Anda di halaman 1dari 3

Muhamamd Shiddiq

1703101010067

LATAR BELAKANG KASUS :


Perselisihan atau perkara dimungkinkan terjadi dalam setiap hubungan antar manusia, bahkan
mengingat subjek hukumpun telah lama mengenal badan hukum, maka para pihak yang terlibat di
dalamnya pun semakin banyak. Dengan semakin kompleksnya corak kehidupan masyarakat, maka ruang
lingkup kejadian atau peristiwa perselisihanpun meliputi ruang lingkup semakin luas, diantaranya yang
sering mendapat sorotan adalah perselisihan hubungan industrial. Perselisihan hubungan industrial
biasanya terjadi antara pekerja/buruh dan perusahaan atau antara organisasi buruh dengan organisasi
perusahaan. Dari sekian banyak kejadian atau peristiwa konflik atau perselisihan yang penting adalah
solusi untuk penyelesaiannya yang harus betul-betul objektif dan adil.

Penyelesaian perselisihan pada dasarnya dapat diselesaikan oleh para pihak sendiri, dan dapat
juga diselesaikan dengan hadirnya pihak ketiga, baik yang disediakan oleh negara atau para pihak sendiri.
Dalam masyarakat modern yang diwadahi organisasi kekuatan publik berbentuk negara, forum resmi
yang disediakan oleh negara untuk penyelesaian perkara atau perselisihan biasanya adalah lembaga
peradilan Penyelesaian perselisihan pada dasarnya dapat diselesaikan oleh para pihak sendiri, dan dapat
juga diselesaikan dengan hadirnya pihak ketiga, baik yang disediakan oleh negara atau para pihak sendiri.
Dalam masyarakat modern yang diwadahi organisasi kekuatan publik berbentuk negara, forum resmi
yang disediakan oleh negara untuk penyelesaian perkara atau perselisihan biasanya adalah lembaga
peradilan.

Putusan MA 332 K/PDT.SUS-PHI/2016 adalah perkara perdata khusus perselisihan hubungan


industrial dimana yang mengajukan kasasi adalah PT EMHA KEBUN sebelumnya merupakan
TERGUGAT dalam proses pengadilan tingkat pertama dan NASIPAN sebagai Termohon Kasasi yang
sebelumnya merupakan PENGGUGAT pada pengadilan tingkat pertama. PT EMHA KEBUN adalah
perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan. Nasipan adalah salah satu pekerja yang melakukan
penderan pohon karet. Hubungan diantara kedua belah pihak adalah hubungan antara Pemberi Kerja dan
Pekerja namun harus berakhir berdasarkan Surat Keterangan Pemutusan Hubungan Kerja dengan Nomor
014/ SPHK/EMHA/VIII/2014 tertanggal 18 Agustus 2014 dengan alasan Penggugat telah melanggar ps
158 UU N0. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Bahwa setelah pemutusan kerja tsb Tergugat
mencoba menemui perwakilan PT EMHA KEBUN untuk membahas mengenai kasus yang sedang terjadi
namun tidak mendapati jalan keluar. Selanjutnya Penggugat kembali mengupayakan penyelesaian dengan
metode Biparit dengan mengundang pihak Tergugat namun tidak ada jawaban. Selanjutnya Penggugat
mencatatkan dan mengadukan perselisihan tersebut kepada Dinas Tenaga Kerja Provinsi Sumatera Utara
dan dilakukan proses mediasi namun pihak Penggugat menolak hasil dari mediasi tsb karena Penggugat
merasa hasil dari mediasi tersebut belum memenuhi harapan keadilan dari Penggugat. Selanjutnya demi
untuk mendapatkan keadilan maka Penggugat mengajukan gugatan ke PN Medan.

