Anda di halaman 1dari 15

Perkembangan Perdagangan Luar Negeri (Ekspor Impor), Neraca

Pembayaran dan Persepektif Ekonomi Islam

Dosen Pengampuh :
Muhammad Syahbudi, MA

Disusun Oleh :

Nama : Nadia Mayang Rukmana (0501181059)

Wahyu Sahara Ramadhana Manurung (0501183287)

Nadia Amalia (0501182102)

Ummi Nabila Suci (0501181060)

Putri Ayuni Sari (0501181044)

Said Habibie Harahap (0501183255)

Musliyani (0501182181)

M. Avizal Ramadhan (0501182143)

Suwarni (0501183237)

Raniwati Siregar (0501183217)

Aditya Saputra (0501183284)

Salpiani munthe (0501182105)

Randya Tama Putra (0501182159)

Kelas : Ekonomi Islam 5 B

Kelompok : 3 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

T/A 2020/2021
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perdagangan Internasional

Perdagangan Internasional adalah perdagangan antar negara yang melintasi


batas-batas suatu negara. Setiap negara tidak mungkin dapat memproduksi semua
kebutuhannya sendiri, melainkan suatu negara membutuhkan negara lain untuk
bekerja sama agar dapat memenuhi kebutuhan yang belum bisa dipenuhi oleh
negara tersebut. Kegiatan dalam perdagangan Internasional dilakukan dalam
bentuk eskpor dan impor.

Dalam pandangan islam, perdagangan internasional diperbolehkan karena


tidak ada dalil yang mengharamkan aktivitas perdagangan ini. Selanjutnya, hal ini
diperkuat dengan salah satu sejarah dalam peradaban islam, yaitu perdagangan
Qurais, Al-Qur’an mengabadikan aktivitas perdagangan mereka dalam surat
Quraisy. Pada zaman itu, mereka melakukan perdagangan ke negeri yaman saat
musim dingin dan perdagangan ke negeri syam saat musim panas.

Setiap seorang muslim diperintahkan Allah SWT untuk mencari rezeki di


belahan bumi mana pun. Hal ini tercantum pada surat Q.S. Al-Fushilat ayat 10.
Inti dari surat tersebut adalah Allah telah menetapkan kadar rezeki yang cukup di
belahan bumi mana pun. Tidak ada larangan bagi setiap orang untuk
memanfaatkan setiap sumber daya yang berada di negara mana pun asalkan
pemanfaatan tersebut berdasarkan kesepakatan antar negara.

B. Teori Perdagangan Internasional

Perkembangan teori perdagangan internasional dimulai sejak abad ke 17


sampai ke abad 20 an. Teori ini memberikan jawaban terhadap apa yang menjadi
dasar dan keuntungan perdagangan dan bagaimana pola perdagangan tersebut.
Teori perdagangan internasional tersebut adalah:
1. Teori Merkantilisme

Kaum merkantilisme percaya bahwa sebuah negara hanya dapat


memperoleh keuntungan dari perdagangan dengan mengorbankan negara
lainnya. Sebagai akibatnya mereka menganjurkan agar dilakukan pembatasan
yang ketat terhadap impor, membelikan intensif terhadap ekspor serta
memberlakukan peraturan pemerintah yang ketat terhadap semua aktifitas
ekonomi.

2. Teori Klasik

a. Adam Smith

Perdagangan didasarkan pada keunggulan absolute dan akan


menguntungkan kedua belah pihak. Artinya jalur setiap negara melakukan
spesialisasi pada produksi komoditi yang memiliki keunggulan absolute dan
menukarkan sebagian ouput ini untuk memperoleh output yang memiliki
absolute, maka kedua negara akan dapat mengkonsumsi lebih banyak kedua
komoditi.

b. Davis Ricardo

Perdagangan didasarkan atas keunggulan komparative. Teori ini


mengatakan bahwa meskipun salah satu negara kurang efisien dibanding
negara lain dalam memproduksi kedua komoditi, masih terdapat dasar
dilakukannya perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak
(sepanjang proporsi kerugian absolute satu negara pada kedua komoditi
tidak sama) negara yang kurang efisien harus berspesialisasi dalam produksi
dan mengekspor komoditi yang kerugian absolute lebih sedikit.

