Anda di halaman 1dari 8

Analisis senyawa antioksidan dari ekstrak daun gulma sebagai respon terhadap kondisi

lingkungan

Analysis of antioksidan contain from weed leaves as a respon to environmental


conditions

Andriyani Dea Wulandari1*, Sri Kasmiyati2, Elizabeth Betty3


Magister biologi, Fakultas Biologi, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga
*Email: deaandriyani@gmail.com

INTISARI
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan kandungan antioksidan pada gulma yang
tumbuh pada lingkungan berbeda. Kandungan antioksidan diperoleh dari ekstraksi daun gulma. Jenis
antioksidan yang diekstraksi adalah pigmen fotosintesis (klorofil a, klorofil b) karotenoid, asam
askorbat, dan prolin. Ekstraksi pigmen fotosintesis dan karotenoid menggunakan metode DMSO.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan kandungan antioksidan pada gulma yang tumbuh
pada lingkungan berbeda. Gulma menghasilkan antioksidan lebih banyak pada lingkungan yang
tercemar dibandingkan dengan lingkungan yang tidak tercemar. Namun pada salah satu jenis gulma,
yaitu Loranthus sp. Menghasilkan kandungan klorofil a, klorofil b, karotenoid, dan prolin lebih
banyak pada lingkungan yang tidak tercemar dibandingkan lingkungan yang tercemar. Antioksidan
dapat dimanfaatkan sebagai immunomodulator karena kemampuannya dalam mencegah oksidasi
didalam tubuh yang dapat mencegah atau memperbaiki kerusakan sel tubuh. Immunomodulator saat
ini sangat diperlukan sebagai upaya meningkatkan immunitas tubuh dalam menghadapi pandemi
covid-19. Disisi lain, gulma merupakan tumbuhan yang hidup liar pada lingkungan tak terkontrol dan
memungkinkan gulma menghasilkan metabolit sekunder lebih banyak dan lebih spesifik
dibandingkan tumbuhan peliharaan

Kata kunci : antioksidan, gulma, kondisi lingkungan

ABSTRACT
The aims of this research is to determine the contain of antioksidan weeds from different
environment. The contain of antioksidan was gotten from ekstraction of weed leaves. The type of
antioksidan was ekkstracted from weed leaves are photosynthesis pigmen (chloropyl a, chloropyl b,
karotenoid), askorbat acids, and prolin. Ekstraction of photosynthesis pigmen use DMSO method. The
result of research showed there is different the contain of antioksidan from weeds grow in different
environment. Weeds produce antioksidan higher in polluted environment than in nonpolluted
environtment. But on of variety of weeds, Loranthus sp. produce chlorophyl a, chlorophyl b,
karotenoid, and proline higher in nonpolluted environtment than in polluted environment. Antioksidan
useful as an immunomodulator that has capability to prevent oxidation in the human body and prevent
or repair body cells damage. Recently, immunomodulator very needed as an effort to increas body
immunity to encounter pandemic covid-19. In the other side, weeds are wildlife plant that enable to
produce secondary metabolit higher dan more specific than pet plants.

