/5)

PROSEDUR
TETAP Ditetapkan
Tanggal terbit
diberi
diberi tanggal sesuai dng tanggal
penamaan Direktur
terbitnya yg harus sesuai dng
sesuai diberi tanda
tanggal diberlakukannya SPO
ketentaun tangan Direktur
tersebut
(istilah) yg dan nama jelas
digunakan RS,

Isi SPO
Pengertian berisi penjelasan & atau definisi tentang istilah yg mungkin
sulit dipahami atau menyebabkan salah pengertian
Tujuan berisi tujuan pelaksanaan SPO secara spesifik. Kata kunci :
“Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk
……………..”
Kebijakan berisi kebijakan (RS dan atau bidang/departemen) yg
menjadi dasar & garis besar dibuatnya SPO tsb. Dapat
berisi (terkait dengan) bbrp kebijakan yg mendasari SPO
tsb. Dapat juga terjadi satu kebijakan menjadi dasar bbrp
SPO, sehingga tercantum dlm bbrp SPO yg “dipayungi”
Prosedur :bagian ini mrpk bagian utama yg menguraikan langkah-2
kegiatan utk menyele-saikan proses kerja ttt, &
staf/petugas yg berwe nang. Didalamnya dpt dicantumkan
alat/formu- lir/fasilitas yg digunakan, waktu, frekuensi
dalam proses kerja yg digunakan. Bila memungkinkan,
diuraikan secara lengkap unsur-2 yg menyang-kut :APA,

vi 33
BAB VI
PENUTUP BAB I
PENDAHULUAN
Pada prinsipnya dokumen akreditasi adalah
TULIS YANG DIKERJAKAN DAN KERJAKAN YANG Akreditasi RS merupakan upaya peningkatan mutu
DITULIS DAN BISA DIBUKTIKAN, namun pada pelayanan rumah sakit yang dilakukan dengan membangun
penerapannya tidaklah semudah itu. Penyusunan sistem dan budaya mutu. Melalui akreditasi RS diharapkan
kebijakan, pedoman/panduan, standar prosedur ada perbaikan sistem di RS yang meliputi input, process
operasional dan program selain diperlukan komitmen dan product output (meliputi output dan outcome).
Direktur/Pimpinan RS juga perlu staf yang mampu
Sebagai dasar dimulainya pembangunan sistem di
dan mau menyusun dokumen akreditasi tersebut.
rumah sakit, diperlukan dokumen yang merupakan regulasi
Dengan tersusunnya Buku Panduan Penyusunan
di RS. Regulasi ini sebaiknya diatur dalam bentuk Panduan
dokumen Akreditasi, diharapkan dapat membantu RS
Tata Naskah Rumah Sakit, yang akan menetapkan ada 2
dalam menyusun dokumen-dokumen yang terkait
jenis naskah di RS, yaitu yang merupakan produk hukum
dengan akreditasi RS.
(regulasi) dan yang bukan merupakan produk hukum (surat
dinas).
Di dalam Panduan Penyusunan Dokumen Akreditasi RS
************ ini yang akan dibahas hanyalah acuan untuk penyusunan
regulasi. Hal ini menjadi penting, karena selain sebagai
panduan RS dalam menyusun dokumen, RS juga
menyiapkan dokumen yang terkait dengan aspek hukum.
Dengan telah diterbitkannya Undang-undang Nomor 44
Tahun 2009, dan telah berlaku efektif sejak tanggal 28
Oktober 2011, maka RS harus mempersiapkan diri dengan
sebaik-baiknya dalam aspek hukum. Aspek hukum tersebut
dalam kaitan kewajiban RS untuk memberikan bantuan
hukum kepada staf RS maupun karena harus bertanggung
jawab secara hukum sesuai ketentuan UU RS.
Pelaksanaan survei akreditasi RS versi 2012 yang
dilakukan oleh KARS akan lebih dititikberatkan pada
implementasi di RS, yang dilakukan dengan cara :
 Wawancara kepada pasien dan atau keluarganya,
serta kepada Pimpinan RS dan atau staf RS.

32 1
 On-site observasi terhadap kegiatan pelayanan, pelaksanaan kegiatan dilakukan dan siapa yang
maupun untuk melihat bukti secara fisik, baik melakukan.
berupa dokumen maupun fasilitas rumah sakit. Yang dimaksud dengan pelaporannya adalah
Implementasi tersebut, tentunya harus didasarkan pada bagaimana membuat laporan evaluasi pelaksanaan
regulasi yang telah ditetapkan oleh Pimpinan RS kegiatan tersebut. Dan kapan laporan tersebut
(Kepala/Direktur RS). harus dibuat. Jadi yang harus ditulis di dalam
kerangka acuan adalah cara atau bagaimana
Berdasarkan hal tersebut diatas, untuk membantu RS
membuat laporan evaluasi dan kapan laporan
dalam menyusun dokumen akreditasi, yang juga dalam
tersebut harus dibuat dan ditujukan kepada siapa.
upaya membangun sistem manajemen RS, maka Komisi
Akreditasi Rumah Sakit memandang perlu untuk membuat Pencatatan, pelaporan dan evaluasi kegiatan
Panduan Penyusunan Dokumen Akreditasi RS ini. Pencatatan adalah catatan kegiatan, karena itu
Tujuan disusunnya Panduan Penyusunan Dokumen yang ditulis di dalam kerangka acuan adalah
Akreditasi adalah: bagaimana melakukan pencatatan kegiatan atau
membuat dokumentasi kegiatan.
a. Tersedianya panduan bagi RS dalam penyusunan
dokumen yang berbentuk regulasi RS; Pelaporan adalah bagaimana membuat laporan
program dan kurun waktu (kapan) laporan harus
b. Tersedianya panduan bagi pembimbing dalam
diserahkan sera kepada siapa saja laporan tersebut
melakukan bimbingan akreditasi;
harus ditujukan.
c. Tersedianya panduan untuk pelatihan surveior
Evaluasi kegiatan adalah evaluasi pelaksanaan
akreditasi.
program secara menyeluruh. Jadi yang ditulis di
Sasaran dari buku panduan ini adalah pimpinan rumah dalam kerangka acuan bagaimana melakukan
sakit, pembimbing dan surveior dari Komisi Akreditasi evaluasi dan kapan evaluasi harus dilakukan.
Rumah Sakit.