3. Teori Modern

a. Teori Heekseher Ohim

Perdagangan internasional berlangsung atas dasar keunggulan


komparative yang berbeda dari masing-masing negara. Teori ini juga
menyinggung mengenai dampak perdagangan internasional terhadap harga
atau tingkat pendapatan dari masing-masing faktor produksi.

b. The equalization of factor prices (kesamaan harga faktor produksi)

Teori ini dikemukakan oleh P. Samrelson dan menyatakan bahwa


perdagangan bebas cenderung melibatkan harga faktor produksi sama di
berbagai negara, teori ini didasarkan pada teori faktor proportions, dimana
selama suatu negara memperbanyak produksi terhadap suatu barang
( banyak mempergunakan TK), maka permintaan terhadap tenaga kerja
bertambah. Sebaliknya produksi barang yang banyak mempergunakan
kapital akan berkurang dan hal ini cenderung menurunkan upah dan
menaikkan harga kapital.

c. James Meade

Mengemukakan tentang general quilibrium (Offer curve) yaitu


menjelaskan bagaimana terjadinya keseimbangan harga intenasional. Hal ini
dapat digambarkan dengan metode, dimana tiap negara berupaya
mengembangkan produksi atas dasar tersedia faktor endowment dan
melakukan perdagangan internasional maka keuntungan akan diperoleh
melalui spesialisasi dalam produksi serta ekspor barang-barang mereka.

C. Kebijakan Perdagangan Internasional

Kebijakan perdagangan internasional mencakup tindakan pemerintah


terhadap rekening yang sedang berjalan (current account) dari neraca pembayaran
internasional, khususnya terhadap ekspor dan impor barang dan jasa. Jenis
kebijakan perdagangan internasional ini adalah:

1. Tarif terhadap impor dan ekspor dan non tarif

2. Bilateral trade agreement

3. Strate trading

4. Quota

5. Subsidi
D. Perkembangan Ekspor Indonesia

Pada 1990 nilai ekspor Indonesia sebesar US$ 25.673,3 juta, naik 15,86 %
dari tahun 1989. Kenaikan nilai ekspor tersebut tidak berlanjut pada tahun 1991,
namun tahun 1992 mengalami kenaikan kembali sebesar 16,56 % dibanding tahun
1991. Pertumbuhan nilai ekspor Indonesia pernah mengalami menurunan pada
tahun 1998, dimana saat itu terjadinya krisis Ekonomi yang dialami banyak
negara didunia. Tahun 2000 terjadi peningkatan ekspor yang pesat, untuk non
migas dan migas yaitu menjadi US$ 62.124,0 juta (27,66 %). Namun peningkatan
tersebut tidak berlanjut ditahun berikutnya. Pada tahun 2001 total ekspor hanya
sebesar US$ 56.320,9 juta (menurun 9,34%).

Di tahun 2003 ekspor mengalami peningkatan menjadi US$ 61.058,2 juta


atau naik 6,82% banding eskpor tahun 2002 yang sebesar US$ 57.158,8 juta.
Tahun 2004 ekspor kembali mengalami peningkatan menjadi US$ 71.584,6 juta
(naik 17,24%). Pada tahun 2006 nilai ekspor menembus angka US$ 100 juta yaitu
US$ 100.798,6 juta atau naik 17,67%. Namun pada tahun 2009 terjadi penurunan
nilai ekspor yang terbesar terjadi sebesar 14,97 % dibanding tahun 2008.
Penurunan nilai pertumbuhan ekspor Indonesia pada tahun 2009 terjadi
disebabkan oleh.krisis finansial global yang berimbas kepada ekonomi Indonesia
melalui sektor keuangan dan sektor ekspor.

Dampak krisis finansial terhadap sektor keuangan dirasakan selama tahun


2008, yaitu dengan anjloknya nilai tukar Rupiah, turunnya indeks harga saham
karena larinya investor asing, pelarian modal baik dari bursa saham maupun pasar
obligasi Pemerintah. Akibatnya likuiditas sektor keuangan sangat ketat, inflasi
tinggi, tingginya risiko usaha, dan makin besarnya cost of money. Sementara itu
sektor riil menghadapi dampak krisis finansial global ini dengan makin surutnya
pasar ekspor kenegara maju terutama Ameriaka Serikat, Jepang dan Uni Eropa,
yang merupakan pasar ekspor utama Indonesia selama ini.

