Bahan Ajar Materi Termodinamika
Bahan Ajar Materi Termodinamika
Materi
Termodinamik
a
FITRIANI
A24118077
Sekolah : SMA
Topik : TERMODINAMIKA
KI 4. : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan
1.2 : Menjaga kebesaran Tuhan yang menciptakan air sebagai unsur utama kehidupan
dengan Karakteristik yang memungkinkan bagi makhluk hidup untuk tumbuh dan
berkembang
2.1 : Menunjukan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; subjektif; jujur; teliti; cermat;
tekun;hati-hati;bertanggung jawab;terbuka; kritis; kreatif; inovatif; dan peduli
lingkungan) dalam aktifitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam
melakukan percobaan dan berdiskusi
3.7 : Menganalisis perubahan keadaan gas ideal dengan menerapkan hukum termodinamika
4.7 : Membuat karya atau model penerapan Hukum I dan II termodinamika danmakna
fisisnya
Indikator
Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran peserta didik diharapkan mampu :
1) Menyebutkan hukum ke Nol Termodinamika
2) Menjelaskan hukum ke Nol Termodinamika
3) Menjelaskan pengertian system
4) Menjelaskan pengertian lingkungan
5) Menjelaskan pengertian proses dan macam-macam proses yang berkaitan
dengan pertukaran energy
6) Menjelaskan makna diagram p-V
7) Menjelaskan proses-proses khusus berdasarkan grafik tekanan-volume (p-V)
8) Menyebutkan hukum I termodinamika
9) Menjelaskan hukum I termodinamika yang merupakan prinsip
kekekalan energy dalam system terbuka
10) Menghitung efesiensi mesin Carnot
11) Menjelaskan prinsip kerja mesin pendingin
12) Menyebutkan hukum II termodinamika
Pengertian Termodinamika
A.
Termodinamika berasal dari kata term yang berarti suhu dan dinamyc yang berarti
dinamika yaitu gerak, disini suhu identik dengan panas atau kalor sebagai bentuk energi. Pada
pembelajaran termodinamika kita akan mempelajari tentang karakteristik panas sebagai bentuk
energi atau proses perpindahan energi sebagai kalor dan usaha antara sistem dan lingkungan.
Kalor didefinisikan sebagai perpindahan energi yang disebabkan oleh perbedaan suhu,
sedangkan usaha merupakan perubahan energi melalui cara-cara mekanis yang tidak disebabkan
oleh perubahan suhu. Proses perpindahan energi pada termodinamika berdasarkan Hukum Nol
Termodinamika yang merupakan kesetimbangan terma antar sistem. Hukum I Termodinamika
yang merupakan pernyataan Hukum Kekekalan Energi, Hukum II Termodinamika yang
memberikan batasan tentang arah perpindahan kalor yang dapat terjadi, dan Hukum III
Termodinamika yang merupakan sistem pada suhu nol absolut. Dalam membahas
termodinamika kita akan mengacu pada sistem tertentu. Sistem adalah benda atau sekumpulan
benda yang akan diteliti, sedangkan lingkungan adalah semua yang ada di sekitar benda. Sistem
dibedakan menjadi beberapa macam. Sistem terbuka adalah sistem dimana antara sistem dan
lingkungan memungkinkan bterjadinya pertukaran materi dan energi. Apabila hanya terjadi
pertukaran energi tanpa pertukaran materi, sistem disebut sistem tertutup. Adapun sistem
terisolasi adalah jika antara sistem dan lingkungan tidak terjadi pertukaran materi danenergy.
Setiap benda dimuka bumi memiliki suhu, ada yang memiliki suhu yang tinggi da nada
pula yang memiliki suhu yang rendah. Jika suatu benda dengan yang bersuhu yang tinggi
didekatkan dengan suatu objek yang bersuhu rendah, maka kedua benda itu perlahan akan
mencapai kesamaan termal dan akan mempertahankan keseimbangan termal tersebut.