2 31
melemahkan motivasi, membunuh inisiatif dan BAB II
menghambat daya inovasi para karyawan. DOKUMEN AKREDITASI
Skedul (Jadwal) pelaksanaan kegiatan
Skedul atau jadwal adalah merupakan Yang dimaksud dokumen akreditasi adalah semua
perencanaan waktu melaksanakan langkah-langkah dokumen yang harus disiapkan RS dalam pelaksanaan
kegiatan program. Lama waktu tergantung rencana akreditasi RS. Dalam hal ini dokumen dibedakan menjadi 2
program tersebut dilaksanakan. Untuk program (dua) jenis, yaitu dokumen yang merupakan regulasi dan
tahunan maka jadwal yang dibuat adalah jadwal dokumen sebagai bukti pelaksanaan kegiatan. Untuk
untuk 1 tahun, sedangkan untuk program 5 tahun dokumen yang merupakan regulasi, sangat dianjurkan
maka jadwal yang harus dibuat adalah jadwal 5 untuk dibuat dalam bentuk Panduan Tata Naskah Rumah
tahun. Skedul (jadwal) dapat dibuat time tabel Sakit.
sebagai berikut :
Dokumen regulasi di RS, dapat dibedakan menjadi:
1. Regulasi pelayanan RS, yang terdiri dari:
No KEGIATAN BULAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12  Kebijakan Pelayanan RS
Pembentukan  Pedoman/Panduan Pelayanan RS
1. x
Tim
 Standar Prosedur Operasional (SPO)
2. Rapat Tim X x X X X X X X X X X X
 Rencana jangka panjang (Renstra, Rencana
3. Dst
strategi bisnis, bisnis plan, dll)
 Rencana kerja tahunan (RKA, RBA atau lainnya)
2. Regulasi di unit kerja RS yang terdiri dari:
Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporannya
 Kebijakan Pelayanan RS
Yang dimaksud dengan evaluasi pelaksanaan
kegiatan adalah evaluasi dari skedul (jadwal )  Pedoman/Panduan Pelayanan RS
kegiatan. Skedul (jadwal) tersebut akan dievaluasi  Standar Prosedur Operasional (SPO)
setiap berapa bulan sekali (kurun waktu tertentu),
sehingga bila dari evaluasi diketahui ada  Program (Rencana kerja tahunan unit kerja)
pergeseran jadwal atau penyimpangan jadwal Kebijakan dan pedoman dapat ditetapkan
maka dapat segera diperbaiki sehingga tidak berdasarkan keputusan atau peraturan Direktur sesuai
mengganggu program secara keseluruhan. Karena dengan panduan tata naskah di masing–masing RS.
itu, yang ditulis dalam kerangka acuan adalah
kapan (setiap kurun waktu berapa lama) evaluasi Dokumen sebagai bukti pelaksanaan, terdiri dari:
1. Bukti tertulis kegiatan/rekam kegiatan.
30 3
2. Dokumen pendukung lainnya : misalnya ijazah, sebelum kegiatan yang terkait dengan sasaran
sertifikat pelatihan, serifikat perizinan, kaliberasi, tersebut dilaksanakan.
dll. 3. Aggressive but Attainable : Apabila sasaran
Kebijakan, pedoman/panduan, dan prosedur merupakan harus dijadikan standard keberhasilan, maka
kelompok dokumen regulasi sebagai acuan untuk sasaran harus menantang, namun tidak boleh
melaksanakan kegiatan, dimana kebijakan merupakan mengandung target yang tidak layak.
regulasi yang tertinggi di RS, kemudian diikuti dengan Umpamanya kita bisa menetapkan sebagai suatu
pedoman/panduan dan kemudian prosedur (SPO). Karena sasaran “pengurangan kematian misalnya di IGD
itu untuk menyusun pedoman/panduan harus mengacu hanya sampai ke tingkat tertentu” namun
pada kebijakan-kebijakan yang sudah dikeluarkan oleh RS, “meniadakan kematian” merupakan hal yang
sedangkan untuk menyusun SPO harus berdasarkan tidak dapat dipastikan kelayakannya.
kebijakan dan pedoman/panduan. 4. Result oriented : sedapat mungkin sasaran
Program kerja RS dimulai dengan rencana stratrejik harus menspesifikasikan hasil yang ingin dicapai.
(renstra) untuk selama 5 tahun, yang dijabarkan dalam Misalnya : mengurangi komplain pasien sebesar
rencana kerja tahunan (misalnya RKA, RBA atau lainnya). 50%.
Program kerja termasuk dalam regulasi karena memiliki 5. Time bound : sasaran sebaiknya dapat dicapai
sifat pengaturan dalam rencana kegiatan beserta dalam waktu yang relatif pendek, mulai dari
anggarannya. Oleh karena itu program kerja selalu beberapa minggu sampai ke beberapa bulan,
dijadikan acuan pada saat dilakukan evaluasi kinerja. sebaiknya kurang dari 1 tahun. Kalau ada
program 5 (lima) tahun dibuat sasaran antara.
Sasaran akan lebih mudah dikelola dan dapat
lebih serasi dengan proses anggaran apabila
dibuatnya sesuai dengan batas-batas tahun
anggaran di rumah sakit.
Seni di dalam penentuan sasaran adalah
menimbulkan tantangan yang dapat dicapai.
Sasaran yang terbaik adalah sasaran yang dapat
mendorong peningkatan kapasitas rumah sakit,
namun dalam batas-batas kelayakan. Sasaran yang
baik itu tidak hanya akan meningkatkan program
dan jasa pelayanan yang dihasilkan, namun juga
menumbuhkan kebanggaan Dan rasa percaya diri
pada para pelaksanya. Sebaliknya penerapan
target kinerja yang tidak mungkin dicapai akan