Pada tahun 2009 Indonesia mengalami penurunan impor pasca krisis, yaitu
sebesar US$ 96.829,2 juta. Indonesia mengalami nilai impor tertinggi pada tahun
2012, peningkatan impor ini diakibatkan oleh meningkatnya impor non migas dan
migas. Selain itu, kenaikan impor juga dipengaruhi oleh meningkatnya impor
bahan baku dan barang modal. Laju pertumbuhan impor. Namun pada tahun 2013
dan 2014 Indonesia dapat menekan pertumbuhan sektor impor dibawah 5 %.

Dengan demikian negara-negara tersebut termasuk Indonesia harus bersaing


keras untuk bisa merebut pasar dalam usaha meningkatkan pangsa pasar bagi
komoditi ekspor masing-masing negara. Disamping itu peluang penawaran
perdagangan luar negeri semakin banyak diperoleh oleh Indonesia dengan ikut
bergabungnya Indonesia dalam kerjasama ekonomi antar negara. Kerja sama
ekonomi antar negara ini dimulai dari ikutnya Indonesia sebagai anggota WTO,
APEC, AFTA NAFTA, dan MEA yang membawa Indonesia ke arah pasar bebas.
Pasar bebas adalah terkikisnya hambatan-hambatan perdagangan, lalu lintas
keuangan interansional dan keluar masuknya arus modal serta tenaga kerja,
sehingga persaingan semakin ketat antar negara.

Persaingan global yang merupakan karakteristik utama ekonomi menuju abad


21, mengakibatkan semakin terbuka yang ekonomi suatu negara terhadap dunia
luar dan kondisi pasar mengarah ke pasar bebas dan adanya kecendrungan negara-
negara di dunia membuat blok perdagangan dengan suatu komitmen mengurangi
kesulitan pergerakan barang diantara mereka yang melakukan kesepakatan,
sehingga mengakibatkan hambatan-hambatan perdagangan dalam bentuk tarif dan
non tarif semakin terkikis.

Perkembangan nilai impor Indonesia terkait dengan perkembangan


industrialisasi di Indonesia dimana sebagian komponen bahan baku dan bahan
penolong masih harus diimpor. nilai impor harus diorientasikan bagi
pengembangan industri untuk mendorong ekspor dan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi sehingga dalam jangka panjang tidak mengganggu neraca pembayaran
Indonesia. Disamping itu perlu terus digalakkan gerakkan cinta produk dalam
negeri untuk mengurangi tekanan neraca pembayaran karena peningkatan impor
produk-produk konsumtif. Kegiatan ekspor-impor dalam bentuk primitif telah
ada sejak zaman jahiliyah. Bahkan hal ini diabadikan oleh Allah dalam Surat
Quraisy, ketika Allah mengingatkan mereka tentang salah satu nikmat besar yang
Ia berikan kepada mereka. Yaitu dengan membiarkan mereka bebas berniaga ke
Negeri Syam saat musim panas, dan ke Negeri Yaman saat musim dingin. Semua
itu dilakukan dengan perasaan aman karena mereka warga Tanah Suci Mekkah
yang tidak akan diganggu oleh penyamun. Lain halnya selain warga Tanah Suci.
(Lihat: Tafsir Al-Qurthubi tentang Surah Quraisy) Oleh karenanya, nikmat yang
besar ini Allah ingatkan kembali dalam firmanNya, yang artinya,

“Bukankah kami telah menjadikan mereka kaum yang mapan di tanah suci yang
aman? Dan dibawakan kepada mereka berbagai macam buah-buahan sebagai
rezeki dari Kami? Akan tetapi kebanyakan dari mereka tidak mengetahui.” (QS.
Al-Qashash: 57)

Tentunya, buah-buahan tadi sebagian besar, atau bahkan seluruhnya, berasal


dari luar kota Mekkah. Dan itu mereka dapatkan lewat rihlah (pengembaraan)
mereka ke Negeri Syam dan Yaman, selain dari yang dibawa oleh Jemaah haji
dari berbagai penjuru negeri.