Hukum Nol Termodinamika atau Zeroth Law of Thermodynamics berbunyi “Jika dua
sistem dimana kedua sistem ini tidak terjadi kontak termal berada dalam kesetimbangan
termal dengan sistem ketiga, maka mereka berada dalam kesetimbangan termal satu sama
lain"
Berdasarkan gambar.1 merupakan Analogi dari Hukum nol termodinamika. Dimana jika
system A akan mencapai keseimbangan termal dengan sistem B, kemudian system B akan
mencapai keseimbangan termal dengan sistem C dan begitupun sebaliknya.
atau
2. Usaha luar
Sekitar tahun 1850, James Prescout Joule melakukan percobaan untuk mengukur kesetaraan
antara kalor dan energi mekanik. Berdasarkan percobaan tersebut diperoleh nilai antara kalori
dan joule, yaitu 1 kalori setara dengan 4,18 joule atau 1 joule setara 0,24 kalori.Energi selalu
berkaitan dengan usaha. Telah Anda ketahui bahwa usaha merupakan hasil perkalian gaya
dengan perpindahan (W = F × s) Berdasarkan Gambar 2. Di bawah ini penampang gas silinder
yang didalamnya terdapat piston (penghisap). Piston ini dapat bergerak bebas naik turun. Jika
luas piston A dan tekanan gas p, maka gas akan mendorong piston dengan gaya F = p × A. Oleh
karena itu, usaha yang dilakukan gas adalah sebagai berikut.
Karena, a.s = ΔV, maka:
W = P ΔV
Keterangan:
W : Usaha (Joule)
P : Tekanan (N/m2)
V1 : Volume mula-mula (m3)
V2 : Volume akhir (m3)
Gambar 2. Penampang silender
V
V V
1 2
W = P ΔV
)
W = Luas daerah yang diarsir
b) Proses Isokorik (Volume Tetap)
Proses isokorik adalah proses yang dialami oleh gas di mana gas tidak mengalami perubahan
volume atau volume tetap ( ΔV = 0 ). Oleh karena itu, usaha yang dilakukan gas pada proses
isokorik adalah nol (W = 0 ).
W = P ΔV, karena ΔV = 0
W = P. 0
W=0
P
P1
P2
V
V
W= , karena
Sumber: http://teori-fisika.blogspot.co.id
d) Proses Adiabatik
Proses adiabatik merupakan proses yang tidak ada kalor yang masuk atau keluar dari sistem
(gas) ke lingkungan (ΔQ = 0) . Hal ini dapat terjadi apabila terdapat sekat yang tidak
menghantarkan kalor atau prosesnya berlangsung cepat. Pada proses adiabatik berlaku rumus
Poison.
Dengan
Maka,
=
Karena
( - )
Sumber: http://teori-fisika.blogspot.co.id
Hukum I Termodinamika
Hukum I Termodinamika merupakan prinsip dari Hukum kekalan energi, yang berbunyi “
Energi tidak bisa diciptakan dan dimusnahkan hanya dapat diubah bentuknya”.
Apabila sistem gas menyerap kalor dari lingkungan sebesar Q, maka oleh sistem mungkin akan
diubah menjadi:
a. Usaha luar (W) dan perubahan energi dalam ( Δ U),
b. Energi dalam saja (U), dan
c. Usaha luar saja (W).
Hukum I termodinamika menyatakan bahwa untuk setiap proses apabila kalor (Q) diberikan
kepada sistem dan sistem melakukan usaha (W), maka akan terjadi perubahan energi dalam (U).
Peraturan tanda positif dan negatif adalah sebagai berikut:
1. Q dianggap positif (+) apabila kalor memasuki sistem.
2. W dianggap positif (+) apabila usaha dilakukan oleh sistem.
3. ΔU dianggap positif (+) apabila energy dalam sistem bertambah.
4. Q dianggap negatif (–) apabila kalor keluar dari sistem.
5. W dianggap negatif (–) apabila lingkungan melakukan usaha pada sistem.
6. ΔU dianggap negatif (–) apabila energi dalam sistem
berkurang. Secara sistematis, peristiwa di atas dapat dinyatakan sebagai:
Q = W + ΔU
Berdasarkan uraian tersebut persamaan di atas bahwa kalor (Q) yang diserap sistem tidak
hilang. Oleh sistem, kalor ini akan diubah menjadi usaha luar (W) dan atau penambahan energi
dalam (ΔU).
