Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan adalah sesuatu yang esensial bagi manusia. Melalui

pendidikan, manusia dapat belajar mengahadapi segala problematika yang ada di

alam semesta, demi mempertahankan kehidupanya, pendidikan dalam kehidupan

manusia mempunyai peranan yang sangat penting. Ia dapat membentuk

kepribadian seseorang dan pendidikan di akui sebagai kekuatan yang dapat

menentukan prestasi dan produktivitas seseorang dimana pendidikan berlangsung

seumur hidup dan menjadi tanggung jawab semua pihak yakni pemerintah,

masyarakat dan keluarga. Fungsi pendidikan adalah membimbing anak kearah

suatu tujuan yang kita nilai tinggi, pendidikan yang baik adalah usaha yang

berhasil membawa semua anak didik kepada tujuan (Nasution dalam Soniya,

2009: 1).

Pendidikan merupakan proses usaha secara sadar yang dilakukan oleh

pendidik dan peserta didik untuk dapat mengembangkan potensi sehingga dapat

mencapai tujuan yang diinginkan. Tujuan dari suatu pendidikan tercantum dalam

Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab

II pasal 3 yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab. Pendidikan di Indonesia dibagi menjadi tiga jalur yaitu

1
2

formal, nonformal, dan informal. Pendidikan formal adalah jalur yang jelas dan

terstruktur terdiri atas pendidikan dasar, menengah, dan perguruan tinggi.

Pendidikan formal menengah yang dapat ditempuh untuk dapat meningkatkan

kualitas sumber daya manusia salah satu pendidikan didalamnya adalah SD

(Sekolah Dasar).

Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan sangat pesat, tanpa

batasan waktu dan letak geografis. Dampaknya semakin terbuka dan tersebarnya

berbagai informasi secara global. Pengaruhnya pun sangat luas dalam berbagai

aspek dan bidang kehidupan tak terkecuali dalam pendidikan.

Pendidikan sebagai sarana membangun sumber daya manusia dalam suatu

negara, diharapkan melalui pendidikan peserta didik nantinya dapat mengelola

permasalahan kehidupan dan masalah yang mengakar di masyarakat dengan terjun

di dalam masyarakat dan mampu bersaing dalam era globalisasi.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. (UU Sisdiknas 2003). Hal ini

menekankan bahwa pendidikan menjadi pondasi yang amat penting dalam proses

terbentuknya sumberdaya manusia dalam suatu negara untuk mengenbangkan

potensi yang ada dalam diri setiap peserta didik, diharapkan nantinya dapat

berguna untuk keperluan diri sendiri, masyarakat maupun bangsa dan negara.
3

Pendidikan jarak jauh sendiri telah diatur dalam UU Sisdiknas 2003

Bagian Ke-10 Pasal 31 yang berbunyi: (1). Pendidikan jarak jauh dapat

diselenggarakan pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. (2). Pendidikan

jarak jauh berfungsi memberikan layanan pendidikan kepada kelompok

masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka atau reguler.

(3). Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam berbagai bentuk, modus, dan

cakupan yang didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian

yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan standar nasional pendidikan. (4).

Ketentuan mengenai penyelenggaraan pendidikan jarak jauh sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan

Peraturan Pemerintah. (UU Sisdiknas 2003)

Pendidikan jarak jauh sebagai alternatif pemilihan metode pembelajaran

yang dilaksanakan untuk menghadapi masalah yang muncul karena jauhnya lokasi

antara lembaga pendidikan/pengajar dengan lokasi peserta didik, dengan

pendidikan jarak jauh diharapkan peserta didik dapat tetap mengikuti

pembelajaran tanpa terkendala letak geografis.

Menurut Sadiman dkk, yang dikutip oleh Bambang Warsita Pengertian

pendidikan jarak jauh itu sendiri adalah pendidikan terbuka dengan program

belajar yang terstruktur relatif ketat dan pola pembelajaran yang berlangsung

tanpa tatap muka atau keterpisahan antara dan peserta diklat (Bambang Warsita,

2011:15). Pendidikan jarak jauh juga melibatkan media dalam penyampaian ilmu

pengetahuan (blowledge) kepada peserta didik dan menuntut peserta didik belajar

secara mandiri.
4

Karakteristik pembelajaran jarak jauh itu sendiri menurut Keegan (1980)

memiliki karakteristik yaitu: (1). Pemisahan antara pengajar dan pembelajar, (2).

Pengaruh institusi/organisasi pendidikan, (3). Penggunaan media yang

menghubungkan guru dan pembelajar, (4). Berlangsungnya komunikasi dua arah,

(5). Memperhatikan pembelajar sebagai individu yang belajar, dan (6). Pendidikan

sebagai suatu industri. (Bambang Warsita,2011;24).

Tahun 2020 menjadi tahun yang berat bagi kita semua, hingga saat ini

Indonesia masih dilanda pandemic Covid-19. COVID-19 merupakan penyakit

menular yang disebabkan oleh sindrom pernapasan akut coronavirus 2 (serever

acute resipiratory syndrome coronavirus 2 atau SARSCoV-2). Virus ini

merupakakan keluarga Coronavirus yang dapat menyerang hewan. Ketika

menyerang manusia, Coronavirus biasanya menyebabkan penyakit infeksi

saluran pernapasan, seperti flu, MERS (Middle East Respiratory Syndrome), dan

SARS (Serever Acute Resipiratory Syndrome). COVID-19 sendiri merupakan

coronavirus jenis baru yang ditemukan di Wuhan, Hubei, China pada tahun 2019

(Faridatur Rohmah. dkk, 2020: 2).

Kasus Covid-19 diIndonesia terdeteksi pada tanggal 2 Maret 2020, ketika

dua orang terkonfirmasi tertular dari seorang warga negara jepang. Hingga saat

ini, 15 Juni 2020, Indonesia telah melaporkan 39.294 kasus positif, sehingga

menempati peringkat kedua terbanyak di Asia Tenggara setelah Singapura dan

sebelum Filipina (Bangkok Post,2020). Covid-19 banyak membawa dampak baik

maupun buruk bagi semua mahkluk hidup dan alam semesta. Segala daya dan

upaya sudah dilakukan pemerintah guna memperkecil kasus penularan Covid-19.


5

Tak terpungkiri salah satu nya adalah kebijakan belajar online, atau dalam

jaringan (daring) untuk seluruh siswa/i hingga mahasiswa/i karena adanya

pembatasan sosial.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia mengeluarkan

Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan

Dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus Disease (Covid-19) poin ke 2 yaitu

proses belajar dari rumah dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Belajar dari rumah melalui pembelajaran daring/jarak jauh dilaksanakan


untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, tanpa
terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan
kelas maupun kelulusan;
b. Belajar dari rumah dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup
antara lain mengenai pandemic Covid-19;
c. Aktivitas dan tugas pembeljaran belajar dari rumah dapat bervariasi antar
siswa, sesuai minat dan kondisi masing-masing, termasuk
mempertimbangkan kesenjangan akses/fasilitas belajar dirumah;
d. Bukti atau prosuk aktivitas belajar dari rumah diberi umpan balik yang
bersifat kualitatif fan berguna dari guru, tanpa diharuskan memberi
skor/nilai kuantitatif.

Pemaduan penggunaan sumber belajar tradisional (offline) dan online

adalah suatu keputusan demokratis untuk menjembatani derasnya arus penyebaan

sumber belajar elektronik (e-learning) dan kesulitan melepaskan diri dari

pemanfaatan sumber-sumber belajar yang digunakan dalam ruang kelas. Artinya,

e-learning bagaimanapun canggihnya teknologi yang digunakan belum mampu

menggantikan pelaksanaan pembelajaran tatap muka karena metode interaksi

tatap muka konvensional masih jauh lebihefektif dibandingkan pembelajaran

online atau e-learning. Selain itu, keterbatasan dalam aksesibilitas Internet,

perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software), serta pembiayaan


6

sering menjadi habatan dalam memaksimalkan sumber-sumber belajar online

(Yaumi, 2018).