Inilah salah satu fenomena ekspor-impor yang terjadi sejak zaman jahiliyah,
dan masih terus berlangsung hingga hari ini. Pun demikian, berikut ini ada
sejumlah adab yang perlu diperhatikan agar kegiatan ekspor-impor tidak
membawa dampak negatif bagi umat Islam.

Adab Mengimpor Barang

1. Pilihlah barang yang benar-benar dibutuhkan untuk diimpor. Hindari


mengimpor barang-barang yang dapat diproduksi lokal. Hal ini agar industri
lokal tetap berkembang dan tidak terjadi ketergantungan terhadap barang
impor.

2. Pilihlah produk buatan kaum Muslimin selama hal itu memungkinkan.


Niatkan sebagai ta’awun ‘alal birri wat taqwa, sehingga Anda akan mendapat
pahala lebih.

3. Jika terpaksa mengimpor produk orang kafir, jangan mengimpor dari negara
yang jelas-jelas menunjukkan permusuhannya terhadap Islam dan kaum
Muslimin. Pilihlah negara-negara yang bersifat “netral” dan tidak terkenal
dengan sentimen anti-Islam. Jepang., misalnya.
4. Jika TERPAKSA mengimpor makanan produk orang kafir, pastikan tidak
mengandung barang haram (babi, khamer, darah, atau binatang yang
disembelih tanpa menyebut nama Allah). Kalau ada yang berdalih: bukankah
makanan (sembelihan) ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) halal bagi kita? Maka
jawabnya, yang masih mengindahkan aturan penyembelihan yang benar
sehingga sembelihannya tetap halal, hanyalah kaum Yahudi. Ada pun kaum
Nasrani hari ini mayoritasnya adalah orang liberal yang tidak mengindahkan
aturan agama mereka lagi. Oleh karena itu, janganlah mengimpor daging
sembelihan dari negara kafir, kecuali setelah dipastikan bahwa
penyembelihannya telah memenuhi kriteria syariat.

5. Perhatikan pula fungsi barang yang hendak diimpor. Adakah barang tersebut
mengandung dampak negatif atau sering disalahgunakan? Jika ya, urungkan
saja. Kecuali jika Anda hanya menjualnya kepada pihak yang tidak
menyalahgunakannya, seperti impor senjata.

6. Jangan mengimpor barang-barang yang mendorong kaum Muslimin untuk


menyerupai orang kafir.

7. Hindari cara pembayaran yang bersifat ribawi.

Adab Mengekspor Barang

1. Eksporlah barang-barang yang berkualitas agar nama baik Anda sebagai


seorang Muslim tetap terjaga. Bahkan boleh jadi hal ini menjadikan
pengimpor tertarik kepada Islam.

2. Jangan mengekspor barang-barang yang bisa disalahgunakan dengan mudah.


Seperti mengekspor senjata dan peralatan perang (walaupun hanya suku
cadangnya) ke negara kafir. Sebab ini jelas termasuk ta’awun ‘alal itsmi wal
‘udwan (tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan).Ibnu Baththal
mengatakan, “Jual-beli dengan orang kafir mana pun dibolehkan. Akan tetapi
tidak boleh menjual kepada kafir harb apa-apa yang dapat mereka gunakan
untuk membinasakan kaum Muslimin. Baik berupa senjata maupun peralatan
lainnya. Tidak boleh pula menjual apa-apa yang dapat memperkuat mereka
dalam melawan kaum Muslimin.” (Syarh Shahih Bukhari, 11/35).Hal senada
juga dinyatakan oleh Imam Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim (11/41),
dan beliau menambahkan, “Tidak boleh pula menjual barang-barang yang
dapat dimanfaatkan orang kafir dalam perayaan-perayaan mereka.” Artinya,
walaupun yang diekspor adalah bahan pangan, namun jika dilakukan saat
negara tersebut terlibat perang dengan kaum Muslimin, ini termasuk
memperkuat mereka, yang hukumnya terlarang. Demikian pula mengekspor
pakaian yang biasa dipakai orang kafir saat berhari raya.

