Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
NIM : 2007110817
Mata Kuliah : Fisika Dasar (Listrik)
Kelas : C-Teknik Sipil S1
Listrik adalah rangkaian fenomena fisika yang berhubungan dengan kehadiran dan
aliran muatan listrik. Listrik menimbulkan berbagai macam efek yang telah umum
diketahui, seperti petir, listrik statis, induksi elektromagnetik dan arus listrik.
Oleh karena electron atom dapat berpindah, maka jumlah muatan ppositif tidak
selalu sama dengan muatan negative. Untuk itu benda dikatakan :
o Netral, jika jumlah muatan positif (proton) sama dengan jumlah muatan negative
(electron)
o Negatif, jika jumlah muatan negative (electron) > jumlah muatan positif (proton),
dengan kata lain benda menerima elektron dari atom lain
o Positif, jika jumlah muatan positif (proton) > jumlah muatan negative (electron),
atau benda melepaskan electron ke atom lain.
Satuan muatan adalah coulomb (C), yang diambil dari nama fisikawan Perancis,
Charles Augustin de Coulomb (1736-1806). Besar muatan listrik 1 Coulomb
didefinisikan sebagai muatan listrik yang mengalir setiap detik pada suatu penghantar
yang berarus tetap 1 Ampere.
2. Hukum Coulomb
Hukum Coulomb adalah hukum yang menjelaskan hubungan antara gaya yang timbul
antara dua titik muatan, yang terpisahkan jarak tertentu, dengan nilai muatan dan jarak
pisah keduanya.
Dimana,
F = Gaya Tarik menarik atau Tolak menolak
q = Muatan benda (C)
r = jarak muatan (m)
k = konstanta pembanding = 9x10 9 Nm2C-2 (untuk ruang hampa)
Jika muatan tak terletak di ruang hampa atau udara melainkan terletak dalam suatu
medium, nilai tetapan k akan menjadi lebih kecil.
Hukum ini menyatakan apabila terdapat dua buah titik muatan maka akan timbul gaya
di antara keduanya, yang besarnya sebanding dengan perkalian nilai kedua muatan dan
berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antar keduanya. Interaksi antara benda-benda
bermuatan (tidak hanya titik muatan) terjadi melalui gaya tak-kontak yang bekerja
melampaui jarak separasi.
Adapun hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa arah gaya pada masing-masing
muatan terletak selalu sepanjang garis yang menghubungkan kedua muatan tersebut.
Gaya yang timbul dapat membuat kedua titik muatan saling tarik-menarik atau saling
tolak-menolak, tergantung nilai dari masing-masing muatan. Muatan sejenis (bertanda
sama) akan saling tolak-menolak, sedangkan muatan berbeda jenis akan saling tarik-
menarik.
Jika diminta menghitung gaya listrik yang dialami oleh muatan B, maka vektor gaya
listrik pada muatan B dapat digambarkan sebagai berikut.
3. Medan Listrik
Benda yang bermuatan listrik dikelilingi sebuah daerah yang disebut medan listrik.
Medan Listrik merupakan daerah atau ruang disekitar benda yang bermuatan listrik
dimana jika sebuah benda bermuatan lainnya diletakkan pada daerah itu masih
mengalami gaya elektrostatis. Dalam medan ini, muatan listrik dapat dideteksi. Menurut
Faraday, suatu medan listrik keluar dari setiap muatan dan menyebar ke seluruh ruangan.
Adanya medan listrik digambarkan oelh Garis Medan Listrik (Lines of Force) yang
mempunyai sifat :
o Garis Medan Listrik keluar dari muatan positif menuju ke muatan negative.
o Garis Medan Listrik antara dua muatan tidak pernah berpotongan.
o Jika medan listrik di daerah itu kuat, maka garis medan listriknya rapat dan
sebaliknya.
4. Hukum Gauss
Jumlah garis medan listrik yang menembus suatu permukaan tertutup sebanding
dengan jumlah muatan listrik yang dilingkupi oleh permukaan tertutup.
Secara matematis dirumuskan dengan :
Dengan :
5. Fluks Listrik
Apabila terdapat garis-garis gaya dari suatu medan litrik homogen yang menembus
tegak lurus suatu bideng seluas A, maka hasil kali antara kuat medan listrik E dan
luas bidang tegak lurus dengan medan listrik itu disebut dengan fluks listrik.
B. Potensial Listrik
1. Energi Potensial
Energi potensial yaitu energi yangd dimiliki oleh suatu muatan listrik di dalam medan
listrik, artinya energi potensial listrik akan timbul jika sebuah muatan uji q’ didekatkan
pada sebuah muatan q.