Namun dari kebijakan yang dikeluarkan tentunya tidak dapat memastikan

semuanya akan berjalan sebagaimana mestinya disemua kalangan, khususnya

sekolah didesa-desa yang kekurangan fasilitas berupa teknologi terpadu guna

menunjang proses pembelajaran belajar online.Kurangnya biaya dan fasilitas yang

memadai antara guru dengan siswa/i nya membuat proses pembelajaran online

tidaklah seefektif yang diharapkan.

Menurut Daryanto (2008:106) “pemahaman (comprehension) adalah


kemampuan ini umumnya mendapat penekanan dalam proses belajar
mengajar. Guru di tuntut memahami atau mengerti apa yang di ajarkan,
mengerti apa yang sedang di komunikasikan dan dapat memanfaatkan
isinya tanpa keharusan menghubungkannya dengan hal-hal lain. Tidak
hanya pemahaman, pengelolaan sistem pembelajaran pun harus dibuat
secara efektif sehingga siswa memahami dan mengerti dengan materi
yang diberikan. Pengelolaan adalah suatu rangkaian pekerjaan atau
usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan
serangkaian kerja dalam mencapai tujuan tertentu, yang meliputi
kegiatan merencanakan, melaksanakan sampai dengan penilaian dan
pengawasan.

Sebagaimana peraturan permerintah yang melarang pihak sekolah untuk

melakukan pembelajar tatap muka dan hanya bisa melakukan pembelajaran jarak

jauh maka, sebagai sekolah yang berkembang di butukan fasilitas yang memadai

untuk menunjang pembelajaran jarak jauh lebih efektif.

Berdasarkan dari latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk

meneliti tentang Fasilitas sekolah dalam menunjang pembelajaran jarak jauh (PJJ)

di kelas V SD Inpres Bumi Sagu. Dari uraian diatas dapat digambarkan

perkembangan teknologi saat ini sangat berpengaruh terhadap dunia pendidikan,


7

pembelajaran konvensional berlangsung perlu dilengkapi dengan E-learning.

Berikut adalah identifikasi masalah penelitian yang dituangkan dalam butir-butir

berikut:

1. Fasilitas yang dimiliki oleh sekolah tergolong lengkap, salah satu fasilitas
yang ada dalam sekolah yaitu WiFi. Namun fasilitas WiFi ini belum
banyak dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar bagi guru dan peserta
didik, dengan adanya Pembelajaran jarak jauh nantinya diharapkan guru
dapat memberikan materi dan tugas sehingga peserta didik juga dapat
belajar dan mengerjakan tugas tanpa harus menunggu jadwal pembelajaran
di kelas.
2. Keinginan pihak sekolah untuk dapat memaksimalkan fasilitas dan
meningkatkan kualitas pembelajar agar pembelajaran jarak jauh lebih
efektif lagi. Untuk dapat mengoptimalkan penggunaan Elearning, Sekolah
harus memiliki kesiapan dan mengetahui sejauh mana kesiapan dalam
penerapannya Pembelajaran jarak jauh.

Melalui penelitian ini, diharapkan akan memperoleh informasi yang dapat

menjadi dasar dalam penggunaan fasilitas sekolah terhadap pembelajaran jarak

jauh, khususnya pada pembelajaran IPS, demi tercapainya tujuan pendidikan

sebagaimana yang diharapkan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian

ini adalah untuk bagaimana fasilitas sekolah menunjang pembelajaran jarak jauh

(PJJ) Pada mata pelajaran IPS di SD Inpres Bumi sagu?.

1.3 Tujuan Penelitian


8

Sesuai dengan permasalahan yang dipaparkan di atas, tujuan penelitian

yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk Menganalisis fasilitas

sekolah dalam menunjang pembelajaran jarak jauh Pada mata pelajaran IPS.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memeberikan sumbangan informasi

bagi peneliti berikutnya dimasa yang akan datang, terutama yang

berhubungan dengan hal yang sama.

1.4.2 Manfaat Praktis

Adapun manfat teoritis dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi Sekolah

1) Memberikan gambaran mengenai Fasilitas sekolah terhadap

penerapan pembelajaran jarak jauh dalam menunjang pembelajaran.

2) Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

menyempurnakan proses belajar mengajar.

3) Penelitian ini dapat memberikan gambaran tindak lanjut yang

dilakukan pihak sekolah terhadap fasilitas sekolah tentang hal terkait


9

2. Bagi Peneliti

1) Penelitian ini bermanfaat sebagai salah satu wahana dalam

menerapkan teori - teori yang diperoleh selama menjalani studi di

Universitas Tadulako.

2) Penelitian ini bermanfaat untuk memperluas pengetahuan dan

wawasan baru.

1.5 Batasan Istilah

Agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam penelitian ini maka di butuhkan

adanya batasan istilah sebagai berikut:

1. Faktor-faktor yang di maksud dalam penelitian ini adalah Fasilitas sokolah

sangat berperan penting dalam menunjang pembelajaran jarak jauh.

2. Efektifitas pembelajaran jarak jauh adalah bagaimana suatu pembelajaran

bisa diketahui oleh semua komponen disekolah baik guru dan siswa. Dan

bagaimana guru membuat pembelajaran berjalan dengan baik adanya

fasilitas onine dan agar siswa bisa mendapatkan pengetahuan dari proses

yang diberian oleh guru sehingga proses belajar tetap berjalan aktif dan

efektif.
10
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian yang Relevan

Adapun penelitian yang relevan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Faridatur Rohmah (2016) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

kesiapan sekolah terhadap penerapan pembelajaran online (Daring) di

SMA Negeri 1 Kutowinangun dan mengetahui faktor-faktor yang kuat

yang perlu dipertahankan dan faktor yang masih lemah yang

membutuhkan peningkatkan dalam penerapan Daring. Penelitian ini

merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan instrumen yang

dikembangkan menjadi beberapa dan menggunakan skala penilaian yang

dengan empat kategori. Penelitian ini menggunakan enam faktor ELR

yaitu (1) kesiapan peserta didik (2) kesiapan guru (3) Infrastrastruktur (4)

dukungan managemen (5) budaya sekolah (6) kecenderungan

pembelajaran tatap muka, enam faktor tersebut dijabarkan menjadi 34

pernyataan yang diajukan pada responden. Lokasi penelitian adalah SMA

Negeri 1 Kutowinangun. Responden pada penelitian ini adalah semua guru

di SMA Negeri 1 Kutowinangun yaitu sejumlah 59 orang. Hasil penelitian

SMA Negeri 1 Kutowinangun siap mengunakan Elearning namun

membutuhkan sedikit peningkatan dengan skor keseluruhan ELR 3,78.

Lima faktor dari enam faktor yang diajukan menunjukkan kategori siap

11
12

dengan sedikit peningkatan. Lima faktor tersebut faktor kesiapan guru

dengan skor ELR 3,97, faktor kesiapan peserta didik dengan skor ELR

3,92, faktor infrastruktur dengan skor ELR 3, 82, faktor dukungan

managemen dengan skor ELR 3,82 , dan faktor budaya sekolah dengan

skor ELR 3,76. Faktor keenam yaitu faktor kecenderungan pembelajaan

tatap muka memiliki skor ELR < 3,4 sehingga dikategorikan belum siap

dan membutuhkan sedikit peningkatan untuk dapat menerapkan elearning

disekolah.