3. Hindari cara pembayaran yang bersifat ribawi.

E. Neraca Pembayaran

1. Pengertian
Neraca pembayaran memberikan beberapa informasi penting mengenai
hubungan ekonomi diantara satu negara dengan negara-negara asing. Neraca
pembayaran merupakan data yang memberi gambaran tentang lalu lintas
perdagangan dan dana dari satu negara ke berbagai negara lain dalam satu tahun
tertentu. Dua komponen penting dari neraca pembayaran yang perlu diperhatikan
adalah neraca perdagangan dan neraca keseluruhan (overall balance). Pertama-
tama neraca pembayaran akan memberikan informasi mengenai nilai dan
perkembangan ekspor dan impor. Ekspor dan impor adalah kegiatan yang selalu
dilakukan setiap negara dan sampai dimana peranan kegiatan tersebutdalam
perekonomian dapat diamati dari perkembangan neraca perdagangan. Defisit
dalam neraca perdagangan, yang disebabkan oleh impor yang melebihi ekspor,
mengurangi tingkat kegiatan ekonomi didalam negeri dan masalah pengangguran
yang lebih serius akan dihadapi.
Masalah lain yang mungkin akan timbul adalah kehilangan kepercayaan
orang terhadap prospek ekonomi negara tersebut dalam jangka panjang, sebagai
akibatnya modal dalam negeri akan mengalir keluar dan modal modal luar negeri
tidak akan ditanam di negara tersebut. Keadaan seperti ini dapat memperlambat
pertumbuhan ekonomi dimasa depan. Akibat-akibat buruk seperti ini
menyebabkan berbagai negara berusaha untuk menghindari masalah defisit dalam
neraca perdagangan dan aliran modal
2. Fungsi Neraca Pembayaran

Untuk lebih memahami sebuah neraca pembayaran maka akan lebih mudah
jika terlebih dahulu mengetahui tentang fungsi dari neraca pembayaran. Berikut
ini adalah fungsi neraca pembayaran.

a. Menunjukkan Posisi Keuangan Suatu Negara

Dari neraca pembayaran, bisa diketahui bagaimana posisi ataupun


struktur keuangan suatu negara. Jika posisi neraca pembayaran pada suatu
negara menunjukkan angka surplus, berarti negara tersebut lebih banyak
melakukan ekspor barang daripada melakukan impor barang . Selain itu juga
bisa diketahui, bahwa surplus pada neraca pembayaran suatu negara berarti
tidak terlalu banyak investor asing yang menanamkan investasinya disuatu
negara. Kondisi tersebut bisa terjadi karena dengan adanya investor, secara
otomatis akan semakin banyak barang yang diimpor guna memenuhi
kebutuhan investor tersebut.

b. Sebagai Patokan bagi Negara Pendonor

Hal lain yang tidak kalah penting dari sebuah neraca pembayaran adalah
sebagai patokan jika suatu negara hendak mengajukan dana ke negara lain
atau ke lembaga pendonor seperti IMF. Dengan kondisi neraca pembayaran
yang baik maka kepercayaan negara asing terhadap suatu negara juga akan
semakin baik, sedangkan bila yang terjadi adalah sebaliknya, kemungkinan
untuk mendapatkan pinjaman semakin kecil. Hal tersebut bisa terjadi karena
jika suatu negara mempunyai neraca pembayaran yang defisit,
mengindikasikan bahwa negara tersebut memiliki cadangan devisa yang
sedikit. Sehingga besar kemungkinan negara itu akan mengalami kesulitan
dalam pengembalian dana pinjaman.

c. Sebagai Indikator Fundamental Ekonomi

Fungsi lain dari neraca pembayaran selain untuk mengetahui kondisi


perekonomian khususnya yang berkaitan dengan negara asing adalah juga
digunakan sebagai indikator fundamental dalam sebuah perekonomian. Jika
saat ini yang mungkin diketahui bahwa indikator perekonomian tersebut
hanya berputar pada ekonomi makro seperti inflasi, tingkat suku bunga, nilai
tukar mata uang asing serta pertumbuhan ekonomi, sebenarnya neraca
pembayaran memiliki dampak yang cukup signifikan bagi perkembangan
perekonomian. Dengan neraca keuangan yang positif, dapat diketahui bahwa
suatu negara tersebut memiliki cadangan devisa yang berarti negara memiliki
sebuah kekuatan ekonomi.