4 29
Kegiatan pokok dan rincian kegiatan BAB III
Kegiatan pokok dan rincian kegiatan adalah KEBIJAKAN DAN PEDOMAN/PANDUAN
langkah-langkah kegiatan yang harus dilakukan
sehingga tercapainya program tersebut. Karena itu
antara tujuan dan kegiatan harus berkaitan dan 3.1 KEBIJAKAN
sejalan. Kebijakan RS adalah penetapan Direktur/Pimpinan RS
Cara melaksanakan kegiatan pada tataran strategis atau bersifat garis besar yang
mengikat.
Cara melaksanakan kegiatan adalah metode untuk
melaksanakan kegiatan pokok dan rincian Karena kebijakan bersifat garis besar maka untuk
kegiatan. Metode tersebut antara lain bisa dengan penerapan kebijakan tersebut perlu disusun
membentuk tim, melakukan rapat, melakukan pedoman/panduan dan prosedur sehingga ada kejelasan
audit, dan lain-lain. langkah–langkah untuk melaksanakan kebijakan tersebut.
Sasaran Kebijakan ditetapkan dengan peraturan atau keputusan
Direktur/Pimpinan RS. Kebijakan dapat dituangkan dalam
Sasaran program adalah target per tahun yang pasal-pasal di dalam peraturan/keputusan tersebut, atau
spesifik dan terukur untuk mencapai tujuan-tujuan merupakan lampiran dari peraturan/keputusan.
program.
Contoh format dokumen untuk Kebijakan adalah format
Sasaran program menunjukkan hasil antara yang peraturan/keputusan Direktur RS/Pimpinan RS sebagai
diperlukan untuk merealisir tujuan tertentu. berikut :
Penyusunan sasaran program perlu memperhatikan
hal-hal sebagai berikut : a. Pembukaan
Sasaran yang baik memenuhi “SMART” yaitu :  Judul : Peraturan/Keputusan Direktur RS tentang
Kebijakan pelayanan .........
1. Specific : sasaran harus menggambarkan hasil
spesifik yang diinginkan, bukan cara  Nomor : sesuai dengan nomor surat
pencapaiannya. Sasaran harus memberikan arah peraturan/keputusan di RS.
dan tolok ukur yang jelas sehingga dapat
 Jabatan pembuat peraturan/keputusan ditulis
dijadikan landasan untuk penyusunan strategi
simetris, diletakkan di tengah margin serta ditulis
dan kegiatan yang spesifik pula.
dengan huruf kapital.
2. Measurable : sasaran harus terukur dan dapat
 Konsiderans.
dipergunakan untuk memastikan apa dan kapan
pencapaiannya. Akuntabilitas harus ditanamkan 1. Konsiderans Menimbang, memuat uraian singkat
kedalam proses perencanaan. Oleh karenanya tentang pokok-pokok pikiran yang menjadi latar
metodologi untuk mengukur pencapaian sasaran belakang dan alasan pembuatan peraturan/
(keberhasilan program) harus ditetapkan keputusan. Huruf awal kata menimbang ditulis

28 5
dengan huruf kapital diakhiri dengan tanda baca 2. Latar belakang.
titik dua ‘:’ dan diletakkan di bagian kiri; 3. Tujuan umum dan tujuan khusus.
2. Konsiderans Mengingat, yang memuat dasar 4. Kegiatan pokok dan rincian kegiatan.
kewenangan dan peraturan perundang-undangan
yang memerintahkan pembuatan peraturan/ 5. Cara melaksanakan legiatan.
keputusan tersebut. Peraturan perundang – 6. Sasaran.
undangan yang menjadi dasar hukum adalah
peraturan yang tingkatannya sederajat atau 7. Skedul (jadwal) pelaksanaan kegiatan.
lebih tinggi. Konsiderans Mengingat diletakkan 8. Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan.
di bagian kiri tegak lurus dengan kata
9. Pencatatan, pelaporan dan evaluasi kegiatan.
menimbang.
Sistematika/format tersebut di atas adalah
b. Diktum
minimal, RS dapat menambah sesuai kebutuhan,
1. Diktum Memutuskan ditulis simetris di tengah, tetapi tidak diperbolehkan mengurangi. Contoh
seluruhnya dengan huruf kapital, serta diletakkan di penambahan : ditambah point untuk pembiayaan/
tengah margin; anggaran.
2. Diktum Menetapkan dicantumkan setelah kata
memutuskan disejajarkan ke bawah dengan kata
menimbang dan mengingat, huruf awal kata C. PETUNJUK PENULISAN
menetapkan ditulis dengan huruf kapital, dan Pendahuluan
diakhiri dengan tanda baca titik dua;
Yang ditulis dalam pendahuluan adalah hal-hal
3. Nama peraturan/keputusan sesuai dengan judul yang bersifat umum yang masih terkait dengan
(kepala), seluruhnya ditulis dengan huruf kapital program.
dan diakhiri dengan tanda baca titik.
Latar belakang
c. Batang Tubuh
Latar belakang adalah merupakan justifikasi atau
1. Batang tubuh memuat semua substansi alasan mengapaprogram tersebut disusun.
peraturan/keputusan yang dirumuskan dalam Sebaiknya dilengkapi dengan data-data sehingga
diktum-diktum, misalnya : alasan diperlukan program tersebut dapat lebih
kuat.
KESATU :
Tujuan umum dan tujuan khusus
KEDUA :
Tujuan disini adalah merupakan tujuan program.
dst
Tujuan umum adalah tujuan secara garis besarnya,
sedangkan tujuan khusus adalah tujuan secara
rinci.