2. Hidayatun Rahma (2020), judul penelitian ini “Analisis Keefektifan

pembelajaran online di masa pandemik COVID 19. Adapun Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai keefktifan

dari sistem pembelajaran online dimasa pandemic Covid-19 di SD Negeri

Banyuajuh 6, Kamal, Madura, Jawa Timur. Tujuan penelitian sangat

diperlukan agar penelitian dapat terarah dengan jelas. Penelitian ini

memiliki dua tujuan yakni, tujuan umum dan tujuan khusus, Penelitian ini

menggunakan metode kualitatif eksploratif dengan pendekatan induktif.

Dalam penelitian ini, responden yang berkaitan sebanyak 5 orang dari SD

Banyuajuh 6 Kamal, terdiri dari 2 guru, 2 wali murid, dan 1 murid. Untuk

menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti memberi nama

responden P1, P2, P3, P4, dan P5. Wawancara dilakukan terstruktur

dengan pertanyaan yang disusun dan dikaitkan serta dikembangkan dengan

literatur terkait.
13

Persamaan dan perbedaan dari beberapa penelitian yang relevan diatas

dengan yang akan diteliti adalah:

Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan Penelitian yang Relevan

JUDUL PERSAMAAN PERBEDAAN


Faridatur Rohmah 2016. Peneliti terdahulu dan Peneliti terdahulu
Penelitian ini bertujuan sekarang sama-sama meneliti sebelum masa
untuk mengetahui meneliti tentang pandemi Covid 19,
kesiapan sekolah pembelajaran sedangkan peneliti
terhadap penerapan online/daring sekarang meneliti di
pembelajaran online masa pandemi Covid 19
(Daring) di SMA Negeri
1 Kutowinangun dan
mengetahui faktor-faktor
yang kuat yang perlu
dipertahankan dan faktor
yang masih lemah yang
membutuhkan
peningkatkan dalam
penerapan Daring.
Hidayatun Rahma Peneiti terdahulu dan Peneliti terdahulu
(2020), Adapun Tujuan sekarang sama-sama meneliti kesiapan
dari penelitian ini adalah meneliti tentang sekolah terhadap
untuk mendapatkan pembelajaran online/ penerapan pembelajaran
informasi mengenai daring online sedangkan
keefktifan dari sistem peneliti sekrang meneliti
pembelajaran online tentang Keefektifan
dimasa pandemic Covid- dalam pembelajaran
19 di SD Negeri
14

Banyuajuh 6, Kamal, online/daring.


Madura, Jawa Timur.

2.2 Kajian Pustaka

2.2.1 Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)

2.2.1.1 Pengertian Pembelajaran Jarak Jauh

Pada hakekatnya pembelajaran jarak jauh merupakan pendidikan yang

berlangsung sepanjang hayat yang berorientasikan pada kepentingan, kondisi, dan

karakteristik pembelajar. Pendidikan sepanjang hayat merupakan salah satu

bentuk hak asasi manusia, yaitu bahwa setiap manusia wajib mencari ilmu sejak

lahir atau dalam buaian ibu hingga meninggal dunia masuk ke liang lahat, serta

berhak untuk mendapat apa yang diperlukan untuk pertumbuhan dan

perkembangan dirinya sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam

masyarakat. Pembelajaran jarak jauh sifatnya khusus (spesifik) yang meliputi

sejumlah program pendidikan dan pembelajaran atau pemberdayaan pembelajar,

sehingga memungkinkan diperolehnya pendidikan yang sesuai dengan hakikat

manusia, yaitu meliputi mi- nat, kebutuhan dan kemampuannya.

Menurut Munir (2009: 18) Pengertian pembelajaran jarak jauh adalah

ketika proses pembelajaran tidak terjadinya kontak dalam bentuk tatap muka

langsung antara pengajar dan pembelajar. Komunikasi berlangsung dua arah yang

dijembatani dengan media seperti komputer, televisi, radio, telephon, internet,

video dan sebagainya.


15

Pembelajaran jarak jauh menekankan bahwa (distance education) akan

efektif jika pembelajar merasa lebih nyaman dan termotivasi untuk belajar dengan

adanya komunikasi. Tanpa komunikasi timbal balik pembe- lajaran akan berubah

menjadi indoktrinasi, belajar bukannya merupakan aktivitas menyenangkan,

melainkan menjadi beban yang berat.

Pembelajaran jarak jauh merupakan bentuk aktivitas belajar mengajar yang

bercirikan pembagian kerja dan materi pembelajaran secara massal. Pembelajaran

jarak jauh merupakan metode untuk mengajarkan ilmu pengetahuan,

keterampilan, dan sikap dengan cara menerapkan dan memanfaatkan teknologi

yang dapat memproduksi materi pembelajaran berkualitas secara massal

sehingga dapat digunakan se- cara bersamaan oleh pembelajar yang tempat

tinggalnya tersebar di mana-mana (Munir, 2009: 18).

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan jarak

jauh berfungsi memberikan layanan pendidikan kepada kelompok masyarakat

yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka atau reguler.

2.2.1.2 Pengertian Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Web atau Online

Pembelajaran jarak jauh bukanlah sesuatu yang baru di dunia pendidikan.

Proses pembelajarannya biasanya dilakukan dengan mengirimkan berbagai materi

pem- belajaran dan informasi dalam bentuk cetakan, buku, CD-ROM, atau video

lang- sung ke alamat pembelajar. Selain itu yang dikirimkan secara langsung ke

pem- belajar adalah urusan administrasi pembelajaran dan manajemen

pembelajaran (Munir, 2009: 18-19).


16

Menurut Munir (2009: 18-19) Pembelajaran jarak jauh mengalami kendala

karena pembelajarnya tersebardi wilayah yang berbeda-beda, sehingga sulit untuk

mengumpulkan pembelajar pada satu waktu dan tempat tertentu. Dalam

pembelajaran jarak jauh materi pembelajaran tidak seharusnya disampaikan di

kelas dalam suatu pertemuan, tetapi dapat diberikan secara langsung tanpa

kehadiran para pembelajar dan pengajar.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, khususnya

perkembangan teknologi komputer dengan internetnya, yang sangat pesat dewasa

ini, berpengaruh terhadap berkembangnya konsep pembelajaran jarak jauh.

Internet menjadi media yang sangat tepat dalam pembelajaran jarak jauh karena

mampu menem- bus batas waktu dan tempat atau dapat diakses kapan saja,

dimana saja, multiuser dan memberikan kemudahan. Dengan teknologi ini

informasi dan materi pem- belajaran menjadi cepat sampainya.

Pembelajaran jarak jauh akan efektif dibandingkan pembelajaran

konvensional jika sebelumnya membuat suatu web based distance learning yang

mempertimbangkan berbagai aspek yang perlu serta trade off-nya. Pembelajaran

jarak jauh akan efektif jika melibatkan interaksi antara pembelajar dengan

pengajar, pembelajar dengan pembelajar, pembelajar dengan media (termasuk

fasilitas) pembelajaran. Pola interaksi pembelajaran berlangsung secara aktif dan

interaktif. Media pembelajaran atau trade-off teknologi yang digunakan dalam

interaksi “face-to-face” langsung antara pembelajar dan pengajar seperti halnya

dalam pembelajaran konvensional dapat dicapai atau setidaknya mendekati.


17

Penggunaan teknologi dalam menunjang pembelajaran jarak jauh harus

diperhatikan untuk membantu pendidikan.