Selanjutnya melalui Putusan Nomor 146/Pdt.Sus-PHI/2015/PN. Mdn hakim mengadili dan


Menyatakan Pemutusan Hubungan Kerja yang dilakukan Tergugat terhadap Penggugat karena melanggar
Pasal 158 UU No.13 Tahun 2003 tidak sah dan tidak berdasar hukum selanjutnya Menghukum Tergugat
membayar hak-hak Penggugat akibat pemutusan hubungan kerja berdasarkan ketentuan Pasal 156 ayat
(1), (2), (3) dan (4) jo. Pasal 155 ayat (2) Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan sebesar Rp.77.068.800,- (Tujuh puluh tujuh juta enam puluh delapan ribu delapan ratus
rupiah). Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada putusan yang terkait.

Merasa putusan PN Medan yang merugikan pihak Tergugat maka Tergugat mangajukan Kasasi
ke MA namun permohonan Kasasi tsb ditolak dengan perbaikan amar putusan Pengadilan Hubungan
Industrial pada Pengadilan Negeri Medan dengan putusannya Nomor 146/Pdt.Sus-PHI/2015/PN Mdn.,
tanggal 3 Desember 2015. Dan pada putusan akhir terdapat perubahan pada pembayaran hak-hak
Penggugat yang sebelumnya sebesar Rp.77.068.800,- (Tujuh puluh tujuh juta enam puluh delapan ribu
delapan ratus rupiah) menjadi Rp58.060.800,00 (lima puluh delapan juta enam puluh ribu delapan ratus
rupiah).

Berdasarkan putusan akhir tsb peneliti merasa adanya kekeliruan pada putusan pada tingkat
pertama pada bagian pembayaran hak-hak Penggugat yang berbeda nilainya antara putusan PN dan
putusan MA. Berdasarkan latar belakang masalah diatas menimbulkan minat dan keinginan penulis untuk
membahas dan menuangkannya dalam sebuah karya ilmiah yang berjudul “STUDI KASUS PERDATA
TENTANG PHK TERHADAP KARYAWAN DI PT EMHA KEBUN”.

RUMUSAN MASALAH :
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah,
yakni adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pertimbangan Hakim dalam menentukan pembuktian atas perkara perselisihan
kepentingan antara PT EMHA KEBUN dan salah satu pegawai yang di PHK ?
2. Bagaimana Hakim dalam menentukan putusan atas pembuktian perkara perselisihan kepentingan
anatara PT EMHA KEBUN dan salah satu pegawai yang di PHK ?
3. Bagaimana akibat hukumnya terhadap putusan Hakim dalam perkara tsb ?
POSISI KASUS
1. PENGGUGAT
Nama : Nasipan
Umur : 47 Tahun
Agama : Islam
Alamat : Pondok Perumahan PT. EMHA KEBUN Sipare-pare, Batu-Bara.

2. TERGUGAT
Nama : PT. EMHA KEBUN
Alamat : Kantor di Jalan Waringin No.5B/9A Medan dan beralamat tempat usaha di Jl. Sipare-
pare Timur, Air Putih, Tanjung Gading, Batu Bara.

3. Duduk Perkara
Penggugat adalah pekerja Tergugat sejak tanggal 1 Januari 1992 sebagai penderes pohon karet di
perusahaan Tergugat. PENGGUGAT di Putus Hubungan Kerjanya oleh TERGUGAT dengan
Surat Keterangan Pemutusan Hubungan Kerja dengan Nomor 014/ SPHK/EMHA/VIII/2014
tertanggal 18 Agustus 2014 dengan alas an Penggugat melanggar Pasal 158 Undang Undang No.
13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Penggugat merasa dirugikan akibat pemutusan sepihak
yang dilakukan oleh Tergugat. Penggugat dan Tergugat sudah melalui proses mediasi namun
Pihak Penggugat merasa hasil dari mediasi tsb belum memenuhi harapan dari Penggugat dan
selanjutnya memilih menyelesaikan perkara melalui pengadilan.

Anda mungkin juga menyukai