Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia

Vol. 17, No. 1, 2002, 91 - 104

PENGARUH KETIDAKPUASAN KONSUMEN, KARAKTERISTIK


KATEGORI PRODUK, DAN KEBUTUHAN MENCARI VARIASI
TERHADAP KEPUTUSAN PERPINDAHAN MEREK
Shellyana Junaidi
Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Basu Swastha Dharmmesta


Universitas Gadjah Mada

ABSTRACT

The objective of this study is to examine the partial and simultaneous effects of
customer dissatisfaction, characteristics of product category, and variety-seeking needs
on brand switching behavior. This study has tested the impact of the variety-seeking
needs as a moderating variable on brand switching behavior and provided an
DOWHUQDWLYH SHUVSHFWLYH RQ WKH FRQFHSW RI FRQVXPHUV¶ EUDQG OR\DOW\ 7KH EUDQG VZLWFKLQJ
approach can be very helpful in resolving problem and decision making related to brand
loyalty reinforcement. The results show two important findings. Firstly, the customer
dissatisfaction and variety-seeking needs were significantly related to brand switching
behavior, but the impact of characteristics of product category itself on brand switching
behavior was not significant. Secondly, the variety-seeking needs moderated the effects
of customer dissatisfaction and characteristics of product category on brand switching
behaviors. Some implications for future research are identified, including the choice of
products as research objects, dissatisfaction constructs, and the importance of inter-
customer interaction issues.
Key words: brand switching, customer dissatisfaction, characteristic products, variety-
seeking, involvement

PENDAHULUAN Ketiga aspek tersebut harus selaras, walaupun


dalam disonansi menunjukkan tidak semua
Ekuitas merek sangat penting bagi pemasar
kasus mengalami hal yang sama (Dharmmesta,
dan tingkat loyalitas merek dari pelanggan
1999). Menurut Dick dan Basu (1994),
menjadi pendukung utamanya. Dalam
loyalitas memerlukan konsistensi dari ketiga
kenyataan, merek banyak dianggap sebagai
struktur psikologis tersebut. Konsumen yang
identitas saja untuk membedakannya dengan
hanya mengaktifkan tahap kognitifnya adalah
pesaing. Oleh karena itu perusahaan perlu
konsumen yang paling rentan terhadap
mempertajam paradigmanya, tidak hanya
perpindahan merek karena adanya rangsangan
berusaha mencapai kepuasan pelanggan tetapi
pemasaran.
lebih pada pencapaian loyalitas pelanggan
(Bhote, 1995). Penelitian ini melihat dengan perspektif
yang berbeda tentang konsep loyalitas merek.
Loyalitas berkembang mengikuti tiga
Pendekatan perpindahan merek dapat
tahapan, yaitu kognitif, afektif, dan konatif.
92 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Januari

membantu para pemasar untuk menguatkan dengan perilaku pembelian, di mana konsumen
loyalitas merek yang dimilikinya. Namun melakukan perpindahan merek.
selama ini penelitian tentang perpindahan Oleh karena itu penelitian ini menguji
merek (brand switching) ini masih sedikit, baik pengaruh ketidakpuasan konsumen, karak-
dari sisi insentif untuk pindah merek maupun teristik kategori produk, dan kebutuhan
proses perpindahan itu sendiri (Dharmmesta, mencari variasi terhadap keputusan perpin-
1999). dahan merek. Selain itu, karena perilaku
Perilaku perpindahan merek pada mencari variasi merupakan faktor determinan
pelanggan merupakan suatu fenomena yang dalam perpindahan merek maka diujikan
kompleks yang dipengaruhi oleh faktor-faktor pengaruh ketidakpuasan konsumen dan
keperilakuan, persaingan, dan waktu karakteristik kategori produk yang dimoderasi
(Srinivasan, 1996). Menurut Van Trijp, Hoyer, kebutuhan mencari variasi terhadap keputusan
dan Inman (1996) perpindahan merek yang perpindahan merek.. Dalam penelitian ini
dilakukan konsumen disebabkan oleh digunakan produk-produk toiletries yaitu
pencarian variasi. Sedangkan menurut Assael shampo, pasta gigi, dan sabun mandi sebagai
(1995) perpindahan merek terjadi pada produk- objek penelitian. Ketiga produk ini merupakan
produk dengan karakteristik keterlibatan kelompok produk yang memiliki loyalitas
pembelian yang rendah. Tipe perilaku konsumen yang relatif tinggi, seperti yang
konsumen dalam pengambilan keputusan dinyatakan Schiffman dan Kanuk (1994).
pembelian yang cenderung melakukan
perpindahan merek adalah pengambilan
KONSEP LOYALITAS PELANGGAN
keputusan terbatas dan inersia.
Seorang konsumen yang mengalami Loyalitas pelanggan didefinisikan sebagai
ketidakpuasan pada masa pasca-konsumsi konsep yang menekankan pada runtutan
mempunyai kemungkinan akan merubah pembelian seperti yang dikemukakan oleh Dick
perilaku keputusan belinya dengan mencari dan Basu (1994), proporsi pembelian dan
alternatif merek lain pada konsumsi berikutnya probabilitas pembelian. Sedangkan pengertian
untuk meningkatkan kepuasannya. Di samping loyalitas merek yang didasarkan pada
itu karakteristik kategori produk juga pendekatan keperilakuan dapat diklarifikasikan
mempengaruhi perilaku konsumen dalam dengan pendekatan attitudinal sebagai komit-
mencari variasi. Karakteristik kategori produk men psikologis dan pendekatan keperilakuan
menurut Van Trijp, Hoyer, dan Inman (1996) yang tercermin dalam perilaku beli aktual (lihat
meliputi keterlibatan, perbedaan persepsi juga Dharmmesta, 1999).
diantara merek, fitur hedonis, dan kekuatan Menurut Mowen dan Minor (1998),
preferensi. Namun perilaku mencari variasi loyalitas merek diartikan sebagai kondisi di
yang dilakukan konsumen hanya dilakukan mana konsumen mempunyai sikap positif
untuk suatu kategori produk tertentu dan tidak terhadap sebuah merek, mempunyai komitmen
untuk kategori produk yang lainnya. pada merek tersebut, dan mermaksud mene-
Keputusan pembelian suatu produk tertentu ruskan pembeliannya di mana mendatang.
termasuk dalam tahapan konasi dan tindakan Sedangkan Boulding dan kawan-kawan (1993)
atau menurut Bagozzi dan Warshaw (1990), mengemukakan bahwa terjadinya loyalitas
hubungan ini disebutkan sebagai kemauan atau merek pada konsumen disebabkan oleh adanya
mencoba mengkonsumsi. Jadi penelitian ini pengaruh kepuasan/ketidakpuasan dengan
membahas tentang keputusan membeli kembali merek tersebut yang terakumulasi secara terus
suatu kategori produk yang sama berhubungan
2002 Shellyana & Dharmmesta 93

