Anda di halaman 1dari 14

KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

DOSEN MK : Ns. SELVIA NOVITASARI, S.Kep.,M.Kep

DI SUSUN OLEH :
BELLA JUWITA
NPM : 2014201011
PRODI : ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS : ILMU KESEHATAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa dengan segala rahmat-nya, pada akhirnya makalah

ini dapat tersusun hingga selesai. Harapan semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca, dan untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah

isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah

ini. Oleh karena itu, saya selaku penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari

pembaca demi

kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu, 20 Oktober 2020

PENYUSUN :
(BELLA JUWITA )
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang 
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. 
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh merupakan salah satu bagian dari fisiologi
homeostatis.  Dengan kemampuannya yang sangat besar untuk menyesuaikan diri, tubuh
mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan proses-proses faal (fisiologis) yang
terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungan sel yang relatif  konstan tapi dinamis. 
Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan
elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.  Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung
satu dengan yang lainnya, jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
Terapi cairan dan elektrolit adalah hal yang sangat sering terjadi dalam masa perioperatif
maupun intraoperatif.  Sejumlah besar cairan intravena sering dibutuhkan untuk mengkoreksi
kekurangan cairan dan elektrolit  serta mengkompensasi hilangnya darah selama operasi.  Oleh
karena itu, ahli anestesi harus mempunyai pengetahuan yang baik tentang fisiologi normal cairan
dan elektrolit serta gangguannya.  Gangguan yang besar terhadap keseimbangan cairan dan
elektrolit dapat secara cepat menimbulkan perubahan terhadap fungsi kardiovaskular, neurologis,
dan neuromuscular. 
Dengan alasan tersebut, maka dibuatlah refrat ini yang diharapkan dapat memberi informasi
mengenai fisiologi dan terapi cairan dan elektrolit.

B.     Rumusan Masalah 
 Apa yang dimaksud dengan Cairan Dan Elektrolit?
 Apa saja komponen-komponen cairan dan elektrolit?
 Apa saja faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit? 
C.    Tujuan Penulisan 
 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan cairan dan elektrolit.
 Untuk mengetahui apa saja komponen cairan dan elektrolit.
 Untuk mengetahui apa saja kebutuhan cairan dan elektrolit. 
D.    Manfaat Penulisan 
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas
tentang cairan dan elektrolit, termasuk dalam pemenuhan kebutuhannya.
 BAB II
PEMBAHASAN

E. KOMPOSISI CAIRAN TUBUH

Komponen terbesar dalam tubuh adalah air. Air tubuh total (total body water, TBW) 
jumlahnya bervariasi  tergantung pada umur, jenis kelamin dan kandungan lemak tubuh. Lemak
pada dasarnya bebas air, sehingga lemak yang makin sedikit akan mengakibatkan makin
tingginya persentase air. Sebaliknya jaringan otot memiliki kandungan air yang tinggi. Oleh
karena itu dibandingkan dengan orang yang kurus, orang yang gemuk mempunyai TBW yang
relative lebih kecil dibandingkan dengan berat badannya. Wanita pada umumnya secara
proporsional mempunyai lebih banyak lemak dan lebih sedikit otot jika dibandingkan dengan
pria, sehingga jumlah TBW juga lebih sedikit dibandingkan dengan berat badannya.1
Orang berusia tua juga mempunyai persentase lemak tubuh yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan orang muda. Pada bayi usia < 1 tahun cairan tubuh adalah sekitar 80-85%
berat badan dan pada bayi usia > 1 tahun mengandung air sebanyak 70-75 %.  Air membentuk
sekitar 60% berat badan seorang pria dan sekitar 50 % berat badan wanita.  Hal ini terlihat pada
tabel berikut :
Cairan tubuh didistribusikan di antara dua kompartemen utama yang dipisahkan oleh
membran sel menjadi: cairan intraseluler (CIS) dan cairan ekstraseluler (CES). Pada orang
dewasa, sekitar 40% berat badan atau duapertiga dari TBW berada dalam sel atau disebut cairan
intraselular (intracellular fluid, ICF). Cairan ekstraseluler (extracellular fluid, ECF) terbagi ke
dalam kompartemen cairan intravaskuler (IVF) atau plasma (5%) dan cairan interstisial-limfe
(ISF) yang terletak antara sel (15%). Selain ISF dan IVF, sekresi khusus seperti cairan
serebrospinal, cairan intraocular, dan sekresi saluran cerna, membentuk sebagian kecil (1%
sampai 2% dari berat badan) dari cairan ekstraselular yang disebut transeluler. 