6 27
Penjabaran terperinci tentang strategi dan 2. Dicantumkan saat berlakunya peraturan/keputusan,
langkah-langkah yang dipergunakan untuk perubahan, pembatalan, pencabutan ketentuan,
mencapai tujuan lembaga. dan peraturan lainnya, dan
f. Kesimpulan : 3. Materi kebijakan dapat dibuat sebagai lampiran
peraturan/keputusan, dan pada halaman terakhir
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut di atas
ditandatangani oleh pejabat yang menetapkan
maka dapat disimpulkan bahwa PROGRAM berisi
peraturan/keputusan.
rencana kegiatan yang akan dilaksanakan yang
disusun secara rinci yang dipergunakan untuk d. Kaki
mencapai tujuan lembaga/unit kerja. Kaki peraturan/keputusan merupakan bagian akhir
substansi peraturan/keputusan yang memuat penanda
tangan penetapan peraturan/keputusan, pengundangan
5.2 KETENTUAN PROGRAM DI DALAM STANDAR
peraturan/ keputusan yang terdiri atas tempat dan
AKREDITASI RS
tanggal penetapan, nama jabatan, tanda tangan
A. Tujuan program pejabat, dan nama lengkap pejabat yang
Umum : menandatangani.

Sebagai panduan dalam melaksanakan kegiatan e. Penandatanganan.


unit kerja sehingga tujuan program dapat Peraturan/ Keputusan Direktur / Pimpinan RS
tercapai. ditandatangani oleh Direktur/ Pimpinan RS.
Khusus : f. Lampiran peraturan/keputusan :
1. Adanya kejelasan langkah-langkah dalam  Halaman pertama harus dicantumkan judul dan
melaksanakan kegiatan. nomor peraturan/keputusan.
2. Adanya kejelasan siapa yang melaksanakan  Halaman terakhir harus ditandatangani oleh
kegiatandan bagaimana melaksanakan Direktur/Pimpinan RS .
kegiatan tersebut sehingga tujuan dapat
tercapai. 3.2 PEDOMAN/PANDUAN

3. Adanya kejelasan sasaran, tujuan dan waktu Pedoman adalah kumpulan ketentuan dasar yang
pelaksanaan kegiatan. memberi arah bagaimana sesuatu harus dilakukan, dengan
demikian merupakan hal pokok yang menjadi dasar untuk
menentukan atau melaksanakan kegiatan. Sedangkan
B. SISTEMATIKA/FORMAT PROGRAM panduan adalah merupakan petunjuk dalam melakukan
kegiatan. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa
Sistematika atau format program sebagai berikut : pedoman mengatur beberapa hal, sedangkan panduan
1. Pendahuluan. hanya meliputi 1 (satu) kegiatan. Agar pedoman/panduan

26 7
dapat dimplementasikan dengan baik dan benar, BAB V
diperlukan pengaturan melalui SPO. PROGRAM
Mengingat sangat bervariasinya bentuk dan isi pedoman/
panduan maka sulit untuk dibuat standar sistematikanya
atau format bakunya. Oleh karena itu RS dapat 5.1. PENGERTIAN PROGRAM
menyusun/membuat sistematika buku pedoman/panduan Ada banyak pengertian tentang PROGRAM sebagai
sesuai kebutuhan. Namun, ada beberapa hal yang perlu berikut :
diperhatikan untuk dokumen pedoman/panduan ini yaitu :
a. Menurut Collins Cobuild English Language
 Setiap pedoman/panduan harus dilengkapi dengan Dictionary, PROGRAM adalah:
peraturan/keputusan Direktur/Pimpinan RS untuk
pemberlakukan pedoman/panduan tersebut. Bila  Rencana berskala besar dan terperinci yang
Direktur/ Pimpinan RS diganti, peraturan/keputusan dibuat untuk suatu tujuan tertentu.
Direktur/ Pimpinan RS untuk pemberlakuan  Sebuah rencana kegiatan atau pekerjaan yang
pedoman/panduan tidak perlu diganti. akan dilaksanakan, termasuk waktu kapan
Peraturan/Keputusan Direktur/pimpinan RS diganti setiap kegiatan itu harus terjadi atau akan
bila memang ada perubahan dalam pedoman/ dilaksanakan.
panduan tersebut.
b. Menurut Longman, PROGRAM adalah :
 Setiap pedoman/panduan sebaiknya dilakukan
Sebuah rencana yang baku tentang rangkaian
evaluasi minimal setiap 2-3 tahun sekali.
kegiatan, daftar tugas dan lain sebagainya.
 Bila Kementerian Kesehatan sudah menerbitkan
c. Menurut American Heritage Dictionary,
pedoman/panduan untuk suatu kegiatan/pelayanan
PROGRAM adalah :
tertentu maka RS dalam membuat pedoman/panduan
wajib mengacu pada pedoman/panduan yang Sebuah prosedur untuk menyelesaiakan masalah
diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan tersebut. (problem solving),termasuk pengumpulan data,
memprosesnya dan presentasi hasilnya.
 Walaupun format baku sistematika pedoman/
panduan tidak ditetapkan, namun ada sistematika d. Menurut Oxford Advanced Leaner’s Dictionary
yang lazim digunakan sebagai berikut : of Current English, program adalah :
a. Format Pedoman Pengorganisasian Unit Kerja : Sebuah rencana tentang apa yang akan
dikerjakan.
BAB I Pendahuluan
e. Buku Panduan Perencanaan Strategis dan
BAB II Gambaran Umum RS
pengukuran kinerja yang dikeluarkan oleh
BAB III Visi, Misi, Falsafah, Nilai & Tujuan RS Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, yang
BAB IV Struktur Organisasi RS dimaksud program adalah :