Keyword: antioksidan, weeds, environtment condition

PENDAHULUAN tidak dapat menghindari bakteri dan virus


Di habitat alam, tumbuhan tumbuh sebagai patogen bagi tumbuhan dan hewan
dikelilingi oleh berbagai bakteri, virus, jamur, herbivor dengan berpindah tempat. Akan
nematoda, insecta, mamalia, dan hewan tetapi, tumbuhan memiliki beberapa jaringan
herbivor serta peningkatan radiasi dan suhu yang berfungsi sebagai penghalang bagi
udara. Kondisi yang demikian merupakan patogen masuk ke dalam tumbuhan. Pada
cekaman bagi tumbuhan yang merugikan kondisi tercekam, tumbuhan juga membentuk
kelangsungan hidup tumbuhan. Tumbuhan senyawa yang dikenal sebagai metabolit
sekunder yang mempertahankan tumbuhan sebagai gulma yang menghasilkan antioksidan.
untuk melawan herbivor dan mikroba Fiandri (2020) dalam penelitiannya
patogenik. menyatakan bahwa petikan kebo (Euphorbia
Metabolit sekunder terbagi menjadi 3 hirta) dengan kandungan alkaloid, flavonid,
bagian, yaitu terpens, fenolik, dan senyawa dan tanin memiliki efek antiinfamasi,
yang mengandung nitrogen. Terpens terusun antioksidan, dan antibakteri. Nugrahani (2013)
atas 5 unti karbon isoprena yang bersifat dalam penelitiannya menyebutkan bahwa
toksik bagi herbivor. Fenolik disintesis dari meniran (Phyllanthus niruri L.) merupakan
produk penguraian asam sikimat. Pigmen tumbuhan liar yang menghasilkan falvonoid,
flavonoid, lignin merupakan contoh dari filantin, hipofilantin, damar dan tanin yang
fenolik. Senyawa yang mengandung nitrogen berkhasiat sebagai diuretik, antioksidan,
disintesis oleh asam amino. Senyawa seperti antiinflamasi, antidiabetes, antipiretik, dan
alkaloids, sianogenik glikosida, glukosinolat, penambah nafsu makan. Yulian (2018)
asam amino nonprotein, dan proteinase menyatakan dalam penelitiannya bahwa
inhibitor merupakan golongan dari senyawa ekstrak daun benalu (Loranthus sp)
yang mengandung nitrogen. Senyawa-senya mengandung senyawa metabolit sekunder
tersebut berfungsi untuk melindungi tumbuhan alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, dan steroid
dari berbagai hewan herbivor (Taiz and serta berdasarkan hasil penelitiannya, ekstrak
Zeiger, 2002). Bagi manusia, metabolit daun benalu mempunyai aktifitas antioksidan
sekunder dapat bersifat racun atau zat yang yang tinggi.
menguntungkan. Senyawa metabolit sekunder Pigmen fotosintesis (klorofil a,
yang bermanfaat digunakan sebagai obat, klorofil b), karotenoid, asam askorbat, prolin
pestisida dan bahan baku kosmetik (Setyorini, adalah senyawa yang dianalisis dari ekstrak
2016). Penelitian Iswanto (2016) daun meniran, petikan kebo, benalu sebagai
memanfaatkan metabolit sekunder sebegai senyawa sumber antioksidan. Penelitian ini
penambah ketahanan varietas padi terhadap bertujuan untuk menentukan kandungan
wereng cokelat. Penelitian Tampubolon (2016) antioksidan pada gulma yang diambil dari
juga memanfaatkan metabolit sekunder lingkungan tumbuh yang tercemar sebagai
sebagai pestisida nabati. Selain itu beberapa cekaman bagi gulma dan lingkungan tumbuh
