Anda di halaman 1dari 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/347801227

Dampak yang Ditimbulkan Pasca Bom Thamrin Jakarta terhadap Masyarakat


Sekitar

Article · December 2020

CITATIONS READS

0 2

1 author:

Yulianus Bramandito
Brawijaya University
2 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Yulianus Bramandito on 24 December 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


DAMPAK YANG DITIMBULKAN PASCA BOM THAMRIN JAKARTA TAHUN
2016 TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR

Oleh:
Athira Nisrina Nurwansyah (35), Digna Defianti (17), Muhammad Reza Pahlevi (12),
Syahdilla Anaka Wanita Wahyudi (15), Yulianus Bramandito Ernanta S. (37)
Universitas Brawijaya

Abstrak: Aksi Bom Thamrin yang terjadi pada tahun 2016 silam memberikan dampak yang
signifikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap masyarakat sekitar. Hal ini
dikarenakan – selain aksi bom tersebut terjadi di daerah keramaian – aksi yang mengakibatkan
jatuhnya beberapa korban jiwa dari masyarakat ini terjadi ketika mereka sedang melakukan
aktivitasnya sehari-hari. Dalam tulisan ini, penulis bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana
dampak yang ditimbulkan pasca Bom Thamrin tahun 2016 terhadap masyarakat sekitar.
Metode yang digunakan untuk memperoleh data ialah dengan melakukan wawancara secara
langsung dan wawancara tidak langsung. Penemuan yang didapat dari penulisan ini
menunjukkan bahwasanya masih terdapat kekhawatiran dan ketakutan terhadap hal-hal
tertentu pada masyarakat sekitar pasca aksi Bom Thamrin.

Kata Kunci: Bom Thamrin, Dampak, Masyarakat

Abstract: The act of Thamrin Bombings which happened back in 2016 gave significant impacts
either directly or indirectly to the civilians around. This is because – apart from the act of
bombings that took place in a crowded area – an act which caused the fall of several casualties
from the civilians happened while they were doing their daily activities. In this paper, the
writers intend to explore how the act of Thamrin Bombings in 2016 gave impacts to the civilians
around. The methods that were used in collecting the data are direct interviews and indirect
interviews. The finding from this writing shows that there is still concerns and fears to certain
things that exist among the civilians after the act of Thamrin Bombings.

Keywords: Thamrin Bombings, Impact, Civilians

Pendahuluan

Aksi terorisme memunculkan rasa takut di kalangan masyarakat luas, bahkan dunia,
sehingga, tak terkecuali masyarakat Indonesia (Handoko, 2019). Terorisme secara langsung
maupun tidak langsung dapat membawa dampak negatif dalam kehidupan seseorang yang
menjadi korban dan juga keluarganya (Windiani, 2017). Di Indonesia sendiri, terorisme

1
bukanlah merupakan sesuatu yang dapat dikatakan baru. Beberapa peristiwa terbesar
pengeboman pernah terjadi dalam sejarah terorisme di Indonesia, contohnya peristiwa Bom
Bali I di tahun 2002 yang memakan korban sebanyak seratus delapan puluh orang, dimana
sebagian besarnya bukanlah Warga Negara Indonesia, melainkan orang asing kulit putih yang
kebanyakan merupakan Warga Negara Australia. Selanjutnya, belum setahun setelah peristiwa
Bom Bali 1, terjadi peledakan bom di hotel JW Marriott yang berada di Mega Kuningan,
Jakarta yang merenggut nyawa sebanyak 12 orang. Kemudian, pada tahun 2004, Indonesia
kembali diguncangkan dengan tindakan pengeboman besar yang dilakukan di Kedutaan Besar
Australia. Peristiwa ini menyebabkan 14 orang meninggal dunia dan 102 orang mengalami
cedera. Lalu, di tahun 2016 juga terjadi pengeboman besar yang berlokasi di Jalan MH
Thamrin. Peristiwa yang dikenal dengan sebutan Bom Thamrin atau Bom Sarinah ini kemudian
menjadi topik pembahasan penulis dalam tulisan ini.