menerus di samping adanya persepsi tentang puas adalah kualitas. Kualitas dapat digunakan
kualitas produk. pemasar untuk mengembangkan loyalitas
Loyalitas mempunyai pola pembelian ulang merek dari konsumennya. Jika pemasar
pada merek fokal yang merupakan loyalitas memperhatikan kualitas dan diperkuat dengan
psikologisnya maka yang terjadi adalah periklanan yang intensif, loyalitas konsumen
loyalitas sesungguhnya atau loyalitas pada pada merek yang ditawarkan akan lebih mudah
merek tunggal. Pendeteksian adanya loyalitas diperoleh.
merek tunggal yang sesungguhnya dapat
dilakukan dengan menguji: KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN
1. Struktur keyakinan (kognitif), artinya Proses konsumen mengambil keputusan
informasi merek yang dipegang oleh pembelian yang harus dipahami oleh pemasar
konsumen (keyakinan konsumen) harus perusahaan dengan tujuan untuk membuat
menunjuk pada merek fokal yang dianggap strategi yang tepat. Proses pembuatan
superior dalam persaingan. keputusan konsumen dalam membeli produk-
2. Struktur sikap (afektif), artinya tingkat produk tidak dapat dianggap sama. Pembelian
kesukaan konsumen harus lebih tinggi dari pasta gigi mempunyai proses yang berbeda
pada merek saingan, sehingga terdapat dengan pembelian sabun mandi atau shampo.
preferensi afektif yang jelas pada merek Henry Assael (1995) mengembangkan suatu
fokal. tipologi dari proses pengambilan keputusan
3. Struktur niat (konatif) konsumen terhadap konsumen yang berdasarkan pada dua dimensi,
merek fokal, artinya konsumen harus yaitu (1) tingkat pengambilan keputusan dan
mempunyai niat untuk membeli merek (2) tingkat keterlibatan dalam pembelian.
fokal, bukannya merek lain, ketika Terdapat empat jenis proses pembelian
keputusan beli dilakukan. konsumen, yaitu: pengambilan keputusan yang
kompleks, pengambilan keputusan yang
Dick dan Basu (1994) menciptakan suatu terbatas, kesetiaan pada merek, dan inertia.
model terintegrasi tentang loyalitas. Mereka Pembelian yang memiliki keterlibatan rendah,
beranggapan bahwa loyalitas memerlukan menghasilkan perilaku pengambilan keputusan
konsistensi dari ketiga struktur psikologis yang terbatas. Konsumen kadang-kadang
terhadap merek fokal. Pengertian tentang sikap melakukan pengambilan keputusan, walaupun
relatif melibatkan upaya pembandingan sikap memiliki keterlibatan yang rendah terhadap
menyangkut merek karena sikap relatif produk. Hal ini terjadi karena pengalaman
merupakan tingkat di mana evaluasi konsumen masa lalu yang kurang terhadap produk.
terhadap satu merek mendominasi merek Konsumen kurang memahami kategori produk,
lainnya. Menurut kedua peneliti tersebut bahwa pencarian informasi, dan evaluasinya lebih
loyalitas yang sesungguhnya terjadi hanya saat terbatas dibandingkan dengan proses yang
pola pengulangan muncul bersama sikap relatif kompleks. Contoh produknya adalah macam-
yang tinggi. Untuk melengkapi runtutan macam makanan ringan, sereal, dan lain
loyalitas, Dharmmesta (1999) menambahkan sebagainya. Pengambilan keputusan yang
satu tahapan lagi yaitu loyalitas tindakan atau terbatas juga terjadi jika konsumen mencari
keperilakuan. variasi. Jika keterlibatan rendah maka
Konsumen yang mendapat kepuasan atas konsumen akan mudah berganti merek karena
produk yang dibelinya cenderung melakukan kebosanan dan mencoba merek lain. Perilaku
pembelian ulang produk yang sama. Salah satu mencari variasi terjadi jika resiko kecil dan
faktor penting yang dapat membuat konsumen
94 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Januari