8 25
3. Hasil evaluasi : SPO masih tetap bisa BAB V Struktur Organisasi Unit Kerja
dipergunakan atau SPO perlu diperbaiki/direvisi. BAB VI Uraian Jabatan
Perbaikan/revisi bisa isi SPO sebagaian atau
seluruhnya. BAB VII Tata Hubungan Kerja
4. Perbaikan/revisi perlu dilakukan bila : BAB VIII Pola Ketenagaan dan Kualifikasi
Personil
 Alur di SPO sudah tidak sesuai dengan
keadaan yang ada. BAB IX Kegiatan Orientasi
 Adanya perkembagan IPTEK. BAB X Pertemuan/rapat

 Adanya perubahan organisasi atau kebijakan BAB XI Pelaporan


baru. 1. Laporan Harian
 Adanya perubahan fasilitas. 2. Laporan Bulanan
3. Laporan Tahunan
5. Pergantian direktur/pimpinan RS, bila SPO
memang masih sesuai/dipergunakan maka tidak b. Format Pedoman Pelayanan Unit Kerja
perlu direvisi. BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4.12 INSTRUKSI KERJA B. Tujuan Pedoman
C. Ruang Lingkup Pelayanan
Pada akreditasi RS tidak dikenal istilah instruksi D. Batasan Operasional
kerja. Hal ini sesuai dengan yang tercantum, baik E. Landasan Hukum
pada Undang-undang 29 Tahun 2004 Tentang Praktik
Kedokteran maupun Undang-undang Nomor 44 Tahun BAB II STANDAR KETENAGAAN
2009 tentang Rumah Sakit tentang penjelasan SPO. A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
Pada akreditasi RS instruksi kerja adalah SPO karena B. Distribusi Ketenagaan
instruksi kerja juga merupakan suatu perangkat C. Pengaturan Jaga
instruksi/langkah-langkah yang dibakukan untuk
menyelesaikan proses kerja rutin tertentu.
BAB III STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
B. Standar Fasilitas
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN
BAB V LOGISTIK
BAB VI KESELAMATAN PASIEN

24 9
BAB VII KESELAMATAN KERJA
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU 4.10 TATA CARA PENDISTRIBUSIAN SPO
BAB IX PENUTUP 1. Yang dimaksud dengan distribusi adalah kegiatan
atau usaha menyampaikan SPO kepada unit kerja
c. Format Panduan Pelayanan RS
dan atau pelaksana yang memerlukan SPO
BAB I DEFINISI tersebut agar dapat sebagai panduan dalam
BAB II RUANG LINGKUP melaksanakan kegiatannya. Kegiatan ini
dilakukan oleh Tim Akreditasi RS atau Bagian
BAB III TATA LAKSANA sekretariat RS sesuai kebijakan RS dalam
BAB IV DOKUMENTASI pengendaian dokumen.
Sistematika panduan pelayanan RS tersebut di atas 2. Distribusi harus memakai buku ekspedisi dan atau
bukanlah baku tergantung dari materi/isi panduan. formulir tanda terima
Pedoman/panduan yang harus dibuat adalah 3. Distribusi SPO bisa hanya untuk unit kerja
pedoman/panduan minimal yang harus ada di RS yang tertentu tetapi bisa juga untuk seluruh unit
dipersyaratkan sebagai regulasi yang diminta dalam kerja. Hal tersebut tergantung jenis SPO
elemen penilaian. tersebut, bila SPO tersebut merupakan acuan
Bagi rumah sakit yang telah menggunakan e-file tetap untuk melakukan kegiatan di semua unit kerja
harus mempunyai hard copy pedoman/panduan yang maka SPO ddistribusikan ke semua unit kerja.
dikelola oleh Tim Akreditasi Rumah Sakit atau Bagian Namun bila SPO tersebut hanya untuk unit kerja
Sekretariat RS, sedangkan di unit kerja bisa dengan tertentu maka distribusi SPO hanya untuk unit
melihat di intranet rumah sakit. kerja tertentu tersebut dan unit terkait yang
tertulis di SPO tersebut.
4. Bagi rumah sakit yang sudah menggunakan e-file
maka distribusi SPO bisa melalui intranet dan
diatur kewenangan otorisasi di setiap unit kerja,
sehingga unit kerja dapat mengetahui batas
kewenangan dalam membuka SPO.