d. Sebagai Cerminan Ekonomi

Selain itu yang tidak kalah penting dari baiknya sebuah neraca
pembayaran adalah neraca tersebut secara langsung akan memperlihatkan
kondisi perekonomian suatu negara. Jika sebuah negara mempunyai kondisi
neraca pembayaran yang baik, secara langsung juga menggambarkan kondisi
ekonomi yang baik. Sedangkan jika suatu negara mempunyai neraca
pembayaran yang buruk, hal tersebut juga berakibat pada kurangnya
kepercayaan negara asing kepada negara yang bersangkutan. Sebagaimana
yang diungkap diawal, ketika suatu negara mempunyai neraca pembayaran
yang buruk maka yang terjadi adalah kecilnya cadangan devisa yang dimiliki
oleh negara tersebut.

F. Struktur Neraca Pembayaran

Secara umum terdiri atas hal-hal berikut:

1. Transaksi Berjalan (Current Account) merupakan laporan yang berisikan


tentang catatan transaksi barang dan jasa suatu negara dengan negara lain
selama periode tertentu. Current account atau transaksi berjalan juga
menggambarkan pembayaran-pembayaran jangka pendek. Current account
mempunyai tiga bagian yaitu sebagai berikut :

a. Neraca Perdagangan (Balance Of Trade). Dalam neraca ini dicatat


transaksi ekspor dan impor barang-barang selama satu periode. Neraca
pembayaran dikatakan mengalami defisit apabila nilai ekspor barang lebih
kecil daripada impor barang. Sebaliknya surplus bila ekspor barang lebih
besar daripada impor barang.

b. Neraca Jasa (services), neraca jasa ini mencatat hal-hal berikut:

1. Ekspor impor jasa selama satu periode tertentu. Impor jasa yang
dilakukan misalnya penggunaan jasa trensportasi negara lain atau
perusahaan asing. Contoh ketika Indonesia menggunakan maskapai
penerbangan asing untuk memperlancar transportasi naik haji. Sedangkan
ekspor terjadi bila ada pembelian jasa-jasa dalam negeri oleh pihak asing.
Contohnya adanya turis asing yan berlibur ke Indonesia menikmati jasa
hotel, restoran, transportasi serta jasa-jasa lain ini merupakan ekspor bagi
Indonesia dan sekaligus impor jasa bagi negara turis tersebut berasal.

2. Pendapatan Modal (investment income), yaitu pendapatan yang diperoleh


karena memiliki aset-aset finansial (saham dan obligasi) serta aset fisik
(berupa properti) di negara lain. Misalnya Indonesia harus membayar
bunga, sewa dan laba pada negara lain yang menjadi tempat aset –aset
tersebut di investasikan. Pembayaran ini akan dicatat sebagai income
payments on investment, sedangkan bila Indonesia yang menerima
deviden, sewa dan laba dari negara lain karena terdapat aset dari luar
negri, akan dicatat sebagai income received on investment. Selisih antara
income payments on investment dan income received on investment
disebut net investment income.

Neraca jasa akan dikatakan defisit apabila impor jasa ditambah dengan
income payments on investment lebih besar daripada ekspor jasa
ditambah dengan income received on investment. Bila sebaliknya, akan
terjadi surplus pada neraca jasa.

c. Neraca Non Balas Jasa (transfer pyment), mencatat transaksi-transaksi


yang bukan sebagai akibat adanya balas jasa. Misalnya pembayaran dalam
bentuk hibah dari suatu negara ke negra lain. Atau bisa juga dari
pemberian beasiswa dari negara asing untuk membantu mahasiswa di
Indonesia. Sebaliknya bisa juga pembayaran dalam bentuk dana untuk
pelajar dan mahasiswa yang disekolahkan ke luar negeri.