Salah satu fenomena terorisme di Indonesia yang cukup mengguncang ialah Bom
Thamrin yang terjadi pada tahun 2016 silam yang berlokasi di daerah Jakarta Pusat. Aksi
terorisme ini melibatkan salah satu tokoh ideologi terorisme di Indonesia dan juga sekaligus
menjadi sosok pertama yang berba’iat ke ISIS yang bernama Aman Abdurrahman alias
Rochman alias Abu Sulaiman (Pratama, 2016). Aman Abdrurrahman menjadi ‘mentor’
pimpinan pelaku aksi terror pada tanggal 14 Januari 2016 ini, yang disebut dengan bom
Thamrin. Aksi terror bom Thamrin ini dipimpin oleh Afif alias Sunakim yang dilatih oleh
Aman Abdurrahman dalam perakitan bom tersebut (Tabrani, 2016).

Peledakan bom terlebih dahulu dilakukan di Starbucks Café sebelum melakukan


penembakan di jalanan. Alasan dibalik ini diduga kuat untuk menjadi suatu upaya memancing
orang-orang untuk berdatangan sebelum meledakkan bom kedua kalinya di saat keramaian.
Hal ini dapat dibuktikan melalui pelemparan shrapnel oleh pelaku yang memiliki ukuran yang
sama dengan sebuah granat ke arah jalanan yang menargetkan mobil Karo Ops Polda Metro
Jaya (Tabrani, 2016). Sebelumnya, aksi teror yang terlebih dahulu dilakukan di Starbucks Café
ini melibatkan seorang pelaku yang bernama Ahmad Muazan yang melakukan bom bunuh diri
pukul 10.39 WIB. Ledakan tersebut menyebabkan pengunjung-pengunjung serta satpam yang
berada di dekat pelaku peledakan mengalami luka-luka yang cukup serius, sedangkan tubuh
pelaku, Ahmad Muazan, hancur. Dengan selang selama 11 detik, bom kedua diledakan lagi
oleh Dian Juni Kurniadi di daerah pos polisi yang ada di dekat Gedung Sarinah. Dian Juni
membawa sebuah bom tabung menggunakan sepeda motor dan meledakannya di pos polisi.
Akibat dari peledakan bom kedua ini, dua warga sipil tewas dan seorang polisi terluka parah.

2
Sekitar 5 menit kemudian, polisi menutup Jalan MH Thamrin dan kemudian pukul 10.48 WIB,
Afif dan rekannya, Muhammad Ali, muncul dari kerumunan massa di dekat Starbucks Café
sembari membawa ransel yang diketahui berisi bom rakitan. Walaupun sempat terjadi baku
tembak dan pelemparan granat oleh pelaku, Afif dan Muhammad Ali tewas setelah terkena
ledakan bom rakitan yang mereka bawa dan ditambah pula dengan tembakan polisi. Dalam
aksi terror bom ini tercatat 21 orang menjadi korban, di mana 8 orang di antaranya meninggal
dunia, dan 4 orang merupakan pelaku dan 4 orang lainnya adalah warga sipil (Akhdi Martin
Pratama, 2016).

Dengan masyarakat sekitar yang turut menjadi korban dalam aksi terorisme Bom
Thamrin ini, maka tidak dapat dipungkiri akan timbulnya berbagai dampak bagi mereka yang
mengalami langsung kejadian tersebut. Maka dari itu, penulis mengajukan suatu rumusan
masalah: bagaimana dampak yang ditimbulkan pasca peristiwa Bom Thamrin tahun 2016
terhadap masyarakat sekitar? Penulis berargumen bahwasanya suatu aksi terorisme yang terjadi
di tengah keramaian masyarakat yang sedang melakukan aktivitasnya sehari-hari dapat
memberikan dampak terhadap kehidupan mereka baik secara langsung maupun tidak langsung.

Metode Riset

Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif
dengan pendekatan eksploratif. Menurut Tohirin, penelitian kualitatif merupakan penelitian
yang berupaya membangun pandangan orang yang diteliti secara rinci serta dibentuk dengan
kata-kata, gambaran holistik (menyeluruh dan mendalam) dan rumit (Tohirin, 2013).
Sedangkan, menurut Yusuf pendekatan eksploratif merupakan sebuah studi dengan melakukan
penelusuran, terutama di dalam pemantapan konsep yang akan digunakan dalam ruang lingkup
penelitian yang lebih luas dengan jangkauan konseptual yang lebih besar (Yusuf, 2017).
Penelitian ini membahas tentang topik peristiwa Bom Thamrin pada tahun 2016 yang masih
jarang dibahas, sehingga sulit untuk mengetahui apa yang ditemukan di lapangan. Oleh sebab
itu, dalam penelitian ini kami menggunakan dengan cara kualitatif eksploratif.