Hukum Termodinamika 1 pada beberapa proses kinetic gas:
1. Proses Isobarik
2. Proses Isokhorik
,
3. Proses Isothermik
4. Proses Adiabatis
Q=W+ , karena Q = 0
W=-
3. Kapasitas Kalor
Kapasitas kalor ada 2 jenis yaitu:
1. Kapasitas kalor pada tekanan tetap (Cp)
2. Kapasitas kalor pada volume tetap (Cv)
ΔQ = ΔU + ΔW
Jadi, Cp
Untuk proses isokhoric (V=tetap)
CV
Selisih kapasitas kalor pada tekanan tetap dengan kapasitas kalor volume
tetap: Cp – Cv
Cp – Cv
(γ = konstanta Laplace)
Contoh Soal 1:
Suatu gas memiliki volume awal 2,0 m3 dipanaskan dengan kondisi isobaris hingga volume
akhirnya menjadi 4,5 m3. Jika tekanan gas adalah 2 atm, tentukan usaha luar gas tersebut!
(1 atm = 1,01 x 105 Pa)
Pembahasan
Data :
V2 = 4,5
m3 V1 =
2,0 m3
P = 2 atm = 2,02 x 105 Pa
Isobaris → Tekanan Tetap
W = P (ΔV)
W = P(V2 − V1)
W = 2,02 x 105 (4,5 − 2,0) = 5,05 x 105 joule
Contoh Soal 2
1,5 m3 gas helium yang bersuhu 27oC dipanaskan secara isobarik sampai 87oC. Jika tekanan gas
helium 2 x 105 N/m2 , gas helium melakukan usaha luar sebesar....
A. 60 kJ
B. 120 kJ
C. 280 kJ
D. 480 kJ
E. 660 kJ
(Sumber Soal : UMPTN 1995)
Pembahasan
Data :
V1 = 1,5 m3
T1 = 27oC = 300
K T2 = 87oC =
360 K P = 2 x 105
N/m2
W = PΔV
Mencari V2 :
V
2/T2 = V1/T1
V2 = ( V1/T1 ) x T2 = ( 1,5/300 ) x 360 = 1,8 m3
W = PΔV = 2 x 105(1,8 − 1,5) = 0,6 x 105 = 60 x 103 = 60 kJ
Hukum II Termodinamika
Hukum II termodinamika membatasi perubahan energi mana yang dapat terjadi dan yang
tidak dapat terjadi. Pembatasan ini dapat dinyatakan dengan berbagai cara, antara lain,
1. Hukum II termodinamika dalam pernyataan aliran kalor: “Kalor mengalir secara spontan
dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah dan tidak mengalir secara spontan
dalam arah kebalikannya”;
2. Hukum II termodinamika dalam pernyataan entropi: “Total entropi semesta tidak berubah
ketika proses reversibel terjadi dan bertambah ketika proses ireversibel terjadi”.
3. Hukum II termodinamika dalam pernyataan tentang mesin kalor: “Tidak mungkin membuat
suatu mesin kalor yang bekerja dalam suatu siklus yang semata-mata menyerap kalor dari
sebuah reservoir dan mengubah seluruhnya menjadi usaha luar.”