2. Neraca Modal (Capital account), merupakan bagian dari neraca pembayaran


internasional yang mencatat arus modal masuk (capital inflow) dan arus
modal keluar (capital out flow) selama periode tertentu. Neraca modal
menunjukkan catatan arus pembayaran dan penerimaan jangka panjang.
Neraca modal ini terdiri atas hal-hal berikut :

a. Neraca modal pemerintah (official capital), catatan arus keluar masuk


modal disektor pemerintah.

b. Neraca Modal Swasta (private capital), catatan arus keluar masuk modal
yang terjadi disektor swasta atau dunia usaha.

Neraca modal (capital account) dikatan defisit apabila arus modal keluar
lebih besar daripada arus modal masuk. Bila yang terjadi sebaliknya maka
neraca modal dikatakan surplus.

3. Neraca Penyeimbang (Settlement account), merupakan bagian dari neraca


pembayaran internasional yang berisikan nilai arus keluar masuk emas dan
pembelian atau penjualan mata uang domestik atau valuta asing oleh
pemerintah. Neraca penyeimbangan ini digunakan untuk menjaga saldo
neraca pembayaran internasional selalu bernilai nol. Hal ini bertujuan untuk
menjaga stabilitas nilai tukar.

a. Apabila saldo neraca pembayaran internasional mengalami defisit artinya


permintaan terhadap mata uang asing meningkat atau permintaan mata
uang domestik turun. Hal ini akan menyebabkan melemahnya nilai tukar
uang domestik. Harga barang impor akan menjadi lebih mahal dan harga
produk domestik dipasar luar negeri akan menjadi lebih murah. Upaya
pemerintah harus membeli valuta asing untuk meningkatkan jumlah
cadangan valuta asing, agar pemintaan terhadap valuta asing seimbang
dengan penawaran valuta asing sehingga NPI = 0 dan kurs tetap stabil.
b. Apabila saldo neraca pembayaran internasional mengalami surplus artinya
permintaan terhadap mata uang domestik meningkat atau permintaan
terhadap valuta asing turun. Hal ini akan menyebabkan menguatnya nilai
tukar mata uang domestik dan kondisi ini sangat menguntungkan
perekonomian domestik. Tetapi hal ini akan mempersulit ekspor karena
produk domestik diluar negri jadi mahal. Sedangkan impor bertambah
karena harga barang dari pasar luar negeri menjadi lebih murah. Oleh
sebab itu pemerintah harus mengurangi/menetralisasi penawaran valuta
asing dengan cara membeli valuta asing (menjual Rupiah), agar kurs tetap
stabil.

4. Selisih perhitungan (statistical disprepancy), merupakan bagian dari neraca


pembayaran internasional yang berisikan transaksi-transaksi yang tidak
tercatat. Hal ini bisa terjadi karena ketidak lengkapan informasi atau adanya
transaksi yang tidak tercatat. Selisih perhitungan yang bernilai negatif akan
memperkecil surplus neraca pembayaran atau akan memperbesar defisit
neraca pembayaran, tetapi bila positif akan memperbesar surplus neraca
pembayaran dan akan memperkecil defisit neraca pembayaran.
KESIMPULAN

Neraca pembayaran suatu negara adalah catatan yang sistematis tentang


transaksi ekonomi internasional antara penduduk Negara itu dengan penduduk
negara lain dalam jangka waktu tertentu. Catatan semacam ini sangat berguna
untuk berbagai macam tujuan. Neraca pembayaran disusun berdasarkan system
pencatatan ganda (double entry-bookkeeping), dimana setiap kredit diimbangi
oleh debit.

Ada dua bentuk penyajian neraca pembayaran yaitu:

1. Penyajian standar. Komponen –komponen neraca pembayaran dalam


penyajian standar disusun menurut panduan bagaimana dimuat dalam BOP
manual. Penentuan komponen standar neraca pembayaran didasarkan atas
beberapa pertimbangan dan tujuan tertentu.

2. Penyajian analitis. Disusun menurut keperluan analisis bagi perumus


kebijakan dimasing-masing negara. Namun, komponen utama yang disajikan
tetap mengacu pada komponen standar dengan meninjolkan rincian
komponen yang dirasakan sangat diperlukan.

Dalam perspektif Islam kegiatan perdagangan luar negeri harus dilakukan


sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh syariat Islam, yakni dengan
memperhatikan kemaslahatan masyarakat dan demi melancarkan dakwah Islam.

Anda mungkin juga menyukai