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode wawancara dan
dokumentasi yang dilakukan dengan mengambil sampel dari masyarakat sekitar. Wawancara
dilakukan secara langsung (direct) dan tidak langsung (indirect) dengan narasumber berjumlah
3 orang yang ada di dekat TKP pada saat kejadian. Selain itu, dalam tulisan ini “masyarakat”
yang kami maksud ialah orang-orang yang ada di atau dekat TKP pada saat kejadian,
mengingat bahwa fokus riset penulis ialah untuk mengetahui dampak persitiwa ini terhadap

3
masyarakat sekitar Jalan MH thamrin, yakni seperti petugas atau pegawai mall di sekitarnya
yang berada di tempat kejadian ketika peristiwa bom thamrin terjadi. Studi lapangan yang
dilakukan bertujuan untuk memberikan gambaran pada masyarakat atau kelompok tertentu
tentang dampaknya pada saat ini.

Data primer tersebut diperoleh dengan mewawancarai beberapa orang yang berkenan,
yakni seorang satpam dan pedagang kaki lima yang kami wawancarai secara langsung di
lapangan. Selain itu, penulis juga melakukan wawancara secara tidak langsung melalui layanan
pesan Whatsapp dengan seorang mantan pegawai kantoran yang pada saat itu berada di dekat
tempat kejadian. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan telah penulis sediakan sebelumnya
guna terstrukturnya proses wawancara

Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan yang dianggap sesuai dan relevan
dengan topik yang dibahas. Studi kepustakaan yang penulis gunakan terdiri dari berbagai jenis,
seperti buku, jurnal, maupun laman website yang terpercaya. Sumber-sumber informasi
tersebut kemudian diolah dalam proses penulisan tulisan ini, sehingga dapat
dipertanggungjawabkan penggunaannya.

Studi Terdahulu

Penulis menggunakan studi terdahulu untuk memperkaya referensi dalam mengkaji


penelitian yang dilakukan. Dari penelitian terdahulu, penulis masih jarang menemukan
penelitian lainnya dengan judul yang sama seperti judul penelitian penulis yakni “Dampak
yang Ditimbulkan pasca Bom Thamrin Jakarta Tahun 2016 Terhadap Masyarakat Sekitar”.
Berikut ini dipaparkan penelitian terdahulu berupa jurnal yang terkait dengan penelitian yang
dilakukan penulis.

Studi yang pertama ialah A.A.Ngurah Oka Yudistira Darmadi dan I Nyoman Darma
Yoga dengan judul penelitian “Upaya Pemulihan Korban Tindak Pidana Terorisme Oleh Dinas
Kesehatan Kota Denpasar dan Kejaksaan Negeri Denpasar”. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa korban terorisme Bom Bali 1 dan 2 perlu mendapatkan penanganan psikologis atau
psikososial. akibat trauma yang mereka rasakan yang dapat berisiko menimbulkan dampak
yang lebih luas di kemudian hari. Tetapi upaya pemulihan korban tindak terorisme yang
dilakukan oleh Dinas Kesehatan Denpasar hanya sebatas pada upaya promotif dan preventif
saja dan Kejaksaan Negeri Denpasar terbatas hanya upaya penuntutan terhadap perbuatan
pelaku terorisme (Darmadi & Yoga, 2019).

4
Dari studi terdahulu tersebut membantu penulis memahami bahwa korban terorisme
tidak hanya mengalami penderitaan fisik dan harta benda saja, tetapi ada dampak psikologi
yang mereka alami akibat kejadian terorisme. Dampak psikologi yang mereka alami berupa
sikap tidak percaya kepada sistem di masyarakat, sikap tidak percaya bahwa negara dapat
melindungi mereka, depresi, sikap yang apatis dan adanya keterpurukan mental akibat trauma
baik kepada terorisme maupun kejadian nya. Oleh karena itu diperlukan adanya pemulihan
psikologi korban yang dilakukan tidak hanya oleh pemerintah saja tetapi dengan keterlibatan
banyak pihak. Salah satu bentuk pemulihan psikologi yang dibutuhkan oleh korban seperti
dukungan moral dan psikis dengan harapan bisa memberi ruang belajar untuk memupuk
kesabaran dan keiklasan melupakan kejadian terorisme.