 Cairan Intraseluler 
          Cairan Intraseluler adalah cairan yang terkandung di dalam sel.  Pada orang dewasa kira-
kira 2/3 dari cairan tubuh adalah intraselular, sama kira-kira 25 L pada rata-rata pria dewasa (70
kg).  Sebaliknya, hanya ½ dari cairan tubuh bayi adalah cairan intraselular.
          Cairan intraseluler dipisahkan dari cairan ekstraseluler oleh membrane sel selektif yang
sangat permeable terhadap air, tetapi tidak permeabel terhadap sebagian besar elektrolit dalam
tubuh.2          Membran sel bagian luar memegang peranan penting dalam mengatur volume dan
komposisi intraseluler.  Pompa membrane-bound ATP-dependent akan mempertukarkan Na
dengan K dengan perbandingan 3 : 2.  Oleh karena membran sel relatif tidak permeabel tehadap
ion sodium dan ion potasium, ion potasium akan dikonsentrasikan di dalam sel sedangkan ion
sodium akan dikonsentrasikan di ekstra sel.  Akibatnya, potasium menjadi faktor dominan yang
menentukan tekanan osmotik intraseluler, sedangkan sodium merupakan faktor terpenting yang
menentukan tekanan osmotik ekstraseluler.
         Impermeabilitas membran sel terhadap protein menyebabkan konsentrasi protein
intraseluler yang tinggi.  Oleh karena protein merupakan zat terlarut yang nondifusif (anion),
rasio pertukaran yang tidak sama dari 3 Na dengan 2 K oleh pompa membran sel adalah hal yang
penting untuk pencegahan hiperosmolaritas relatif intraseluler.  Gangguan pada aktivitas pompa
Na-K-ATPase seperti yang terjadi pada keadaan iskemi akan menyebabkan pembengkakan sel.

 Cairan Ekstraseluler                       

           Cairan Ekstraseluler adalah cairan di luar sel.  Ukuran relatif dari CES menurun dengan
peningkatan usia.  Pada bayi baru lahir, kira-kira ½ cairan tubuh terkandung didalam CES. 
Setelah 1 tahun, volume relatif dari CES menurun sampai kira-kira 1/3 dari volume total.  Ini
hampir sebanding dengan 15 L dalam rata-rata pria dewasa (70 kg). Dua komponen terbesar dari
cairan ekstraseluler adalah cairan interstitial, yang merupakan tiga perempat cairan ekstraseluler,
dan plasma, yang hamper seperempat cairan ekstraseluler, atau sekitar 3 liter.2
           Fungsi dasar dari cairan ekstraseluler adalah menyediakan nutrisi bagi sel dan
memindahkan hasil metabolismenya.  Keseimbangan antara volume ekstrasel yang normal
terutama komponen sirkulasi (volume intravaskuler) adalah hal yang sangat penting.  Oleh sebab
itu, secara kuantitatif sodium merupakan kation ekstraseluler terpenting dan merupakan faktor
utama dalam menentukan tekanan osmotik dan volume.  Perubahan volume cairan ekstraseluler
berhubungan dengan perubahan jumlah total sodium dalam tubuh. Hal ini tergantung dari
sodium intake, ekskresi sodium renal, hilangnya sodium ekstrarenal.

