Anda di halaman 1dari 12

Pandemi Coronavirus Disease 19 (COVID-19) dinyatakan sebagai keadaan

darurat kesehatan global oleh World Health Organization (WHO).1 Pembaharuan

terakhir data provinsi dari Kementerian Kesehatan tanggal 12 Agustus 2020

tercatat sebanyak 130.718 orang di Indonesia telah terkonfirmasi terkena COVID-

19 .2

COVID-19 memberikan banyak dampak terutama pada sektor layanan

kesehatan. Akibat infeksi COVID-19, tercatat lebih dari 3.000 tenaga kesehatan di

seluruh dunia meninggal. Menurut Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional

Indonesia (PPNI), infeksi COVID-19 menjadi penyebab kematian 39 perawat di

Indonesia.3 Sedangkan hingga saat ini, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mencatat

sebanyak 74 dokter di Indonesia dinyatakan meninggal akibat positif COVID-19.4

Virus SARS-CoV-2 ini menjadi risiko yang sangat tinggi bagi tenaga

kesehatan untuk terkena pajanan biologis di tempat kerja. Hal ini dikarenakan

interaksi dalam jarak yang dekat dengan intensitas waktu yang lama setiap harinya

untuk merawat dan menangani pasien COVID-19 dan pasien lainnya yang berobat

dan memungkinkan membawa virus meski tidak disertai gejala. COVID-19

dikategorikan sebagai penyakit akibat kerja (PAK) dalam klasifikasi penyakit


5,10
yang disebabkan pajanan biologi pada aktivitas pekerjaan. Pada Peraturan

Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 pasal 1 ayat 2 tentang PAK,

disebutkan bahwa pekerja yang mengalami kecelakaan kerja atau terkena penyakit

akibat kerja berhak menerima jaminan kesehatan kerja (JKK). Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum yang berfungsi

1
sebagai penyelenggara jaminan sosial. Dalam mencapai tujuan tersebut, BPJS

membuat program yaitu Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).12

Besarnya dampak pandemik COVID-19 terhadap sektor pelayanan

kesehatan dan tingginya angka kematian tenaga kesehatan terutama dokter akibat

COVID-19 menarik perhatian saya untuk mencaritahu mengapa angka kematian

tenaga kesehatan terutama dokter tergolong tinggi di Indonesia dan bagaimana

peran Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bagi dokter di Merupakan badan hukum

penyelenggara program jaminan sosial.12 BPJS ini terbagi menjadi dua jenis yaitu

BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.

era pandemik COVID-19. BPJS Kesehatan membentuk program Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN).16 Jaminan Kesehatan adalah perlindungan dalam

memenuhi kebutuhan dasar kesehatan serta merupakan perlindungan kesehatan

bagi pesertanya agar mendapat manfaat dari pemeliharaan kesehatan.17 Warga

negara asing yang paling sebentar sudah bekerja di Indonesia selama 6 bulan serta

semua warga Indonesia di wajibkan untuk menjadi peserta JKN-KIS. Adapun

jenis kepesertaan BPJS Kesehatan yaitu:

1. PPU atau Pekerja Penerima Upah: PPU Penyelenggara Negara (Pegawai

Negeri Sipil (PNS) Pusat, PNS Daerah, PNS Dipekerjakan, PNS

Diperbantukan, PNS TNI, PNS Polri), prajurit, polri, pejabat negara,

kepala desa dan perangkat desa, pegawai pemerintah non pegawai negeri

(PPNPN), PPU badan usaha  didaftarkan sebagai Peserta PPU oleh

2
pemberi kerjanya dan membayar iuran. Iuran sebesar 5% dari upah

perbulan (4% dibayar pemberi pekerja dan 1% dibayar oleh peserta)

apabila ada keluarga tambahan (anak ke 4 dst, ayah, ibu, mertua)  1%

dari upah per orang perbulan dibayar oleh pekerja penerima upah.

2. PD Pemda  didaftarkan dan ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi atau

Kabupaten/Kota

3. PBPU atau Pekerja Bukan Penerima Upah : tenaga ahli, seniman,

olahragawan, penasihat, penerjemah, peneliti, pengelola proyek,

mahasiswa, santri, WNA yang bekerja di NKRI minimal 6 bulan

dilengkapi surat izin kerja sesuai ketentuan perundang-undangan) dan

Bukan Pekerja (BP: investor, pemberi kerja, penerima pensiun) 

pendaftaran bagi peserta PBPU/BP dilakukan sendiri dan iuran dibayar

setelah 14 hari kalender sejak pendaftaran. Iuran dibayar sebesar Rp.