Dalam web based distance learning pengajar dan pembelajar memerlukan

fasilitas internet untuk tetap menjaga konektivitasnya sehingga dapat menentukan

kesinambungan suatu pembelajaran jarak jauh. Web based distance learning

sebagai suatu internet based community dapat memfasilitasi bertemunya atau

berinterak- sinya pembelajar dan pengajar. Pengajar seharusnya mampu

memindahkan apa yang biasa dilakukan oleh pengajar di depan kelas kepada suatu

bentuk web atau materi pembelajaran online. Web ini harus mampu memberikan

informasi kepada pembelajar dengan selalu dapat diakses oleh pembelajar, dan

pengajar selalu ter update setiap waktu.

Berdasarakan penjelesan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran jarak jauh sebagai metode pembelajaran yang memberikan

kesempatan kepada pembelajar untuk belajar secara terpisah dari kegiatan

mengajar pengajar, sehingga komunikasi antara pembelajar dan pengajar harus

dilakukan dengan bantuan media, seperti media cetak, elek- tronik, mekanis, dan

peralatan lainnya.

2.2.1.3 Bentuk Pembelajaran Jarak Jauh Online

Menurut Munir (2009: 23) Pembelajaran jarak jauh ada beberapa bentuk,

antara lain:

1. Program pendidikan mandiri.


18

2. Program tatap muka diadakan di beberapa tempat pada waktu yang telah

ditentukan. Informasi pendidikan tetap disampaikan, dengan/tanpa

interaksi dari pembelajar.

3. Program tidak terikat pada jadwal pertemuan, di satu tempat. Pembe-

lajaran jarak jauh didasarkan pada dasar pemikiran bahwa pembelajar

adalah pusat proses pembelajaran, bertanggung jawab terhadap pembe-

lajaran mereka sendiri, dan berusaha sendiri di tempat mereka sendiri.

4. Pembelajaran jarak jauh dengan e-learning, yaitu pembelajaran online

berbasis teknologi informasi via internet. Sistem pembelajaran ini dapat

dilengkapi dengan modul atau buku-buku pelengkap.

2.2.1.4 Tujuan Pembelajaran Jarak Jauh

Pembelajaran jarak jauh memungkinkan pembelajar untuk memperoleh

pendidikan pada semua jenis, jalur, dan jenjang secara mandiri dengan

menggunakan berbagai sumber belajar dengan program pembelajaran yang sesuai

dengan kara- kteristik, kebutuhan, dan kondisinya. Pembelajaran jarak jauh

menyediakan ber- bagai pola dan program Pembelajaran jarak jauh untuk

melayani kebutuhan ma- syarakat dan mengembangkan dan mendorong terjadinya

inovasi berbagai proses pembelajaran dengan berbagai sumber belajar (Munir,

2009: 25).

Pembelajaran jarak jauh diharapkan dapat mengatasi masalah kesenjangan

pemerataan kesempatan, peningkatan mutu, relevansi, dan efisiensi dalam bidang

pendidikan yang disebabkan oleh berbagai hambatan seperti jarak, tempat, dan

waktu. Untuk itu, penyelenggaraan pembelajaran jarak jauh harus sesuai dengan
19

karakteristik pembelajar, tujuan pembelajaran dan proses pembelajaran. Dengan

demikian, tujuan pembelajaran jarak jauh adalah untuk memberikan kesempatan

pendidikan kepada warga masyarakat yang tidak dapat mengikuti pembelajaran

konvensional secara tatap muka (Munir, 2009: 25).

2.2.1.5 Prinsip Pembelajaran Jarak Jauh

Pembelajaran jarak jauh mencakup upaya yang ditempuh pembelajar untuk

mewujudkan sistem pendidikan sepanjang hayat, dengan prinsip-prinsip

kebebasan, kemandirian, keluwesan, keterkinian, kesesuaian, mobilitas, dan

efisiensi. Prinsip-prinsip tersebut menjadi dasar bagi pengambil keputusan dalam

bidang pendidikan untuk menyediakan berbagai fasilitas pembelajaran jarak jauh.

Prinsip-prinsip pembelajaran jarak jauh menurut Munir (2009: 25) tersebut

sebagai berikut:

1. Prinsip kebebasan artinya sistem pendidikan sifatnya demokratis karena diran-


cang agar bebas bisa diikuti oleh siapa saja. Apalagi pembelajar sifatnya
heterogen baik dalam kondisi atau karakteristiknya yang meliputi motivasi,
kecerdasan, latar belakang pendidikan, kesempatan maupun waktu untuk
belajar. Oleh karena itu, isi program pendidikan, cara penyajian program, dan
proses pembelajaran dirancang secara khusus, yaitu tidak terbatas pada materi
pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya, tempat, jarak, waktu, usia,
jender dan persyaratan non akademik lainnya.
2. Prinsip kemandirian diwujudkan dengan adanya kurikulum atau program pen-
didikan yang dapat dipelajari secara mandiri (independent learning), belajar
per- orangan atau belajar kelompok. Pengajar hanya sebagai fasilitator yang
memberi- kan bantuan atau kemudahan kepada pembelajar untuk belajar,
sehingga bantuan yang diberikan pengajar seminimal mungkin atau tidak
dominan disesuaikan dengan keadaan pembelajar tersebut. Materi
pembelajaran pun dirancang agar pembelajar dapat belajar mandiri seperti
20

disediakannya paket-paket pembelajaran yang dapat dipelajari sendiri, adanya


program tutorial untuk memberikan bimbingan, dan rancangan ujian dengan
pendekatan belajar tuntas (mastery learn- ing). Peranan materi pembelajaran
dalam proses pembelajaran jarak jauh sangat penting, maka perlu
mengembangkan materi pembelajaran yang baik dalam kualitas dan
kuantitasnya. Oleh karena itu sudah seharusnya dilakukan suatu kajian atau
evaluasi terhadap materi pembelajaran sehingga mempunyai standar yang
sama. Hasil kajian ini sebagai bahan masukan untuk perbaikan dalam pengem-
bangan materi pembelajaran yang baru.
3. Prinsip keluwesan memungkinkan pembelajar untuk fleksibel mengatur jadwal
dan kegiatan belajar, mengikuti ujian atau penilaian kemajuan belajar, dan
men- gakses sumber belajar sesuai dengan kemampuan pembelajar.
4. Prinsip kesesuaian menunjukkan pada program belajar yang relevan dengan
ke- butuhan pembelajar sendiri, tuntutan lapangan kerja, perkembangan ilmu
penge- tahuan dan teknologi, atau perkembangan yang terjadi di masyarakat.
Pembelajar belajar sesuai dengan keinginan, minat, kemampuan, dan
pengalamannya sendiri.
5. Prinsip mobilitas memungkinkan pembelajar belajar dengan cara berpindah
tem- pat sesuai dengan keadaan yang memungkinkan untuk terjadinya proses
pembe- lajaran. Pembelajar pun dapat belajar dengan jenis, jalur, dan jenjang
yang setara atau dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
disesuaikan dengan persyaratan yang berlaku.
6. Prinsip efisiensi adalah memberdayakan berbagai macam sumber daya, seperti
sumber daya manusia atau teknologi yang tersedia dengan seoptimal mungkin
agar pembelajar bisa belajar.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa prinsip Program

Pembelajaran Jarak Jauh bertujuan meningkatkan mutu kemampuan para

pembelajar sesuai dengan bidang kemampuan, minat dan bakatnya masing-masing

agar lebih mampu meningkatkan kualitas dirinya sendiri.


21

2.3 Pengertian Fasilitas

Fasilitas adalah Semua sarana dan prasarana yang mendukung aktifitas

pembelajaran, sehingga dapat mempermudah dan memperlancar proses belajar

mengajar, seperti, bangunan sekolah, media alat peraga dan lain lain.

Menurut Zakiah Daradjat dalam Nyoman Muly (2012:8) bahwa “Fasilitas

adalah segala sesuatu yang dapat mempermudah upaya dan memperlancar kerja

Dalam rangka mencapai suatu tujuan”. Sedangkan menurut Suryo Subroto

(2008:36) fasilitas memperlancarkan pelaksanaan suatu usaha dapat berupa

benda-benda maupun uang.

