Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Negara industri hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan utama. Di
Indonesia Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang perlu diperbaikan oleh dokter
yang bekerja pada kesehatan primer, karena angka prevalensinya yang tinggi dan
akibat jangka panjang yang di timbulkannya. Berdasrkan penyebabnya hipertensi
dibagi menjadi 2 yaitu : Hipertensi primer, yang tidak di ketahui penyebabnya atau
diopatik, Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain.
(Suyono, 2001, h 453)
Di Indonesia banyak penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang, tetapi hanya
4%, yang merupaka hipertensi terkontrol. Privalensi 6-15% pada orang dewasa, 50%
diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung
untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui faktor
resikonya, dan 90% merupakan hipertensi esensial. Hasil peneltian dari MONICA
(multinational monitoring kardiovascular diseases), angka kejadian di Indonesia
berkisar 2-18% diberbagai daerah, jadi di Indonesia saat ini kira-kira terdapat 20 juta
orang penderita hipertensi.
Perjalanan penyakit hipertensi sangatlah perlahan. Penderita hipertensi mungkin
tidak menunjukan gejala selama bertahun-tahun, masa laten ini menyelubungi
perkembangan penyakit, sampai terjadi kerusakan organ yang penting. Bila terdapat
gejala maka biasanya bersifat non-spesifik. Misalnya sakit kepala atau pusing, apabila
hipertensi tetap tidak diketahui dan tidak dirawat mengakibatkan kelemahan karena
stroke atau gagal ginjal mekanis. (Sylvia Anderson, 2006 : h 583)
Penyakit jantung hipertensi ditegakan bila dapat dideteksi hipertrofi ventrikel kiri
sebagai akibat langsung dari peningkatan bertahap tahanan pembuluh ferifer dan beban
aktif ventrikel kiri. Faktor yang menentukan hipertrofi ventrikel kiri adalah derajat dan
lamanya peningkatan diastolik. Pengaruh faktor genetik disini lebih jelas. (Mansjoer,
2001 : h 441)

1
Hipertensi biasanya dimulai “diam-diam” umumnya setelah usia 30 tahun atau 40
tahun. Dalam kasus-kasus pencegahan, penyakit ini bisa dimulai lebih awal. Pada tahap
awal, tekanannya mungkin naik secara berkala, misalnya pada situasi stress biasanya,
ketika mengendarai mobil jarak jauh, dan kembali ke normal lebih lama dari biasanya.
Atau tekanannya mungkin hanya naik saat bekerja, tidak pada istirahat atau berlibur.
Pada kasus-kasus seperti ini kita membicarakan “hipertensi labil”. Atau jika angkanya
terletak diatas kesasaran normal, kita menyebutnya “hipertensi perbatasan” namun, jika
angkanya diatas normal secara konsisten, penyakitnya telah berkembang ketahap
“stabil” hipertensi kronis bisa memiliki berbagai bentuk. Contohnya sangat banyak,
bahkan setiap rumah sakit mengetahui orang-orang muda dengan tekanan darah yang
sangat tinggi, dari 200/120 samapi 250-140. (Hans p. wolf. 2006 : h 63)
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang
lebih  tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik) angka yang lebih
rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik) tekanan darah kurang dari
120/80 mmHg di defenisikan sebagai “normal” pada tekanan darah tinggi bisanya
terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan
darah 140/90 mmHg atau keatas, diukur kedua lengan iga dalam jangka beberapa
minggu.

B. Rumusan Makalah
Adapun rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian Hipertensi?
2. Apa etiologi hipertensi?
3. Apa fatofisiologi dari hipertensi?
4. Apa tanda dan gejala hipertensi?
5. Apa penatalaksanaan hipertensi?
6. Apa komlikasi dari hipertensi?
7. Apa pencegahan pencegahan hipertensi?
8. Bagaimana Asuhan keperawatan pada hipertensi?

2
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagian berikut, mengetahui
pengertian, etiologi, fatofisiologi tanda dan gejala, penatalaksanaan, komlikasi,
pencegahan dan asuhan keperawatan pada hipertensi.

D. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam penyusunan makalah ini terdiri tiga Bab,
yaitu:
Bab I Pendahuluan, meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan
dan sistematika penulisan.
Bab II Pembahasan, meliputi, pengertian, etiologi, fatofisiologi tanda dan gejala,
penatalaksanaan, komlikasi, pencegahan dan asuhan keperawatan pada hipertensi.
Bab III adalah Penutup meliputi kesimpulan dan saran.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hipertensi
Ilmu pengobatan mendefinisikan hipertensi sebagai suatu peningkatan kronis
(yaitu meningkat secara berlahan-lahan, bersifat menetap) dalam tekanan darah arteri
sistolik yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor, tetapi tidak peduli apa penyebabnya,
mengikuti suau pola yang khas. (Wolff.2006 : h 62)
Hipertensi didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya
140 mmHg atau tekanan diastoliknya sedikitnya 90 mmHg. Istilah tradisional tentang
hipertensi “ringan” dan “sedang” gagal menjelaskan pengaruh utama tekanan darah tinggi
pada penyakit kardiovaskular. (Anderson : 2006. h 582)
Darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah seseorang
berada pada tingkatan diatas normal. Konsekwensi dan keadaan ini adalah timbulnya
penyakit yang menggangu tubuh penderita. Dalam penyakit hipertensi merupakan
masalah kesehatan dan memerlukan penanggulangan dengan baik. (Sudjaswandi : 2002.
h 17)
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis dimana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka lama) penderita yang mempunyai
sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat
istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi. Tekanan darah tinggi adalah
salah satu resiko untuk stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan merupakan penyebab
utama gagal jantung kronis. (weblog, wikipedia indonesia)

B. Anatomi Fisiologi
Sistem peredaran darah manusia terdiri atas jantung, pembuluh darah, dan saluran
limfe. Jantung merupakan organ penting yang memompa darah dan memelihara
peredaran melalui saluran tubuh.
Arteri membawa darah dari jantung
Vena membawa dara ke jantung

4
Kapiler menggabungkan arteri dan vena, terentang diantaranya dan merupakan
jalan lalu lintas antara makanan dan bahan buangan. Disini juga terjadi pertukaran gas
dalam cairan ekstra seluler atau intershil. Saluran limfe mengumpulkan, menggiring dan
menyalurkan kembali ke dalam limfenya yang dikeluarkan melalui dinaing kapiler halus
untuk membersihkan jaringan. Saluran limfe ini juga dapat dianggap menjadi bagian
sistem peredaran.
Denyut arteri adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah dipompa
keluar jantung. Denyut ini mudah diraba ditempat arteri temporalis diatas tulang temporal
atau arteri dorsalis pedis di belokan mata kaki. Kecepatan denyut jantung dalam keadaan
sehat berbeda-beda, dipengaruhi penghidupan, pekerjaan, makanan, umur dan emosi.
Irama dan denyut sesuai dengan siklus jantung jumlah denyut jantung 70 berarti siklus
jantung 70 kali per menit.
Kecepatan normal denyut nadi per menit :
Pada bayi yang baru lahir 140
Selama tahun pertama 120
Selama tahun kedua 110
Pada umur 5 tahun 96-100
Pada umur 10 tahun 80-90
Pada orang dewasa 60-80
(Pearce. 2009 : h 151)
Tekanan Darah
Tekanan darah sangat penting dalam sirkulasi darah dan selalu diperlukan untuk
daya dorong yang mengalirkan darah didalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena
sehingga darah didalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena sehingga terbentuk aliran
darah yang menetap. Jantung bekerja sebagai pemompa darah dapat memindahkan darah
dari pembuluh vena ke pembuluh arteri. Pada sirkulasi tertutup aktivitas pompa jantug
berlangsung dengan cara mengadakan kontraksi dan relaksasi sehingga menimbulkan
perubahan tekanan darah dan sirkulasi darah. Pada tekanan darah didalam arteri kenaikan
arteri pada puncaknya sekitar 120 mmHg tekanan ini disebut tekanan stroke. Kenaikan
ini menyebabkan aorta mengalami distensi sehingga tekanan didalamnya turun sedikit.

