Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN

PSAK 10

DI

OLEH :

NINA PUTRIYANA BR NASUTION NIM :170203027

MUHAMMAD ICHAN NIM : 1702030

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SAMUDRA

LANGSA

2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT.


Sholawat serta salam senantiasa saya tunjukkan kepada Nabi Muhammad SAW,
para sehabatnya, dan para pengikut-pengikutnya sekalian. Atas tidhonya penulis
dapat menyusun dan menyelesaikan tugas kelompok makalh yang berjudul
“PSAK 10 Pengaruh Perubahan NilaiTukar Valuta Asing”.Adapun tugas majalah
ini pada mata kuliah interprestasi PSAK.
Dalam penyusun laporan ini masih banyak kesalahan maupun kekurangan
baik dari penyusun maupun susunan kata-kata yang kurang baik. Oleh karena itu,
dengan segala kerendahan hati penulis mohon bberkenan pembaca dan pengguna
sekalian untuk memberikan kritik serta saran yang membangun dem, perbaikan
dan kesempurnaan makalh yang kami buat.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bermanfaat kususnya bagi
penulis pribadi dan umumhya bagi pengguna sekalian . Terimakasih.

Langsa , 8 September 2020

Tim Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................
1.1 Latar Belakang ........................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................
1.3 Tujuan......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................
2.1 Mata Uang Fungsional dan Mata Uang Pelaporan..................................
2.1.1 Mata Uang Fungsional.....................................................................
2.1.2 Mata Uang Penyajian.......................................................................
2.2 Akuntansi untuk Transaksi dalam Mata Uang Asing..............................
2.2.1 Moneter vs Nonmoneter...................................................................
2.2.2 Selisih Kurs......................................................................................
2.3 Anak perusahaan dan Perusahaan asosiasi asing....................................
2.4 Proses konsolidasi..................................................................................
2.5 Pengaruh Pajak (PSAK 46)....................................................................
2.6 Pengungkapan.........................................................................................
2.7 Investasi neto pada kegiatan usaha luar negeri.......................................
2.8 Contoh-Contoh.......................................................................................
BAB III PENUTUP.............................................................................................
3.1 Kesimpulan..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Entitas dapat melakukan aktivitas luar negeri dalam dua cara. Entitas mungkin memiliki
transaksi dalam valuta asing atau memiliki kegiatan usaha luar negeri. Sebagai tambahan, entitas
dapat menyelesaikan laporan keuangannya dalam valuta asing. Kegiatan usaha luar negeri dapat
berupa suatu anak perusahaan, perusahaan asosialisasi, joint venture atau canbang perusahaan
pelapor yang aktivitasnya dilaksanakan suatu negara di luar negara perusahaan pelapor. Kegiatan
usaha tersebut dapat merupakan suatu bagian integral dari suatu perusahaan pelapor atau suatu
entitas asing. Pernyataan ini mengatur akuntansi untuk transaksi dalam mata uang asing yang
meliputi penentuan kurs yang digunakan dan pengakuan pengaruh keuangan dari perubahan kurs
valuta asing dalam laporan keuangan.

Dalam bulan Maret 2010, DSAK mengesahkan PSAK 10 pengaruh perubahan Kurs Valuta
asing yang mengantikan PSAK 10 Revisi 1994 Transaksi dalam Mata Uang Asing dan juga
menarik dua PSAK lainnya yakni PSAK 11 Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata Uang
Asing PSAK 52 Mata Uang Pelaporan. Pada Bulan Agustus 2014 DSAK mengesahkan
penyesuaian atas PSAK 10 Revisi 2010. Sehingga dengan terbitnya PSAK 10 ini, akuntansi
untuk transaksi dan pelaporan laporan keuangan dengan valuta asing juga mengenai mata uang
pelaporan diatur dalam satu PSAK yakni PSAK 10 Revisi 2014.