sedikit atau tidak ada komitmen terhadap suatu eksplorasi yang dilakukan oleh orang lain, dan
merek. keinovativan penggunaan (Schiffman dan
Kanuk, 1994).
KETIDAKPUASAN KONSUMEN PASCA Di samping itu karakteristik kategori
PEMBELIAN produk juga mempengaruhi perilaku konsumen
dalam mencari variasi. Karakteristik kategori
Ketidakpuasan konsumen dapat timbul produk menurut Van Trijp, Hoyer, dan Inman
karena adanya proses informasi dalam evaluasi (1996) meliputi keterlibatan, perbedaan
terhadap suatu merek. Konsumen akan persepsi diantara merek, fitur hedonis, dan
menggunakan informasi masa lalu dan masa kekuatan preferensi.
sekarang untuk melihat merek-merek yang
memberikan manfaat yang mereka harapkan.
Kepuasan konsumen adalah fungsi seberapa HUBUNGAN KETIDAKPUASAN
dekat harapan konsumen atas suatu produk KONSUMEN, KARAKTERISTIK
dengan kinerja yang dirasakan atas produk KATEGORI PRODUK, DAN
tersebut. Jika kinerja produk lebih rendah dari KEBUTUHAN MENCARI VARIASI
pada harapan konsumen, maka konsumen akan Pengambilan keputusan perpindahan merek
mengalami ketidakpuasan. Konsumen mem- yang dilakukan konsumen terjadi karena
bentuk harapan mereka berdasarkan pesan adanya ketidakpuasan yang diterima konsumen
yang diterima dari produsen. Jika produsen setelah melakukan pembelian. Ketidakpuasan
melebih-lebihkan manfaat suatu produk, konsumen ini muncul karena pengharapan
harapan konsumen tidak akan tercapai konsumen tidak sama atau lebih tinggi daripada
sehingga mengakibatkan ketidakkpuasan kinerja yang diterimanya dari pemasar. Hal ini
(Kotler, 1997). Hasil evaluasi merek yang menimbulkan ketidakpuasan yang dapat
dilakukan konsumen adalah niat atau keinginan mempengaruhi sikap dan niat untuk melakukan
membeli, atau tidak membeli melalui proses pembelian pada masa konsumsi berikutnya.
pengambilan keputusan yang kompleks
(Assael, 1995). Isu-isu penting yang masih menarik untuk
diteliti tentang perpindahan merek ini adalah
pertama, analisis konseptual tentang kebutuhan
KEBUTUHAN MENCARI VARIASI perilaku mencari variasi (variety-seeking) yang
Identifikasi pelanggan yang suka mencoba dibedakan berdasar pada motivasi intrinsik dan
produk baru adalah penting bagi pemasar. motivasi ekstrinsik. Mayoritas penelitian sebe-
Mereka biasanya disebut sebagai penemu yang lumnya tidak memperhatikan pada perbedaan
sangat mendukung keberhasilan suatu produk ini karena diasumsikan bahwa seluruh
atau jasa yang baru. Ciri kepribadian sangat perpindahan merek yang dilakukan konsumen
penting untuk membedakan antara konsumen disebabkan karena mencari variasi. Kedua,
penemu dan bukan penemu. Menurut Rogers penelitian sebelumnya lebih memfokuskan
(1983), konsumen penemu adalah mereka yang pada perbedaan karakteristik individual dalam
pertama kali membeli suatu produk baru dan menjabarkan tentang perilaku mencari variasi.
mereka hanya 2,5% dari seluruh konsumen Namun menurut Van Trijp, Hoyer, dan
aktual yang mengadopsi suatu produk. Inman (1996) menyatakan bahwa perilaku
Salah satu faktor yang mendorong ciri mencari variasi merupakan suatu fenomena
kepribadian adalah pencarian variasi yang baru. yang dilakukan konsumen hanya untuk
Beberapa tipe konsumen yang mencari variasi kategori produk khusus tidak untuk kategori
mempunyai ciri-ciri perilaku beli eksploratori, produk yang lainnya. Oleh karena itu
2002 Shellyana & Dharmmesta 95

pendekatan dalam menjelaskan perilaku dibelinya, mereka hanya memerlukan sedikit


mencari variasi dibedakan antara strategi proses untuk suatu informasi merek. Tetapi
keputusan, variabel situasional yang ada, dan bagi konsumen yang berpindah merek tidak
faktor normatif lainnya. Jadi perilaku mencari memiliki suatu merek khusus di benaknya dan
variasi merupakan fungsi variabel perbedaan tidak dapat memutuskan dengan cepat,
individu dan persepsi terhadap kategori produk. sehingga mereka membutuhkan proses yang
Menurut penelitian yang dilakukan Leclerc relatif lama untuk informasi merek.
dan Little (1997), motivasi seorang konsumen Mengacu dari penelitian-penelitian sebe-
untuk memproses informasi merek tergantung lumnya tentang perpindahan merek maka
pada loyalitas merek atau komitmen dan dalam penelitian ini dapat disusun kerangka
tingkat keterlibatan mereka pada suatu kategori konseptual penelitian tentang keputusan
produk. Pelanggan yang loyal segera perpindahan merek seperti terlihat dalam
memutuskan suatu merek tertentu untuk Gambar 1.

KARAKTERISTIK KATEGORI
PRODUK:
ƒ Keterlibatan
ƒ Perbedaan persepsi diantara
merek
ƒ Karakteristik hedonis
ƒ Kekuatan preferensi KEPUTUSAN
PERPINDAHAN MEREK

KETIDAKPUASAN KONSUMEN

KEBUTUHAN
MENCARI VARIASI

Gambar 1. Kerangka Konseptual Penelitian

Dari penjabaran tentang kebutuhan mencari H2 : Karakteristik kategori produk ber-


variasi, ketidakpuasan konsumen, karakteristik pengaruh secara signifikan terhadap
kategori produk, dan keputusan perpindahan keputusan perpindahan merek.
merek maka dapat dirumuskan hipotesis H3 : Kebutuhan mencari variasi berpengaruh
sebagai berikut : secara signifikan pada keputusan
H1 : Ketidakpuasan konsumen berpengaruh perpindahan merek.
secara signifikan terhadap keputusan H4 : Pengaruh ketidakpuasan konsumen dan
perpindahan merek. karakteristik kategori produk produk
96 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Januari