5
Pada saat diastole ventrikel, tekanan aorta cenderung menurun sampai dengan 80  mmHg.
Tekanan ini dalam pemeriksaan disebut dengan tekanan diastole.

Kecepatan Tekanan
Kecepatan aliran darah bergantung pada ukuran palung dari pembuluh darah.
Darah dalam aorta bergerak cepat, dalam arteri kecepatan berkurang dan sangat lambat
pada kapiler, dalam arteri kecepatan berkurang dan sangat lambat pada kapiler. Faktor
lain yang membantu aliran darah kejantung maupun gerakan otot kerangka mengeluarkan
tekanan diatas vena, gerakkan yang dihasilkan pernafasan  dengan naik turunnya
diafragma yang bekerja sebagai pemopa, isapan yang dikeluarkan oleh atrium yang
kosong sewaktu diastole menarik darah dari vena dan tekanan darah arterial mendorong
darah maju. Perubahan tekanan nadi pengaruhi oleh faktor yang mempengaruhi tekanan
darah, misalnya pengaruh usia dan penyakit arteriosklerosis. Pada keadaan
arteriosklorosis, olasitias pembuluh darah kurang bahkan menghilang sama sekali,
sehingga tekanan nadi meningkat.
Kecepatan aliran darah dibagian tengah dan pada bagian tepi (ferifer) yang dekat
dengan permukaan bagian dalam dinding arteri adalah sama, aliran bersifat sejajar yang
konsentris dengan arah yang sama jika dijumpai suatu aliran darah dalam arteri yang
mengarah kesegala jurusan sehingga memberikan gambaran aliran yang yang tidak
lancer. Keadaan dapat terjadi pada darah yang mengatur melalui bagian pembuluh darah
yang mengalami sumbatan atau vasokonstriksi. (Drs_H.Syaifuddin. 2006 : h 130)

C. Etiologi
Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang memerlukan
penanggulangan yang baik. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi prevalensi
hipertensi seperti umur, obesitas, asupan garam yang tinggi adanya riwayat hipertensi
dalam keluarga.
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
1. Hipertensi  esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya disebut
juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus banyak faktor yang
mempengaruhi seperti genetik, lingkungan hiperaktivitas susunan saraf simpatis.

6
Dalam defekekstesi Na peningkatan Na dan Ca intra selular dan faktor-faktor yang
meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.
2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab
spesifiknya diketahui seperti penggunaan esterogen, penyakit ginjal. Hipertensi
vascular renal dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain. (Arif
Manjoer. 2001 : h 518)
Penyebab hipertensi lainnya adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kalenjar
adrenal yang menghasilkan hormone edinefrin (adrenalim) atau noredinefrin
(noradrenalin) kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas), stress, alkohol,
atau garam dalam makanan bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang yang
memiliki kenaikan yang diturunkan stress cenderung menyebabkan kenaikan tekanan
darah untuk sementara waktu. Jika stress berlalu, maka tekanan darah biasanya akan
kembali normal. (Weblog, Wikipedia indonesia)

D. Fatofisiologi
Pada stadium permulaan hipertensi hipertrofi yang terjadi adalah difusi
(konsentik). Pada masa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri. Pada stadium
selanjutnya, karena penyakit berlanjut terus, hipertrofi menjadi tak teratur dan akhirnya
akibat terbatasnya aliran darah koroner menjadi eksentrik, berkurangnya rasio antara
masa dan volume jantung akibat peningkatan volume diastolik akhir adalah khas pada
jantung dengan hipertrofi eksentrik. Hal ini diperlihatkan sebagai penurunan secara
menyeluruh fungsi pompa (penurunan fraksieleksi) penigkatan tegangan dinding
ventrikel pada saat sistolik peningkatan konsumsi oksigen ke otot jantung serta
penurunan efek-efek mekanik pompa jantung. Diperburuk lagi bila disertai dengAn
penyakit dalam jantung koroner.
Walaupun tekanan perkusi koroner meningkat, tahanan pembumluh darah koroner
juga meningkat sehingga cadangan aliran darah koroner berkurang. Perubahan
hemodinamik sirkulasi koroner pada hipertensi berhubungan erat dengan derajat
hipertrofi otot jantung.
Ada 2 faktor utama penyebab penurunan cadangan aliran darah koroner yaitu :

7
1. Penebalan arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi otot polar dalam resitensi
seluruh badan. Kemudian terjadi valensi garam dan air mengakibatkan berkurangnya
compliance pembuluh ini dan meningkatnya tahanan perifer.
2. Peningkatan hipertrofi mengakibatkan berkurangnya kepadatan kapiler per unit otot
jantung bila timbul hipertrofi menjadi faktor utama pada stadium lanjut dan gambaran
hemodinamik ini
Jadi faktor koroner pada hipertensi berkembang menjadi akibat penyakit meskipun
tampak sebagai penyebab patologis yang utama dari gangguan aktivitas mekanik ventrikel
kiri. (Arif Manjoer. 2001 : h 441)

E. Tanda dan Gejala


Pemeriksaan yang paling sederhana adalah palpasi hipertensi karateristik lama,
untuk bertambah bila terjadi dibatasi ventrikel kiri iktusikordis bergerak kiri bawah, pada
kultasi Pasien dengan hipertensi konsentri dapat ditemukan 5 bila sudah terjadi jantung
didapatkan tanda-tanda rusiensi mitra velature. (Arif Mansjoer. 2001 : h 442)
Pada stadium ini hipertensi, tampak tanda-tanda rangsangan sipatis yang
diakibatkan peningkatan aktivitas system neohormonal disertai hipertomia pada stadium,
selanjutnya mekanisme kopensasi pada otot jantung berupa hiperpeuti. (Arir Mansjoer.
2001 : h 442)
Gambaran klinis seperti sakit kepala adalah serta gejala gangguan fungsi distolik
dan peningkatan tekanan pengsien ventrikel walaupun fungsi distolik masih normal, bila
berkembang terus terjadi hipertensi eksentri dan akhirnya menjadi dilarasi ventrikel
kemudian gejal banyak datang. Stadium ini kadang kala disertai dengan sirkulasi ada
cadangan aliran darah ovoner dan makin membentuk kelaianan fungsi mekanik/pompa
jantung yang selektif. (Mansjor, 2001 : h 442)

F. Komplikasi
Organ-organ tubuh sering terserang akibat hipertensi antara lain masa berupa
pendarahan vetria, bahkan gangguan pada penglihatan sampai kebutahan, gagal jantung,
pecahnya darah otak. (Arif Mansjoer, 2001)

8
G. Penatalaksanaan
Pengbobatan dirujukan untuk menurunkan tekanan darah menjadi normal,
pengobatan jantung karena hipertensi, mengurangi morbilitas dan moralitas terhadap
penyakit kardiovascular dan menurunkan faktor resiko terhadap penyakit kardiovascular
semaksimal mungkin.
Untuk menurunkan tekanan darah, dapat ditujukan 3 faktor fisiologis yaitu :
menurunkan isi cairan intravascular dan non darah dengan neolistik menurunkan aktivitas
susunan saraf simpatis dan respon kardiovascular terhadap rangsangan tahanan prifer
dengan obat vasediator. (Arif Manjoer, 2001)

H. Pencegahan
1. Berhenti merokok secara total dan tidak mengkonsumsi alkohol
2. Melakukan antisipasi fisik secara teratur atau berolaraga secara teratur dapat
mengurangi ketegangan pikiran (strees) membantu menurunkan berat badan, dapat
membakar lemak yang berlebihan.
3. Diet rendah garam atau makanan, kegemukan (kelebihan berat badan harus segera di
kurangi)
4. Latihan ohlaraga yang dapat seperti senam aerobic, jalan cepat, dan bersepeda paling
sedikit 7 kali dalam seminggu.
5. Memperbanyak minum air putih, minum 8- 10 gelas/ hari.
6. Memeriksakan tekanan darah secara normal / berkala terutama bagi seseorabg yang
memiliki riwayat penderita hipertensi.
7. Menjalani gaya hidup yang wajar mempelejari cara yang tepat untuk mengendalikan
stress. (Bambang Sadewo, 2004)

I. Pengobatan
Jenis-jenis pengobatan
1. Anti hipertensi non Farmokologis
Tindakan pengobatan supparat, sesuai anjuran dari natural cammitoe dictation
evalution treatmori of high blood preasure
a. Tumpukan berat badan obesitas

9
b. Konsumsi garam dapur
c. Kurangi alkohol
d. Menghentikan merokok
e. Olaraga teratur
f. Diet rendah lemak penuh
g. Pemberian kalium dalam bentuk makanan sayur dan buah
2. Obat anti hipertensi
a. Dioverika, pelancar kencing yang diterapkan kurangin volume input
b. Penyakit beta (B.Blocker)
c. Antoganis kalsium
d. Lanbi ACE (Anti Canvertity Enzyine)
e. Obat anti hipertensi santral (simpatokolim)
f. Obat penyekar ben
g. Vasodilatov (Arif Mansjoer, 2001, 522)
3. Perubahan gaya hidup
Di lain pihak gaya hidup yang baik untuk menghindari terjangkitnya penyakit
hipertensi dan berbagai penyakit digeneratif lainnya.
 Mengkurangi konsumsi garam
 Melakukan olaraga secara teratur dan dinamik
 Membiasakan bersikap dinamik seperti memilih menggunakan tangga dari
pada limfa
 Menghentikan kebiasaan merokok
 Menjaga kestabilan BB
 Menjauhkan dan menghindari stress dengan pendalaman angka sebagai
salah satu upayahnya.

J. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum melakukan terapi
bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan faktor lain atau mencari penyebab
hipertensi, biasanya diperiksa unaralis darah perifer lengkap kemih darah (kalium,
natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolestrol total, kolestrol HDI, dan EKG).

10
Sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain seperti klirens kreatinin
protein urine 24 jam, asam urat, kolestrol LDL, TSH dan ekokardiografi. (Mansjoer
Arif,2000 : 49)

K. Asuhan Keperawatan pada Hipertensi


Asuhan keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam
praktek keperawatan. Hal ini biasanya disebut sebagai suatu pendekatan problem solving
yang memerlukan ilmu teknik dan keterampilan interversional dan ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan klien. (Iyert el, al, 1996)

1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah pertama dari proses keperawatan melalui kegiatan
pengumpulan data atau perolehan data yang akurat dapat pasien guna mengetahui
berbagai permasalahan yang ada. (Aziz Alimul. 2009 : h 85)
Adapun pengkajian pada pasien hipertensi menurut Doengoes, et al (2001) adalah
a. Aktivitas istirahat
Gejala :  Kelelahan umum, kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup
Tanda :  -  Frekuensi jantung meningkat
-  Perubahan trauma jantung (takipnea)
b. Sirkulasi
Gejala :  Riwayat hipertensi ateros klerosis, penyakit jantung koroner /
katup dan penyakit screbiovakuolar, episode palpitasi, perpirasi.
Tanda :-  Kenaikan TD (pengukuran serial dan kenaikan TD diperlukan
untuk menaikkan diagnosis
-    Hipotensi postural (mungkin berhubungan dengan regimen
otak)
-    Nada denyutan jelas dari karotis, juguralis, radialis
-    Denyut apical : Pm, kemungkinan bergeser dan sangat kuat
-    Frekuensi/irama : Tarikardia berbagai distrimia

11
-    Bunyi, jantung terdengar S2 pada dasar S3 (CHF dini)
S4 (pengerasan vertikel kiri / hipertrofi vertical kiri).
c. Integritas ego
Gejala :  Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi eufuria atau
jarah kronis (dapat mengidentifikasi kerusakan serebral ) faktor-
faktor inulhfel, hubungan keuangan yang berkaitan dengan
pekerjaan.
Tanda :  Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontiniu perhatian,
tangisan yang meledak, gerak tangan empeti otot muka tegang
(khususnya sekitar mata) gerakkan fisik cepat, pernafasan
mengelam peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
Gejala :  Gangguan ginjal sakit ini atau yang lalu
e. Makanan/Cairan
Gejala :  Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi
garam, tinggi lemak, tinggi kolestrol, mual, muntah, perubahan
berat badan (meningkatkan/menurun) riwayat pengguna diuretik.
Tanda :  -  Berat badan normal atau obesitas
-  Adanya edema (mungkin umum atau tertentu)
-  Kongestiva
-  Glikosuria (hampir 10% hipertensi adalah diabetik).
f. Neurosensori
Gejala :  -  Keluhan pening/pusing
-    Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan
menghilang secara spontan setelah beberapa jam)
-  Episode kebas dan kelemahan pada satu sisi tubuh
 -  Gangguan penglihatan
-  Episode epistaksis
Tanda :  -  Status mental perubahan keterjagaan orientasi, pola isi bicara,
efek, proses fikir atau memori.
g. Nyeri/Ketidak nyamanan

12
Gejala :  -    Angma (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)
-    Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi
-    Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi
sebelumnya
-  Nyeri abdomen / massa
h. Pernapasan
Gejala :  -    Dispenea yang berkaitan dengan aktivitas kerja
-    Riwayat merokok, batuk dengan / tanpa seputum
Tanda :  -    Distres respirasi
-    Bunyi nafas tambahan
-  Sianosis
i. Keamanan
Gejala :  -    Gangguan koordinas / cara berjalan
-    Hipotesia pastural
Tanda :  -    Frekuensi jantung meningkat
-    Perubahan trauma jantung (takipnea)
j. Pembelajaran/Penyebab
Gejala :     Faktor resiko keluarga : hipertensi, aterosporosis, penyakit
jantung, DM

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga
atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
aktual atau potensial. (Aziz Alimul, 2009 : h 92)
Menurut Doengoes, et al (2001), diagnosa keperawatan yang mungkin ditemukan
pada pasien dengan hipertensi adalah :
a. Curah jantung, penurunan, resiko tinggi terhadap b/d peningkatan afterload,
vasokontriksi, iskemia miokardia, hipertrofi d/d tidak dapat diterapkan adanya
tanda-tanda dan gejala yang menetapkan diagnosis aktual.

13
b. Nyeri (akut), sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler selebral d/d
melaporkan tentang nyeri berdenyut yang terletak pada regiu suboksipital. Terjadi
pada saat bangun dan hilang secara spontan setelah beberapa waktu
c. Intoleran aktivitas b/d kelemahan umum d/d laporan verbal tentang kelebihan atau
kelemahan
d. Nutrisi, perubahan lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan berlebihan dengan
kebutuhan merabolik d/d berat badan 10%-20% lebih dari ideal untuk tinggi dan
bentuk tubuh
e. Koping, individual, infektif b/d krisis situasional/maturasional, perubahan hidup
beragam d/d menyatakan ketidak mampuan untuk mengatasi atau meminta
bantuan
f. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana pengobatan
b/d kurang pengetahuan / daya ingat d/d menyatakan masalah, meminta informasi.

3. Intervensi
Perencanaan adalah proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang
dibutuhkan untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi masalah pasien. (Aziz
Alimul. 2009 : h 106)
Perencanaan keperawatan pada pasien dengan hipertensi menurut dongoes et al
(2000) adalah :
a. Diagnosa keperawatan I
Curah jantung, penurunan, resiko tinggi terhadap b/d peningkatan afterload,
vasokontruksi, iskemia miorkadia, hipertrofi b/d tidak dapat diterapkan adanya tanda-
tanda dan gejala yang menetapkan diagnosis actual.
Intervensi :
 Pantau TD
 Catat keberadaan
 Aukultasi tonus jantung dan bunyi nafas
 Berikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurang aktivitas/keributan
lingkungan
 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi

14
Rasionalisasi :
 Perbandingan dari tekanan memberi gambaran yang lebih lengkap
tentang keterlibatan/bidang masalah kaskuler
 Mencerminkan efek dari kosakontraksi (peningkatan SVR 0 dan
kongesti vena)
 Dapat mengidentifikasi kongesti paru sekunder terhadap terjadinya
atau gagal jantung kronik
 Adanya pucat, dingin, kulit, lembab dan masa pengisian kapiler lambat
mungkin keterkaitan dengan kosokentreksi atau mencerminkan
kekomposisi/penurunan curah jantung
 Dapat mengidentifikasi gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler
 Membantu untuk menurunkan rangsang simpatis meningkatkan
relaksasi
 Menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi TP dan
perjalanan penyakit hipertensi
 Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat
efek tenang sehingga tak menurunkan TD
 Karena efek samping obat tersebut maka penting untuk menggunakan
obat dalam jumlah penting sedikit dan dosis paling rendah.
b. Diagnosa Keperawatan II
Nyeri (akut), sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler selebral d/d melaporkan
tentang nyeri berdenyut yang terletak pada regium suboksipital. Terjadi pada saat
bangun dan hilang secara spontan setelah beberapa waktu.
Intervensi :
 Kaji  respon pasien terhadap aktivitas
 Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas
  Instruksikan pasien terhadap teknik penghematan energi
Rasionalisasi :
 Tekhnik menghemat energy, mengurangi penggunaan energy, membantu
keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

15
 Kemajuan aktifitas berharap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba
c. Diagnosa keperawatan III
Intoleran aktivitas b/d kelemahan umum b/d laporan verbal tentang kelebihan atau
kelemahan.
Intervensi :
 Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak,
garam dan gula sesuai indikasi
 Tetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan
 Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet
Rasionalisasi :
 Meminimalkan stimulus / meningkatkan relaksasi
 Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dan yang
memperlambat / memblok respon simpatis efektif dalam menghilangkan sakit
kepala dan komlikasinya
 Aktifitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala adanya
peningkatan tekanan vaskuler serebral
 Pusing dan penglihatan kabur sehingga b/d sakit kepala
 Menurunkan / mengontrol nyeri dan menurunkan rangsang system saraf
simfatis
 Dapat mengurangi tegangan dan ketidak nyamanan yang diperberat.
d. Diagnosa IV
Nutrisi perubahan lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan berlebihan dengan
kebutuhan merabolik d/d berat badan 10%-20% lebih dari ideal untuk tinggi dan
bentuk tubuh.
Intervensi :
 Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi prilaku
 Saraf laporan gangguan tidur
 Bantu pasien untuk mengidentifikasi sresor spesifik dan kemungkinan
startegi untuk mengatasinya
 Dorong pasien untuk mengevaluasi prioitas tubuh.

16
Rasionalisasi :
 Kegemukan adalah resiko tambahan pada tekanan darah tinggi karena
disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung berkaitan
dengan peningkatan masa tubuh
 Kesalahan kebiasaan makanan menunjang terjadinya ateroskelrosis dan
kegemukan yang merupakan preposisi untuk hipertensi dan komlikasinya
 Motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal, individu harus
berkeinginan untuk menurunkan berat badan, bila tidak maka program sama
sekali tidak berhasil
 Mengindikasikan kekuatan/kelemahan dalam menentukan kebutuhan individu
untuk penyesuaian / penyuluhan
 Penurunan masukan kalori seseorang sebanyak 50 kalori per hari secara teori
dapat menurunkan BB 0,5 kg/hari
 Membantu untuk memfokuskan perhatian pada faktor mana pasien telah/dapat
mengontrol perubahan
 Penting untuk mencegah perkembangan heterogenesis
 Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet
individual.