2.3.1 Macam-Macam Fasilitas Balajar

Kegiatan belajar mengajar akan berjalan lancar, teratur, efektif dan efisien

jikaa ditunjang dengan fasilitas belajar yang memadai, baik yang disediakan

sekolah maupun milik pribadi. Karena tanpa adanya fasilitas yang memenuhi

persyaratan tentunya kegiatan belajar dan keberhasilan belajar akan terhambat.

Adapun fasilitas belajar tersebut adalah:

2.3.1.1 Gedung Sekolah

Gedung Sekolah menjadi central perhatian dan pertimbangan bagi setiap

pelajar yang ingin memasuki suatu lembaga sekolah tertentu. Karena mereka

beranggapan kalau suatu sekolah mempunyai bangunan fisik yang memadai

tentunya para siswa dapat belalajar dengan nyaman. Dan menganggap sekolah

tersebut termasuk sekolah yang ideal. Kadang-kadang perhatian meraka pun

berlebihan dan terjadi salah pandang. Sekolah di anggap sebagai sarana untuk

mencari sensasi dan persaingan. Sehingga tujuan utuma untuk mencari sekolah
22

yang benar-benar memadai dalam proses belajar menggajar terlupakan, dan hanya

tertarik pada bangunan fisik yang indah, tanpa Memperhatikan apakah sekolah

Tersebut sudah sesuai dengan syarat Pendidikan. namun ini ti dak berarti bahwa

gedung sekolah yang indah dan memenuhi syarat untuk belajar tidak penting.

2.3.1.2 Ruang Belajar (kelas)

Erlina. Dalam, Nyoman Mully (2012:10). Kelas adalah suatu ruangan

sebagai tempat terjadinya proses interaksi belajar mengajar. Kelas yang baik dan

serási adalah kelas yang dapat menciptakan kondisi yang kondusif, karena

ruangan belajar merupakan salah satu unsur penunjang balajar yang efektif dan

menjadi lingkungan belajar yang nantinya berpengaruh terhadap kegiatan dan

keberhasilan belajar.

Sebaliknya jika ruang belajar menyediakan lingkungan belajar yang

kurang atau tidak menyenangkan, maka kegiatan belajar yang kurang terangsang

dan hasilnya kurang memuaskan. merupakan tempat tersendiri, yang tenang,

warna dindingnya sebaiknya jangan yang tajam. Dalam ruangan jangan sampai

ada hal-hal yang dapat menganggu Perhatian”. Karena sebagian besar waktu siswa

dan guru selama berada di sekolah di pergunakan diruang belajar, dengan ruang

belajar yang memenuhi Persyaratan peserta didik akan betah di dalam kelas

dengan suasan kelas yang kondusif, Secara ideal di harapkan ruang belajar itu

memenuhi persyaratan yang mampu menunjang kegiatan belajar, dengan

mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

1) Ukuran kelas
2) Penerangan
3) Sirkulasi udara (ventilasi).
23

4) Tempat duduk dan meja tulis


5) Hiasan kelas
Selain belajar di kelas sesorang dapat belajar di mana saja tetapi untuk

belajar yang serius dipelukan tempat belajar yang baik, yaitu yang cukup luas,

penyinaran yang Memadai, tidak bising dan tidak dikeliling lalu lalang banyak

Orang. Tempat seperti itu biasanya lebih mendukung untuk belajar dari pada

tempat yang kurang

2.3.1.3 Alat atau Media Pengajaran

Media pengajaran dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat

digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan

kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar”. Bentuk-bentuk media

yang digunakan untuk meningkatkan pengalaman belajar agar menjadi kongkrit.

Penggunaan media tidak lain adalah untuk mengurangi verbalisme agar anak

mudah memahami bahan pelajaran yang disajikan.

Menurut. Daryanto dalam panduan proses pembelajaran (2009:419) Media

merupakan sarana atau alat terjadinya proses belajar mengajar. Media intkstional

yaitu segala sesuatu yang dapat di pakai untuk memberikan rangsangan sehingga

terjadi interaksi belajar. Penggunaan media harus disesuaikan dengan pencapaian

tujuan. Bila penggunaan media tidak tepat membawa akibat pada pencapaian

tujuan pengajaran kurang efektif. Untuk itu guru harus terampil memilih media

pengajaran agar tidak mengalami kesukaran dalam menunaikan tugasnya.

Kegiatan belajar akan efektif jika dibantu dengan alat pengajaran dari pada siswa

belajar tanpa di bantu dengan alat peraga pengajaran. Dari luasnya tujuan belajar

yang hendak dijangkau dapat diiperkiraka untuk media pendidikan perlu adanya
24

pengaturan perorganisasian dan Pengadministrasian yang memungkinkan

pelaksanaan penilaian terhadap media pengajaran tersebut. Pada kenyataanya

banyak sekolah-sekolah yang belum mengenal perlakuan khusus terhadap media

pendidikan bahwa tidak aneh lagi jika terdapat Sekolah yang fasilitas media

belajarnya amat minim, walaupun mereka mengetahui betapa pentingnya masalah

kemediaan.

2.3.1.4 Perpustakaan Sekolah

Dalam kegiatan belajar mengajar disekolah membaca merupakan salah atu

kegiatan pokok yang tidak mungkin dihindari oleh setiap peserta didik. Untuk itu

perlu adanya gudang bacaan berupa perpustakaan untuk mengembangkan materi

yang di pelajari pada waktu berlangsung proses pembelajaran, karena belajar tidak

hanya Sebatas diruang kelas, Ahmad Susanto (2013:183) perpustakaan juga

sangat menunjang, perpustakaan sekolah merupakan suatu unit kerja yang

merupakan bagian integral dari lembaga pendidikan sekolah yang berupa tempat

menyimpan koleksi bahan pustaka. Perpustakaan sekolah Dikelolah dan diatur

secara sistematis dengan cara tertentu digunakan oleh siswa dan guru sebagai

sumber penelitian, membantu perencanaan pendidikan, menyediakan sajian yang

baik perkembangan pribadi peserta didik, mendorong hasrat belajar, memahami

karangan, memudahkan cara mengajar dan memnuhi kehausan peserta didik

dalam mencari informasi sendiri

Dari pengertian tersebut terlihat ciri dari perpustakaan yaitu, sebagai

tempat yang di gunakan untuk mengumpulkan, menyimpan dan memelihara buku-

buku, sebagai tempat untuk mengoleksi berbagai sumber bacaan yang berfungsi
25

untuk sumber informasi yang disertai dengan tenaga pengelola. Untuk itu setiap

perpustakaan sekolah yang ada harus di sekolah dengan baik sebagai sarana untuk

memenuhi dan mendorong berbagai perhatian dan keingintahuan para siswa.

Sehingga perpustakaan dapa berfungsi sebagai pusat kegiatan belajar mengajar

pusat penelitian sederhana dan pusat membaca guna menambah ilmu

pengetahuan.

Tujuan dari pengadaan perpustakaan sekolah adalah untuk :

1. Meningkatkan kemampuan berfikir dan menanamkan kebiasaan belajar


mendiri sesuai dengan bakatnya
2. Menanamkan keterpaduan dari pengetahuan yang dimiliki oleh peserta
didik.
3. Peserta didik memperoleh pengertian dengan cara menghargai presentasi
keilmuanyang di peroleh seseorang dari kegiatan mencari sendiri melalui
membaca buku.
Dalam hubungannya dengan keseluruhan proses pendidikan di sekolah.