terhadap keputusan perpindahan merek pada 400 responden. Kuesioner yang


yang dilakukan konsumen tergantung dikembalikan oleh responden sebanyak 378
pada kebutuhan mencari variasi. kuesioner, jadi tingkat responsinya sebesar
94,5%. Kuesioner yang terjawab lengkap
dengan baik dan layak dianalisis dalam
METODE PENELITIAN
penelitian ini sebanyak 343 kuesioner. Dari ke-
Sampel 343 responden tersebut didapatkan responden
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 162 orang
Teknik penentuan sampel secara non
(47,23%) dan perempuan sebanyak 181 orang
probabilitas yang digunakan dalam penelitian
(52,77%). Rata-rata pendapatan atau uang saku
ini adalah penyampelan secara purposif, yaitu
responden per bulan sebesar Rp 261.680,00
pengambilan sampel yang didasarkan pada
dengan rata-rata pengeluaran per bulan sebesar
pertimbangan untuk menyesuaikan diri dengan
Rp 222.110,00, sedangkan rata-rata umur
beberapa kriteria penelitian agar dapat
responden 21,3 tahun.
meningkatkan ketepatan sampel (Cooper &
Emory, 1995). Kriteria tersebut adalah bahwa
responden dalam tiga bulan terakhir secara Instrumen Penelitian
periodik melakukan keputusan pembelian
Penelitian ini mengadopsi instrumen
produk shampo, pasta gigi, dan sabun mandi
pengukuran yang telah dikembangkan dan diuji
serta melakukan perpindahan merek. Di
validitas dan reliabilitasnya oleh para peneliti
samping itu responden melakukan pembelian
sebelumnya. Tiap pengukuran berisi
ketiga produk tersebut pada masa mendatang.
sekumpulan indikator berupa pertanyaan.
Subyek penelitian ini adalah mahasiswa
Responden diminta menunjukkan persetujuan
perguruan tinggi di Daerah Istimewa
atau ketidaksetujuannya pada setiap pertanyaan
Yogyakarta.
(item) yang diberi skala interval (Skala Likert)
5 poin. Variabel-variabel yang menjadi
Teknik Pengumpulan Data, Tingkat komponen penyusunan kuesioner dapat
Responsi Dan Profil Responden dijelaskan sebagai berikut.
Penelitian ini menggunakan metode survei.
Data primer dikumpulkan dengan melakukan Ketidakpuasan Konsumen
penyebaran kuesioner. Kuesioner penelitian ini
Kepuasan konsumen adalah fungsi seberapa
disebarkan kepada mahasiswa perguruan tinggi
dekat harapan konsumen atas suatu produk
di Yogyakarta secara pribadi dan identitas
dengan kinerja yang dirasakan atas produk
responden dirahasiakan. Setiap responden
tersebut. Hal ini terjadi setelah dilakukan
diminta untuk mengisi tiga perangkat kuesioner
pembelian atau penggunaan produk oleh
sesuai dengan tiga kelompok produk yang
konsumen. Jika kinerja produk lebih rendah
diteliti, yaitu shampo, pasta gigi, dan sabun
daripada harapan konsumen, maka konsumen
mandi.
akan mengalami ketidakpuasan. Konsumen
Besarnya sampel yang diambil dalam membentuk harapan mereka berdasarkan pesan
penelitian ini adalah 400 orang. Penentuan yang diterima dari produsen. Jika produsen
sampel bedasarkan kuota ini diperkirakan melebih-lebihkan manfaat suatu produk,
cukup representatif mengingat keterbatasan harapan konsumen menjadi sulit tercapai
sumber yang dimiliki peneliti dan tidak sehingga mengakibatkan ketidakpuasan
terketahuinya secara pasti besarnya populasi. (Kotler, 1997). Pengukuran ketidakpuasan
Dalam penelitian ini disebarkan 400 kuesioner konsumen ini berdasarkan pada tiga item
2002 Shellyana & Dharmmesta 97

pertanyaan yang diambil dari ukuran kepuasan Menurut Kahn dan Lehmann (1991) seperti
yang dikembangkan oleh Oliver (1993) untuk dikutip oleh Van Trijp, Hoyer, dan Inman
menunjukkan ketidakpuasan konsumen pasca (1996), suatu produk itu berhubungan erat
beli. Reliabilitas ketidakpuasan konsumen dengan afektif. Misalnya makanan,
dalam penelitian ini (D = 0,89). Setiap item minuman ringan, dan restoran, diperlukan
pertanyaan tersebut dinilai dengan Skala Likert variasi yang lebih banyak karena dapat
dengan skor 1 sampai dengan 5, yaitu dari menyebabkan rasa bosan. Dua item yang
sangat tidak setuju (STS) sampai sangat setuju digunakan sebagai pengukuran dalam
(SS). penelitian mereka yang memiliki
reliabilitas tinggi (D = 0,80). Hasil
reliabilitas dalam penelitian ini hanya
Karakteristik Kategori Produk
sebesar D = 0,41. Namun demikian,
Tingkat karakteristik kategori produk ini variabel fitur hedonis tetap dimasukkan
menurut Van Trijp, Hoyer, dan Inman (1996) dalam pengolahan data selanjutnya karena
terdiri atas: pengujian hipotesis 1, hipotesis 2, dan
1. Keterlibatan. hipotesis 3 tidak diintepretasikan secara
parsial setiap sub variabel dari karakteristik
Ini berkaitan dengan pilihan produk dan kategori produk.
perilaku memilih yang dilakukan kon-
sumen. Pembelian produk dengan 4. Kekuatan preferensi.
keterlibatan rendah menyebabkan mudah Ini menggambarkan ketika konsumen lebih
terjadinya perilaku mencari variasi cenderung memiliki berbagai preferensi
dibandingkan dengan pembelian produk merek maka perilaku mencari variasi akan
dengan keterlibatan tinggi. Pengukuran semakin tinggi sehingga mempengaruhi
keterlibatan ini dilakukan dengan perpindahan merek. Pengukuran variabel
menggunakan tiga item pertanyaan yang ini menggunakan satu item pertanyaan
diadopsi dari Van Trijp, Hoyer, dan Inman tentang seberapa banyak preferensi merek
(1996) yang telah diukur reliabilitasnya suatu kategori produk yang dimiliki oleh
dalam penelitian ini (D = 0,66). seorang konsumen. Skala yang digunakan
2. Perbedaan persepsi diantara merek. 5 poin dari tidak memiliki preferensi
sampai memiliki banyak preferensi.
Ini menggambarkan bahwa ketika seorang
konsumen membuat pilihan produk secara 5. Frekuensi pembelian.
implisit ia akan mengukur seberapa bagus Ini menggambarkan bahwa semakin sering
atribut yang ditawarkan dari berbagai keputusan pembelian ulang suatu kategori
variasi merek sehingga dapat memuaskan produk dilakukan, semakin tinggi tingkat
kebutuhannya. Jika satu merek atau lebih kejenuhan dalam pilihan pembelian dan
dipersepsikan mempunyai kualitas lebih menyebabkan perilaku mencari variasi
tinggi maka merek ini akan dipilih secara yang semakin tinggi. Frekuensi pembelian
konsisten pada masa mendatang. Untuk ini diukur dengan jumlah keputusan
pengukurannya digunakan tiga item pembelian yang dilakukan dari suatu
pertanyaan dari pengembangan Van Trijp, kategori produk selama periode tiga bulan
Hoyer, dan Inman (1996) yang telah diukur terakhir.
reliabilitasnya (D = 0,65). 6. Runtutan pilihan merek.
3. Fitur hedonis. Ini menunjukkan tipe pembelian dalam
pilihan merek yang ada berdasar variasi
98 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Januari