a) Mesin kalor
Kalor dapat dipaksa mengalir dari benda dingin kebenda
panas dengan melkukan usaha pada system. Peralatan yang
bekerja dengan cara seperti ini disebut mesin pendingin
(refrigerator). Contohnya lemari es dan pendingin ruangan
(Air Conditioner). Perhatikan gambar disamping. Dengan
melakukan usaha W pada system (pendingin), sejumlah kalor
Q2 diambil dari reservoir bersuhu rendah T2 ( misalnya dari
dalam lemari es ). Kemudian sejumlah kalor Q 1 dibuang ke
reservoir bersuhu tinggi T1 ( misalnya lingkungan lemari es
). Ukuran kemampuan sebuah mesin pendidikan dinyatan
sebagai koofesian daya guna (koeefisien performansi) yang
diberi lambing Kp dan dirumuskan dengan persamaan
Ukuran kemampuan sebuah mesin pendingin dinyatakan sebagai koefisien daya guna
(koefisien performansi) yang diberi lambang KP dan dirumuskan dengan persamaan :
Oleh karena usaha yang diberikan pada mesin pendingin tersebut dinyatakan dengan W = Q1 –
Q2, Persamaan diatas dapat ditulis menjadi :
Jika gas yang digunakan dalam sistem mesin pendingin adalah gas ideal, persamaan diatas dapat
dituliskan menjadi :
Lemari es dan pendingin ruangan memiliki koefisien performansi dalam jangkauan 2 sampai
dengan 6. Semakin tinggi nilai KP, semakin baik mesin pendingin tersebut.
Contoh :
Sebuah lemari es memiliki koefisien performansi 6. Jika suhu ruang di luar lemari es adalah
28°C, berapakah suhu paling rendah di dalam lemari es yang dapat diperoleh?
Jawab :
Diketahui : KP = 6 dan T1= 280 C
Dengan T1 adalah suhu tinggi dan T2 adalah suhu rendah. Dari persaamaan tersebutdiperoleh
(KP) T1 - (KP) T2 = T2
(KP) T1 = ( 1 + KP ) T2
T2 = T1
Dari soal diketahui T1= ( 280 + 273) K + 301 K dan KP = 6 sehingga suhu paling rendah di
dalam lemari es T2 dapat dihitung
T2 = x 301 K = 258 K atau –15 0 C
b) Mesin Pendingin
Mesin pendingin adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam
ruangan ke luar ruangan atau Mesin pendingin adalah suatu rangkaian rangkaian yang mampu
bekerja untuk menghasilkan suhu atau temperature dingin. Mesin pendingin bisanya berupa
kulkas, freezer atau AC. Namun AC fungsinya adalah sebagai penyejuk atau pendingin suhu
udara dalam ruangan
Adapun proses kerjanya adalah “ Penguapan”. Untuk mendapatkan penguapan
diperlukan gas (udara) yang mencapai temperature tertentu (panas). Setelah udara tersebut panas
diubah agar kehilangan panas, sehingga terjadi penguapan. Disaat adanya penguapan, maka
timbullah suhu di dalam temperatur rendah (dingin).
Secara alami, kalor mengalir dari suhu yang tinggi ke suhu yang lebih rendah. Namun
bagaimana jika kita ingin mengalirkan kalor dari tempat yang bersuhu lebih rendah ke tempat
yang bersuhu lebih tinggi seperti yang terjadi pada mesin pendingin? Tentu saja perlu adanya
kerja/usaha tambahan agar proses tersebut bisa terjadi. Prinsip ini yang mendasari kerja mesin-
mesin pendingin seperti AC dan lemari es.
Pernyataan ini merupakan bentuk lain dari hukum termodinamika kedua, secara sederhana,
bisa dikatakan bahwa energi (kalor) tidak mengalir dengan sendirinya dari suhu dingin ke suhu
panas.Siklus yang mendasari prinsip kerja mesin pendingin baik itu AC maupun lemari es adalah
siklus refrigerasi. Terdapat empat komponen utama pada sistem refrigerasi seperti yang
ditunjukkan pada gambar berikut:
Secara teori, prinsip kerja dan mekanisme perpindahan panas ideal yang terjadi pada sistem
refrigeran adalah sebagai berikut (diambil dari buku termodinamika karangan Moran & Saphiro):
Saat refrigeran melewati evaporator, terjadi perpindahan panas dari ruang pendinginan
sehingga menyebabkan refrigeran menguap. Besarnya laju perpindahan panas per
satuan massa refrigeran dinyatakan oleh persamaan:
dimana m adalah laju aliran massa refrigerant. Laju perpindahan panas Q merupakan
kapasitas refrigerasi mesin pendingin.