Enegri potensial listrik yang dimiliki oleh sebuah muatan uji +q’ yang terletak pada
jarak r terhadap sumber q, dapat dihitung dengan :
Oleh karena energi potensial merupakan besaran scalar, maka untuk menghitungnya
tanda muatan positif dan negative pada masing-masing muatan harus dimasukkan.
Sehingga jika pada gambar diatas, muatan uji (q’) bermuatan negative, maka :
Jika suatu muatan uji q’ di gerakkan di dalam medan listrik E dengan kelajauan tetap,
maka muatan itu akan mengalami Perubahan Energi Potensial Listrik, yang besarnya
sebnading dengan perpindahannya.
Misalkan ada sebuah muatan uji +q’ berada pada jarak r1 dari muatan sumber, alan
kita pindahkan ke titik yang berjarak r2 dari muatan sumber, maka usaha yang dilakukan
untuk memindahkan muatan uji tersebut, besarnya sama dengan perubahan energi
potensial listriknya, yaitu :
Dengan :
2. Potensial Listrik
Potensial atau potensial mutlak merupakan perubahan energi potensial per satuan
yang terjadi ketika sebuah muatan uji dipindahkan ke suatu titik yang jaraknya tak
hingga jauhnya ke suatu titik yang ditentukan.
Besarnya potensial listrik adalah
Satuan Potensial listrik adalah Joule/Coulomb dan satuan ini diberi nama Volt (untuk
menghormati Alessandro Volta, seorang ilmuwan Italia yang menemukan baterai listrik).
a. Potensial listrik akibat beberapa muatan
Potensial listrik yang dimiliki oleh sebuah muatan uji +q yang dipengaruhi oleh
beberapa muatan q sama dengan jumlah aljabar potensial listrik masing-masing.
Secara matematis, potensial listrik pada titik yang dipengaruhi oleh banyak muatan
adalah :
Sehingga Usaha yang dilakukan untuk memindahkan sebuah muatan uji +q’ yang
berjarak r1 terhadap sebuah muatan sumber (yang mempunyai potensial listrik V1) ke
titik sejauh r2 terhadap muatan simber (yang mempunyai potensial listrik V2) dapat
dihitung dengan :
3. Kapasitor
Kapasitor adalah suatu alat yang dapat menampung/menyimpan muatan listrik.
Kapasitas dari suatu kapasitor didefinisikan sebagai jumlah muatan yang dapat
ditampung kapasitor tersebut per satuan potensial listrik (tegangan).
C = Q/∆V
Bila kita lihat hubungan antara beda potensial listrik dan muatan q, tampak adanya
hubungan linear. Sehingga C adalah suatu tetapan yang tidak bergantung pada muatan
maupun potensial listik dan hanya bergantung pada bentuk geometri dari kapasitornya.
a. Kapasitansi
Kapasitas suatu kapasitor, didefinisikan sebagai perbandingan tetap antara muatan
Q yang bisa disimpan dalam kapasitor dengan beda potensial antara kedua
konduktornya. Bentuk paling umum dari piranti penyimpanan muatan yaitu sebuah
kapasitor 2 lempeng/pelat/keping. Jika muatan di lempeng/pelat/keping adalah +Q
dan –Q, dan V adalah tegangan listrik antar lempeng/pelat/keping, maka rumus
kapasitans adalah:
C = Q/V
C adalah kapasitansi yang diukur dalam Farad
Q adalah muatan yang diukur dalam coulomb
V adalah voltase yang diukur dalam volt
Unit SI dari kapasitansi adalah farad; 1 farad = 1 coulomb per volt.
b. Rangkaian Kapasitor
o Rangkaian parallel
Rangkaian Paralel Kapasitor adalah Rangkaian yang terdiri dari 2 buah atau
lebih Kapasitor yang disusun secara berderet atau berbentuk Paralel. Dengan
menggunakan Rangkaian Paralel Kapasitor ini, kita dapat menemukan nilai
Kapasitansi pengganti yang diinginkan.
Rumus dari Rangkaian Paralel Kapasitor (Kondensator) adalah :
Ctotal = C1 + C2 + C3 + C4 + …. + Cn
Dimana :
Ctotal = Total Nilai Kapasitansi Kapasitor
C1 = Kapasitor ke-1
C2 = Kapasitor ke-2
C3 = Kapasitor ke-3
C4 = Kapasitor ke-4
Cn = Kapasitor ke-n
o Rangkaian Seri
Rangkaian Seri Kapasitor adalah Rangkaian yang terdiri dari 2 buah dan lebih
Kapasitor yang disusun sejajar atau berbentuk Seri. Seperti halnya dengan
Rangkaian Paralel, Rangkaian Seri Kapasitor ini juga dapat digunakan untuk
mendapat nilai Kapasitansi Kapasitor pengganti yang diinginkan. Hanya saja,
perhitungan Rangkaian Seri untuk Kapasitor ini lebih rumit dan sulit dibandingkan
dengan Rangkaian Paralel Kapasitor.