perpindahan merek yang dilakukan. sedangkan jika tetap melakukan pembelian


Klasifikasi runtutan pilihan merek ini ulang untuk merek yang sama diberi skor 1.
disebut Klasifikasi Brown yang kemudian
dimodifikasi oleh Mowen dan Minor
Pengujian Validitas
(1998). Klasifikasi ini dibagi menjadi
undivided loyalty (AAAAAAAA), divided Pengujian hipotesis sangat dipengaruhi oleh
loyalty (ABABAB), occasional switch kualitas data. Data penelitian tidak akan
(AABAAACAADA), unstable loyalty atau berguna apabila pengukuran instrumen yang
switch loyalty (AAAABBBB), dan no digunakan tidak memperlihatkan reliabilitas
loyalty atau brand indifference dan validitas yang tinggi (Cooper dan Emory,
(ABCDBACD). Dalam penelitian ini, 1995). Oleh karena itu, pada tahap awal
karena yang diukur adalah perpindahan penelitian perlu dilakukan pengujian validitas
merek maka klasifikasi undivided loyalty dan reliabilitas terhadap instrumen penelitian.
tidak dijadikan pilihan dalam kuesioner. Walaupun item-item dalam penelitian ini sudah
dinyatakan valid dan reliabel dalam pengujian
penelitian terdahulu, namun perlu diuji kembali
Kebutuhan Mencari Variasi
validitas dan reliabilitasnya.
Kebutuhan intrinsik konsumen terhadap Analisis faktor digunakan dalam penelitian
variasi dalam penelitian ini dioperasionalisasi- ini karena merupakan salah satu metode
kan melalui skala Exploratory Acquisition of statistik multivariat yang mempunyai tujuan
Products (EAP) (Baumgartner dan Steenkamp, utama meringkas atau mengurangi data atau
1996) untuk mengukur kecenderungan variabel yang akan diperlukan untuk dianalisis.
konsumen mencari stimulasi dalam pembelian Pada umumnya analisis faktor dapat digunakan
produk melaui pilihan dan variasi produk yang untuk menentukan pola atau hubungan yang
inovatif serta merubah pembelian atau mendasari sejumlah variabel dan menentukan
pengalaman mengkonsumsi suatu produk. apakah informasi diringkas dalam sejumlah
Enam item pertanyaan dalam skala EAP ini faktor yang lebih kecil (Hair et al., 1998; SPSS
menggunakan skor lima poin Skala Likert. Inc., 1998).
Keenam pertanyaan tersebut telah diukur
reliabilitasnya (D = 0,77). Karena item-item pernyataan dalam
kuesioner diadopsi dari penelitian sebelumnya
dengan beberapa modifikasi maka analisis
Keputusan Perpindahan Merek faktor yang dilakukan bersifat konfirmatori.
Dalam penelitian ini keputusan pembelian Oleh karena itu untuk menyesuaikan dengan 6
merupakan variabel yang digunakan untuk faktor tersebut dilakukan rotasi dengan
mengukur sampai seberapa jauh konsumen pendekatan varimax agar membuat unrotated
ingin membeli kembali merek terakhir suatu factor loadings yang besar menjadi lebih besar
kategori produk tertentu apabila suatu waktu dan sebaliknya unrotated factor loadings yang
memerlukannya. Namun karena penelitian ini kecil menjadi lebih kecil, sehingga hasilnya
berkaitan dengan perpindahan merk maka akan lebih mudah untuk diintepretasikan.
digunakan ukuran satu item pertanyaan apakah Kevalidan suatu item pertanyaan dapat
responden akan pindah merek atau melakukan ditentukan dengan mengunakan pengukuran
pembelian ulang dengan merek yang sama. Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) yang menunjuk-
Oleh karena itu skala yang digunakan adalah kan suatu pengukuran homogenitas dari
skala nominal, yaitu jika responden melakukan variabel-variabel penelitian. Semakin tinggi
perpindahan merek maka akan diberi skor 2 nilai KMO semakin valid suatu item
2002 Shellyana & Dharmmesta 99