Studi terdahulu berikutnya yang penulis gunakan adalah artikel yang berjudul “Dampak
Kasus Terorisme Terhadap Kehidupan Masyarakat di Desa Trimulya Kecamatan Poso Pesisir
Utara” oleh Yeni Daniati Pasumbu, Kaharuddin Nawing, dan Alri Lande. Hasil dari penelitian
pada 2008 tersebut menunjukkan bahwa adanya dampak yang disebabkan oleh kasus terorisme
ini terhadap sosial psikologis masyarakat, yakni lahirnya rasa takut dan khawatir ketika
melakukan aktivitas di luar rumah. Beberapa upaya yang dilakukan untuk mengatasi kasus
terorisme ini adalah melakukan sosialisasi kepada masyarakat, membangun komunikasi sosial,
dan himbauan untuk bertindak hati-hati jika menemukan sesuatu yang mencurigakan untuk
segera dilaporkan. Upaya ini dilakukan oleh aparatur desa setempat dan bekerjasama dengan
anggota TNI/POLRI (Pasumbu et al., 2018).

Dari studi tersebut, dapat diketahui bahwa masyarakat cenderung merasakan ketakutan
dan kekhawatiran jika melakukan aktivitas-aktivitas di luar rumah mereka. Mereka memiliki
perubahan dari sisi kehidupan sosial, dimana mereka tidak lagi dapat merasakan keamanan dan
kenyamanan jika berada di masyarakat. Maka, penanganan yang diberikan oleh pihak yang
berwenang akan sangat membantu masyarakat untuk lebih mengenali ancaman yang ada di
sekitar mereka dan menanggapinya dengan hati-hati.

Kedua studi terdahulu membahas mengenai dampak yang dialami oleh masyarakat
yang ada di sekitar lokasi kejadian. Perubahan psikologis tersebut yang kemudian membantu
penulis melihat dampak dari aksi terorisme yang terjadi pasca Bom Thamrin. Masyarakat
sekitar cenderung merasakan rasa takut yang berlebihan ketika berada di ruang publik. Hal
tersebut akan berpengaruh pada bagaimana masyarakat akan bertindak di kehidupan sehari-
harinya. Pemulihan korban kemudian dirasa perlu untuk dilakukan atau diterapkan kepada

5
masyarakat sekitar oleh berbagai pihak yang berwenang, seperti pihak manajemen suatu
perusahaan atau pihak aparat berwajib.

Pembahasan

Pasca pengeboman yang terjadi pada tahun 2016 silam di daerah Jalan MH Thamrin
yang terletak di Jakarta Pusat, selain telah menyebabkan jatuhnya beberapa korban jiwa,
peristiwa ini juga turut menyebabkan munculnya dampak yang dirasakan oleh masyarakat
sekitar kejadian. Dalam konteks ini, dampak yang ditimbulkan mencakup berbagai aspek
mulai dari aspek psikologis, psikososial, ekonomi, dan lingkungan.

Dalam aspek psikologis, banyak masyarakat sekitar merasa trauma setelah kejadian
Bom Thamrin yang membuat mereka menjadi takut dan cemas karena aksi tersebut merupakan
aksi pengeboman yang tidak hanya terjadi sebanyak dua kali, namun juga diiringi dengan baku
tembak antara teroris dengan aparat keamanan. Meskipun kejadian ini sudah lama terjadi, akan
tetapi tidak dapat dipungkiri bahwasanya aksi Bom Thamrin yang terjadi empat tahun yang
lalu masih menyisakan bayang-bayang yang menakutkan terhadap masyarakat sekitar. Mereka
menjadi lebih was-was dan selalu berjaga-jaga ketika berinteraksi dengan orang lain yang
menurut mereka terlihat mencurigakan dan tidak dikenal. Hal ini dapat dibuktikan oleh salah
satu narasumber penulis yang berinisial RYT yang merupakan seorang pedagang kaki lima di
daerah MH Thamrin. RYT mengungkapkan bahwa pasca terjadinya aksi Bom Thamrin
tersebut, beliau merasakan munculnya ketakutan-ketakutan terhadap hal tertentu. Ketakutan
yang dimaksud oleh RYT di sini ialah seperti memiliki ketakutan tersendiri ketika mendengar
bunyi-bunyi yang keras seperti misalnya suara ban yang meletus - hal ini mengingat ketika aksi
Bom Thamrin terjadi, terhitung adanya dua kali ledakan bom. Selain itu, salah satu narasumber
yang berinisial PR yang berprofesi sebagai satpam di salah satu gedung di daerah Jalan MH
Thamrin mengatakan bahwa setelah terjadi pengeboman yang memberikan dampak secara
psikologis kepada masyarakat sekitar, pihak manajemen dari gedung dan pihak berwajib
membuka layanan trauma healing untuk pegawai yang ada di gedung tersebut. Sedangkan
untuk satpam-satpam yang berjaga di gedung, belum ada perhatian atau tindakan khusus dari
pihak manajemen.