metabolit sekunder seperti polifenol, alkaloid, yang tidak tercemar sebagai kondisi tidak
falvonoid, dan terpenoid dapat dimanfaatkan tercekam bagi gulma.
sebagai antioksidan (Yuhernita, 2011).
Antioksidan berperan dalam BAHAN DAN METODE
memelihara dan menjaga kesehatan karena Alat dan bahan
mampu menangkap molekul radikal bebas dan Penelitian dilakukan di laboratorium
oksigen reaktif sehingga menghambat reaksi kimia dasar, Fakultas Biologi, Universitas
oksidatif yang merupakan penyebab penyakit- Kristen Satya Wacana, Salatiga. Bahan-bahan
penyakit degenerative seperti penyakit yang diperlukan dalam penelitian adalah daun
jantung, kanker, katarak, disfungsi otak, dan tumbuhan meniran, daun tumbuhan petikan
arthritis (Adawiah, 2015). kebo, daun tumbuhan benalu yang diambil dari
Salah satu kelompok tumbuhan yang area persawahan, pinggir jalan raya, dan area
dapat menghasilkan senyawa antioksidan gedung Fakultas Biologi, Universitas Kristen
adalah gulma. Gulma merupakan tumbuhan Satya Wacana. Lingkungan sawah dan pinggir
yang hidup liar dialam dan tak terkontrol. jalan diasumsikan sebagai lingkingan yang
Kondisi ini tentunya sangat memungkinkan tercemar karena gulma lebih banyak terpapar
gulma menghasilkan metabolit sekunder pestisida pada lingkungan sawah, dan terpapar
dalam jumlah banyak. Berbagai gulma yang polusi udara pada area pinggir jalan raya.
dapat dijumpai disekitar lingkungan adalah Lingkungan gedung kampus diasumsikan
orok-orok, ciplukan, sisik naga, ketul, benalu, sebagai lingkungan yang tidak tercemar karena
tali putri, petikan kebo, bandotan, krinyuh, tidak terpapar pestisida dan polusi udara.
kembang bulan, widelia, tembelekan, meniran, Bahan-bahan lain yang digunakan antara lain
jarong, urang-aring, baru cina, rumput mutiara, DMSO, asam sulfosalisilat 5%, Na-molibdat,
paku cakar ayam, jombang, kitolod. H2SO4 0.15 N, Na2HPO4 0.15 mM, ninhidrin,
Pada penelitian kali ini menggunakan toluen. Alat-alat yang digunakan adalah
gulma meniran, petikan kebo, dan benalu timbangan, pipet volume, pilius, botol gelap,
kertas saring, corong kaca, tabung reaksi, (kondisi dingin) sebanyak 2 ml dan
mortar dan pestle, mikropipet, tube dimasukkan kedalam tabung eoendorf 2ml.
mikropipet, tabung ependorf, sentrifuge, Selanjutnya disentrifuse dengan kecepatan
waterbath, vortek, spektrofotometer, kuvet, 10000 rpm, selama 10 menit pada suhu 40 OC.
botol kaca bening. Supernatan diambil dan digunakan sebagai
penentu kandungan asam askorbat. Supernatan
Pengukuran kandungan pigmen fotosintesis sebanyak 0.33 ml dicampur dengan larutan
menggunakan metode DMSO Na-molibdat 0.66 ml, H2SO4 0.15 N 0.66 ml,
Langkah kerja yang dilakukan untuk Na2HPO4 0.15 mM 0.33 ml (untuk 1 tabung
ekstraksi klorofil adalah, daun dari masing- ependorf). Kemudian campuran reaksi
masing tumbuhan dari lingkungan tercemar diinkubasikan dalam waterbath suhu 60OC
dan tidak tercemar dipotong kecil-kecil selama 40 menit, didinginkan dan kemudian
kemudian ditimbang sebanyak 40 mg. Daun disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama
yang sudah ditimbang dimasukkan kedalam 10 menit. Sampel diukur nilai absorbansinya
botol gelap kemudian ditambahkan 5 ml pada panjang gelombang 660 nm dengan asam
DMSO. Botol ditutup kemudian disimpan sulfosalisilat 5% sebagai larutan blanko.
pada tempat yang tidak terkena cahaya Kandungan asam askorbat ditentukan
matahari selama 24 jam. Setelah 24 jam, berdasarkan kurva standart asam askorbat (0.2
masing-masing sampel dalam botol gelap – 1.0 mM) dan dinyatakan dlam mM/g BB
disaring menggunakan kertas saring. Hasil
penyaringan merupakan ekstrak klorofil. Pengukuran kandungan prolin
Ekstrak klorofil kemudian diukur Langkah kerja yang dilakukan untuk
absorbansinya menggunakan spektrofotometer ekstraksi asam askorbat adalah, daun dari
pada panjang gelombang 663nm, 645nm, dan masing-masing tumbuhan dari lingkungan
480nm, dengan larutan blanko adalah DMSO. tercemar dan tidak tercemar dipotong kecil-
Masing-masing daun baik pada tumbuhan kecil kemudian ditimbang sebanyak 0.125 g.
tercemar dan tidak tercemar dilakukan Daun yang sudah ditimbang kemudian
pengulangan 7 kali. dihaluskan menggunakan mortar dan pestle.
Perhitngan kandungan pigmen fotosintesis Kemudian ditambahkan asam sulfosalisilat 5%
mengikuti rumus sebagai berikut : (kondisi dingin) sebanyak 2 ml dan
Klorofil a (mg/gfw) = dimasukkan kedalam tabung eoendorf 2ml.
[ ( 12.7 x A663 )− ( 2.69 x A 645 ) ] x volume Sampel disentrifus dengan kecepatan 10000
rpm selama 10 menit pada suhu 4OC.
1000 xW Supernatan diambil dan digunakan untuk
penentuan kadar prolin. Supernatan sebanyak
Klorofil b (mg/gfw) = ¿¿ 1 ml dicampur dengan larutan ninhidrin
sebanyak 1 ml. Kemudian sampel diinkubasi
Total Klorofil a+b (mg/gfw) = hasil dalam waterbath suhu 100OC selama 60 menit,
perhitungan klorofil a + hasil perhitungan didinginkan dalam icebath. Kemudian
klorofil b ditambahkan 2 ml toluen, divortek selama 20-
25 detik. Dibiarkan selama 5 menit agar terjadi
Total karotenoid (mg/gfw) = pemisahan antara fase air dan organiknya.
[ A 480 + ( 0.114 x A663 )−( 0.638 x A 645 ) ] x volume Fase toluen yang mengandung chromophore
1000 x W diambil dan dipindahkan ke tabung baru.
Sampel dari campuran reaksi fase toluen
Pengukuran kandungan asam askorbat diukur nilai absorbansi pada panjang
Langkah kerja yang dilakukan untuk gelombang 520 nm dan asam sulfosalisilat 5%
ekstraksi asam askorbat adalah, daun dari digunakan sebagai larutan blanko. Kandungan
masing-masing tumbuhan dari lingkungan prolin ditentukan berdasarkan kurva standart
tercemar dan tidak tercemar dipotong kecil- L-prolin (5 – 25 µg/ml) dan dinyatakan dalam
kecil kemudian ditimbang sebanyak 0.125 g. µg/g BB atau µg/g BB.
Daun yang sudah ditimbang kemudian
dihaluskan menggunakan mortar dan pestle. HASIL
Kemudian ditambahkan asam sulfosalisilat 5% Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, maka diperoleh kandungan klorofil
a, klorofil b, klorofil ab, karotenoid, serta
kandungan asam askorbat dan prolin dalam
daun dari 3 spesies tumbuhan yang berbeda
sebagai berikut