PSAK 10 Pengaruh perubahan Kurs Valuta Asing secara khusus mengatur tentang dua aspek
akuntansi untuk pengaruh perubahan kurs valuta asing. Pertama, mengenai akuntansi untuk
transaksi dalam mata uang asing dan yang kedua mengenai penjabaran dari laporan keuangan.
Pernayataan ini diterapkan pada ruang lingkup (l) akuntansi transaksi dan saldo derivative
(PSAK 55); (2) menjabarkan hasil dan posisi keuangan dari kegiatan usaha luar negeri yang
termasuk dalam laporan keuangan entitas secara konsolidasu, proposional atau metoode ekuitas ;
(3) menjabarkan hasil dan posisi keuangan suatu entitas ked alam mata uang penyajian. PSAK
10 berlaku efektif untuk laporan keuangan yang mencakup periode laporan yang dimulai pada
atau setelah tanggal 1 jauari 2015.
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana definisi mata uang fungsional dan mata uang pelaporan?

2. Bagaimana akuntasi untuk transaksi dalam mata uang asing?

3. Bagimana penjabaran laporan keuangan?

4. Bagaimana transaksi laporan keuangan?

5. Bagaimana anak perusahaan dan perusahaan asosialisasi asing?

6. Bagimana persyaratan persyaratan pengungkapan?

7. Bagimana ketentuan transaksi?

8. Bagimana perbedaan PSAK 10 dengan standar ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui mata uang fungsional dan mata uang pelaporan.

2. Mengetahui akuntansi untuk transaksi dalam mata uang asing.

3. Mengetahui penjabaran laporan keuangan.

4. Mengetahui translansi laporan keuangan.

5. Mengetahui anak perusahaan dan perusahaan asosialisasi asing.

6. Mengetahui persyaratan pengungkapan.

7. Mengetahui ketentuan transsisi.

8. Mengetahui perbedaan PSAK 10 dengan standar IASB.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Mata Uang Fungsional dan Mata Uang Pelaporan

2.1.1 Mata Uang Fungsional

Mata uang Fungsional (mata uang pengukuran) adalah mata uang yang digunakan
falam transaksi pengukuran (yaitu untuk mencatat ayat jurnal dan akun-akun buku besar). PSAK
10 mensyaratkan bahwa suatu entitas harus mengukur tranaksinya menggunakan mata uang
fungsionalnya dan memperbolehkan entitas untuk menyajikan laporan keuangnnya
menggunakan mata uang apa saja. Namun PSAK 10 paragraf 38 juga menegaskan bahwa mata
uang pelapoan di Indonesia umumnya adalah rupiah. Jika entitas mengadakan transaksi dalam
mata uang yang berbeda dengan mata uang fungsionalnya, maka entitas itu harus ‘menghitung
tranaksi tersebut dalam mata uang fungsional’. Misalnya saja perusahaan Indonesia yang
mayoritas transaksinya menggunakan matau uang asingsemisal dolar AS, maka mata uang
fungsional adalah dolar AS dan bila perusahaan tersebut mdmiliki transaksi rupiah, maka rupiah
dianggap sebagai mata uang asing oleh perusahaan.

Jika laporan keuangan suatu perusahaan hedak disajikan dalam mata uang yang berbeda
dengan mata uang fungsionalnya, maka perusahaan harus menjabarkan laporan keuangan. Jika
anak perusahaan dan perusahaan asosialisasi menyajika laporan keuangan mereka dalam mata
uang yang berbeda dengan mata uang pelaporan induk perusahaan, maka iduk perusahaan harus
menjabarkan laporan keuangan PSAK 10 mendefinisikan mata uang fungsional entitas sebagai
mata uang di lingkungan ekonomi utama dimana entitas itu beroperasi (paragraph 8).PSAK 10
menjelaskan bahwa ligkungan ekonomi utama dimana entitas beroperasi biasanya adalah
lingkungan tempat utamanya entitasmengahasilkan dan mengeluarakan kas (paragraph 9) .
Selain itu, PSAK 10 mensyaratkan entitas untuk mempertimbangkan factor-faktor berikut dalam
menentukan mata uang fungsionalnya (paragraph 9).