Perpustakaan berfungsi sebagai instansi atau sebagai sarana pendidikan yang

bersifat tehnis edukatif, bersama-sama dengan unsur-unsur pendidikan lainya ikut

Menentukan terjadinya proses pendidikan. Dengan cara memberikan pelayanan

informasi untuk menunjang program belajar dan mengajar sekolah baik dalam

usaha pendalaman dan penghayatan pengetahuan, penguasaan ketrampilan

maupun penyerapan dan pengembangan nilai hidup siswa. Untuk itu buku-buku

perpustakaan sekolah hendaknya di pilih secara hati-hati sesuai dengan tingkat

perkembangan dari peserta didik. Sehingga dengan adanya penegtahuan yang

berguna bagi dirinya.

2.3.1.5 Alat-Alat Tulis


26

Proses belajar mengajar tidak dapat dilakukan dengan baik, tanpa alat tulis

yang dibutuhkan. Semakin lengkap alat tulis yang dimiliki semakin kecil

kemungkinan belajarnya akan terlambat. Alat-alat tulis yang disediakan sekolah

dan yang dimiliki siswa dapat berupa :

1. Pensil dan Polpoin


2. Penggaris
3. Penghapus
4. Alat-alat yang lain secara langsung menunjang studi siswa yang perlu
dimiliki.

3.2.1.6 Alat Tulis

Selain alat-alat tulis, dalam kegiatan belajar eseorang perlu memiliki buku

yang dapat menunjang dalam proses belajar.

Buku-buku yang dimiliki siswa antara lain :

1) Buku pelajaran wajib yaitu buku pelajaran yang sesuai dengan bidang
study yang sedang dipelajari oleh peserta didik seperti buku LKS
2) Bunku Kamus meliputi kamus bahasa indonesia, kamus arab-indonesia
dan kamus-kamus lain yang berhubungan dengan meteri pelajaran yang
dipelajari.
3) Buku tambahan, Buku tambanhan dapat berupa buku penunjang selain
buku pelajaran wajib yang dapat menunjang prestasi belajar misalnya,
majalah tentang pendidikan, ilmu pengetahuan dan lain-lain.

2.1.1 Metode Pembelajaran IPS di SD

Metode secara harfiah diartikan dengan ‘cara’. Dalam pemakaian yang

umum diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau cara melakukan suatu
27

kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-

konsep secara sistematis (Susanto, 2014:153).

Menurut Djamarah (dalam Susanto, 2014:153), metode adalah cara yang

digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Metode dapat dianggap

suatu prosedur atau proses yang teratur, suatu jalan atau cara yang teratur untuk

melakukan segala sesuatu. Adapun menurut Sudjana (dalam Susanto, 2014:153)

metode mengajar dapat diartikan sebagai cara guru dalam mengadakan hubungan

dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Dengan demikian, dapat

dimengerti bahwa metode mengajar adalah suatu cara atau alat yang dipakai oleh

seorang pendidik dalam menyampaikan bahan pelajaran sehingga bisa diterima

oleh siswa dan juga tercapainya

Dalam pemilihan atau penetapan metode yang akan diterapkan dalam

proses pembelajaran, maka hendaknya memerhatikan faktor-faktor yang dapat

memengaruhinya, sebagaimana yang dikemukakan oleh Subiyanto (dalam

Susanto, 2014:154) berikut ini:

1. Metode hendaknya sesuai dengan tujuan. Tujuan adalah suatu


cita-cita yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar.
Adapun metode dengan tujuan saling berhubungan. Artinya,
metode harus menunjang pencapaian tujuan pengajaran. Bila
tidak, maka akan sia-sialah perumusan tujuan tersebut.
2. Metode hendaknya disesuaikan dengan bahan pengajaran. Metode
pengajaran untuk mata pelajaran yang satu berbeda dengan mata
pelajaran yang lain. Bahan pelajaran dapat dianggap sebagai
pedoman atau petunjuk bagi guru untuk menentukan metode
mengajar yang akan digunakan.
3. Metode hendaknya diadaptasikan dengan kemampuan siswa.
Menyesuaikan metode mengajar dengan kemampuan siswa,
didasarkan pada tingkat atau jenjang pengajaran. Metode dalam
mengajarkan perkembangan untuk siswa sekolah dasar akan
berbeda dengan siswa sekolah menengah. Selain itu juga,
penyesuaian metode mengajar itu menyangkut pemilihan media
28

yang dimanfaatkan. Seyogyanya guru memanfaatkan media yang


berbeda dalam mengajar di sekolah dasar, karena terdapat
perbedaan kematangan siswa yang bervariasi memengaruhi
pemilihan dan penentuan metode pengajaran.

Dalam kenyataannya masih banyak guru yang melakukan pembelajaran

dalam bidang studi IPS ini dengan menggunakan metode ceramah dan tanya

jawab. Dalam situasi yang demikian, maka peran guru dan buku-buku teks masih

merupakan sumber belajar yang sangat utama. Cara-cara seperti ini cenderung

membuat siswa lebih bersikap apatis, baik terhadap mata pelajaran itu sendiri

maupun terhadap gejala-gejala sosial yang terjadi di dalam masyarakat. Dengan

demikian, seorang guru dituntut harus mempunyai kombinasi metode-metode

pembelajaran yang beragam, dengan menggunakan metode-metode lainnya selain

metode ceramah tadi, agar suasana belajar menjadi lebih baik lagi.

Perlu disadari bersama oleh para guru, khususnya guru sekolah dasar yang

memegang mata pelajaran IPS, bahwa pembelajaran IPS hendaknya dapat

membantu murid untuk memperoleh keterampilan yang dibutuhkan untuk

mengenal dan memecahkan masalah, menganalisis, menyampaikan pendapat dan

membuat suatu keputusan yang rasional sehingga dapat membantu memecahkan

masalah. Selain itu, menurut Nursid Sumaatmadja (dalam Susanto, 2014:156),

dengan pembelajaran IPS ini diharapkan dapat menyiapkan anggota masyarakat di

masa yang akan datang, mampu bertindak secara efektif. Selanjutnya, Nursid

mengatakan, nilai-nilai yang wajib dikembangkan dalam pendidikan IPS, antara

lain: nilai edukatif, praktis, teoritis, filsafat, dan kebutuhan.

Pendidikan IPS di Indonesia merupakan penyederhanaan disiplin ilmu-

ilmu sosial dan segala sesuatu yang sifatnya sosial, yang diorganisasikan secara
29

ilmiah dan psikologis dengan Pancasila dan UUD 1945 sebagai nilai sentral untuk

mencapai tujuan pendidikan nasional khususnya dan pembangunan nasional pada

umumnya. Dengan demikian, dimaklumi betapa luasnya kajian dari IPS ini,

meliputi: geografi, ekonomi, sejarah, politik, sosiologi, antropologi, psikologi, tata

negara, dan hukum.

Metode pembelajaran IPS berpijak pada aktivitas yang memungkinkan

siswa baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan

menemukan konsep serta prinsip-prinsip IPS secara holistis dan autentik. Melalui

pembelajaran IPS peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung,

sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan

memproduksi kesan-kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya. Dengan demikian,

siswa terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari.