Selanjutnya, dari kondisi psikososial masyarakat sekitar akibat peristiwa tersebut juga
mempengaruhi kehidupan sosial mereka, di mana, saat ini mereka lebih berhati-hati ketika
berinteraksi dengan orang lain yang mereka temui di tempat tersebut. Mengingat menurut salah

6
satu dari narasumber penulis yang mengatakan bahwa pada saat itu, pelaku pengeboman
sempat berbaur dengan masyarakat sekitar, sehingga sebelumnya mereka tidak menaruh
kecurigaan sama sekali. Dampak psikososial rupanya juga dirasakan oleh RYT, di mana beliau
masih merasa takut ketika melihat pelanggan warungnya yang terlihat mencurigakan, terutama
bagi mereka yang membawa tas ransel hitam dikarenakan pelaku pengeboman menggunakan
sebuah tas besar berwarna hitam. Selain itu, dampak psikososial juga dirasakan oleh salah satu
rekan narasumber yang berinisial ED yang merupakan seorang pegawai kantoran di salah satu
gedung sekitar MH Thamrin. ED mengatakan bahwasanya ada beberapa rekan kantornya yang
lebih memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi daripada kendaraan umum, di mana hal
ini dikarenakan mereka enggan untuk berada di kerumunan dengan orang-orang asing. Dari
trauma yang dirasakan banyak pihak, beberapa tempat umum di daerah tersebut memutuskan
untuk meningkatkan sistem keamanan mereka yang dikoordinasikan dengan pihak security
yang ada di tempat-tempat tersebut. Hal ini diutarakan oleh salah satu security yang berinisial
PR. Penulis sempat mewawancarai ketika beliau sedang bertugas.

Salah satu aspek yang kemudian juga ikut terdampak dari peristiwa tersebut adalah
aspek ekonomi. Hal ini karena jalan M.H Thamrin menjadi urat nadi perekonomian di Jakarta
Pusat, di mana selain banyak gedung bertingkat juga banyak pedagang kaki lima yang
berjualan di lokasi sekitar kejadian. Dengan adanya peristiwa pengeboman tersebut
menyebabkan aktivitas perekonomian menjadi lumpuh sejenak. Berdasarkan salah satu
narasumber yang berinisial ED, beliau menjelaskan bahwa para pedagang kaki lima yang
berjualan di sekitar lokasi kejadian sudah kembali lagi berjualan pada sore hari, seolah tidak
terjadi suatu hal. Akan tetapi tidak semua PKL yang pada sore hari kembali berjualan, ada
beberapa PKL yang kemudian tidak berjualan selama kurang lebih seminggu akibat kejadian
pengeboman ini. Hal ini berdasarkan narambumber penulis yang merupakan seorang PKL
dengan inisial RYT. RYT menjelaskan bahwa dirinya tidak berjualan selama lima hari karena
lokasi ia berjualan berlokasi tidak jauh dari lokasi kejadian. Akan tetapi semua PKL yang
terdampak tidak lantas berlibur terlalu lama, mereka kembali berjualan seperti semula di
kawasan MH Thamrin untuk mencukupi kebutuhan ekonominya.