1. Mata uang utama yang mempengaruhi harga jual barang dan jasa.

2. Mata uang utama yang mempengaruhi biaya tenaga kerja, bahkan baku, dan biaya lainnya
dalam penjualan barang dan jasa.

Jika kedau factor di atas tumpang tindih, maka PSAK 10 menyatakan bahwa suatu entitas
juga dapat mempertimbangkan bukti pendukung lain berikut dalam menentukan mata uang
fungsionalnya (paragraf 10)

1. Mata uang yang digunakan dalam menghasilkan aktivitas pendanaan.


2. Mata uang yang digunakan dalam menahan pendapatan dari aktivitas operasi.

Dalam menentukan mata uang fungsional entitas anak atau entitas asosialisasi di luar
negeri (dan operasi di luar negeri lainnya) dan menentukan apakah mata uang fungsionalnya
sama dengan mata uang fungsional entitas induk mempertimbangkan factor-faktor tambahan
berikut (paragraph 11):

1. Apakah aktivitas operasi di luar negeri di lakukan ebagai perajangan entitas induk.

2. Apakah transaksi dengan entitas induk memiliki proporsi yang tinggi atau rendah dengan
aktivitas di luar negeri

3. Apakah arus kas dari aktivitas operasi di luar negeri berpengaruh secara langsung terhadap
arus kas entitas induk.

4.Apakaah arus kas dari aktivits dari kegiatan luar negeri cukup untuk membayar kewajiban
utang yang ada.

Apabila indicator-indikator diatas tumpang tindih dan mata uang operasional tidak jelas,
PSAK 10 mensyaratkan bahwa manjemen menggunakan penilaiannya untuk menentukan mata
uang funsional yang paling menceminkan pengaruh ekonomi dari transaksi, peristiwa dan
kondisi (paragraph 12)

PSAK 10 menyatakan bahwa setelah ditentukan, maka uang fungsional tidak boleh
diubah, kecuali terjadi perubahan transaksi, peristiwa, atau kondisi (aragraf 13). Jika diubah,
makan mata uang fungsionalnya harus diperhitungkan secara prospektif sejak tanggal perubahan
itu (paragraph 35).

2.1.2 Mata Uang Penyajian

Mata uang penyajian adalah mata uang yang digunakan dalam menyajikan laporan
keuangan (yaitu laporan posisi keuangan, laporan laba rugi dan pendapatan komperehensif lain,
laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas). Jika mata uang penyajian berbeda denga mata
uang fungsional, maka entitas harus menjabarkan laporan keuangan (translasi) sesuai dengan
mata uang penyajian.
2.2 Akuntansi untuk Transaksi dalam Mata Uang Asing

Transaksi dalam mata uang asing terjadi ketika entitas mengadakan transaksi dalam mata
uang yang berbeda dengan mata uang fungsionalnya. Dalam akuntansi untuk transaksi dalam
mata uang asing, terdapat isu mengenai kurs mana yang digunakan untuk menyaji ulang dan
bagaimana cara menangani perbedaan kurs yang timbul. PSAK 10 mengatur tentang kurs valuta
asing mana yang digunakan untuk menyajikan ulang mana uang asing ke dalam mata uang
fungsional, yaitu sebagai berikut:

a. Pada saat pengakuan awal

Suatu transaksi dalam mata uang asing harus dicatat sesuai dengan nila tukar spot pada
tanggal transaksi . Namun untuk alasan kepraktisan, PSAK 10 memperbolehkan penggunaan
kurs (niali tukar) yang mendekati nilai tuklar spot pada tanggal transaksi

b. Pada setiap tanggal pelaporan

1. Pos-pos moneter dalam mata uang asing harus disajikan ulang menggunakan kurs penutup

2. Pos-pos nonmoneter yag dicatat pada biaya historis harus dilaporkan menggunakan kurs
tanggal transaksi

3. Pos-pos nonmoeter yang dicatat pada nilai wajar harus disajikan ualang menggunakan kurs
yang berlaku pada saat nilai tersebut ditentukan.

2.2.1 Moneter vs Nonmoneter

Pos moneter adalah unit dari mata uang yang dipegang atau asset dan liabilitas yang akan
diterima atau dibayarkan dalam jumblah mata uang yang tetap dan dapat dipastikan. Sebaliknya,,
pos nonmonter tidak memiliki jumblah yang tetap dan tidak dipastikan. Contohnya dari pos
nonmoneter termasuk:

1. Biaya dibayar dimuka dan pendapatan diterima dimuka, karena tidak ada uang yang
dibayarkan atau diterima di masa yang akan datang.