Dalam memilih metode pembelajaran IPS di sekolah dasar,(dalam

Susanto, 2014:157) berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),

guru diharapkan memerhatikan prinsip-prinsip berikut:

1. Berpusat pada peserta didik agar mencapai kompetensi yang


diharapkan. Peserta didik menjadi subjek pembelajaran sehingga
keterlibatan aktivitasnya dalam pembelajaran tinggi. Tugas guru
adalah mendesain kegiatan pembelajaran agar tersedia ruang dan
waktu bagi peserta didik belajar secara aktif dalam mencapai
kompetensinya.
2. Pembelajaran terpadu agar kompetensi yang dirumuskan dalam
kompetensi dasar dan standar kompetensi tercapai secara utuh.
Aspek kompetensi yang terdiri dari sikap, pengetahuan, dan
keterampilan terintegrasi menjadi satu kesatuan.
3. Pembelajaran dilakukan dengan sudut pandang adanya keunikan
individual setiap siswa. Siswa memiliki karakteristik, potensi,
dan kecepatan belajar yang beragam. Oleh karena itu, dalam
kelas dengan jumlah siswa tertentu, guru perlu memberikan
layanan individual agar dapat mengenal dan mengembangkan
siswanya.
30

4. Pembelajaran dilakukan secara bertahap dan terus-menerus


menerapkan prinsip pembelajaran tuntas (mastery learning)
sehingga mencapai ketuntasan yang ditetapkan. Siswa yang
belum tuntas diberikan layanan remedial, sedangkan yang sudah
tuntas diberikan layanan pengayaan atau melanjutkan pada
kompetensi berikutnya.
5. Pembelajaran dihadapkan pada situasi pemecahan masalah,
sehingga siswa menjadi pembelajar yang kritis, kreatif, dan
mampu memecahkan masalah yang dihadapi. Oleh karena itu,
guru perlu mendesain pembelajaran yang berkaitan dengan
permasalahan kehidupan atau konteks kehidupan siswa dan
lingkungan.
6. Pembelajaran dilakukan dengan multistrategi dan multimedia
sehingga memberikan pengalaman belajar beragam bagi peserta
didik.
7. Peran guru sebagai fasilitator, motivator, dan narasumber.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan, metode pembelajaran IPS

yang dikembangkan hendaknya memerhatikan karakteristik siswa yang

memberikan ruang kepada siswa untuk dapat secara terbuka menganalisis dan

menjelaskan nilai-nilai yang berhubungan dengan masyarakat, memutuskan

tindakan, dan mengambil tindakan dengan keputusan yang reflektif. Dengan

demikian, sebaiknya guru mengkombinasikan metode-metode yang digunakan

dalam mengajar agar tercapai hasil belajar yang baik.

2.2.4. Kerangka Berpikir

Di Indonesia pembelajaran jarak jauh (distance learing) merupakan

bagian dari pendidikan jarak jauh (distance education) tercantum di dalam

undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional.

Pembelajaran jarak jauh merupakan pendidikan terbuka yang

memberikan kesem- patan kepada siapa saja, pada usia berapa saja, untuk
31

memperoleh pendidikan apa saja, dari sumber apa saja dan dari siapa saja.

Pembelajar dapat memperoleh pen- didikan di rumah (home based education)

yang dibimbing dan dibina oleh orang tua atau anggota keluarga, atau pada

lembaga pendidikan non formal. Selain itu, pembelajaran jarak jauh pun terbuka

dengan program belajar yang terstruktur, dan pola pembelajaran yang

berlangsung tanpa tatap muka atau keterpisahan fisik antara pengajar dengan

pembelajar. Dengan demikian, pembelajaran jarak jauh berusaha

memberdayakan pembelajar untuk belajar dengan berorientasi kepada kondisi

dan karakteristiknya sendiri. Pola pembelajaran diselenggarakan secara

bervariasi dengan digunakannya berbagai sumber belajar. Kondisi dan karakter-

istik pembelajar adalah keadaan pribadi dan lingkungan yang menunjukkan ke-

mampuan, hambatan dan peluang yang berbeda-beda. Kondisi yang berbeda ini

bukan alasan untuk tidak memberikan kesempatan belajar. Pendidikan harus me-

mungkinkan berkembangnya potensi pembelajar dengan optimal sesuai dengan

kondisi mereka masing-masing.

Di tengah gempita merebaknya kasus penyebaran virus corona (Covid-

19) yang terjadi akhir-akhir ini, ternyata juga membawa dampak tersendiri bagi

sektor pendidikan di Tanah Air. Penyebaran virus corona yang begitu cepat dan

bahkan telah merenggut korban jiwa tersebut, jelas mengundang kekhawatiran

bagi para pemegang kebijakan (Pemerintah) khususnya Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan (Kemendikbud), juga dari kalangan orang tua siswa maupun

mahasiswa. Fakta itulah yang akhirnya membuat sejumlah sekolah dan

perguruan tinggi di Tanah Air, terpaksa menghentikan sementara kegiatan


32

belajar mengajar (KBM) dalam kelas. Langkah ini, jelas untuk mencegah

penyebaran dan penularan virus corona kepada peserta didik.

Seorang guru dalam merencanakan pembelajaran dituntut untuk dapat

merumuskan tujuan pembelajaran secara tegas dan jelas. Perumusan tujuan

pembelajaran dapat memberikan manfaat tertentu bagi guru maupun siswa. Saat

ini telah terjadi pergeseran dalam merumuskan tujuan pembelajaran dari

penguasaan bahan ke penguasan performansi.

Tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik yang

dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk

tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Tujuan

pembelajaran seyogyanya dirumuskan secara jelas, yang didalamnya mencakup

komponen: Audience, Behavior, Condition dan Degree. Adapun alur kerangka

pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


Fasilitas Sekolah

Pembelajaran Jarak jauh dan Pembelajaran IPS


33

Gambar 2.1 Alur Kerangka Pemikiran


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif

deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan suatu metode dalam penelitian yang

mengambarkan suatu fenomena-fenomena kejadian-kejadian yang ada dan sedang

berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau atau yang terjadi pada masa lalu.

Peneliti mengunakan penelitian deskriptif karena penelitian ini berusaha untuk

menganalisis tentang bagaimana permasalahan pada proses pembelajaran Seni,

Budaya dan Keterampilan di SD Inpres Bumi Sagu Palu Kecamatan Mantikulore.

1.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

1.1.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Inpres Bumi Sagu yang berlokasi di

Jalan Letjen Soeprepo No. 55 Palu, Kelurahan Besusu Tengah, Kecamatan

Mantikullore.

1.1.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2020/2021 di

SD Inpres Bumi Sagu yang berlokasi di Jalan Letjen Soeprepo No. 55 Palu,

Kelurahan Besusu Tengah, Kecamatan Mantikulore.

3.4 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Inpres Bumi

Sagu yang berlokasi di Jalan Letjen Soeprepo No. 55 Palu, Kelurahan Besusu

34
35

Tengah, Kecamatan Mantikulore dengan jumlah total 23 siswa yang terdiri dari 13

siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan.

3.5 Prosedur penelitian

Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini dibagi dalam tiga

tahapan adalah sebagai berikut:

3.5.1 Tahap persiapan

1. Melakukan kunjungan ke SD Inpres Bumi Sagusebagai tahap awal

pengambilan data awal seperti subjek, objek dan masalah-masalah sebagai

rujukan untuk penyusunan penelitian.

2. Melakukan perumusan instrumen penelitian untuk mendapatkan data real

penunjang hasil penelitian.

3. Mengurus surat izin penelitian yang dikeluarkan oleh a.n Dekan Wakil

Dekan Bidang Akademik Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

3.5.2 Tahap Pelaksanaan

1. Menyerahkan surat izin kepada Kepala Sekolah SD Inpres Bumi

SaguPalu sebagai bukti legalitas peneliti.

2. Melakukan wawancara dengan guru kelas tentang bagaimana

permasalahan-permasalahan, keaktifan siswa dan kefektifan proses

pembelajaran Seni, Budaya dan Keterampilan di SD Inpres Bumi Sagu.

3. Melakukan analisis data hasil penelitian.

3.5.3 Tahap akhir

Menganalisis dan mengolah hasil wawancara secara deskriptif.


