Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM 7

ELEKTRONIKA TERINTEGRASI
RANGKAIAN PEMROSES SINYAL NON LINIER 2

Nama : M Reva Ryanda

NIM : 20193010104

Kelas /Semester : A/2


Dosen Pengampu : Nur Hudha Wijaya, S.T., M.Eng.

LABORATORIUM ELEKTRONIKA
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI ELEKTRO-MEDIS
PROGRAM VOKASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2020
PRATIKUM VII
RANGKAIAN PEMROSES SINYAL NON LINIER 1
 Tujuan
Merencanakan pemrosesan sinyal dari rangkaian Op-Amp
1. Komparator pengubah gelombang sinus kekotak.
2. Penyearah setengah gelombang presisi.

 Dasar Teori
Pemrosesan sinyal adalah bidang teknik elektro yang berfokus pada menganalisis,
memodifikasi, dan mensintesis sinyal seperti suara , gambar , dan pengukuran
biologis. Teknik pemrosesan sinyal dapat digunakan untuk meningkatkan transmisi,
efisiensi penyimpanan, dan kualitas subjektif dan juga untuk menekankan atau
mendeteksi komponen yang diminati dalam sinyal yang diukur.
Osilator non-linier merupakan osilator yang memiliki suatu sistem yang bersifat
tidak tetap, mudah berubah, sulit dikotrol dan sulit untuk diprediksi. Sistem tersebut
memiliki tingkat sensitivitas yang sangat tinggi. Salah satu contohnya adalah osilator non-
linier pada system pegas. Pegas akan dikait kan pada sebuah penyangga dan ditarik secara
vertical dengan jarak tertentu, yang arah geraknya bebas atau periodik. Yang dimaksud
dengan gerak bebas yaitu terjadi bila sistem mekanis dimulai dengan gaya awal. Ketika
simpangan dari system pegas semakin besar, maka Hukum Hooke tidak berlaku lagi dan
pegas tersebut menjadi osilator nonlinier.
Sinyal adalah suatu gejala fisika dimana satu atau lebih dari karakteristiknya
melambangkan informasi. Secara matematis, sinyal adalah memiliki nilai real atau nilai
skalar yang merupakan fungsi dari variabel waktu t. Sinyal merupakan sebuah fungsi
yang berisi informasi mengenai keadaan tingkah laku dari sebuah sistem secara
fisik. Sinyal  berisi informasi mengenai keadaan tingkah laku dari sebuah sistem secara
fisik. Meskipun sinyal dapat diwujudkan dalam beberapa cara, dalam berbagai kasus,
informasi terdiri dari sebuah pola dari beberapa bentuk yang bervariasi. Sebagai contoh
sinyal mungkin berbentuk sebuah pola dari banyak variasi waktu atau sebagian saja.
Secara matematis, sinyal merupakan fungsi dari satu atau lebih variable yang berdiri
sendiri (independent variable). Sebagai contoh, sinyal audio akan dinyatakan secara
matematis oleh tekanan akustik sebagai fungsi waktu dan sebuah gambar dinyatakan
sebagai fungsi ke-terang-an (brightness) dari dua variable ruang (spatial).
Pemrosesan sinyal nonlinier melibatkan analisis dan pemrosesan sinyal yang
dihasilkan dari sistem nonlinier dan dapat dalam waktu, frekuensi, atau domain spatio-
temporal. Sistem nonlinier dapat menghasilkan perilaku yang sangat kompleks
termasuk bifurkasi , kekacauan , harmonik , dan subharmonik yang tidak dapat diproduksi
atau dianalisis menggunakan metode linear.

 Alat dan Bahan


1. Resistor, dioda
2. Op Amp
3. Catu Daya
4. Multimeter
5. Osiloskop
6. Generator Sinyal
 Langkah Kerja
 Percobaan 1
1. Atur Osiloskop seperti berikut
 CH1 : 1 V/Div
 CH2 : 10 V/DIV
 Time Base :…mS/Div
 DC Coupling
2. Rangkailah rangkaian seperti pada gambar skematik dan pasang catu daya dan atur
tegangan input puncak ke puncak pada 3V; atur frekuensi 500 Hz. Gambar sinyal
Outputnya.
3. Putuskan hubungan catu daya. Kemudian balik hubungan input ke Op-Amp,
sehingga sinyal input gel sinus pada input non inverting sedangkan input inverting
digroundkan. Frekuensi 500 Hz dengan tegangan puncak ke puncak 3V.gambar
sinyal outputannya.
4. Tambahkan rangkaian sepertidibawah ke output dari komparator non inverting.
Interface semacam ini digunakan saat tegangan output comparator

lebih besar dari aplikasi yang yang dibutuhkan. Dengan dioda zener (5,1V),
comparator ini dapat dihubungkan dengan IC TTL.
5. Atur tegangan input gelombang sinus pada 1 Vpp pada frekuensi 1500Hz, Gambar
bentuk gelombang outputnya dan berapa besar amplitudonya.

 Percobaan 2
1. Rangkai rangkaian yang ditunjukkan oleh diagram skematik. Pasang catu daya
dan atur tegangan input pada 4 Vpp dan frekuensi 300Hz. Gambar bentuk
gelombang V0.
2. ubah R1 dengan 5KΩ, yaitu dengan mempararel 2 resistor 10KΩ. Gambar
tegangan output rangkaian.