Akhirnya, refrigeran pada keadaan 3 akan memasuki katup ekspansi dan terkekspansi
hingga temperatur dan tekanannya berkurang, dimana pada keadaan ini, refrigeran
berwujud dua fasa yaitu uap air.
c) Mesin Carnot
Mesin Carnot adalah mesin kalor hipotetis yang beroperasi dalam suatu siklus reversibel
yang disebut siklus Carnot. Model dasar mesin ini dirancang oleh Nicolas Léonard Sadi Carnot,
seorang insinyur militer Perancis pada tahun 1824. Model mesin Carnot kemudian
dikembangkan secara grafis olehÉmile Clapeyron 1834, dan diuraikan secara matematis
oleh Rudolf Clausiuspada 1850an dan 1860an. Dari pengembangan Clausius dan Clapeyron
inilah konsep dari entropi mulai muncul.
Setiap sistem termodinamika berada dalam keadaan tertentu. Sebuah siklus
termodinamika terjadi ketika suatu sistem mengalami rangkaian keadaan-keadaan yang berbeda,
dan akhirnya kembali ke keadaan semula. Dalam proses melalui siklus ini, sistem tersebut dapat
melakukan usahaterhadap lingkungannya, sehingga disebut mesin kalor.
Mesin Carnot merupakan mesin kalor yang adapat mengubah energi (kalor) menjadi bentuk
lainnya (usaha mekanik). Pada prnsipnya cara kerja mesin kalor ada tiga proses penting yaitu:
1. Proses penyerapan kalor dari sumber panas yang sering disebut sebagai reservoir (tandon)
panas.
2. Usaha yang dilakukan oleh mesin.
3. Proses pembuangan kalor pada tempat yang bersuhu rendah, tempat ini sering disebut
reservoir (tandon) dingin.
Sebuah mesin kalor bekerja dengan caara memindahkan energi dari daerah yang lebih
panas ke daerah yang lebih digin, dan dalam prosesnya, mengubah sebagian energi menjadi
usaha mekanis. Sistem yang bekerja sebaliknya, dimana gaya eksternal yang dikerjakan pada
suatu mesin kalor dapat menyeabkan proses yang memindahkan energi panas dari daerah yang
lebih dingin ke energi panas disebut mesin refrigerator.
Diagram mesin Carnot sebagaimana biasanya dimodelkan dalam pembahasan modern.
Diagram mesin Carnot (modern) – kalor mengalir dari reservoir bersuhu tinggi T H melaui
“fluida kerja”, menuju reservoir dingin TC, dan menyebabkan fluida kerja memberikan usaha
mekanis kepada lingkungan, melalui siklus penyusutan (kontraksi) dan pemuaian (ekspansi).
Dalam diagram tersebut, sistem fluida kerja dapat berupa benda fluida atau uap apapun
yang dapat menerima dan memancarkan kalor Q, untuk menghasilkan usaha. Carnot
mengusulkan bahwa fluida ini dapat berupa zat apapun yang dapat mengalami ekspansi, seperti
uap air, uap alcohol, uap raksa, gas permanen, udara, dll. Sekalipun begitu, pada tahun-tahun
awal, mesin-mesin kalor biasanya memiliki beberapa konfigurasi khusus, yaitu QH disuplai oleh
pendidih, dimana air dididihkan pada sebuah tungku, QC biasanya adalah aliran air dingin dalam
bentuk embun yang terletak di berbagai bagian mesin. Usaha keluaran W biasanya adalah
gerakan piston yang digunakan untuk memutar sebuah engkol, yang selanjutnya digunakan untuk
memutar sebuah karol. Penggunaanya biasanya untuk mengangkut air dari sebuah pertambangan
garam. Carnot sendiri mendefinisikan “usaha” sebagai “berat yang diangkat melalui sebuah
ketinggian”.
Teorema Carnot
Sebuah mesin nyata (real) yng beroperasi dalam suatu siklus pada temperature TH dan TC
tidak mungkin melebihi efisiensi mesin Carnot.