36

3.6 Sumber Data

Berdasarkan jenis penelitian maka diketahui jenis data yang diperoleh

merupakan jenis data deskriptif kuantitatif. Sumber data dalam pada penelitian ini

ada dua jenis data yaitu:

1. Data primer, adalah data yang berupa jawaban yang didapatkan dari

angket dan hasil wawancara.

2. Data sekunder, adalah data yang dikumpulkan dari sumber data yang

terkait. Data sekunder dalam penelitian ini salah satunya berupa

dokumentasi atau foto pelaksanaan penelitian di SD Inpres Bumi Sagu.

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan untuk menemukan

data atau sumber yang ada hubungannya dengan kegiatan penelitian. Dalam

penelitian ini, menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini adalah berupa foto atau gambar selama

pelaksanaan penelitian di SD Inpres Bumi SaguPalu, Kecamatan

Mantikulore.

2. Pemberian Angket (Kuesioner)

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar angket.

Pemberian angket adalah proses pengumpulan data atau informasi melalui

selembaran yang di dalamnya berupa pertanyaan-pertanyan positif dan

negatif untuk mendukung realibilitas penelitian. Menurut Sugiyono (2011:

26), angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang


37

dilakukkan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Angket merupakan teknik

pengumpulan data yang efisien jika peneliti mengetahui dengan pasti variabel

yang akan diukur dan tahu yang tidak bisa diharapkan dari responden. Angket

sebagai teknik pengumpulan data sangat cocok untuk mengumpulkan data

dalam jumlah besar.

3. Wawancara

Interview yang biasa disebut atau koesioner lisan adalah sebuat dialog

yang dilakukan untuk memperoleh informasi dari terwawancara (Arikunto,

2006: 155). Teknik wawancara ini dapat dilakukan secara langsung kepada

seseorang yang berkaitan dengan penelitian, seperti Kepala Sekolah dan Guru

di SD Inpres Bumi Sagu, untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap

dan akurat dapat menunjang penelitian tersebut.

3.8 Teknik Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah metode yang digunakan untuk mendeskripsikan

masing-masing variabel bebas yaitu variabel interaksi sosial.

Analisis data dalam penelitian kualitatif di SD Inpres Bumi Sagu

dilakukan sejak sebelum terjun ke lapangan, observasi, selama pelaksanaan

penelitian di lapangan dan setelah selesai penelitian di lapangan. Data

penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis

data dilakukan dengan cara mengorganisasi data yang diperoleh kedalam sebuah

kategori, menjabarkan data kedalam unit-unit, menganalisis data yang penting,


38

menyusun atau menyajikan data yang sesuai dengan masalah penelitian dalam

bentuk laporan dan membuat kesimpulan agar mudah untuk dipahami.

Sesuai dengan jenis penelitian di atas, maka peneliti menggunakan model

interaktif dari Miles dan Huberman (2014: 14-16) untuk menganalisis data hasil

penelitian. Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.

Adapun model interaktif yang dimaksud sebagai berikut:

Gambar 1. Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif Sumber:


Miles dan Huberman (Miles, Huberman dan Saldana, 2014: 14)
Menurut Miles dan Huberman (2014: 14-16), Komponen-komponen

analisis data model interaktif dijelaskan sebagai berikut:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Data yang diperoleh peneliti di lapangan melalui wawancara, observasi

dan dokumentasi direduksi dengan cara merangkum, memilih dan memfokuskan

data pada hal-hal yang sesuai dengan tujuan penelitian. Pada tahap ini,

peneliti melakukan reduksi data dengan cara memilah-milah, mengkategorikan

dan membuat abstraksi dari catatan lapangan, wawancara dan dokumentasi.

2. Penyajian Data (Data Display)


39

Penyajian data dilakukan setelah data selesai direduksi atau dirangkum.

Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi dianalisis

kemudian disajikan dalam bentuk CW (Catatan Wawancara), CL (Catatan

Lapangan) dan CD (Catatan Dokumentasi). Data yang sudah disajikan dalam

bentuk catatan wawancara, catatan lapangan dan catatan dokumentasi diberi kode

data untuk mengorganisasi data, sehingga peneliti dapat menganalisis dengan

cepat dan mudah. Peneliti membuat daftar awal kode yang sesuai dengan

pedoman wawancara, observasi dan dokumentasi. Masing-masing data yang

sudah diberi kode dianalisis dalam bentuk refleksi dan disajikan dalam bentuk

teks.

3. Kesimpulan, Penarikan atau Verifikasi (Conclusion Drawing/ Verification)

Langkah terakhir dalam analisis data kualitatif model interaktif adalah

penarikan kesimpulan dari verifikasi. Berdasarkan data yang telah direduksi dan

disajikan, peneliti membuat kesimpulan yang didukung dengan bukti yang kuat

pada tahap pengumpulan data. Kesimpulan adalah jawaban dari rumusan masalah

dan pertanyaan yang telah diungkapkan oleh peneliti sejak awal.

Dalam analisis deskriptif ini untuk menghitung persentase nilai dari

instrumen penelitian digunakan rumus sebagai berikut:

f
P= x 100% (Sugiyono, 2013 : 40 )
n

Keterangan:
P= persentase
F= jumlah frekuensi
N= jumlah sampel
40

Analisis deskriptif juga dimaksudkan untuk prestasi belajar siswa yang

diperoleh dari nilai rapor, Arikunto (2010:149) dapat di berikan skor dengan

klasifikasi masing-masing variabel sebagai berikut:

80 – 100 : Baik sekali


66 – 79 : Baik
56 – 65 : Cukup
40 – 55 : Kurang
30 – 39 : Gagal

Selanjutnya untuk mengetahui presentase pencapaian setiap klasifikasi

digunakan rumus sebagai berikut:

f
P = x 100% (Sugiyono, 2015: 40)
n

Keterangan:
P = persentase
f = jumlah frekuensi
n = jumlah sampel
41

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Daryanto., (2009). Panduan proses pembelajaran kreatif, dan inovatif. Jakarta:


PT buku cerdas dan mencerdaskan.
Faridatur Rohmah. 2016. Penerapan pembelajaran online (Daring) di SMA Negeri
1 Kutowinangun. [Skripsi] Program Studi Pendidikan Teknik Informatika
Jurusan pendidikan teknik elektronika Universitas Negeri Yogyakarta.
Tidak diterbitkan.

Hidayatun Rahma. Dkk. 2020. Analisis Keefektifan Pembelajaran Online di Masa


Pandemi Covid-19. [Jurnal Ilmiah] Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Muhammadiyah Enrekang.

Inyoman muly Triwirawan (2012). Hubungan fasilitas belajar terhadap prestasi


belajar siswa dalam bidang studi matematika SD Inpres 4 Balinggi Skripsi
Sarjana Palu. FKIP Universitas Tadulako: Tidak Diterbitkan.

Miles, M.B, Huberman, A.M, dan Saldana, J. 2014. Qualitative Data Analysis, A
Methods Sourcebook, Edition 3. USA: Sage Publications. Terjemahan
Tjetjep Rohindi Rohidi, UI-Press.
Munir, 2009. Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi Dan
Kominukasi. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2015). Statistik Non-Parametris Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.


Susanto, Ahmad. (2014). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta: PT Kencana

.(2013). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.


Jakarta: PT. Prenada Group
42

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.


(http://sindikker.dikti.go.id/dok/UU/UU20-2003-Sisdiknas.PDF). 21
September 2020.

Warsita, Bambang. 2011. Pendidikan Jarak Jauh, Perencanaan, Pengembangan,


Implementasi, Dan Evaluasi Diklat. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Yaumi, Muhammad. 2018. Media Dan Teknologi Pembelajaran. Jakarta:


Prenada Media Group.

Anda mungkin juga menyukai