 Komposisi Elektrolit Cairan Intraseluler  dan Ekstraseluler

Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan nonelektrolit. 
Nonelektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan tidak bermuatan listrik,
seperti: protein, urea, glukosa, oksigen, karbon dioksida dan asam-asam organik.  Sedangkan
elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+), kalium (K+), kalsium (Ca++), magnesium (Mg++),
Klorida (Cl-), bikarbonat (HCO3-), fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-).  Konsenterasi elektrolit dalam
cairan tubuh bervariasi pada satu bagian dengan bagian yang lainnya, tetapi meskipun
konsenterasi ion pada tiap-tiap bagian berbeda, hukum netralitas listrik menyatakan bahwa
jumlah muatan-muatan negatif harus sama dengan jumlah muatan-muatan positif.

a.  Kation:
• Sodium (Na+):
-   Kation berlebih di ruang ekstraseluler
-   Sodium penyeimbang cairan di ruang ekstraseluler
-   Sodium adalah komunikasi antara nerves dan musculus
-   Membantu proses keseimbangan asam-basa dengan menukar ion hidrogen pada ion sodium di
tubulus ginjal: ion hidrogen diekresikan
-                       Sumber: snack, kue, rempah-rempah, daging panggang.
• Potasium (K+):
-   Kation berlebih di ruang intraseluler
-   Menjaga keseimbangan kalium di ruang intrasel
-   Mengatur kontraksi (polarissasi dan repolarisasi) dari muscle dan nerves
-   Sumber: pisang, alpokat, jeruk, tomat, dan kismis
• Calcium (Ca++):
-   Membentuk garam bersama dengan fo  sfat, carbonat, flouride di dalam tulang
dan gigi untuk membuatnya keras dan kuat
-   Meningkatkan fungsi syaraf dan muscle
-   Meningkatkan efektifitas proses pembekuan darah dengan proses pengaktifan
protrombin dan trombin
-   Sumber: susu dengan kalsium tinggi, ikan dengan tulang, sayuran, dll.

b.   Anion:
•   Chloride (Cl-):
-   Kadar berlebih di ruang ekstrasel
-   Membantu proses keseimbangan natrium
-   Komponen utama dari sekresi kelenjar gaster
-   Sumber: garam dapur
•   Bicarbonat (HCO3-):
-   Bagian dari bicarbonat buffer sistem
-   Bereaksi dengan asam kuat untuk membentuk asam karbonat dan suasana
garam untuk menurunkan pH.
•   Fosfat (H2PO4- dan HPO42-):
-   Bagian dari fosfat buffer system
-   Berfungsi untuk menjadi energi pad metabolisme sel
-   Bersama dengan ion kalsium meningkatkan kekuatan dan kekerasan tulang
-   Masuk dalam struktur genetik yaitu: DNA dan RNA.

F. KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Dewasa
            Air       : 30-35 ml/kgBB, kenaikan suhu 1C bertambah 10-15%
            Na⁺      : 1,5 mEq/kg (100mEq/hari atau sekitar 5,9 g)
            K⁺       : 1 mEq/kg (60 mEq/hari atau sekitar 4,5 g)
Bayi dan Anak
            Air       : BB 0-10kg    : 4ml/kg/jam (100ml/kg/hari)
                          BB 10-20 kg : 40ml + 2ml/kg/jam setiap kg diatas 10kg
                                                (1000ml + 50ml/kg diatas 10kg per hari)
                          BB > 20 kg   : 60ml + 1ml/kg/jam setiap kg diatas 20kg
                                                (1500ml + 20ml/kg diatas 20kg per hari)
            Na⁺      : 2 mEq/kg
            K⁺       : 2 mEq/kg
Tubuh mendapatkan cairan dari air minum sekitar 800-1700 ml, dari makanan sekitar
500-1000 ml dan dari hasil sisa metabolisme (oksidasi) sekitar 200-300 ml. Cairan tersebut
dikeluarkan dari tubuh sebagai urine secara normal lebih dari 0,5-1 ml/kg/jam, sebagai feces
sekitar 1-3 ml/kg/hari dan sebagai Insensible Water Loss (IWS) 15 ml/kg/hari pada orang
dewasa. Pada anak IWS sebesar : (30 dikurang usia dalam th) ml/kg/hari.

G. KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Untuk mencapai keseimbangan cairan, maka cairan di dalam tubuh akan berpindah dari satu
kompartemen ke kompartemen lain. Perpindahan cairan tersebut dipengaruhi oleh tekanan
hidrostatik, tekanan onkotik dan tekanan osmotik. Gangguan keseimbangan cairan tubuh
terutama menyangkut cairan ekstrasel.
Cairan tubuh normalnya berpindah antara kedua kompartemen atau ruang utama untuk
mempertahankan keseimbangan nilai cairan.  Pergerakan cairan yang normal melalui dinding
kapiler ke dalam jaringan tergantung pada kenaikan tekanan hidrostatik (tekanan yang dihasilkan
oleh cairan pada dinding pembuluh darah) pada kedua ujung pembuluh arteri dan vena. 
Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu:
a.  Fase I: plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, nutrisi dan oksigen
diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
b.  Fase II: cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel
c.  Fase III: cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk ke
dalam sel.
Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membran semipermiabel
mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah. 
Perpindahan air dan zat terlarut di antara bagian-bagian tubuh melibatkan mekanisme transpor
pasif dan aktif.  Mekanisme transpor pasif tidak membutuhkan energi sedangkan mekanisme
transpor aktif membutuhkan energi.  Difusi dan osmosis adalah mekanisme transpor pasif. 
Sedangkan mekanisme transpor aktif berhubungan dengan pompa Na-K yang memerlukan ATP. 
Proses pergerakan cairan tubuh antar kompertemen dapat berlangsung secara:

            OSMOSIS
Osmosis adalah bergeraknya molekul (zat terlarut) melalui membran semipermeabel (permeabel
selektif) dari larutan berkadar lebih rendah menuju larutan berkadar lebih tinggi hingga kadarnya
sama.  Seluruh membran sel dan kapiler permeabel terhadap air, sehingga tekanan osmotik
cairan tubuh seluruh kompartemen sama.  Membran semipermeabel ialah membran yang dapat
dilalui air (pelarut), namun tidak dapat dilalui zat terlarut misalnya protein.  Tekanan osmotik
plasma darah ialah 285 + 5 mOsm/L.  Larutan dengan tekanan osmotik kira-kira sama disebut
isotonik (NaCl 0,9%, Dekstrosa 5%, Ringer laktat).  Larutan dengan tekanan osmotik lebih
rendah disebut hipotonik (akuades), sedangkan lebih tinggi disebut hipertonik.

DIFUSI
Difusi ialah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori.  Larutan akan bergerak dari konsentrasi
tinggi ke arah larutan berkonsentrasi rendah.  Tekanan hidrostatik pembuluh darah juga
mendorong air masuk berdifusi melewati pori-pori tersebut.  Kecepatan difusi suatu zat melewati
sebuah membran tergantung pada:
(1)   Permeabilitas zat terhadap membran
(2)   Perbedaan konsentrasi antar dua sisi
(3)   Perbedaan tekanan antara masing-masing sisi karena tekanan akan memberikan energi  kinetik
yang lebih besar
(4)   Potensial listrik yang menyeberangi membran akan memberi muatan pada zat tersebut.
Difusi Melalui Membran Sel
Difusi antara cairan interstisial dan cairan intraselular dapat terjadi melalui beberapa mekanisme:
(1)   Secara langsung melewati lapisan lemak bilayer pada membran sel
(2)   Melewati protein channel dalam membran
(3)   Melalui ikatan dengan protein karier yang reversibel yang dapat melewati membran (difusi
yang difasilitasi). 
                 Molekul-molekul yang larut dalm oksigen, CO2, air, dan lemak akan menembus
membran sel secara langsung.  Kation-kation seperti Na+, K+,dan Ca2+ sangat sedikit sekali yang
dapat menembus membran oleh karena tegangan potensial transmembran sel (dengan bagian luar
yang positif) yang diciptakan oleh pompa Na+-K+.  Dengan demikian, kation-kation ini dapat
berdifusi hanya melalui channel protein yang spesifik.  Keluarnya ion melalui channel ini
tergantung pada tegangan membran dan ikatannnya dengan pengikat (seperti asetil kolin)
terhadap reseptor membran.  Glukosa dan asam amino berdifusi dengan bantuan ikatan membran
protein karier.
                 Pertukaran cairan antara ruangan interstisial dan intraselular dibangun oleh daya
osmotic yang diciptakan oleh perbedaan konsentrasi zat terlarut nondifusif.  Perubahan relatif
pada osmolalitas antara kompartemen intraselular dan interstisial menghasilkan perpindahan air
dari kompartemen yang hipoosmolar menuju kompartemen yang hiperosmolar.