42.000/bulan/orang (pelayanan ruang perawatan kelas III) dengan rincian

Rp. 35.000 dibayarkan oleh peserta dan Rp. 7.000 oleh pemerintah), Rp.

100.000 (kelas II), dan Rp. 150.000 (kelas I)

4. PBI JK atau Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan: fakir miskin,

orang tidak mampu  iuran dibayar oleh pemerintah)

Adapun manfaat dari jaminan nasional kesehatan BPJS Kesehatan yaitu

pelayanan kesehatan tingkat pertama, pelayanan kesehatan rujukan ringkat

lanjutan, rawat jalan tingkat lanjutan (RJTL), rawat inap tingkat lanjutan

3
(RITL), rawat jalan tingkat pertama (RJTP), rawat inap tingkat pertama

(RITP),

Tercantum dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011, BPJS memiliki

tugas dan wewenang untuk membiayai pelayanan kesehatan dan membayar

fasilitas kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 12 Fasilitas kesehatan

dapat mengajukan klaim atas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat ke

BPJS kesehatan setiap bulan.Pasal 52 Perpres No 82 tahun 2018 mengatur

tentang pelayanan kesehatan yang tidak dijamin program JKN yang

diselenggarakan BPJS Kesehatan. Didalam pasal tersebut tertera pelayanan

kesehatan yang tidak dijamin termasuk: "Pelayanan kesehatan akibat bencana

pada masa tanggap darurat, kejadian luar biasa/wabah".18

Disebut juga sebagai BP Jamsostek, dibentuk dengan tujuan untuk

menjalankan empat program jaminan sosial yaitu:12

1. JKK atau Jaminan Kecelakaan Kerja

Jaminan ini diberikan untuk melindungi peserta dari risiko

kecelakaan kerja. Besar manfaat yang dapat diterima adalah

perawatan sesuai indikasi medis dengan tanpa adanya pembatasan

biaya, lalu santunan kematian akibat kecelakaan kerja yang

diberikan sebesar 48x jumlah upah peserta, santunan upah selama

tidak berkerja (12 bulan pertama 100% selanjutnya 50% hingga

sembuh), bantuan beasiswa untuk dua orang anak dengan total

4
maksimal searatus tujuh puluh empat juta rupiah dari peserta yang

menyandang cacat total yang tetap dikarenakan kecelakaan kerja

atau hingga meninggal dunia, lalu bantuan return to work program.