pertanyaan. Batas ukuran validitas menurut produk rokok putih, rokok kretek, dan
Kaiser dan Rice (1974) yang dikutip oleh minuman bir yang jelas memberikan rasa
Sharma (1996) menyatakan bahwa nilai KMO kenikmatan bagi konsumen yang meng-
sebesar 0,50 baik positif maupun negatif masih konsumsinya, sedangkan penelitian ini objek
dapat ditoleransi untuk diterima sebagai penelitiannya adalah produk toiletries yang
instrumen penelitian. Dalam penelitian ini, mempunyai karateristik produk yang berbeda.
hasil analisis faktor yang memiliki nilai KMO Namun secara keseluruhan dapat dikatakan
kurang dari 0,50 hanya satu item pertanyaan, bahwa instrumen penelitian ini handal.
yaitu fitur hedonis dengan nilai sebesar ±0,488.
Analisis faktor dalam penelitian ini merupakan
HASIL DAN PEMBAHASAN
analisis konfirmatori maka seluruh item yang
mewakili suatu variabel tertentu tidak harus Hasil pengumpulan data dari 343 orang
terletak pada satu faktor atau komponen responden didapatkan merek-merek produk
asalkan masih tetap memiliki nilai KMO lebih toiletries yang terlibat dalam penelitian ini,
dari 0,50 (Sharma, 1996). Namun karena yaitu 36 merek shampo, 18 merek pasta gigi,
pertimbangan bahwa item pertanyaan tersebut dan 48 merek sabun mandi. Keputusan
diadopsi dari instrumen penelitian sebelumnya perpindahan merek yang dilakukan konsumen
yang hanya terdiri dari dua item pertanyaan mayoritas didasarkan pada motivasi intrinsik
maka item tersebut tidak dihilangkan dan tetap yaitu ingin mencoba suatu produk baru
diolah menjadi hasil dari data penelitian ini. Di (24,44%) dan ingin mendapatkan suatu
samping itu menurut Cronbrach (1951) perubahan (23,09%).
menyatakan bahwa koefisien lebih dari 0,30 Tingkat loyalitas konsumen untuk ketiga
dianggap valid. produk toiletries tersebut relatif tinggi, yaitu
shampo 54,23%, pasta gigi 59,77%, dan sabun
Pengujian Reliabilitas mandi 56,56%. Hasil ini konsisten dengan
penelitian Dow Jones (1989) yang dikutip
Reliabilitas dapat diukur dengan menggu- Schiffman dan Kanuk (1994). Sedangkan
nakan koefisien Cronbach alpha yang runtutan pilihan merek produk-produk tersebut
dihasilkan dari analisis faktor. Instrumen sebagian besar termasuk dalam kategori switch
penelitian disebut handal apabila hasil loyalty atau unstable loyalty dengan pola
pengujian menunjukkan alpha lebih besar dari pembelian ulang AAAABBBB (Mowen &
0,7 (Sekaran, 1992). Hasil pengujian Minor, 1998). Jadi bila seorang konsumen yang
reliabilitas dalam penelitian ini adalah sebagai melakukan keputusan perpindahan merek akan
berikut: karakteristik kategori produk yang melakukan proses pencarian informasi, dengan
terdiri atas keterlibatan rendah mempunyai pertimbangan pada banyak alternatif merek
koefisien D = 0,66, perbedaab persepsi diantara tetapi keterlibatan mereka terhadap produk
merek mempunyai koefisien D = 0,65, fitur rendah. Hasil ini sesuai dengan jenis
hedonis mempunyai koefisien D = 0,41, dan pengambilan keputusan yang dijelaskan Assael
kebutuhan mencari varitas mempunyai (1995), bahwa ketiga produk tersebut termasuk
koefisien D = 0,77. Variabel ketidakpuasan dalam pengambilan keputusan terbatas.
konsumen mempunyai koefisien D = 0,89. Dari Sedangkan frekuensi pembelian rata-rata dalam
hasil tersebut terlihat nilai koefisien D hampir periode tiga bulan adalah antara dua sampai
mendekati 0,7, kecuali fitur hedonis. Hal ini tiga kali, kecuali untuk produk sabun mandi
dapat dijelaskan karena penelitian terdahulu yang mempunyai tingkat frekuensi pembelian
yang direplikasi dari Van Trijp, Hoyer, dan lebih tinggi.
Inman (1996) objek penelitiannya adalah
100 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Januari

Untuk menguji hipotesis penelitian mencari variasi terhadap keputusan perpin-


digunakan analisis regresi linier berganda. dahan merek dari masing-masing produk
Hasil analisis ini digunakan untuk menguji toiletries. Tabel 1 menunjukkan ringkasan hasil
pengaruh ketidakpuasan konsumen, karak- pengujian hipotesis 1, 2, dan 3.
teristik kategori produk, dan kebutuhan

Tabel 1. Hasil Pengujian Hipotesis dengan Regresi Berganda

Variabel Independen Shampo Pasta Gigi Sabun Mandi


Ketidakpuasan Konsumen 0,000*** 0,000*** 0,000***
Karakteristik Kategori Produk 0,601 0,206 0,096+
Kebutuhan Mencari Variasi 0,056+ 0,003* 0,000***

F- ratio 13,316 19,247 19,664


R kuadrat 0,105 0,146 0,148
+
p < 0,10
* p < 0,05
** p < 0,025
*** p < 0,001
Tabel 1 tersebut menunjukkan bahwa pengaruh terjadinya dampak interaksi antara
ketidakpuasan konsumen berpengaruh secara variabel dependen dan independen. Pada
signifikan terhadap keputusan perpindahan kenyataannya interaksi yang terjadi menyebab-
merek (p<0,001). Temuan ini konsisten dan kan variabel independen memoderasi dirinya
mendukung hipotesis1, artinya Ho ditolak dan sendiri. Hal ini berarti terjadi multikolinearitas
Ha diterima. Dari hasil analisis ternyata diantara variabel independen. Oleh karena itu
karakteristik kategori produk tidak berpengaruh untuk menentukan apakah pengaruh variabel
secara signifikan terhadap keputusan moderating signifikan dalam penelitian ini
perpindahan merek kecuali pada produk sabun ditentukan oleh model yang tidak termoderasi,
mandi (p<0,10). Jadi hasil temuan ini secara kemudian mengestimasi hubungan moderasi
keseluruhan tidak mendukung hipotesis 2, diantara variabel independen. Apabila terjadi
artinya Ho diterima dan Ha ditolak. Sedangkan perubahan koefisien determinansi berarti secara
untuk variabel kebutuhan mencari variasi statistik pengaruh variabel moderating
mempunyai pengaruh positif dan signifikan signifikan (Hair et al, 1998). Jadi hanya
terhadap keputusan perpindahan merek pengaruh secara incremental yang diukur,
(p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa temuan bukan secara parsial setiap variabel. Hasil
ini konsisten dengan hipotesis 3, artinya Ho regresi linier berganda dengan efek moderator
ditolak dan Ha diterima. ini digunakan untuk menguji hipotesis keempat
Adanya moderating variable, yaitu dan kelima. Hasil analisis tersebut disajikan
kebutuhan mencari variasi, dapat memberikan dalam Tabel 2.
2002 Shellyana & Dharmmesta 101

Tabel 2. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda dengan Efek Moderator

Keterangan Shampo Pasta Gigi Sabun Mandi


R2 (persamaan tak-termoderasi) 0,141 0,152 0,155
R2 (persamaan termoderasi) 0,153 0,175 0,169
p < 0,000