Grafik 2. Kandungan klorofil b pada


tumbuhan Euphorbia hirta, Pilantus niruri,
Grafik 1. Kandungan klorofil a pada dan Lorantus pada lingkungan yang tidak
tumbuhan Euphorbia hirta, Pilantus niruri, tercemar dan tercemar
dan Lorantus pada lingkungan yang tidak Kandungan klorofil b pada tumbuhan
tercemar dan tercemar Euphorbia hirta, Pilantus niruri, dan
Kandungan klorofil a pada tumbuhan Loranthus sp pada kondisi tercekam
Euphorbia hirta, Pilantus niruri, dan (lingkungan yang tercemar) dan tidak
Loranthus sp pada kondisi tercekam tercekam (lingkungan yang tidak tercemar)
(lingkungan yang tercemar) dan tidak berbeda secara signifikan. Kandungan klorofil
tercekam (lingkungan yang tidak tercemar) b pada semua tumbuhan baik pada keadaan
berbeda secara signifikan. Kandungan klorofil tercemar maupun tidak tercemar juga berbeda
a pada semua tumbuhan baik pada keadaan secara signifikan. Kandungan klorofil b pada
tercemar maupun tidak tercemar juga berbeda tumbuhan Euphorbia hirta baik yang tercemar
secara signifikan. Kandungan klorofil a pada maupun tidak tercemar berbeda secara
tumbuhan Euphorbia hirta baik yang tercemar signifikan. Kandungan klorofil b pada
maupun tidak tercemar berbeda secara tumbuhan Pilantus niruri baik yang tercemar
signifikan. Kandungan klorofil a pada maupun tidak tercemar berbeda secara
tumbuhan Pilantus niruri baik yang tercemar signifikan. Kandungan klorofil b pada
maupun tidak tercemar berbeda secara tumbuhan Loranthus sp baik yang tercemar
signifikan. Kandungan klorofil a pada maupun tidak tercemar berbeda secara
tumbuhan Loranthus sp baik yang tercemar signifikan. Kandungan klorofil b (grafik 2)
maupun tidak tercemar berbeda secara pada tumbuhan Euphorbia hirta dan Pilantus
signifikan. Kandungan klorofil a (grafik 1) niruri lebih tinggi pada kondisi tidak tercemar
pada tumbuhan Euphorbia hirta dan Pilantus daripada pada tumbuhan yang tercemar.
niruri lebih tinggi pada kondisi tidak tercemar Sedangkan pada tumbuhan Loranthus sp
daripada pada tumbuhan yang tercemar. kandungan klorofil b lebih rendah pada
Sedangkan pada tumbuhan Loranthus sp tumbuhan kondisi tidak tercemar daripada
kandungan klorofil a lebih rendah pada kondisi tercemar. Kandungan klorofil b pada
tumbuhan kondisi tidak tercemar daripada tumbuhan tidak tercemar tertinggi pada
kondisi tercemar. Kandungan klorofil a pada tumbuhan Pilantus niruri sedangkan
tumbuhan tidak tercemar tertinggi pada kandungan klorofil b tertinggi pada tumbuhan
tumbuhan Pilantus niruri sedangkan tercemar pada tumbuhan Loranthus sp.
kandungan klorofil a tertinggi pada tumbuhan
tercemar pada tumbuhan Loranthus sp.
Grafik 3. Kandungan klorofil ab pada keadaan tercemar maupun tidak tercemar juga
tumbuhan Euphorbia hirta, Pilantus niruri, berbeda secara signifikan. Kandungan
dan Lorantus pada lingkungan yang tidak karotenoid pada tumbuhan Euphorbia hirta
tercemar dan tercemar baik yang tercemar maupun tidak tercemar
Kandungan klorofil ab pada tumbuhan berbeda secara signifikan. Kandungan
Euphorbia hirta, Pilantus niruri, dan karotenoid pada tumbuhan Pilantus niruri baik
Loranthus sp pada kondisi tercekam yang tercemar maupun tidak tercemar berbeda
(lingkungan yang tercemar) dan tidak secara signifikan. Kandungan karotenoid pada
tercekam (lingkungan yang tidak tercemar) tumbuhan Loranthus sp baik yang tercemar
berbeda secara signifikan. Kandungan klorofil maupun tidak tercemar berbeda secara
ab pada semua tumbuhan baik pada keadaan signifikan. Kandungan karotenoid (grafik 4)
tercemar maupun tidak tercemar juga berbeda pada tumbuhan Euphorbia hirta dan Pilantus
secara signifikan. Kandungan klorofil ab pada niruri lebih tinggi pada kondisi tidak tercemar
tumbuhan Euphorbia hirta baik yang tercemar daripada pada tumbuhan yang tercemar.
maupun tidak tercemar berbeda secara Sedangkan pada tumbuhan Loranthus sp
signifikan. Kandungan klorofil ab pada kandungan karotenoid lebih rendah pada
tumbuhan Pilantus niruri baik yang tercemar tumbuhan kondisi tidak tercemar daripada
maupun tidak tercemar berbeda secara kondisi tercemar. Kandungan karotenoid pada
signifikan. Kandungan klorofil ab pada tumbuhan tidak tercemar tertinggi pada
tumbuhan Loranthus sp baik yang tercemar tumbuhan Pilantus niruri sedangkan
maupun tidak tercemar berbeda secara kandungan karotenoid tertinggi pada
signifikan. Kandungan klorofil ab (grafik 3) tumbuhan tercemar pada tumbuhan Loranthus
pada tumbuhan Euphorbia hirta dan Pilantus sp.
niruri lebih tinggi pada kondisi tidak tercemar
daripada pada tumbuhan yang tercemar.
Sedangkan pada tumbuhan Loranthus sp
kandungan klorofil ab lebih rendah pada
tumbuhan kondisi tidak tercemar daripada
kondisi tercemar. Kandungan klorofil ab pada
tumbuhan tidak tercemar tertinggi pada
tumbuhan Pilantus niruri sedangkan
kandungan klorofil ab tertinggi pada tumbuhan
tercemar pada tumbuhan Loranthus sp.