2. Sekuritas ekuitas seperti saham, karena penerimaan di masa yang akan datang tidak tetap dan
tidak dapat ditetapkan.

Sementara kebanyakan sekuritas utang merupakan pos moneter karena arus kasnya tetap dan
dapat dipastikan.
2.2.2 Selisih kurs

Untuk pos moneter yang dinyatakan dalam mata uang asing, perubahan kurs valuta asing
anatara tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian akan menimbulkan selisih kurs. Secara
teoritas terdapat dua cara untuk mengalami selisih kurs.

1. Perspektif satu transaksi

Perspektif ini memandang transaksi dagang dan transaksi pelunasan sebagai transaksi tunggal
dan selisish kurs akan disesuaikan dengan transaksi dagang dan transaksi dagang.

2 Pespektif dua transaksi

Perspektif ini memandang transaksi dagang dan transaksi pelunasan sebagai dua transaksi yang
berbeda dan selisih kurs akan dicatat terpisah sebgai laba atau rugi selisih kurs.

2.3 Anak perusahaan dan Perusahaan asosialisasi asing

PSAK memperbolehkan sebuah entitas untuk menggunakan mata uang penyajian yang
berbeda dengan mata uang fungsionalnya, Jika mata uang penyajian entitas anak dan entitas
asosiasi sama dengan entitas induk, maka entitas induk hanya tinggal
mengkonsolidasikanlaporan keuangannya menurut PSAK 65 dan PSAK 15. Namun jika mata
uang pelaporan entitas anak dan entitas asosiasi tidak sama dengan entitas induk, maka entitas
induk harus:

1. Menjabrkan laporan keuangan entitas anak dan entitas asosiasi asingnya berdasarkan

PSAK 10.

2. Mengkonsolidasikan laporan keuangnnya berdasarkan PSAK 65 dan 15.

Namun pada sebagai besar dari masalah yang terjadi adalah mata uang pelaporan dari
anka perusahaan dan entitas asosiasi berbeda dengan induk perusahaan.

2.4 Proses Konsolidasi

Setelah menjabarkan laporan keuangan anak perusahaan dan perusahaan dan perusahaan
asosiasi asing. Langkah selanjutnya adalah mengkonsolidasikan laporan keuangan anak
perusahaan asing berdasarkan PSAK 4 dan laporan ekuitas perusahaan asosiasi asing
berdasarkan PSAK 15 dalam laporan konsolidasian induk perusahaan.

1. Anak perusahaan asing.


Setelah dijabrkan, laporan keuangan anak perusahaan asing akan disajikan dalam mata
uang pelaporan yang sama dengan induk perusahaan dan proses konsolidasi akan
mengikuti prosedur konsolidasi normal sebagaimana yang diisyaratkan oleh PSAK 4,
seperti penghapusan transaksi antar perusahaan dan laporan posisi keuangan antar
perusahaan. Namun ada dua persoalan yang harus dijealskan lebih jauh.

2. Goodwill pada konsolidasi

Umumnya, goodwill pada konsolidasi dapat dianggap sebagai jumblah yang dibayar
untuk:

1. Aset anak perusahaan

2. Aset grub perusahaan

Dalam kasus ketika goodwill muncul pada akuisisi entitas asing, jumblah goodwill
yangdilaporkan dalam laporan konsolidasi akan berbeda, tergantung pada pandangan yang
dianut. PSAK 10 menganut pandangan bahwa goodwill adalah asset milik entutas asing.
Sebagaimana halnya asset milik asing, PSAK 10 mensyaratkan goodwill dijabarkan dengan
menggunakna kurs penutup (akhir tahun).

Perlu dicatat bahwa pandangan umum yang diterima di Indonesia seelum PSAK 10
berlaku adalah goodwill pada konsolidasi halnya muncul selama proses konsolidasi, dan
karenaya permasalahan penjabaran goodwill tidak akan muncul.