Bagi peserta yang mengalami kecelakaan kerja atau terkena

penyakit akibat kerja sehingga menyebabkan dirinya mengalami

kecacatan maka santunan yang diberikan akan sesuai dengan jenis

dan besar kecacatan yang dimana akan ditentukan oleh dokter dan

akan disesuaikan dengan table kecacatan yang terlampir pada

Lampiran III Peraturan Pemerintah No.4 2015. Perhitungan santunan

kecacatan pada cacat sebagian anatomis yaitu % sesuai table x 80 x

upah sebulan, cacat sebagian fungsi yaitu % berkurangnya fungsi x

% sesuai table x 80 x upah sebulan, dan untuk cacat total tetap yaitu

70% x 80 x upah sebulan. Besar iuran yang harus dibayar PPU

0,24% - 1,74% dari upah yang dilaporkan dan dibayar sepenuhnya

oleh perusahaan, 1% dari upah yang dilaporkan untuk PBPU, mulai

dari 0,21% berdasarkan dari nilai proyek untuk jasa kosntruksi, dan

Rp. 370.000 yang termasuk dalam program JKK JKM untuk pekerja

imigran. 12

2. JKM atau Jaminan Kematian

Manfaat berupa pemberian uang tunai yang nantinya diberikan pada

ahli waris yang ditinggal meninggal peserta yang status

kepesertaannya masih akif dan meninggal bukan akibat kecelakaan

5
kerja. Total santunan yang didapat sebesar Rp. 42.000.000 selain itu

akan mendapat santunan beasiswa bagi anak peserta yang diberikan

setiap tahunnya perusahaan dan Rp.6.800 oleh pekerja, untuk PBPU

mulai dari 0,21% berdasarkan nilai proyek, dan untuk jasa konstrusi

membayar Rp. 370.000 yang masuk kedalam program JKK dan

JKM.12

3. JHT atau Jaminan Hari Tua

Uang tunai yang diberikan secara sekaligus bila usia peserta sudah

56 tahun, peserta meninggal, dan peserta mengalami cacat total

tetap. Manfaat ini dapat diambil sebagian saat usia belum mencapat

56 tahun jika perusahaan dari upah yang dilaporkan, dan PBPU

sebesar Rp. 105.000 – Rp. 600.000.12

4. JP atau Jaminan Pensiun

Mendapatkan uang tunai untuk jaminan pensiun hari tua atau MPHT

yang diberikan pada peserta setiap bulan dengan ketentuan yaitu

minimal memenuhi iuran selama limabelas tahun serta sudah masuk

usia saat nya untuk pensiun sampai meninggal dunia, manfat pensiun

cacat (MPC), dan manfaat pensiun janda/duda (MPJD) yaitu uang

tunai bulanan yang diberikan hingga menikah lagi atau sampai

meninggal bagi janda atau duda yang menjadi ahli waris dan

terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan, selain itu ada manfaat pensiun

anak (MPA), dan manfat pensiun orang tua (MPOT). Iuran yang

6
harus dibayar PPU adalah 1% oleh pekerja dan 2% dibayar oleh

perusahaan sejumlah upah yang dilaporkan.12

Peserta program jaminan sosial terdiri dari peserta penerima upah (PPU)

yaitu tiap orang yang berkerja yang diberi upah oleh pemberi kerja (pekerja sektor

formal non mandiri: PNS, karyawan swasta, yayasan, TNI/POLRI, karyawan

BUMN/BUMD). Peserta dapat mengikuti keempat program secara bertahap

pendaftaran kepesertaan oleh perusahaan pemberi kerja. Pembayaran uang iuran

untuk JKK dan JKM dilakukan oleh pemberi kerja sedangkan iuran JHT dan JP

ditanggung bersama oleh pemberi kerja dan pekerja. Peserta bukan penerima upah

(PBPU) yaitu pekerja yang memperoleh penghasilan program secara bertahap.

Pekerja Jasa Konstruksi (Jakon) pendaftaran dan pembayaran iuran dilakukan oleh

kontraktor atau pemborong kerja dan hanya dapat mengikuti dua program yaitu

JKK dan JM. Pekerja Migran Indonesia (PMI) melakukan pendaftaran dan

pembayaran iuran oleh perusahaan pemberi kerja, peserta hanya boleh ikut

program JKK JKM namun dapat menambah program JHT namun secara

sukarela.12

BPJS Kesehatan berperan dalam penanganan COVID-19 untuk melakukan

verifikasi klaim untuk pelayanan kesehatan yang diberikan oleh fasilitas

kesehatan, hal tersebut tercantum dalam Surat Menko PMK Nomor:

S.22/MENKO/PMK/III/2020 tentang Penugasan Khusus Verifikasi Klaim Covid-

19 dan berdasarkan KMK No. HK.01.07/MENKES/238/2020 dan Surat Edaran

Menteri Kesehatan nomor HK.02.01/MENKES/295/2020 tentang petunjuk teknis

7
klaim penggantian biaya perawatan bagi pasien COVID-19.13 Berdasarkan

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 59 Tahun 2016 tentang Pembebasan Biaya

Pasien Penyakit Infeksi Emerging Tertentu, pembiayaan rawat pada pasien

dengan infeksi COVID-19 dapat dilakukan klaim terhadap Kementerian

Kesehatan melalui Dirjen Pelayanan Kesehatan dan BPJS Kesehatan sebagai

verifikator.6

COVID-19 dikategorikan sebagai penyakit akibat kerja (PAK) dalam

klasifikasi penyakit Tenaga kerja yang berisiko terkena PAK akibat COVID-19

diantaranya adalah tenaga kesehatan dan tenaga medis yang bertugas di rumah

sakit atau fasilitas kesehatan untuk merawat/ mengonati pasien yang terinfeksi

COVID-19. Tenaga kerja dan tenaga medis yang dimaksud adalah dokter, dokter

gigi, tenaga keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga teknik biomedik (ahli

teknologi laboratorium medik), tenaga kefarmasian dan apoteker, serta tenaga

kesehatan masyarakat seperti epidemiolog kesehatan. Selain itu tenaga pendukung

kesehatan di rumah sakit dan fasilitas kesehatan seperti cleaning service dan tim