Grafik 5. Kandungan asam askorbat pada


tumbuhan Euphorbia hirta, Pilantus niruri,
dan Lorantus pada lingkungan yang tidak
tercemar dan tercemar
Kandungan asam askorbat pada
tumbuhan Euphorbia hirta, Pilantus niruri,
dan Loranthus sp pada kondisi tercekam
(lingkungan yang tercemar) dan tidak
tercekam (lingkungan yang tidak tercemar)
berbeda secara signifikan. Kandungan asam
Grafik 4. Kandungan karotenoid pada askorbat pada semua tumbuhan baik pada
tumbuhan Euphorbia hirta, Pilantus niruri, keadaan tercemar maupun tidak tercemar juga
dan Lorantus pada lingkungan yang tidak berbeda secara signifikan. Kandungan asam
tercemar dan tercemar askorbat pada tumbuhan Euphorbia hirta baik
Kandungan karotenoid pada tumbuhan yang tercemar maupun tidak tercemar berbeda
Euphorbia hirta, Pilantus niruri, dan secara signifikan. Kandungan asam askorbat
Loranthus sp pada kondisi tercekam pada tumbuhan Pilantus niruri baik yang
(lingkungan yang tercemar) dan tidak tercemar maupun tidak tercemar berbeda
tercekam (lingkungan yang tidak tercemar) secara signifikan. Kandungan asam askorbat
berbeda secara signifikan. Kandungan pada tumbuhan Loranthus sp baik yang
karotenoid pada semua tumbuhan baik pada tercemar maupun tidak tercemar berbeda
secara signifikan. Kandungan asam askorbat karotenoid, asam askorbat, dan prolin yang
(grafik 5) pada tumbuhan Euphorbia hirta, berbeda pada lingkungan tumbuh berbeda.
Pilantus niruri dan Loranthus sp lebih tinggi Kandungan klorofil a, klorofil b,
pada kondisi tercemar daripada pada klorofil ab, karotenoid pada tumbuhan
tumbuhan yang tidak tercemar. Kandungan meniran dan petikan kebo lebih rendah pada
asam askorbat pada tumbuhan tidak tercemar kondisi lingkungan yang tercemar
dan tercemar tertinggi pada tumbuhan dibandingkan dengan kondisi lingkungan yang
Pilantus niruri. tidak tercemar. Pada kondisi lingkungan yang
tercemar, tumbuhan mengalami cekaman
sehingga proses fisiologi tumbuhan terutama
proses fotosintesis terganggu. Proses
fotosintesis akan mempengaruhi pembentukan
pigmen fotosintesis (klorofil a, klorofil b, dan
klorofil ab) serta karotenoid sebagai pigmen
yang membantu proses fotosintesis.
Ai (2011) menyebutkan bahwa respon
tumbuhan terhadap kekurangan air
ditunjukkan dengan penurunan klorofil.
Kekurangan air, tingkat salinitas, tingkat suhu
Grafik 6. Kandungan prolin pada tumbuhan atau temperatur ekstrem, pH tanah, cekaman
Euphorbia hirta, Pilantus niruri, dan Lorantus oksidatif merupakan cekaman abiotik bagi
pada lingkungan yang tidak tercemar dan tumbuhan yang mengakibatkan perubahan-
tercemar perubahan pada morfologi, fisiologi, dan
Kandungan prolin pada tumbuhan biokimia. Perubahan-perubahan ini akan
Euphorbia hirta, Pilantus niruri, dan berpengaruh pada pertumbuhan tumbuhan dan
Loranthus sp pada kondisi tercekam produktifitasnya serta menginduksi kerusakan
(lingkungan yang tercemar) dan tidak pada sel (Ai, 2011). Lingkungan yang
tercekam (lingkungan yang tidak tercemar) tercemar seperti adanya polusi udara, dan
berbeda secara signifikan. Kandungan prolin pestisida yang masuk kedalam lingkungan
pada semua tumbuhan baik pada keadaan dapat merubah tingkat salinitas dan pH tanah
tercemar maupun tidak tercemar juga berbeda (Tampubolon, 2016). Kondisi demikian
secara signifikan. Kandungan prolin pada merupakan cekaman abiotik bagi tumbuhan.
tumbuhan Euphorbia hirta baik yang tercemar Namun pada tumbuhan benalu kandungan
maupun tidak tercemar berbeda secara klorifl a, klorofil b, klorofil ab lebih tinggi
signifikan. Kandungan prolin pada tumbuhan pada lingkungan yang tercemar dibandingkan
Pilantus niruri baik yang tercemar maupun dengan lingkungan yang tercemar.