Difusi  Melalui Endotel Kapiler


                 Dinding kapiler mempunyai ketebalan 0,5 μm, terdiri dari satu lapis sel endotel
dengan dasar membran.  Celah interseluler mempunyai jarak 6-7 nm, memisahkan masing-
masing sel dari sel di dekatnya.  Zat-zat yang larut dalam oksigen, CO2, air dan lemak dapat
menembus secara langsung endotel sel membran.  Hanya substansi dengan berat molekul rendah
yang larut dalam air seperti sodium, chlorida, potasium, dan glukosa yang dapat melewati celah
intersel.  Substansi dengan molekul yang besar seperti plasma protein sangat sulit untuk
menembus celah endotel (kecuali pada hati dan paru-paru dimana terdapat celah yang lebih
besar).
Pertukaran cairan melewati kapiler berbeda dengan melewati membran sel dimana hal ini
dihasilkan oleh perbedaan yang signifikan pada tekanan hidrostatik sebagai tambahan dari daya
osmotik.  Daya ini bekerja pada arteri dan vena di ujung kapiler.  Akibatnya, terdapat tendensi
bagi cairan untuk bergerak keluar kapiler pada end arteri dan masuk ke dalam kapiler pada end
vena.  Besarnya daya ini berbeda untuk jenis jaringan yang beragam.  Tekanan arteri kapiler
ditentukan oleh tonus sfingter prekapiler.  Dengan demikian, kapiler membutuhkan tekanan yang
tinggi seperti pada glomeruli yang mempunyai tonus sfingter prekapiler yang lemah sedangkan
tekanan kapiler otot yang rendah mempunyai tonus sfingter prekapiler yang tinggi.  Normalnya,
10% dari cairan yang difiltrasi akan direabsorbsi kembali ke dalam kapiler.  Cairan yang tidak
direabsorbsi (kira-kira 2ml/menit) akan memasuki cairan interstisial dan dikembalikan melalui
aliran limfatik menuju kompartemen intravaskuler kembali.

                   Pompa Natrium Kalium


Pompa natrium kalium merupakan suatu proses transpor yang memompa ion natrium
keluar melalui membran sel dan pada saat bersamaan memompa ion kalium dari luar ke dalam. 
Tujuan dari pompa natrium kalium adalah untuk mencegah keadaan hiperosmolar di dalam sel.

H. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEIMBANGAN CAIRAN DAN


ELEKTROLIT

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit, di


antaranya adalah :
1.  Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh, metabolisme yang diperlukan dan berat
badan.  Selain itu, cairan tubuh menurun dengan peningkatan usia.  Infant dan anak-anak lebih
mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa.  Pada usia lanjut
sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
2. Jenis kelamin
Wanita mempunyai air tubuh yang kurang secara proporsional, karena lebih banyak mengandung
lemak tubuh.
3.  Sel-sel lemak
Mengandung sedikit air, sehingga air tubuh menurun dengan peningkatan lemak tubuh.
4.  Stres
Stres dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi darah dan glikolisis otot,
mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air.  Proses ini dapat meningkatkan
produksi ADH dan menurunkan produksi urine.
5.  Kondisi sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
Misalnya:
-   Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui insensible water lost (IWL)
-   Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator keseimbangan cairan
dan elektrolit tubuh
-   Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan intake cairan
karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.
6.  Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elektrolit.  Ketika intake nutrisi tidak
adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga serum albumin dan cadangan
protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan
sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
7.  Temperatur lingkungan
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah
memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat.  Panas yang
berlebihan menyebabkan berkeringat.  Seseorang dapat kehilangan NaCl melalui keringat
sebanyak 15-30 g/hari.  Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat
kehilangan cairan sampai dengan 5 L perhari.
8.  Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian diuretik dan laksatif dapat berpengaruh pada kondisi cairan dan
elektrolit tubuh.
9.  Tindakan Medis
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
seperti: suction, nasogastric tube dan lain-lain.
10.Pembedahan
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.