4. Dielektrik
Kapasitor keeping sejajar yang kedua pelatnya dipisahkan oleh ruang hampa udara.
Kapasitansi kapasitor dalam ruang hampa udara mempunyai keterbatasan sehingga untuk
memperbesar kapasitansi maka di antara kedua pelat/lembar konduktor ditempatkan
dielektrik.
Dielektrik adalah isolator yang memisahkan kedua pelat/lembar konduktor pada
kapasitor. Isolator merupakan bahan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik,
misalnya plastik, kaca, kertas atau kayu. Fungsi dielektrik adalah memperbesar
kapasitansi sehingga kapasitor dapat menyimpan banyak muatan listrik dan energi
potensial listrik.
a. Sifat Dielektrik
Sifat dielektrik muncul pada isolator listrik yang tidak dapat menghantarkan
muatan listrik, akan tetapi ia peka terhadap suatu medan listrik. Hal ini dapat
dibuktikan dengan memisahkan dua pelat elektroda sejarak d dan memberikan
tegangan E diantara kedua pelat tersebut.
b. Kekuatan Dielektrik
Kekuatan dielektrik adalah gradien tegangan yang menghasilkan tegangan tembus
listrik melalui isolator. Umumnya konstanta dielektrik nilainya lebih tinggi sedikit
pada bahan keramik, karena ion, dan bukan dwikutub molekuler yang dipengaruhi
oleh medan listrik. Konstanta dielektrik seperti juga isolator dan polimer peka
terhadap frekuensi. Akan tetapi, dalam daerah suhu biasanya hanya ada sedikit variasi
pada isolator keramik.
Salah satu tujuan dari pengujian tegangan tinggi adalah untuk meneliti sifat-sifat
elektris dielektrik bahan yang telah dipakai sebagai bahan isolasi peralatan listrik
maupun yang masih dalam tahap penelitian. Adapun sifat-sifat elektrik bahan
dielektrik adalah :
o Kekuatan Dielektrik
o Konduktansi
o Rugi-rugi Dielektrik
o Tahanan Isolasi, dan
o Peluahan Parsial
o Kaca
Kaca pada umumnya terdiri dari campuran silikat (SiO2 )dan beberapa senyawa
antara lain, borat, pospat. Kaca dibuat dengan cara melelehkan beberapa senyawa
silikat (pasir), alkali (Na dan K) dengan bahan lain (kapur, oksida timah hitam).
Karena itu sifat dari kaca tergantung dari komposisi bahan-bahan pembentuknya
tersebut.
Bahan dielektrik padat digunakan pada hampir seluruh rangkaian listrik dan
peralatan listrik untuk mengisolir bagian-bagian pembawa arus dari bagian lainnya.
Bahan dielektrik padat yang baik harus mempunyai rugi-rugi dielektrikum yang
rendah, kekuatan mekanis yang tinggi, bebas dari kemungkinan pembentukan gas
dan debu, dan tahan terhadap perubahan temperatur dan pengaruh kimia.
C. Arus Listrik
Arus listrik adalah muatan listrik yang bergerak. Besar arus listrik I didefinisikan
sebagai jumlah muatan yang menembus suatu luasan tertentu persatuan waktu,
I = dq/dt
Satuan dari arus listrik adalah ampere, yang sama dengan coulomb per detik. Seandainya
ada sejumlah muatan dalam suatu daerah dengan rapat muatan ρ yang bergerak dengan
kecepatan konstan ~v. Muatan muatan tadi menembus suatu daerah luasan dA yang arah
normalnya membentuk sudut θ terhadap arah vektor kecepatan. Maka dalam selang waktu
dt akan terdapat sejumlah ρdA cos θvdt muatan yang sudah menembus luasan dA, sehingga
arus yang menembus luasan tadi adalah :
I = ∫ρv · ndA
Besaran ρ~v disebut sebagai rapat arus ~j ≡ ρ~v, dan merupakan besaran vektor. Karena
jumlah muatan selalu lestari, maka total muatan yang keluar menembus permukaan S dari
suatu daerah V akan sama dengan berkurangnya muatan listrik di dalam daerah tersebut.
dimana telah digunakan teorema Gauss. Persamaan ini dapat dituliskan kembali sebagai
Karena persamaan ini benar untuk sembarang d 3x maka berlaku persamaan kontinyuitas
1. Hukum Ohm
Bunyi hukum Ohm adalah “Kuat arus dalam suatu rangkaian berbanding lurus dengan
tegangan pada ujung-ujung rangkaian dan berbanding terbalik dengan hambatan
rangkaian”. Hukum Ohm dinamai dari ahli fisika Jerman, Georg Simon Ohm (1787-
1854). Hukum Ohm digunakan untuk menghitung tegangan listrik, hambatan listrik, atau
kuat arus dalam rangkaian listrik.