relawan yang turut bertugas dalam penanggulangan COVID-19 pun termasuk

pekerja yang berisiko untuk terkena PAK akibat COVID-19.8

Pembiayaan dalam upaya penanggulangan COVID-19 dibebankan pada

anggaran Kementerian Kesehatan RI, pemerintah daerah, dan sumber dana lain

yang sah sesuai perundang-undangan. Peran dan fungsi BPJS Ketenagakerjaan

saat wabah COVID-19 bagi para pekerja yang terkena PAK adalah

menyelenggarakan program JKK dan JKM. Dengan program tersebut, pekerja

8
yang merupakan peserta BPJS yang terkena PAK dan kecelakaan kerja saat

menangani COVID-19 berhak mendapatkan pelayanan kesehatan dan santunan

berupa uang tunai.15

Apabila peserta BPJS Ketenagakerjaan mengalami kecelakaan kerja sehingga

tidak dapat kerja dalam sementara waktu maka 100% gaji akan dibayarkan oleh

BPJS Ketenagakerjaan untuk 1 tahun dan sebesar 50% gaji akan dibayarkan

seterusnya hingga peserta dapat berkerja kembali. Tenaga medis yang menjadi

peserta dan merawat pasien COVID-19 secara langsung sehingga menyebabkan

dirinya meninggal dunia atau cacat total tetap akibat terinfeksi maka santunan

JKK akan diberikan pada ahli waris sebesar 28 kali upah uang dilaporkan.12

tentang standar biaya, para tenaga medis yang menangani pasien COVID-

19 akan mendapatkan insentif sebagai wujud penghargaan oleh pemerintah. 9 Salah

satu kebijakan yang diberikan pemerintah negara Indonesia bagi para tenaga

medis yang merawat pasien COVID-19 pada daerah yang menyatakan tanggap

darurat adalah dengan memberikan insentif. Insentif ini diberikan sebagai wujud

penghargaan pemerintah dan diharapkan dapat memberi motivasi bagi para medis

untuk melayani para pasien dan membantu negara untuk bebas dari wabah

COVID-19.12 Insentif yang diberikan berdasarkan perhitungan Kementrian

Keuangan dan diberikan perbulan. Anggaran ini berasal dari relokasi anggaran

yang sudah di tetapkan Presiden. Insentif perbulan yang diberikan untuk dokter

spesialis sebesar Rp. 15.000.000, dokter umum dan dokter gigi Rp.10.000.000,

bidan dan perawat Rp. 7.500.000, dan tenaga medis lain mendapat Rp. 5.000.000.

9
Apabila tenaga medis meninggal dunia akibat merawat pasien COVID-19, maka

akan mendapat santunan sebesar 300 juta rupiah. Selain itu untuk menunjang tim

kesehatan dalam menjalankan tugasnya, pemerintah juga memberikan bantuan

berupa alat pelindung diri.9

Hak peserta BPJS Kesehatan adalah mendapatkan kartu peserta sebagai

identitas peserta, mendapatkan informasi hak dan kewajiban serta prosedur

pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, mendapat pelayann

kesehatan di fasilitas kesehatan yang bekerja dengan BPJS Kesehatan, dan

Menyampaikan keluhan, kritik dan saran secara lisan atau tertulis kepada BPJS

Kesehatan. Sedangkan Hak peserta BPJS Ketenagakerjaan adalah untuk

mendapatkan manfaat dari empat program BPJS Ketenagakerjaan yaitu JKK, JP,

JKM, JHT.

Tenaga kesehatan terutama dokter memiliki risiko tinggi terinfeksi

COVID-19 akibat interaksi dalam jarak yang dekat dengan intensitas waktu yang

lama setiap harinya untuk merawat dan menangani pasien COVID-19. Selain itu

kurangnya alat pelindung diri (APD), keterbatasan fasilitas kesehatan dan rumah

sakit rujukan COVID, dan minimnya deteksi dini dan skrining pada pasien

menjadi alasan tingginya angka kematian tenaga Kesehatan terutama dokter akibat

COVID-19. dan terinfeksi termasuk dalam PAK sehingga berhak tentang

Penugasan Khusus Verifikasi Klaim Covid-19 dan dalah untuk melakukan

verifikasi klaim untuk pelayanan kesehatan yang diberikan oleh fasilitas kesehatan

10
dan biaya penanganan ditanggung oleh pemerintah. Sedangkan peran dan fungsi

BPJS Ketenagakerjaan saat wabah COVID-19 bagi dokter yang terkena PAK

adalah mendapatkan manfaat program JKK dan JKM sehingga berhak

mendapatkan pelayanan kesehatan dan santunan berupa uang tunai. , para

tenaga medis yang menangani pasien COVID-19 akan mendapatkan insentif

sebagai wujud penghargaan oleh pemerintah.

11
12

Anda mungkin juga menyukai