CAIRAN KRISTALOID
Cairan kristaloid  merupakan cairan untuk resusitasi awal pada pasien dengan syok
hemoragik dan septic syok seperti pasien luka bakar, pasien dengan trauma kepala untuk
menjaga tekanan perfusi otak, dan pasien dengan plasmaphersis dan reseksi hepar.  Jika 3-4 L
cairan kristaloid telah diberikan, dan respon hemodinamik tidak adekuat, cairan  koloid dapat
diberikan.
  Ada beberapa macam cairan kristaloid yang tersedia. Pemilihan cairan tergantung dari
derajat dan macam kehilangan cairan. Untuk kehilangan cairan hanya air, penggantiannya
dengan cairan hipotonik dan disebut juga   maintenance type solution. Jika hehilangan cairannya
air dan elektrolit, penggantiannya dengan cairan isotonic dan disebut juga replacement type
solution. Dalam cairan, glukosa berfungsi menjaga tonisitas dari cairan atau  menghindari
ketosis dan hipoglikemia dengan cepat. Anak- anak cenderung akan menjadi hypoglycemia(< 50
mg/dL) 4-8 jam puasa. Wanita mungkin lebih cepat hypoglycemia jika puasa (> 24 h) disbanding
pria.
 Kebanyakan jenis kehilangan cairan intraoperative adalah isotonik, maka yang biasa
digunakan adalah replacement type solution, tersering adalah Ringer Laktat. Walaupun sedikit
hypotonic, kira-kira 100 mL air per 1 liter mengandung Na serum 130 mEq/L, Ringer Laktat
mempunyai komposisi yang mirip dengan cairan extraselular  dan paling sering dipakai sebagai
larutan fisiologis. Laktat yang ada didalam larutan ini dikonversi oleh hati sebagai bikarbonat.
Jika larutan salin diberikan dalam jumlah besar, dapat menyebabkan dilutional acidosis
hyperchloremic oleh karena Na dan Cl yang tinggi (154 mEq/L): konsentrasi bikarbonat plasma
menurun dan konsentrasi Clorida meningkat. 
Larutan saline  baik untuk alkalosis metabolic hipokloremik dan  mengencerkan Packed
Red Cell untuk transfusi. Larutan D5W digunakan untuk megganti deficit air dan sebagai cairan
pemeliharaan pada pasien dengan restriksi Natrium. Cairan hipertonis 3% digunakan pada terapi
hiponatremia simptomatik yang berat. Cairan 3 – 7,5% disarankan dipakai untuk resusitasi pada
pasien dengan syok hipovolemik. Cairan ini diberikan lambat karena dapat menyebabkan
hemolisis.
  