4.11 TATA CARA EVALUASI


1. Evaluasi SPO dilaksanakan sesuai kebutuhan dan
maksimal 3 tahun sekali.
2. Evaluasi SPO dilakukan oleh masing-masing unit
kerja yang dipimpin oleh kepala unit kerja.

10 23
1. Yang dimaksud penyimpanan adalah bagaimana BAB IV
SPO tersebut disimpan. PROSEDUR
2. SPO asli agar disimpan di sekretariat Tim
akreditasi RS atau Bagian sekretariat RS, sesuai
dengan kebijakan yang berlaku di RS tersebut 4.1 BEBERAPA ISTILAH PROSEDUR YANG SERING
tentang tata cara pengarsipan dokumen. DIGUNAKAN YAITU:
Penyimpanan SPO yang asli harus rapi, sesuai  Standard Operating Procedure (SOP), istilah ini
metode pengarsipan dokumen sehingga mudah lazim digunakan namun bukan merupakan istilah
dicari kembai bila diperlukan. baku di Indonesia.
3. SPO fotokopi ada di simpan di masing-masing unit  Standar Prosedur Operasional (SPO), istilah ini
kerja dimana SPO tersebut dipergunakan. Bila digunakan di Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004
SPO tersebut sudah tidak berlaku lagi atau tidak Tentang Praktik Kedokteran dan Undang-undang
dipergunakan lagi karena di revisi atau hal Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
lainnya maka unit kerja wajib mengembalikan
SPO yang sudah tidak berlaku tersebut ke  Prosedur tetap (Protap).
sekretariat Tim Akreditasi/Bagian sekretariat RS  Prosedur kerja.
sehingga di unit kerja hanya ada SPO yang masih
berlaku saja. Sekretariat Tim Akreditasi/Bagian  Prosedur tindakan.
sekretariat RS dapat memusnahkan fotokopi SPO  Prosedur penatalaksanaan.
yang tidak berlaku tersebut, namun untuk SPO-
nya yang asli agar tetap disimpan, dengan lama  Petunjuk teknis.
penyimpanan sesuai ketentuan dalam pengarsipan Walaupun banyak istilah, namun istilah digunakan
dokumen di RS. adalah SPO karena sesuai dengan yang tercantum di
4. SPO di unit kerja harus harus diletakkan di dalam undang-undang. Oleh karena itu untuk
tempat yang mudah dilihat, mudah diambil dan selanjutnya istilah yang digunakan di buku panduan ini
mudah dibaca oleh pelaksana. adalah SPO.
5. Bagi rumah sakit yang sudah menggunakan e-file 4.2. PENGERTIAN
maka penyimpanan SPO sebagai berikut : Yang dimaksud dengan SPO adalah :
 Setiap SPO harus di print-out dan disimpan Suatu perangkat instruksi/langkah-langkah yang
sebagai SPO asli. dibakukan untuk menyelesaikan proses kerja rutin
 SPO di unit kerja tidak perlu hard copy, SPO tertentu.
bisa dilihat di intranet di rumah sakit. Namun 4.3. TUJUAN PENYUSUNAN SPO
untuk SPO penanganan gawat darurat tetap
harus dibuatkan hard copy-nya. Agar berbagai proses kerja rutin terlaksana dengan
efisien, efektif, konsisten/seragam dan aman, dalam
22 11
rangka meningkatkan mutu pelayanan melalui sistem digit). Pemberian nomor sebaiknya secara
pemenuhan standar yang berlaku. sentral.
4. Kode-kode yang dpergunakan untuk pemberian
nomor:
4.4. MANFAAT SPO
 Kode unit kerja : masing-masing unit kerja di
 Memenuhi persyaratan standar pelayanan RS/
RS mempunyai kode sendri-sendiri, kode bisa
Akreditasi RS.
berbentuk angka bisa juga bebentuk huruf.
 Mendokumentasi langkah-langkah kegiatan. Sebagai contoh Instalasi gawat darurat
mempunyai kode 08 (bila kode berbentuk
 Memastikan staf RS memahami bagaimana
angka) atau huruf : g (bila kode berbentuk
melaksanakan pekerjaannya.
huruf)
Contoh:
 Kode SPO : adalah didalam tata persuratan
SPO Pemberian informasi, SPO Pemasangan RS yang diberikan untuk SPO, kode bisa
infus, SPO Pemindahan pasien dari tempat tidur berbentuk angka atau huruf. Sebagai contoh
ke brandkar. : kode untuk SPO adalah 03 (bila kode
4.5. FORMAT SPO berbentuk angka) atau c (bila kode berbentuk
huruf).
1. Format SPO sesuai dengan lampiran Surat Edaran
Direktur Pelayanan Medik Spesialistik nomor  Nomer urut SPO adalah urutan nomer SPO
YM.00.02.2.2.837 tertanggal 1 Juni 2001, perihal di dalam unit kerja.
bentuk SPO.  Contoh penomoran SPO di Instalasi Gawat
2. Format mulai diberlakukan 1 Januari 2002. Darurat : 08.03.15 (artinya SPO dari
Instalasi Gawat Darurat dengan nomer
3. Format merupakan format minimal, format ini urut SPO = 15) atau g.c.15 (bila
dapat diberi tambahan materi misalnya nama penomoran dengan huruf).
penyusun SPO, unit yang memeriksa SPO, dll,
namun tidak boleh mengurangi item-item yang Contoh penomoran SPO lainnya :
ada di SPO.  SPO yang khusus untuk satu unit, misalnya
4. Format SPO sebagai berikut : IGD : ...../IGD/bulan/tahun;
 Satu SPO dipergunakan oleh 2 unit yang
berbeda misalnya SPO rujukan pasien
maka penomoran bisa sebagai berikut :
...../IGD/Keperawatan/bulan/tahun.