Selain itu, aksi pengeboman tersebut juga menyebabkan terjadinya kerusakan pada
lingkungan sekitar. Kerusakan-kerusakan tersebut berupa hancurnya pos polisi dan bagian dari
bangunan gedung sarinah terutama pada starbucks cafe. Selain itu, beberapa jam pasca ledakan
pertama dari aksi Bom Thamrin 2016 sempat dilakukan penutupan jalan oleh pihak berwajib

7
yang mana hal ini dapat menyebabkan terhambatnya aktivitas masyarakat sekitar untuk
sementara waktu (Akhdi Martin Pratama, 2016). Tidak hanya itu, dalam aksi bom tersebut,
para pelaku sempat melemparkan shrapnel ke arah mobil Karo Ops Polda Metro Jaya (Tabrani,
2016).

Aspek-aspek di atas menunjukkan bahwasanya aksi Bom Thamrin pada tahun 2016
silam memberikan dampak yang nyata bagi masyarakat sekitar, dan tak jarang dampak-dampak
tersebut masih dirasakan oleh masyarakat sampai hingga saat ini. Selain itu, diketahui juga
bahwa meskipun terdapat narasumber yang tidak terlalu mendapat dampak yang berpengaruh
terhadap kondisi psikologisnya dari aksi bom tersebut, tetapi orang-orang di sekitarnya tetap
mendapat dampak yang dapat dikatakan cukup berpengaruh terhadap kondisi mereka secara
psikologis.

Kesimpulan

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dampak yang dirasakan oleh setiap orang
berbeda-beda mengenai peristiwa Bom Thamrin pada tahun 2016 ini. Beberapa orang
merasakan adanya perubahan pada diri mereka, untuk sementara maupun hingga sekarang,
seperti merasa lebih was-was, hati-hati, dan selalu khawatir dengan orang-orang sekitar.
Perubahan tersebut dirasakan karena peristiwa bom tersebut menjadi trauma tersendiri bagi
mereka. Terlebih lagi seperti yang kita ketahui dari salah satu narasumber bahwa pelaku dapat
merupakan orang-orang yang sebelum melakukan aksinya, mereka berbaur dengan masyarakat
umum sehingga saat ini, beberapa orang yang memang trauma cenderung untuk lebih berhati-
hati ketika berinteraksi dengan orang-orang yang ada di sekitar lokasi. Selain itu, terdapat
tempat umum yang ada di sekitar lokasi kejadian yang memilih untuk meningkatkan sistem
keamanannya guna untuk lebih berhati-hati sejak peristiwa tersebut. Namun, beberapa orang
tidak merasakan adanya perubahan. Bahkan, masih terdapat beberapa pedagang yang memilih
untuk tetap melakukan aktivitas mereka beberapa jam pasca kejadian Bom Thamrin tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Akhdi Martin Pratama. (2016). Kaleidoskop 2016: Kilas Balik Bom Thamrin. Kompas.Com.

Darmadi, A. A. N. O. Y., & Yoga, I. N. D. (2019). Upaya Pemulihan Korban Tindak Pidana
Terorisme oleh Dinas Kesehatan Kota Denpasar dan Kejaksaan Negeri Denpasar. Kertha
Patrika, 41(2).

8
Dedy Tabrani. (2016). Penanganan Teror Bom Thamrin Ditinjau Berdasarkan skep Kapolri
Nomor: 172 Tahun 2014 tentang Penanganan Tempat Kejadian Perkara (PTKP) Bom.
Jurnal Keamanan Nasional, 2(2).

Handoko, A. (2019). Analisis Kejahatan Terorisme Berkedok Agama. Jurnal Sosial & Budaya
Syar-I, 6(2), 156.

Pasumbu, Y. D., Nawing, K., & Lande, A. (2018). DAMPAK KASUS TERORISME
TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA TRIMULYA KECAMATAN
POSO PESISIR UTARA. Journal Edu Civic Media Publikasi Prodi Ppkn.

Reni Windiani. (2017). Peran Indonesia dalam Memerangi Terorisme. Jurnal Ilmu Sosial,
16(2).

Tohirin. (2013). Bimbingan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi).


Rajawali Pers.

Winarni, L. N. (2016). KEBIJAKAN HUKUM PIDANA NON PENAL DALAM


PENANGGULANGAN KEJAHATAN RADIKALISME BERBENTUK TERORISME.
Jurnal Ilmu Hukum, 12(23).

Yusuf, A. M. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & Penelitian Gabungan.


Kencana.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai