Disusun Oleh:
2020/2021
KATA PENGANTAR
Alhamdullilah segala puji bagi Allah tuhan pencipta alam, sholawat serta salam selalu
terlimpah curahkan untuk junjungan Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW, seluruh
keluarganya, sahabatnya, dan pengikut-pengikutnya.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Jurnalistik Islam yang
berjudul “Kode Etik Jurnalistik Islam”. Makalah ini diharapkan dapat membantu para
mahasiswa pada umumnya sebagai penambah pengetahuan dan pemahaman tentang beberapa
konsep awal pengajaran
Meskipun makalah yang kami tulis ini sudah selesai tetapi kami yakin bahwa didalam
makalah ini masih banyak kesalahan, kekurangan untuk itu kami mohon kepada bapak/ibu
untuk memberi bimbingan, saran, didalam memperbaiki kekurangannya atas perhatian bapak
dan ibu kami ucapkan terima kasih. Akhir kata kami ucapkan rasa syukur kepada Allah,
Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran kepada kami
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat, Terimakasih.
Penulis
DAFTAR ISI
Cover...................................................................................................................................
Kata Pengantar..................................................................................................................
Daftar Isi.............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
A. Latar Belakang..............................................................................................................
B. Rumusan Masalah........................................................................................................
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
Kesimpulan ........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengapa persyaratan ini dibuat sedemikian berat, karena wartawan didalam menunaikan
tugasnya mempunyai tanggungjawab yang besar. Seorang wartawan dengan penanya tanpa
diikat tanggung jawab mudah saja mempergunakan kebebasan profesinya untuk kepentingan
dirinya sendiri atau kepentingan golongannya. Di lain pihak karena wartawan banyak
menghubungkan dia dengan masyarakat umum. Maka perlu diatur hubungan hubungan
antara manusia dengan pers. Tidak jarang dalam pekerjaannya terjadi konflik, dan
pelanggaran yang lazim disebut kejahatan pers.
Kebebasan pers untuk mempublikasi peristiwa dan kejadian yang terbuka seperti tidak
memiliki batasan sebuah pemberitaan dalam media massa. Dikalangan dunia pers, pers
dinilai sudah menyimpang dari kode etik.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian, apa yang di maksud dengan Jurnalistik Sebagai Pelanjut
Risalah Nabi dan apa saja kode etik jurnalistik islami
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut UU No. 40/1999 tentang Pers, kode etik jurnalistik adalah himpunan etika profesi
wartawan yang termuat dalam buku Kamus Jurnalistik (Simbiosa Bandung 2009) saya
mengartikan Kode Etik Jurnalistik (KEJ) atau Kannos of Journalism sebagai pedoman
wartawan dalam melaksanakan tugasnya sebagai landasan moral atau etika profesi yang bisa
menjadi pedoman operasional dalam menegakkan integritas dan profesionalitas wartawan.
Jadi pengertian kode etik jurnalistik islami adalah landasan atau pedoman jurnalis islami
dalam kegiatan kejurnalistikan.
Wartawan Muslim disebut juga sebagai juru dakwah yang menebarkan kebenaran ilahi. Ia
bagaikan penyambung lidah para nabi. Karena itu ia pun dituntut memiliki sifat-sifat
kenabian, yaitu Shiddiq, Tabligh, Amanah, dan Fathonah(disingkat STAF).
Secara ringkas keempat sifat itu adalah:
1. Shiddiq
Artinya jujur dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan. Dalam konteks
jurnalistik, shiddiq adalah menginformasikan sesuatu yang benar dan membela serta
menegakkan kebenaran itu dengan jiwa pemberani dan penuh tawakkalkepada Allah.
Standar kebenarannya tentu saja adalah ajaran Islam yang bersumber dai Al-Qur’an
dan As-Sunnah.
2. Tabligh
Artinya menyampaikan, yakni menginformasikan kebenaran apa adanya, bukan
malah memutarbalikkan kebenaran atau mencampuradukkan yang haq (benar)
dengan yang bathil (salah).
3. Amanah
Artinya terpercaya, dapat dipercaya, karenanya tidak boleh berdusta,
merekayasa, memanipulasi atau mendistorsi fakta menjadi berita. Amanah juga
bermakna melaksanakan tugas dan kewajiban yang dibebankan di pundaknya dengan
sungguh-sungguh dan ikhlas karena Allah semata.
Amanah juga bermakna kehormatan. jadi kalau seseorang diberi amanah oleh
pemimpin redaksi misalnya untuk melakukan liputan, pada dasarnya ia sedang diberi
kehormatan. Maka, kalau ia tidak melaksanakan amanah tersebut atau
menyepelekannya, tidak masksimal, itu sama saj ia sedang melucuti kehormatan
dirinya.
4. Fathanah
Artinya cerdas dan berwawasan luas. Karena itu, wartawan Muslim dituntut
mampu menganalisis dan membaca situasi, termasuk membaca apa yang diperlukan
umat dengan meneladani kecerdasan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Untuk mendapatkan tingkat kecerdasan itu maka diperlukan sikap suka atau gemar
membaca. Bukan sekedar membaca koran, menyimak berita televisi atau
memperhatikan peristiwa di sekitarnya.
Tetapi ia juga menyeruak ke dalam, di balik berita dan peristiwa tersebut. Apa
dampaknya, bagaimana pengaruhnya, dan seperti apa prediksi ke depannya.Untuk
menambah daya kecerdasan itu, sekarang sudah terlalu banyak info di dunia maya.
Tidak kalah pentingnya adalah bergaul, berdiskusi, tukar pendapat dengan tokoh dan
orang-orang yang dipandang memiliki kelebihan dalam satu atau banyak hal.
Sehingga wawasan dirinya juga ikut bertambah.Wartawan Muslim tidak akan
terjebak dalam diskusi liar tanpa arah, apalagi curhat-curhatan di dunia maya yang
isinya sekedar guyonan, cemoohan, atau kata-kata tanpa makna apalagi bernilai
kebenaran ilahi.
C. Kode Etik
ٰۤيـاَيُّهَا الَّ ِذ ۡي َن ٰا َمنُوا اتَّقُوا هّٰللا َ َوقُ ۡولُ ۡوا قَ ۡواًل َس ِد ۡيدًا
artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan
katakanlah perkataan yang benar”. (QS Al-Ahzab [33]: 70)
3). Menyampaikan berita dengan argumentasi yang jelas, baik dan benar.
Wartawan Muslim dalam menulis berita atau artikel dengan Bahasa dan
makna yang baik, benar, serta argumentasi yang jelas dan baik pula. Karakter, pola
pikir, kadar pemahaman pembaca, harus dipahami sehingga berita yang disusun akan
mudah dibaca dan dicerna, penuh dengan kebijakan dan kebaikan.
ؕع اِ ٰلى َسبِ ۡي ِل َرب َِّك بِ ۡال ِح ۡك َم ِة َو ۡال َم ۡو ِعظَ ِة ۡال َح َسنَ ِة َو َجا ِد ۡلهُمۡ ِبالَّتِ ۡى ِه َى اَ ۡح َس ُنُ اُ ۡد
ض َّل َع ۡن َسبِ ۡيلِ ٖه َوهُ َو اَ ۡعلَ ُم بِ ۡال ُم ۡهتَ ِد ۡي َن
َ اِ َّن َرب ََّك هُ َو اَ ۡعلَ ُم ِب َم ۡن
Artinya: “Serulah [manusia] kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah
yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS An-Nahl [16]:
125).
5). Menulis berita secara adil, objektif, berimbang dan komprehensif berdasarkan fakta
dan data, bukan nafsu dan kepentingan pribadi.
Dalam QS Al-Maidah [5]: 8 allah berfirman:
ط ۖ َواَل يَ ۡج ِر َمنَّ ُكمۡ َشنَ ٰا ُن قَ ۡو ٍم ِ ٰۤيـاَيُّهَا الَّ ِذ ۡي َن ٰا َمنُ ۡوا ُك ۡونُ ۡوا قَ َّوا ا ِم ۡي َن هّٰلِل ِ ُشهَ َدٓا َء بِ ۡالقِ ۡس
َع ٰلٓى اَ اَّل تَ ۡع ِدلُ ۡوا ؕ اِ ۡع ِدلُ ۡوا هُ َو اَ ۡق َربُ لِلتَّ ۡق ٰوى َواتَّقُوا هّٰللا َ ؕ اِ َّن هّٰللا َ َخبِ ۡي ۢ ٌر بِ َما
تَ ۡع َملُ ۡو َن
Artinya; “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang
selalu menegakkan [kebenaran] karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk
berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan”. (QS Al-Maidah [5]: 8).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Jika digali dan terus digali, tentu masih sangat banyak ajaran-ajaran Islam yang
mendorong etika jurnalistik Islami, yang mengarahkan wartawan-wartawan Muslim untuk
memahami, menghayati dan mengamalkan ilmunya sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-
Nya.
Pada intinya adalah, wartawan Muslim merupakan pekerjaan dakwah melalui media
massa, yang mempunyai peran dan tanggung jawab sangat besar dan strategis dalam
pembangunan, pencerdasan, bahkan bagi peradaban manusia. InsyaAllah.