2.5 Pengaruh Perpajakan (PSAK 46)

Keuntungan atau kerugian pada transaksi mata uang asing dan selisih nilai tukar yang
timbul pada penjabaran hasil dan posisi keuangan dari suatu entitas ke dalam suatu mata uang
yang berbeda mungkin memiliki pengaruh pajak. Dalam PSAK 46, yang menjadi sasaran untuk
dikenakan pajak adalah terakit dengan perbedaan pertukaran karena translasi laporan keuangan
operasional luar negerii. Tarif pajak dari perbedaan karena translansi ini adalah sebesar 25%.

2.6 Pengungkapan

Berikut adalah beberapa kreteria terkait pengungkapan bagi entitas yang pelaporan
kegiatan operasinya dipengaruhi oleh PSAK 10:

1. Jumblah dari selisih kurs yang diakui dalam laba rugi kecualai untuk selisih kurs yang timbul
pada instrument keuangan yang diukur pada nilai wajarnya melalui laba atau rugi PSAK 55
(revisi 2006)
2. Selisih kurs neto diakui dalam pendapatan komperehensif lain dan diakumulasikan dalam
komponen ekuitas terpisah, serta rekonsiliasi kurs tersebut pada awal dan akhir periode.

3. Jumblah ari selisih kurs yang diakui dalam laba rugi kecuali untuk selisih kurs yang timbul
pada instrument keuangan yang diukur pada nilai wajarnya melalui laba atau rugi PSAK 55
(revisi 2006)

4. Ketika terdapat suatu perubahan dalam mata uang fungsional dari entitas pelapor maupun dari
suatu kegiatan usaha luar negeri yang signifikan, fakta tersebut dan alasan untuk perubahan
dalam mata uang fungsional harus diungkapkan.

5. Ketika entitas menyajikan laporan keuangan dalam mata uang yang berbeda dengan mata
fungsionalnya, maka entitas menjelaskan bahwa laporan keuangan mereka tunduk pada SAK
hanya jika entitas mematuhi semua persyaratan dari setiap pernyataan dan setiap interprestasi
dari pernyataan yang berlaku termasuk metode penjabaran sebagaimana dijelaskan dalam
paragraph 37

6. Entitas menyajikan laporan keuangan dalam mata uang yang berbeda dari mata uang
fungsionalnya maupun dari mata uang pelaporannya, dan persyaratan-persyaratan dari paragraph
52 tidak dipenuhi, maka entitas

a. mengindentifikasikan secara jelas informasi sebagai informasi tambahan untuk


membedakannya dari informasi yang tunduk dengan PSAK

b. mengungkapkan mata uang di mana informasi tambahan tersebut disajikan

c. mengungkapkan mata uang di mana informasi tambahan tersebut disajikan

2.7 Investasi neto pada kegiatan usaha luar negeri

1. Ruang lingkup investasi neto dalam kegaitan usaha luar negeri

Sebuah perusahaan memiliki pos moneter yang diterima dari atau dibayarkan ke kegaitan
usaha luar negeri. Pos yang penyelesainnya tidak direncanakan atau tidak memiliki
kemungkinan dilaksanakan dimasa mendatang. Secara substansi, ada;ah bagian dari
investasi neto dari perusahaan tersebut dalam kegiatan luar usaha luar negeri. Hal ini
telah dijelaskan dalam PSAK 10 paragraf 15.

2. Pengakuan selisih kurs

Paragraf 30 dari PSAK 10 menetapkan bahwa selisih kurs yang muncul dari pos moneter
yang membentuk bagian dari investasi neto suatu entitas dalam kegiatan usaha luar negeri
dan dinyatakan baik dalam mata uang fungsional dari intitas yang yang melaporkan
mampu dari perusahaan diluar negeri yang diakui dalam laporan laba rugi komperehensif
perusahaan pelapor atau perusahaan diluar negeri, tetapi akan diklasifikasikan kembali ke
komponen ekuitas yang terpisah dalam lapora keuangan yang meliputi perusahaan asing
dan perusahaan pelapor.