CAIRAN KOLOID
Aktifitas osmotic dari molekul dengan berat jenis besar dari cairan koloid  untuk menjaga
cairan ini ada di intravascular. Walaupun waktu paruh dari cairan kristaloid dalam intravascular
20-30 menit, kebanyakan cairan koloid mempunyai waktu paruh dalam intravascular 3-6 jam.
Biasanya indikasi pemakaian cairan koloid adalah :
1.     Resusitasi cairan pada pasien dengan deficit cairan intravascular yang
berat ( misal : syok hemoragik ) sampai ada transfusi darah.
2.     Resusitasi cairan pada hipoalbuminemia berat atau keadaan dimana    
Kehilangan protein dalam jumlah besar seperti luka bakar. Pada pasien luka bakar, koloid
diberikan jika luka bakar >30% dari luas permukaan tubuh atau jika  > 3-4 L larutan kristaloid
telah diberikan lebih dari 18-24 jam setelah trauma.
Beberapa klinisi menggunakan cairan koloid yang dikombinasi dengan kristaloid bila dibutuhkan
cairan pengganti lebih dari 3-4 L untuk transfuse. Harus dicatat bahwa cairan ini adalah normal
saline ( Cl 145 – 154 mEq/L ) dan dapat juga menyebabkan asidosis metabolic hiperkloremik.
Banyak cairan koloid kini telah tersedia. Semuanya berasal dari protein plasma atau polimer
glukosa sintetik.
        Koloid yang berasal dari darah termasuk albumin (5% dan 25 % ) dan fraksi plasma protein
(5%). Keduanya dipanaskan 60 derajat selama 10 jam untuk meminimalkan resiko dari hepatitis
dan  penyakit virus lain. Fraksi plasma protein berisi alpha dan beta globulin yang ditambahkan
pada albumin dan menghasilkan reaksi hipotensi. Ini adalah reaksi alergi yang alami da
melibatkan aktivasi dari kalikrein.
        Koloid sintetik termasuk Dextrose starches dan gelatin. Gelatin berhubungan dengan
histamine mediated-allergic reaction dan tidak tersedia di United States. Dextran terdiri dari
Dextran 70 (Macrodex) dan Dextran 40 (artinya berat molekul dextran 40 adalah sekitar 40000
dalton dan berat molekul dextran 70 sekitar 70000 dalton) 3, yang dapat meningkatkan aliran
darah mikrosirkulasi dengan menurunkan viskositas darah. Pada Dextran juga ada efek
antiplatelet. Pemberian melebihi 20 ml/kg/hari dapat menyebabkan masa perdarahan memanjang
(Dextran 40) dan gagal ginjal. Dextran dapat juga bersifat antigenic dan  anafilaktoid ringan dan
berat dan ada reaksi anafilaksis.3 Dextan 1 (Promit) sama dengan Dextran 40 atau dextran 70
untuk mencegah reaksi anafilaxis berat.;bekerja seperti hapten dan mengikat setiap antibody
dextran di sirkulasi.
        Hetastarch (hydroxyetil starch) tersedia dalam cairan 6 % dengan berat molekul berkisar
450.000. Molekul-molekul yang kecil akan dieliminasi oleh ginjal dan molekul besar
dihancurkan pertama kali oleh amylase. Hetastarch sangat efektif sebagai plasma expander dan
lebih murah disbanding albumin.. Lebihjauh, Hetastarch bersifat nonantigenik dan reaksi
anafilaxisnya jarang.  Studi masa koagulasi dan masa perdarahan  umumnya tidak signifikan
dengan infus 0.5 – 1 L. Pasien transplantasi ginjal yang mendapat hetastarch masih controversial.
Kontroversi ini dihubungkan juga dengan penggunaan hetastarch pada pasien yang menjalani
bypass kardiopulmoner. Pentastarch, cairan starch dengan berat molekul rendah,  sedikit efek
tambahannya dan dapat menggantikan hetastarch.
  
Kebutuhan Cairan
         Kebutuhan air pada orang dewasa setiap harinya adalah 30-35 ml/kgBB/24jam
         Kebutuhan ini meningkat sebanyak 10-15 % tiap kenaikan suhu 1° C
         Kebutuhan elektrolit Na 1-2 meq/kgBB (100meq/hari atau 5,9 gram)
         Kebutuhan elektrolit K 1 meq/kgBB (60meq/hari atau 4,5 gram)

Kebutuhan Harian Bayi Dan Anak


Berat badan Kebutuhan air (perhari)
s/d 10 kg 100 ml/kgBB
11-20 kg 1000 ml + 50 ml/kgBB (untuk tiap kg di atas 10 kg)
> 20 kg 1500 ml + 20 ml/kgBB (untuk tiap kg di atas 20 kg)

Keseimbangan Cairan Tubuh


Air masuk Air keluar
Minuman: 800-1700 ml Urine : 600-1600 ml.
Makanan: 500-1000 ml. Tinja :  50-200 ml.
Hasil oksidasi: 200-300 ml. Insensible loss : 850-1200 ml
  

BAB IV
PENUTUP

I.           Kesimpulan 
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. 
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh merupakan salah satu bagian dari fisiologi
homeostatis.  Dengan kemampuannya yang sangat besar untuk menyesuaikan diri, tubuh
mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan proses-proses faal (fisiologis) yang
terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungan sel yang relatif  konstan tapi dinamis. 
Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan
elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.  Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung
satu dengan yang lainnya, jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.

J.            Saran 
Dalam penulisan makalah ini penulis sadari sepenuhnya masih terdapat banyak
kekeliruan dan kesalahan yang terdapat didalamnya. Olehnya itu, kritik dan saran dari berbagai
pihak yang sifatnya membangun sangat diharapkan dalam rangka perbaikan makalah ini.
  

Anda mungkin juga menyukai