e. Diagnosa V
Koping, individual, infektif b/d krisis situasional / maturasional, perubahan hidup
beragam d/d menyatakan ketidak mampuan untuk mengatasi atau meminta bantuan.
Intervensi :
 Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar
 Tetapkan dan nyatakan batas Hd normal
 Bantu pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskular
 Bahan pentingnya menghentikan merokok
Rasionalisasi :

17
 Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang mengatasi
hipertensi klanik menginterasikan tetapi yang diharuskan ke dalam kehidupan
sehari-hari
 Manifestasi mekanisme koping maladaftif mungkin merupakan indicator yang
ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama TD distolik
 Fokus perhatian pasien pada realitas situasi yang ada relative terhadap
pandangan pasien tentang apa yang diinginkan
 Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistik untuk menghindari
rasa yang tidak menentu dan tidak berdaya.
f. Diagnosa keperawatan IV
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana pengobatan b/d
pengetahuan / daya ingat d/d menyatakan masalah, menerima informasi
Intervensi :
 Bela penguatan pentingnya kerjasama dalam regimen pengobatan dan
mempertahankan perjanjian tindak lanjut
 Jelaskan tentang obat yang diresep bersamaan dengan rasional
 Sarankan untuk sering mengubah posisi, olaraga kaki saat baring
Rasionalisasi :
 Bila pasien tidak menerima realities bahwa membutuhkan pengobatan kontinyu,
maka perubahan perilaku tidak akan dipertahanakan
 Pemahaman bahwa TD tinggi dapat terjadi tanpa gejala adalah ini untuk
memungkinkan pasien melanjutkan pengobatan meskipun ketidak merasa sehat
 Faktor-faktor ini telah menunjukkan hubungan dalam menunjang hipertensi dan
penyakit kardiovaskular
 Nikotin meningkatakan pelepasan katekolomamin, mengakibatkan peningkatan
frekwensi jantung, TD fasokontriksi, mengurangi oksigenasi jaringan dan
meningkatkan beban kerja miokardium. (Doengoes et al, 2001 : 41-49)
g. Implementasi
Implementasi adalah proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategis
keperawatan (tindakan keperawatan) yaitu telah direncanakan. (Aziz Alimuml. 2001 : h
11)

18
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan pencegahan penyakit.
Pemulihan kesehatan dan mempasilitas koping perencanaan tindakan keperawatan akan
dapat dilaksanakan dengan baik. Jika klien mempunyai keinginan untuk berpatisipasi
dalam pelaksanaan tindakan keperawatan selama tahap pelaksanaan perawat terus
melakukan pengumpulan data dan memilih tindakan perawatan yang paling sesuai
dengan kebutuhan klien tindakan.

h. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap terakhir proses keperawatan dengan cara menilai sejauh
mana tujuan diri rencana keperawatan tercapai atau tidak. (Aziz Alimul. 2009 : hi 12)
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan.
Hal ini dapat dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan
respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan sehingga perawat dapat
mengambil keputusan:
1. Mengakhiri tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang
ditetapkan)
2. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu
yang lebih lama untuk mencapai tujuan) (lyer, at al, 1996)

19
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penyakit hipertensi adalah tekanan darah sistolik < 140 mmHg dan tekanan
distolik > 90 mmHg. Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak di
jumpai pada orang yang lanjut usia. Pada penerapan asuhan keperawatan pada
kenyataannya hampir seluruhnya ada pada tinjauan kasus. Pada tahap evaluasi dan
diagnosa keperawatan tertentu memerlukan tindakan keperawatan dalam proses
penyembuhan.
B. Saran
Kami dari penyusun sangat mengetahui bahwasanya makalah kami ini masih
memiliki kekurangan yang sangat banyak sehingga kami membutuhan kritikan maupun
setara serta masukan yang harapannya untuk kedepan dapat menjadi pelajaran dan guna
untuk memperbaiki makalah kami yang belum sempurna ini serta untuk instrospeksi
diri kita semua.

20

Anda mungkin juga menyukai