4.9 TATA CARA PENYIMPANAN SPO


12 21
 Semua SPO harus ditandatangani oleh
Direktur/Pimpinan RS.
NAMA RS JUDUL SPO
 Untuk SPO pelayanan dan SPO DAN
No. Dokumen No. Revisi Halaman
administrasi, sebagian memerlukan uji LOGO
coba. Tanggal Ditetapkan :
SPO
 Agar SPO adapat dikenali oleh pelaksana terbit Direktur RS
maka perlu dilakukan sosialisasi SPO-SPO PENGERTIAN
tersebut dan bila SPO tersebut rumit TUJUAN
maka untuk melaksanakan SPO tersebut KEBIJAKAN
perlu dilakukan pelatihan. PROSEDUR
UNIT
TERKAIT
4. Yang mempengaruhi keberhasilan
penyusunan SPO
Penjelasan :
 Ada komitmen dari pimpinan RS yang
terlihat dengan adanya dukungan fasilitas Penulisan SPO yang harus tetap di dalam tabel/kotak
dan sumber daya lainnya. adalah : nama RS dan logo, judul SPO, SPO, no dokumen,
no revisi, tanggal terbit dan tanda tangan Direktur RS,
 Ada fasilitator/petugas yang mempunyai sedangkan untuk pengertian, tujuan, kebijakan, prosedur
kemampuan dan kemauan untuk dan unit terkait boleh tidak diberi kotak/tabel.
menyusun SPO, jadi ada aspek pekerjaan
dan aspek psikologis.
 Ada target waktu yaitu ada target dan 4.6. Petunjuk Pengisian SPO
jadwal yang disusun dan disepakati. a. Kotak Heading: masing-masing kotak (Rumah
 Adanya pemantauan dan pelaporan Sakit, Judul SPO, No. dokumen, No. Revisi,
kemajuan penyusunan SPO. Halaman, Prosedur Tetap, Tanggal terbit,
Ditetapkan Direktur) diisi sebagai berikut :
4.8 TATA CARA PENOMORAN SPO
1. Heading dan kotaknya dicetak pada setiap
1. Semua SPO harus diberi nomor. halaman. Pada halaman pertama kotak
2. RS agar membuat kebijakan tentang pemberian heading harus lengkap, untuk halaman-
nomor untuk SPO. halaman berikutnya kotak heading dapat
hanya memuat : Kotak Nama RS, Judul SPO,
3. Pemberian nomor bisa mengikuti tata persuratan No. Dokumen, No. Revisi dan Halaman.
RS atau ketentuan penomoran yang khusus untuk
SPO (bisa menggunakan garis miring atau dengan 2. Kotak RS diberi nama RS dan logo RS (bila RS
sudah mempunyai logo).
20 13
3. Judul SPO: diberi judul/nama SPO sesuai  Mengingat SPO merupakan flow charting
proses kerjanya. dari proses kegiatan maka untuk
4. No. Dokumen: diisi sesuai dengan ketentuan memperoleh pengertian yang jelas bagi
penomoran yang berlaku di RS yang subjek, penulisan SPO adalah dimulai
bersangkutan, yang dibuat sistematis agar ada dengan membuat flow chart dari kegiatan
keseragaman. yang dilaksanakan. Caranya adalah
membuat diagram kotak sederhana yang
5. No. Revisi : diisi dengan status revisi, menggambarkan langkah penting dari
dianjurkan menggunakan huruf. Contoh : seluruh proses.
dokumen baru diberi huruf A, dokumen revisi
pertama diberi huruf B dan seterusnya. Tetapi Contoh : diagram kotak untuk pembelian
dapat juga dengan angka, misalnya untuk bahan yang digunakan di RS.
dokumen baru dapat diberi nomor 0,
sedangkan dokumen revisi pertama diberi
nomor 1, dan seterusnya.
PEMILIHAN PEMASOK
6. Halaman: diisi nomor halaman dengan
mencantumkan juga total halaman untuk SPO
tersebut. Misalnya : halaman pertama: 1/5,
halaman kedua: 2/5, halaman terakhir : 5/5. MENGKOMUNIKASIKAN PERSYARATAN
7. SPO diberi penamaan sesuai ketentuan
(istilah) yang digunakan RS, misalnya: SPO,
prosedur, prosedur tetap, petunjuk PENERIMAAN BARANG
pelaksanaan, prosedur kerja dan sebagainya.
8. Tanggal terbit: diberi tanggal sesuai tanggal
terbitnya atau tanggal diberlakukannya SPO PERIKSA BARANG
tersebut.
9. Ditetapkan Direktur: diberi tanda tangan
Direktur dan nama jelasnya.
MENEMPATKAN DI GUDANG

b. Isi SPO :
1. Pengertian: berisi penjelasan dan atau Setelah dibuatkan diagram kotak maka diuraikan
definisi tentang istilah yang mungkin sulit kegiatan di masing-masing kotak dan dibuat alurnya.
dipahami atau menyebabkan salah
pengertian.