Sebuah mesin nyata (kiri) dibandingkan dengan siklus Carnot (kanan). Entropi dari sebuah
material nyata berubah terhadap temperature. Perubahan ini ditunjukkan dengan kurva pada
diagram T-S. Pada gambar ini, kurva tersebut menunjukkan kesetimbangan uap-cair. Sifat
irreversible sistem dan kehilangan kalor ke lingkungan menyebabkan siklus Carnot ideal tidak
dapat terjadi pada semua langkah sebuah mesin nyata.
Teorema Carnot adalah pernyataan formal dari fakta bahwa : Tidak mungkin ada mein
yang beroperasi diantara dua reservoir panas yang lebih efisien daripada sebuah mesin Carnot
yang beroperasi pada dua reservoir yang sama. Artinya efisiensi maksimum yang dimungkinkan
untuk sebuah mesin yang menggunakan temperature tertentu diberikan efisiensi mesin Carnot.
Mesin Carnot dapat dianggap memiliki piston yang bergerak dalam silinder, dan memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1. Sebuah rekatan yang sempurna, sehingga tidak ada atom yang melarikan diri dari
cairan yang bekerja karena piston bergerak untuk memperluas atau menekannya.
2. Pelumasan sempurna, sehingga tidak ada gesekan.
3. Sebuah gas ideal untuk fluida kerja.
4. Koneksi sempurna termal pada setiap waktu, baik untuk satu atau tidak ada dua reservoir,
yang berada pada dua temperature yang berbeda, dengan isolasi termal sempurna mengisolasi
dari semua transfer panas lainnya.
5. Piston bergerak bolak-balik berulang kali, dalam siklus bolak balik ekspansi “isotermal” dan
adiabatic” dan penekanan.
d) Perubahan Entropi
Hukum kedua Termodinamika menyatakan adanya proses ireversible atau tidak dapat balik.
Proses reversible sebenarnya menunjukkan adanya tenaga mekanis yang hilang. Semua proses
reversible menuju ketidakteraturan. Misalkan sebuah kotak berisi gas kemudian kotak
menumbuk dinding secara elastis. Gerak dalam gas dalam kotak menjadi tidak teratur, sehingga
suhu gas naik. Gas menjadi kurang teratur dan kehilangan kemampuan untuk melakukan usaha.
Sehingga muncunya efek ketidakteraturan atau kerusakan pada saat peningkatan energi pada
suatu sistem itu adalah Entropi. Semakin tinggi entropi, semakin tingi ketidakteraturannya.
Perubahan pada sistem tertutup cenderung menuju ketidakteraturan yang lebih tinggi. Menurut
Clausius, jika suatu sistem pada suhu mutlak mengalami suatu proses reversible dengan
menyerap sejumlah kalor maka kenaikan atau perubahan entropi dapat dirumuskan sebagai
berikut:
dQ adalah panas yang harus ditambahkan pada sistem dalam suatu proses reversibel untuk
membawa dari keadaan awal ke keadaan akhirnya, dQrev bernilai positif (+) jia panas
ditambahkan pada sistem dan bernilai negatif (-) jika panas diambil dari sitem.
Jika jumlah total panas Q ditambah selama proses riversible dengan suhu mutlak T,
perubahan entropy total ∆S= S2 – S1 sehingga dapat dituliskan sebagaiberikut:
Namun berbeda keadaanya jika pada proses isotermal reversible (T konstan), perubahan
entropinya dengan persamaan berikut ini :
Jika proses terjadi pada volume tetap (Cv) dengan ∆Q = Cv - ∆T, maka perbahan entopinya
dinyatakan sebagai berikut:
T2 = Suhu reservoir(K)
Reservoir adalah benda yang suhunya tidak akan berubah walaupun sejumlah kalor yang
mengalir keluar masuk ke dalam tersebut. Lalu bagaimanakah perubahan entropinya, jika terjadi
tekanan tetap (Cp) dengan ∆Q = Cp ∆T?
Suhu reservoir tetap (T2), karena itu perubahan entropinya sama dengan
perubahan entropi pada proses isotermik reversible.
Contoh Soal:
Diketahui:
Q = 1.200 J
T1 = 600K
T2 = 300K
Total perubahan entropi total adalah jumlah aljabar perubahan entropi setiap reservoir:
Evaluasi