2.8 Contoh-Contoh

CONTOH 1 : SELISIH NILAI TUKAR – POS

Pada tanggal 1 Desember 2010 PT Hambalag menjual persediaan kepada pelanggan di Prancis
senilai €30.000,- secara kredit selama 60 hari. Pembayaran dilakukan dalam Eur. Berikut adalah
data nilai tukar yang diperlakukan (IDR/1 €):

Tanggal Kurs Spot


1 Desember 2010 13.200
31 Desember 2010 13.350
1 Februari 2011 13.250
€30.000 x Rp 13.200
1 Des Piutang Usaha (€) 396.000.000

Penjualan 396.000.000
€30.000 x Rp(13.350-
31 Des Piutang Usaha (€) 4.500.000 13.200)

Keuntungan Selisih Kurs 4.500.000

1 Feb Kerugian Selisih Kurs 3.000.000


€30.000 x Rp (13.250-
Piutang Usaha (€) 3.000.000 13.350)

Kas (€) 397.500.000

Piutang Usaha (€) 397.500.000 €30.000 x Rp13.250


CONTOH 2 : SELISIH NILAI TUKAR – POS MONETER

PT Sentral yang kantor pusatnya berkeduudkan di Jakarta memiliki cabang di Singapura. Mata
uang fungsional kantor pusat adalah Rupiah, sedangkan cabang Sungapura adalah USD. Kantor
pusat memiliki piutang kepada cabang Singapura dalam USD per tahun 31 Desember 2012,
sebagai bagian dari investasi neto suatu kegiatan usaha luar negeri. Maka piutang tersebut
dijabarkan oleh kantor pusat dari USD ke Rupiah dan selisih kursnya diakui dalam Laba Rusi
kantor pusat.

PT Sentral yang kantor pusatnya berkedudukan di Jakaarta memiliki cabang di Singapura. Maka
uang fungsional kantor pusat adalah Rupiah, sedangkan cabang Singapura adalah USD. Kantor
pusat memiliki piutang kepada cabang Singapura dalam Rupiah per tanggal 31 Desember 2012,
sebagai bagian dari investasi neto suatu kegiatan usaha luar negeri. Maka utang tersebut
dijabarkan oleh kantor cabang dari Rupiah ke USD dan selisih kursnya diakui dalam Rupiah
cabang singapura.
.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam aktivitas terkait kurs valuta asing, ada dua tindakan yang umumnya dilaksanakan
oleh entitas yaitu terkait dengan melakukan transaksi dalam mata uang asing dan atau memiliki
kkegiatan usaha luar negeri (foreign operations) . Untuk memaksukkan transaksi dalam valuta
asing pada laporan keuangan suatu perusahaan, transaksi tersebut harus dinyatakan dalam mata
uang pelaporan perusahaan. Ada beberapa hal yang trkait dengan aktivitas perusahaan dalam
transaaksi dengan mata uang asing misalnya, melakukan konsolidasi dengan perusahaan asing,
memperoleh goodwill dari proses konsolidasi tersebut. Dalam transaksi ini juga perusahaan
menghadapi fluktuasi kurs yang setiap saat berubah. Sehingga perlu dilakukan penyesiuaian
terhadap goodwill yang diperoleh serta dikenakan pajak terkait dengan keuntungan yang
diperoleh perusahaan kita melakukan transalasi sebesar 25%. Entitas yang melakukan
konsolidasi juga harus membuat laporan keuangan sesuai dengan PSAK terkait laporan
keuangan konsolidasian menurut PSAK 65 dan PSAK 15 agar sesuai dengan standar yang
berlaku di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Chair. 2011. PSAK 10 Transaksi Mata Uang Asing, (Online),

(https://chairanwar.blogspot.co.id) diakses 28 Maret 2017.

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2014 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Jakarta
:Ikatan Akuntansi Indonesia.

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2015. Modul Chartered Accountant : Pelaporan Korporat.


Jakarta:Ikatan Akuntan Indonesia.

Juan, Wahyuni. 2012. Panduan Praktis Akuntansi Keuangan, Edisi Dua, Jakarta: Salemba
www.idx.co.id

Anda mungkin juga menyukai