Hasil analisis dalam Tabel 2 mendukung Implikasi Manajerial


hipotesis 4 karena terdapat pengaruh yang
Sebagai suatu penelitian empiris, penelitian
signifikan bahwa pengaruh karakteristik
ini dapat menghasilkan temuan-temuan yang
kategori produk terhadap keputusan
bermanfaat bagi pemasar-pemasar produk yang
perpindahan merek yang dilakukan konsumen
rentan terhadap perpindahan merek karena
dimoderasi pada kebutuhan mencari variasi,
karakteristik kategori produknya atau karena
artinya Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini
ketidakpuasan konsumen. Hasil temuan
dapat dilihat dari perubahan peningkatan R2
penelitian ini dapat dimanfaatkan bagi para
(persamaan tak-termoderasi) ke R2 (persamaan
pemasar untuk semakin mengenali kepuasan
termoderasi) untuk ketiga macam produk
dan ketidakpuasan konsumennya sehingga
toiletries yang diteliti.
dapat menciptakan suatu strategi yang dapat
Dari hasil penelitian jelas menunjukkan memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen
bahwa ketidakpuasan konsumen merupakan yang pada akhirnya dapat meningkatkan
faktor penting yang sangat mempengaruhi pangsa pasar dan profitabilitasnya.
keputusan perpindahan merek secara
Dengan demikian perusahaan-perusahaan
signifikan. Namun dalam penelitian ini variabel
yang menggunakan pemasaran modern
ketidakpuasan konsumen yang pada
diharapkan mulai memperhatikan citra
kenyataannya merupakan faktor yang sangat
mereknya sehingga dapat meningkatkan
kompleks dalam mempengaruhi perilaku
kepuasan pelanggan total (Kotler, 1997). Selain
seseorang. Ini dibuat sedemikian sederhana,
itu pemasar mampu melakukan strategi variasi
yaitu hanya dengan tiga item pertanyaan yang
produknya dan memberikan stimuli yang tepat
diadopsi dari Oliver (1993). Terdapat banyak
seperti periklanan, promosi, kupon, bonus serta
faktor yang mempengaruhi seorang konsumen
penentuan harga yang tepat (Nucifora, 1998).
untuk menjadi tidak puas. Di samping itu,
Jika strategi dan stimuli yang dilakukan
seorang konsumen yang mengalami
perusahaan sesuai dengan kebutuhan konsumen
ketidakpuasan akan melakukan berbagai reaksi
maka konsumen akan melakukan pembelian
berpindah merek seperti komunikasi dari mulut
ulang dan memberi rekomendasi ke orang lain
ke mulut (word-of-mouth) terhadap orang lain
untuk membeli merek tersebut (Aaker, 1991).
di sekitarnya atau mengajukan keluhan
langsung pada perusahaan (Keaveney, 1995). Inovator konsumen merupakan faktor yang
Penelitian ini tidak membahas permasalahan menunjang keberhasilan suatu produk baru
ketidakpuasan konsumen sampai sejauh itu. diadopsi oleh konsumen potensial. Namun
pada kenyataannya terdapat hambatan berupa
penolakan konsumen terhadap inovasi, yaitu
IMPLIKASI berupa hambatan fungsional yang meliputi
Temuan-temuan di muka menimbulkan hambatan penggunaan, hambatan nilai, dan
beberapa implikasi baik implikasi manajerial hambatan resiko. Di samping itu hambatan
maupun implikasi untuk penelitian mendatang. psikologis yang terdiri atas hambatan tradisi
102 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Januari

dan hambatan citra dapat menjadi hambatan Karena penelitian ini lebih diarahkan untuk
yang cukup berarti bagi konsumen yang akan melihat motivasi intrinsik konsumen dalam
melakukan pencarian variates yang baru melakukan keputusan perpindahan merek maka
(Schiffman dan Kanuk, 1994). Untuk tidak melihat motivasi ekstrinsik yang dapat
mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi dilakukan pemasar dan mempengaruhi perilaku
para pemasar dapat menggunakan strategi keputusan perpindahan merek. Jadi untuk
pemasaran antara lain dengan strategi produk, penelitian mendatang akan lebih menarik jika
strategi komunikasi, strategi harga, dan strategi pendekatan motivasi instrinsik dan motivasi
pasar. ekstrinsik digabungkan untuk melihat perilaku
Pada sisi yang lain perilaku perpindahan perpindahan merek yang dilakukan konsumen
ternyata tidak hanya dipengaruhi oleh karena mempertimbangkan strategi pemasaran
ketidakpuasan konsumen, karakteristik kategori yang dilakukan oleh para pemasar.
produk, dan kebutuhan mencari variasi, namun Hasil penelitian perilaku konsumen yang
juga dipengaruhi oleh himpunan pertimbangan melakukan perpindahan merek pada produk
(consideration set), pencarian pengecer toiletries yaitu shampo, pasta gigi, dan sabun
(Sambandam dan Lord, 1995), periklanan mandi di Daerah Istimewa Yogyakarta ini
(Deighton, Henderson, dan Neslin, 1994; menunjukkan bahwa ketidakpuasan konsumen
Grover dan Srinivasan, 1992), promosi harga dan kebutuhan mencari variasi mempengaruhi
(Kahn dan Louie, 1990), dan strategi pilihan keputusan perpindahan merek secara signifi-
pelanggan dalam melakukan berbagai kan. Namun karakteristik kategori produk tidak
pembelian (Simonson, 1990). Oleh karena itu, mempengaruhi keputusan perpindahan merek
perusahaan yang produknya rentan terhadap secara signifikan.
perpindahan merek hendaknya memberikan Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
fasilitas pelayanan terhadap adanya perilaku pengaruh variabel moderating yaitu kebutuhan
perpindahan konsumen dengan komunikasi mencari variasi mempengaruhi terjadinya
pemasaran (Keaveney, 1995). dampak interaksi antara ketidakpuasan
konsumen dan karakteristik kategori produk
Implikasi untuk Penelitian Mendatang terhadap keputusan perpindahan merek secara
signifikan. Penelitian mendatang akan lebih
Dalam penelitian mendatang untuk topik baik jika diarahkan untuk mengembangkan
perpindahan merek perlu mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi
pemilihan obyek penelitian. Obyek dalam ketidakpuasan konsumen.
penelitian ini adalah produk shampo, pasta
gigi, dan sabun mandi, semuanya tidak
memenuhi karakteristik kategori produk untuk DAFTAR PUSTAKA
variabel fitur hedonis. Hal ini nampak dari Aaker, David A (1991), Managing Brand
hasil reliabilitas yang sangat rendah yaitu Equity: Capitalizing on the Value of a
sebesar D = 0,41. Jadi hendaknya untuk Brand Name, New York: The Free Press.
penelitian selanjutnya sebaiknya dipilih obyek
penelitian yang menimbulkan perasaan senang Assael, H. (1995), Consumer Behavior and
atau rasa kenikmatan seperti makanan, parfum, Marketing Action, 5th Ed, Cincinnati,
rokok, dan produk sejenisnya yang membutuh- OH: South Western College Publishing.
kan pengalaman dalam melakukan pilihan Azwar, Saifuddin. (1997), Reliabilitas dan
terhadap suatu merek (Chernev, 1997). Validitas, Ed 3, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
2002 Shellyana & Dharmmesta 103