tidak tercemar berbeda secara signifikan. Proses fotosintesis yang
Kandungan prolin pada tumbuhan Loranthus mempengaruhi kandungan klorofil a, klorofil
sp baik yang tercemar maupun tidak tercemar b, klorofil ab, dan karotenoid tidak hanya
berbeda secara signifikan. Kandungan prolin dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, namun
(grafik 6) pada tumbuhan Euphorbia hirta juga dipengaruhi oleh intensitas cahaya. Anni
dan Pilantus niruri lebih tinggi pada kondisi (2013) menyatakan dalam penelitiannya
tidak tercemar daripada pada tumbuhan yang bahwa pada intensitas cahaya yang rendah,
tercemar. Sedangkan pada tumbuhan kandungan klorofil a, klorofil b, klorofil total,
Loranthus sp kandungan prolin lebih rendah lebih tinggi. Sayekti (2017) juga melaporkan
pada kondisi tidak tercemar daripada kondisi bahwa terjadi penurunan klorofil a pada
tercemar. Kandungan prolin pada tumbuhan intensitas cahaya yang tinggi. Pada lingkungan
tidak tercemar tertinggi pada tumbuhan yang tercemar pada tumbuhan benalu memiliki
Pilantus niruri dan pada kondisi tercemar intensitas cahaya yang sesuai untuk
tertinggi pada tumbuhan Loranthus sp. fotosintesis dibandingkan dengan lingkungan
yang tercemar, sehingga kandungan klorofil a,
PEMBAHASAN klorofil b, klorofil ab, dan karotenoid lebih
Berdasarkan hasil penelitian, tinggi pada lingkungan yang tercemar.
tumbuhan gulma meniran, petikan kebo, dan Kandungan asam askorbat pada
benalu menghasilkan klorofil a, klorofil b, tumbuhan meniran, petikan kebo, dan benalu
lebih tinggi pada lingkungan yang tercemar KESIMPULAN
dibandingan dengan lingkungan yang tidak Berdasarkan penelitian yang telah
tercemar. Asam askorbat merupakan senyawa dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
metabolit utama yang berfungsi sebagai kandungan pigmen fotosintesis (klorofil a,
antioksidan yang melindungi tanaman dari klorofil b, klorofil ab), dan karotenoid
kerusakan oksidatif. Senyawa antioksidan dihasilkan dalam jumlah yang lebih banyak
dihasilkan oleh tumbuhan pada saat tumbuhan pada lingkungan yang tidak tercemar
mengalami cekaman. Lingkungan yang dibandingkan lingkungan tercemar. Sedangkan
tercemar merupakan cekaman bagi tumbuhan. asam askorbat dan prolin sebagai metabolit
Hal tersebut juga dilaporkan oleh Nugroho sekunder dihasilkan dalam jumlah yang lebih
(2020) dalam penelitiannya yang menyebutkan banyak pada lingkungan tercemar
bahwa kandungan asam askorbat atau vitamin dibandingkan lingkungan tidak tercemar.
C pada tumbuhan lebih tinggi pada tumbuhan Klorofil a, klorofil b, klorofil ab,
yang tumbuh pada lingkungan yang kering. karotenoid, asam askorbat, prolin merupakan
Tumbuhan menghasilkan asam askorbat senyawa-senyawa yang tergolong antioksidan.
sebagai respon tumbuhan untuk bertahan Antioksidan dapat dimanfaatkan sebagai
hidup pada kondisi kering. Kondisi kering juga immunomodulator. Immunomodulator adalah
merupakan cekaman abiotik bagi tumbuhan. obat yang dapat memodifikasi respon imun,
Kandungan prolin pada tumbuhan menstimulasi mekanisme pertahanan alamiah
meniran, petikan kebo, dan benalu dan adaptif, dan dapat berfungsi baik sebagai
menunjukkan hasil yang berbeda-beda. imunosupresan maupun imunostimulan.
Kandungan prolin pada benalu lebih tinggi Imunitas yang baik dan terjaga merupakan
pada lingkungan yang tercemar dibandingkan upaya awal untuk menghadapi pandemi covid-
lingkungan yang tidak tercemar. Kondisi 19.
lingkungan yang tercemar merupakan kondisi
cekaman abiotik bagi tumbuhan. Cekaman DAFTAR PUSTAKA
dapat menurunkan tingkat produktivitas
tanaman karena menurunkan aktivitas Wahono, E., M. Izzati, S. Parman. 2014.