 Hasil Percobaan
 Percobaan 1

Gambar 5.1 Hasil Gelombang Vout dengan Frekuensi 500 Hz


CH1 = 1 V/Div Vin = 3 Vpp
CH2 = 10 V/Div Vout = 20 Vpp
Time Base = 1 mS/Div Frekuesi = 500 Hz
Gambar 5.2 Hasil Gelombang Vout pada input sinus non inverting
dan input inverting di ground.
CH1 = 1 V/Div Vin = 3 Vpp
CH2 = 10 V/Div Vout = 20 Vpp
Time Base = 1 mS/Div Frekuesi = 500 Hz

Gambar 5.3 Hasil Gelombang Vout dengan dioda Zener Frekuensi 500 Hz
CH1 = 1 V/Div Vin = 3 Vpp
CH2 = 10 V/Div Vout = 5 Vpp
Time Base = 1 mS/Div Frekuesi = 500 Hz

Gambar 5.4 Hasil Gelombang Vout dengan dioda Zener Frekuensi 1500Hz
CH1 = 1 V/Div Vin = 1 Vpp
CH2 = 10 V/Div Vout = 5 Vpp
Time Base = 0,5 mS/Div Amplitudo = 5,5/2 = 2,75
Frekuesi = 1500 Hz
 Percobaan 2

Gambar 5.5 Hasil Vout penyearah setengah gelombang presisi


CH1 = 1 V/Div Vin = 4 Vpp
CH2 = 1 V/Div Vout = 2 Vpp
Time Base = 1 mS/Div Resistor = 10K Ω
Frekuesi = 300 Hz Dioda Zener = 5,1 V

Gambar 5.6 Hasil Vout resistor parallel setengah gelombang presisi


CH1 = 1 V/Div Vin = 4 Vpp
CH2 = 1 V/Div Vout = 4 Vpp
Time Base = 1 mS/Div Resistor = 5K Ω, 10K Ω
Frekuesi = 300 Hz Dioda Zener = 5,1 V

 Analisis
Pada percobaan pertama dilakukan dengan Rangkaian Inverting dengan 500 Hz
dan Rangkain Non-Inverting dengan 500Hz Hasil Output sama- sama 20 Vpp. Kemudian
Ditambahkan resistor dan Dioda Zener dengan 3Vpp Frekuensi 500 Hz dan 1Vpp
Frekuensi 1500 Hz hasil Output sama-sama 5Vpp dan nilai amplitude 2,75. Pada
percobaan kedua dilakukan dengan rangkaian dioda ganda terjadi setengah gelombang
dilakukan dengan 4Vpp Frekuensi 300 Hz dengan resistor 10K Ω dengan nilai output
sebesar 2 Vpp, kemudian dilakukan dengan resistor paralel 10K Ω dan Hasil output 4
Vpp. Hasil output terdapat perbedaan semakin besar resistor yang digunakan maka hasil
gelombang Output akan semakin rendah. Sebaliknya, semakin kecil resistor yang
digunakan maka hasil gelombang output akan semakin tinggi.

 Kesimpulan
Pada praktikum ini didapat kesimpulan bahwa diode Zener menyebabkan
terjadinya pembatasan tegangan sehingga memperkecil/menurunkan nilai Vpp pada
Voutput kemudian untuk rangkaian penyearah setengah gelombang presisi semakin besar
nilai suatu komponen maka input semakin besar begitu juga sebaliknya
Osilator non-linier merupakan osilator yang memiliki suatu sistem yang bersifat
tidak tetap, mudah berubah, sulit dikotrol dan sulit untuk diprediksi. Sistem tersebut
memiliki tingkat sensitivitas yang sangat tinggi. Salah satu contohnya adalah osilator non-
linier pada system pegas. Pegas akan dikait kan pada sebuah penyangga dan ditarik secara
vertical dengan jarak tertentu, yang arah geraknya bebas atau periodik. Yang dimaksud
dengan gerak bebas yaitu terjadi bila sistem mekanis dimulai dengan gaya awal. Ketika
simpangan dari system pegas semakin besar, maka Hukum Hooke tidak berlaku lagi dan
pegas tersebut menjadi osilator nonlinier.

 Tugas
1. Gambarlah output masing-masing percobaan.
2. Analisa percobaan ke dua, mengapa bisa terjadi output setengah gelombang
dengan menggunakan rangkaian itu.
Jawab
1.

Gambar 5.1 Hasil Gelombang Vout dengan Frekuensi 500 Hz

Gambar 5.2 Hasil Gelombang Vout pada input sinus non inverting
dan input inverting di ground.
Gambar 5.3 Hasil Gelombang Vout dengan dioda Zener Frekuensi 500 Hz

Gambar 5.4 Hasil Gelombang Vout dengan dioda Zener Frekuensi 1500Hz

Gambar 5.5 Hasil Vout penyearah setengah gelombang presisi

Gambar 5.6 Hasil Vout resistor parallel setengah gelombang presisi

2. Terjadinya output setengah gelombang karena dipengaruhi diode zener jika


salah satunya pada rangkaian diode zener dihilangkan maka gelombang tidak
stabil, apabila resistor pada input dilepas gelombang tidak ada, dan apabila
resistor pada output dilepas gelombang output tidak ada.

Anda mungkin juga menyukai