Baumgartner, Hans and Jan-Benedict E. M. &RQFHSWXDO )UDPHZRUN ´ Journal of the


SteenkDPS ³([SORUDWRU\ &RQ- Academy of Marketing Science, Vol. 22,
sumer Buying Behavior: Conceptuali- No. 2 (Spring), pp. 99-113.
]DWLRQ DQG 0HDVXUHPHQW ´ International Grover, Rajiv and V. Srinivasan (1992),
Journal of Research in Marketing, 13, "Evaluating the Multiple Effects of Retail
Forthcoming. Promotions on Brand Loyal and Brand
Bagozzi. R. P. And P. R. Warshaw (1990), Switching Segments," Journal of
³7U\LQJ WR &RQVXPH ´ Journal of Marketing Research, Vol. XXIX,
Consumer Research, Vol. 17, pp. 127- February, pp. 76-89.
140. Hair, Joseph F. Jr.; Rolph E. Anderson; Ronald
Bhote, Keki R. (1995), "It's Customer Loyalty L. Tatham; and William C. Black. (1998),
Stupid : Nuturing and Measuring What Multivariate Data Analysis, 5th Ed,
Really Matters," National Productivity Upper-Saddle River, NJ: Prentice Hall,
Review, Summer. Inc.
Boulding, W; A. Klra; R. Staelin; and V. A. Kahn, Barbara E. and Therese A. Louie (1990),
=HLWKDPO ³$ '\QDPLF 3URFHVV "Effects of Retraction of Price Promotions
Model of Service Quality: From on Brand Choice Behavior for Variety-
([SHFWDWLRQV WR %HKDYLRUDO ,QWHQWLRQV ´ Seeking and Last-Purchase- Loyal
Journal of Marketing Research, Vol. 30 Consumers," Journal of Marketing
(February), pp. 7-27. Research, Vol. XXVII, August, pp. 279-
Chernev, Alex (1997), "The Effect of Common 289.
Features on Brand Choice: Moderating Keaveney, Susan M. (1995), "Customer
Role of Attribute Importance," Journal of Switching Behavior in Service Industries:
Consumer Research, Vol. 23, Iss. 4, An Exploratory Studi," Journal of
March, pp. 304-311. Marketing, Vol. 559, April, pp. 71-82.
Cooper, Donald R. and C. William Emory. Kotler, Philip. (1997), Marketing Management:
(1995), Business Research Methods, 5th Analysis, Planning, Implementation, and
Ed, Chicago: Richard D. Irwin, Inc. Control, 9th Ed, NJ: Prentice Hall, Inc.
&URQEDFK / - ³&RHIILFLHQW $OSKD DQG Leclerc, France and John D.C. Little (1997),
WKH ,QWHUQDO 6WUXFWXUH RI 7HVWV ´ ³&DQ $GYHUWLVLQJ &RS\ 0DNH )6,
Psychometrka, Vol. 16, pp. 297-334. &RXSRQV 0RUH (IIHFWLYH "´ Journal of
Deighton, John; Carolinee M. Henderson; and Marketing Research, Vol XXXIV,
Scott A. Neslin (1994), "The Effects of November, pp. 473-484.
Advertising on Brand Switching and Mowen, J.C. and M. Minor (1998), Consumer
Repeat Purchasing," Journal of Marketing Behavior, 5th Ed, Upper Saddle River, NJ:
Research, Vol. 31, February, pp. 28-43. Prentice Hall, Inc.
'KDUPPHVWD %6 ³/R\DOLWDV 1XFLIRUD $OI ³<RXU 6PDOO %XVLQHVV
Pelanggan: Sebuah Kajian Konseptual FDQ 6XFFHHG LI 7KH 3ULFH LV 5LJKW ´
6HEDJDL 3DQGXDQ %DJL 3HQHOLWL ´ Jurnal Pittsburgh Business Times, Vol. 17 Issue
Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol.14, 28, p.15.
No.3, h 73-88. 2OLYHU 5LFKDUG / ³&RJQLWLYH
'LFN $ 6 DQG . %DVX ³&XVWRPHU Affective and Attribute Bases for the
Loyalty: Toward an Integrated 6DWLVIDFWLRQ 5HVSRQVH ´ Journal of
104 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Januari

Consumer Research, Vol. 20 (December), Simonson, Itamar (1990), "The Effect of


pp. 418-430. Purchase Quantity and Timing on
Rogers, Everett M. (1983), Diffusion of Variety-Seeking Behavior," Journal of
Innovations, 3rd ed. New York: Free Marketing Research, Vol. XXVII, May,
Press. pp. 150-162.
Sambandam, Rajan and Kenneth R. Lord SPSS, Inc. (1998), SPSS Base 8.0 :
(1995), "Switching Behavior in Applications Guide. Chicago: SPSS, Inc.
Automobile Markets: A Consideration- 6ULQLYDVDQ 0DGKDY ³1HZ ,QVLJKWV LQWR
Sets Model," Journal of the Academy of 6ZLWFKLQJ %HKDYLRU ´ Marketing
Marketing Science, Vol. 23, No.1, pp.57- Research: A Magazine of Management
65. and Applications, Vol.8, Issue 3,
Schiffman, Leon G. and Leslie L. Kanuk. September.
(1994), Consumer Behavior, 5th Ed, Van Trijp, Hans C.M.; Wayne D. Hoyer; and J.
Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall, Inc. -HIIUH\ ,QPDQ ³:K\ 6ZLWFh?
Sekaran, Uma. (1992), Research Methods for Product Category-Level Explanations for
Business: A Skill-Building Approach, 2nd True Variety-6HHNLQJ %HKDYLRU ´ Journal
Ed, New York: John Wiley & Sons, Inc. of Marketing Research, August, pp.281-
292.
Sharma, Subhash (1996), Applied Multivariate
Techniques. New York: John Wiley &
Sons, Inc.

Anda mungkin juga menyukai