metabolisme primer, penyusutan luas daun, Interaksi antara Tingkat Ketersediaan
dan aktifitas fotosintesis sehingga akumulasi Air dan Varietas, Terhadap
biomassa rendah (Novenda, 2016). Kandungan Prolin serta Pertumbuhan
Penurunan aktifitas metabolisme Tanaman Kedelai (Glycine max L.
primer, akan meningkatkan aktifitas Merr). Jurnal Biologi 3(3): 65-74
metabolisme sekunder sehingga akan Novenda I.L., dan S.A Nugroho. 2016.
dihasilkan metabolit sekunder lebih banyak. Analisis Kandungan Prolin Tanaman
Prolin merupakan metabolit sekunder yang Kangkung (Ipomea reptana Poir),
akan terakumulasi jika tanaman mengalami Bayam (Amaranthus spinosus), dan
cekaman. Hal tersebut disebabkan oleh Ketimun (Cucumis sativus L.).
aktivasi biosintesa prolin dan inaktivasi Pancaran 5(4): 223-234
degradasi prolin. Jumlah prolin yang Nugroho, S.A., R. Taufika, I.L Novenda.
meningkat merupakan indikasi toleransi 2020. Analisis Kandungan Asam
terhadap cekaman karena prolin berfungsi Askorbat pada Tanaman Kangkung
sebagai senyawa penyimpan N dan (Ipomea reptana Poir), Bayam
osmoregulator dan sebagai protektor enzim (Amaranthus spinosus), dan Ketimun
tertentu (Wahono, 2014). Kandungan prolin (Cucumis sativus L.). Jurnal Tambora
pada meniran dan petikan kebo lebih tinggi 4(1): 26-31
pada kondisi yang tidak tercemar. Akumulasi Setyorini, S.D., dan E. Yusnawan. 2016.
prolin pada tumbuhan sebagai respon terhadap Peningkatan Kandungan Metabolit
cekaman tidak sama, hal ini dipengaruhi oleh Sekunder Tanaman Aneka Kacang
tanggapan masing-masing jenis tanaman. sebagai Respon Cekaman Biotik. Iptek
Novenda (2016) dalam penelitiannya Tanaman Pangan 11(2): 167-174.
melaporkan bahwa kandungan prolin sebagai Iswanto, E.H., R.H Praptana, A. Guswara.
respon terhadap kekeringan berbeda pada 2016. Peran Senyawa Metabolit
tumbuhan C3 dan C4. Sekunder Tanaman Padi Terhadap
Ketahanan Wereng Cokelat
(Nilaparvata lugens). Iptek Tanaman
Pangan 11(2):127-132.
Tampubolon, K., F.N Sihombing, Z. Purba,
S.T.S Samosir, S. Karim. 2018.
Potensi Metabolit Sekunder Gulma
sebagai Pestisida Nabati di Indonesia.
Jurnal Kultivasi 17(3): 683-693.
Ai, N.S., dan Y. Banyo. 2011. Konsentrasi
Klorofil Daun sebagai Indikator
Kekurangan Air pada Tanaman. Jurnal
Ilmiah Sains. 11(2): 166-173
Anni, I.A., E. Saptiningsih, S. Haryanti. 2013.
Pengaruh Naungan Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanam
Bawang Daun (Allium fistulosum L.)
di Bandungan, Jawa Tengah. Jurnal
Biologi 2(3): 31-40
Sayekti, S., E. Harpeni, M. Muhaemin. 2017.
Pengaruh Intensitas Cahaya terhadap
Kandungan Klorofil-a dan –c
Zooxanthellae dari isolat karang lunak
Zoanthus sp. MASPARI Journal 9(1):
61-68.
Adawiah., D. Sukandar, A. Muawanah. 2015.
Aktivitas Antioksidan dan Kandungan
Komponen Bioaktif Sari Buah
Namnam. Jurnal Kimia VALENSI:
Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Ilmu kimia. 1(2): 130-136.
Fiandri, D.C., dan Sutarto. 2020. Potensi
Tanaman Patikan Kebo (Euphorbia
hirta) sebagai Penyembuh Luka.
Jurnal Medika Hutama 02(01): 224-
230.
Yulian, M., dan Safrijal. 2018. Uji Aktivitas
Antioksidan Daun Benalu Kopi
(Loranthus ferrugineus Roxb.)
Dengan Metode DPPH (1,1-Difenil-2-
Pikrilhidrazil). Lantanida Journal 6(2):
103-202.
Nugrahani, S.S. 2013. Analisis Perbandingan
Efektifitas Ekstrak Akar, Batang, dan
Daun Herba Meniran dalam
Menurunkan Kadar Glukosa Darah
Mencit. Unnes Journal of Public
Health 2(1): 1-9.
Taiz, L., dan E. Zeiger. 2002. Plant
Physiologi, 3rb ed. Sunderland:
Sinauer associates.
Yuhernita, dan Juniarti. 2011. Analisis
Senyawa Metabolit Sekunder dari
Ekstrak Metanol Daun Surian yang
Berpotensi sebagai Antioksidan.
Makara Sains 15(1): 48-52.

Anda mungkin juga menyukai