14 19
 Sebagai koordinator dari SPO yang 2. Tujuan: berisi tujuan pelaksanaan SPO secara
sudah dibuat oleh masing-masing spesifik. Kata kunci : “Sebagai acuan
unit kerja sehingga tidak terjadi penerapan langkah-langkah untuk ...........”
duplikasi SPO/tumpang tindih SPO 3. Kebijakan: berisi kebijakan Direktur/
antar unit. Pimpinan RS yang menjadi dasardibuatnya
 Melakukan cek ulang terhadap SPO tsb. Dicantumkan kebijakan yang
SPO-SPO yang akan ditandatangani mendasari SPO tersebut, kemudian diikuti
oleh Drektur RS. dengan peraturan/ keputusan dari kebijakan
terkait.
 Peyusunan SPO dilakukan dengan
mengidentifikasi kebutuhan SPO. Untuk 4. Prosedur: bagian ini merupakan bagian
SPO pelayanan dan SPO admnistrasi, utama yang menguraikan langkah-langkah
untuk melakukan identifikasi kebutuhan kegiatan untuk menyelesaikan proses kerja
SPO bisa dilakukan dengan tertentu.
menggambarkan proses bisnis di unit 5. Unit terkait: berisi unit-unit yang terkait dan
kerja tersebut atau alur kegiatan dari atau prosedur terkait dalam proses kerja
kerja yang dilakukan di unit tersebut. tersebut.
Sedangkan untuk SPO Profesi identifikasi
kebutuhan dilakukan dengan mengetahui
pola penyakit yang sering ditangani di 4.6. TATA CARA PENGELOLAAN SPO
unit kerja tersebut. Dari identifikasi
1. RS agar menetapkan siapa yang mengelola
kebutuhan SPO maka di suatu unit kerja
SPO.
dapat diketahui berapa banyak dan
macam SPO yang harus dibuat/disusun. 2. Pengelola SPO harus mempunyai arsip seluruh
Untuk melakukan identifikasi kebutuhan SPO RS.
SPO dapat pula dilakukan dengan 3. Pengelola SPO agar membuat tata cara
memperhatikan elemen penilaian pada penyusunan, penomoran, distribusi,
standar akreditasi rumah sakit, minimal penarikan, penyimpanan, evaluasi dan revisi
SPO-SPO apa saja yang harus ada. SPO SPO
yang dipersyaratkan di elemen penilaian
adalah SPO minimal yang harus ada di 4.7. TATA CARA PENYUSUNAN SPO
rumah sakit. Sedangkan identifikasi SPO 1. Hal-hal yang perlu diingat :
dengan menggambarkan terlebih dahulu
proses bisnis di unit kerja adalah seluruh  Siapa yang yang harus menulis atau
SPO secara lengkap yang harus ada di unit menyusun SPO.
kerja tersebut.  Bagaimana merencanakan dan
mengembangkan SPO.
18 15
 Bagaimana SPO dapat dikenali.  SPO harus menggunakan kalimat
perintah/ instruksi dengan bahasa yang
 Bagaimana memperkenalkan SPO kepada
dikenal pemakai.
pelaksana dan unit terkait.
 SPO harus jelas ringkas dan mudah
 Bagaimana pengendalian SPO-nya (nomor,
dilaksanakan. Untuk SPO pelayanan
revisi dan distribusi).
pasien maka harus memperhatikan aspek
2. Syarat penyusunan SPO : keselamatan, keamanan dan kenyamanan
 Identifikasi kebutuhan yakni pasien. Untuk SPO profesi harus mengacu
mengidentifikasi apakah kegiatan yang kepada standar profesi, standar
dilakukan saat ini sudah ada SPO belum pelayanan, mengikuti perkembangan
dan bila sudah ada agar diidentifikasi, IPTEK dan memperhatikan aspek
apakah SPO masih efektik atau tidak. keselamatan pasien.
3. Proses penyusunan SPO
 Perlu ditekankan bahwa SPO harus ditulis
oleh mereka yang melakukan pekerjaan  SPO disusun dengan menggunakan format
tersebut atau oleh unit kerja tersebut, SPO sesuai dengan lampiran Surat Edaran
Tim atau panitia yang ditunjuk oleh Direktur Pelayanan Medik Spesialistik
Direktur/Pimpinan RS hanya untuk nomer YM.00.02.2.2.837 tertanggal
menganggapi dan mengkoreksi SPO 1 Juni 2001, perihal bentuk SPO.
tersebut. Hal tersebut sangatlah penting,
 Penyusunan SPO dapat dikelola oleh suatu
karena komitmen terhadap pelaksanaan
Tim/panitia dengan mekanisme sebagai
SPO hanya diperoleh dengan adanya
berikut :
keterlibatan pesonel/unit kerja dalam
penyusunan SPO. 1. Pelaksana atau unit kerja menyusun
SPO dengan melibatkan unit terkait.
 SPO harus merupakan flow charting dari
suatu kegiatan. Pelaksana atau unit kerja 2. SPO yang telah disusun oleh pelaksana
agar mencatat proses kegiatan dan atau unit kerja disampaikan ke
membuat alurnya kemudian Tim/Panitia Tim/Panitia SPO.
diminta memberikan tanggapan. 3. Fungsi Tim/Panitia SPO :
 Didalam SPO harus dapat dikenali dengan  Memberikan tanggapan,
jelas siapa melakukan apa, di mana, mengkoreksi dan memperbaiki
kapan dan mengapa. terhadap SPO yang telah disusun
 SPO jangan menggunakan kalimat oleh pelaksana/unit kerja baik
majemuk. Subjek, predikat dan objek dari segi bahasa maupun
harus jelas. penulisan.

16 17

Anda mungkin juga menyukai