Hukum Ohm digunakan secara luas dalam rangkaian elektronika dan merupakan
hukum dasar pada rangkaian listrik. Dengan menggunakan hukum Ohm, kita tidak hanya
dapat menghitung, tapi juga dapat memperkecil arus listrik, memperkecil tegangan pada
rangkaian dan juga untuk memperoleh nilai resistansi atau hambatan yang diperlukan.
Simbol yang digunakan pada hukum Ohm adalah V untuk voltase atau tegangan
listrik yang diukur dalam satuan volt, R untuk resistansi atau hambatan yang diukur
dalam satuan ohm (Ω), dan I untuk arus listrik yang diukur dalam satuan ampere.
Sesuai dengan bunyi hukum Ohm, secara matematis untuk menghitung besar voltase
listrik menggunakan rumus
V=IxR
Dan untuk menghitung kuat arus listrik, rumus diatas dipakai kembali sehingga:
I = V/R
Rumus diatas dapat dituliskan kembali untuk mendapatkan hambatan:
R = I/V
2. Hukum Joule
Arus listrik adalah aliran partikel-partikel listrik bermuatan positif didalam suatu
pengantar atau arus listrik adalah gerakan atau aliran muatan listrik. Pergerakan muatan
ini terjadi pada bahan yang disebut konduktor. Konduktor bisa berupa logam , gas, atau
larutan, sedangkan pembawa muatan sendiri tergantung pada jenis konduktor yaitu pada:
o Logam, pembawa muatannya adalah electron-elektron gas, pembawa muatannya
adalah ion positif dan electron
o Larutan, pembawa muatannya adalah ion positif dan ion negatif
Bila arus listrik mengalir selama t detik energi listrik yang terpakai ialah: W = I2 R.t
Dengan: t = Waktu ( dt ). Sedangkan bunyi hukum joule: “ Pembentukan panas
persatuan waktu berbandinglangsung dengan kuadrat arus”.
W=Q
V.I.t=Q
Dan dapat dirumuskan sebagai berikut:
Q = V.I.t
dimana :
Q = panas yang ditimbulkan arus listrik (Joule atau kalori) Keterangan:
V = tegangan listrik (volt).
I = arus listrik (A).
T = waktu (sekon).
Menurut hukum termodinamikon I dikatakan bahwa : jika kalor diubah menjadi
bentuk energi lain atau jika bentuk energi lain diubah menjadi kalori, maka energi
sebelumnya selalu konstan. Karena kalor adalah suatu bentuk energi, maka usaha selalu
dapat diubah menjadi panas atau sebaliknya.
3. Hukum Kirchhoff
Hukum Kirchhoff adalah dua persamaan yang berhubungan dengan arus dan beda
potensial (umumnya dikenal dengan tegangan) dalam rangkaian listrik. Hukum ini
pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli fisika Jerman yang bernama Gustav Robert
Kirchhoff (1824-1887) pada tahun 1845.
o Hukum Kirchhoff I
Hukum Kirchhoff 1 dikenal sebagai hukum percabangan (junction rule), karena
hukum ini memenuhi kekekalan muatan. Hukum ini diperlukan untuk rangkaian yang
multisimpal yang mengandung titik-titik percabangan ketika arus mulai terbagi. Pada
keadaan tunak, tidak ada akumulasi muatan listrik pada setiap titik dalam rangkaian.
Dengan demikian, jumlah muatan yang masuk di dalam setiap titik akan
meninggalkan titik tersebut dengan jumlah yang sama.
Hukum Kirchhoff 1 menyatakan bahwa:
“Jumlah arus listrik yang masuk melalui titik percabangan dalam suatu rangkaian
listrik sama dengan jumlah arus yang keluar melalui titik percabangan tersebut”
o Hukum Kirchhoff II
Bunyi hukum Kirchhoff 2 adalah sebagai berikut:
“Pada setiap rangkaian tertutup, jumlah beda potensialnya harus sama dengan nol”
Hukum Kirchhoff 2 juga sering disebut sebagai hukum simpal (loop rule),
karena pada kenyataannya beda potensial diantara dua titik percabangan dalam
satu rangkaian pada keadaan tunak adalah konstan. Hukum ini merupakan bukti
dari adanya hukum konservasi energi. Jika kita memiliki suatu muatan Q pada
sembarang titik dengan potensial V, dengan demikian energi yang dimiliki oleh
muatan tersebut adalah QV. Selanjutnya, jika muatan mulai bergerak melintasi
simpal tersebut, maka muatan yang kita miliki akan mendapatkan tambahan energi
atau kehilangan sebagian energinya saat melalu resistor baterai atau elemen
lainnya. Namun saat kebali ke titik awalnya, energinya akan kembali menjadi QV.