Anda di halaman 1dari 8

-------- ---------

Nilai dan Norma


Masyarakat
Persoalan nilaimerupakan salah satu gugusan persoalan pokok
didalamstueli ftlsafat, eli samping persoalan·kenyataan dan persoalan
pengetahuan. Masing-masing dibahas di dalam aksiologi, metafisika,
dan epistemologi. Sutan Takdir Ali Syahbanamerumuskan secara
puitis keterkaitantiga persoalan filsafat tersebutdalam sebuah kalimat:
"Mengetahui sesuatu untuk bertindak, mengetahui merupakan
persoalanepistemologi, sesuatu adalah hal yang
eliperkatakan dalam metafisika.
Sedangkan bertindak adalah
masalahaksiologi"
(SidiGazalba, 1978: 48)

Persoalan nilai me~pW1yai cakupan yanglebih


kompleks, jika dilihat dari struktur nilai manusiawi,
yakni nilai baik buruk· (etika), nilai benar salah
(Iogika), nilai indah jelek (estetika), nilai mulia hina
(nilai theologi). Kajian kali ini lebih cenderung ke arab
nilai etika, yang lazim dipergunakan dalam tata
kehidupan bermasyarakat.
Setiap manusia yang sadar akan hidupnya dapat
dipastikan ia mempunyai keyakinan dan pengharapan.
Betapa kuatnya keyakinan dan pengharapan itu
mengendap dalam hidupnya, apa yang diyakini dan
apayang dicita-citakan sebagai sesuatu yang bernilai.
Sesuatu itu bernilai, karena didalam halnyCl sendiri
mengandungunsur-unsur yang memiliki kemampuan
kualitas (teori objektif). Kemamp~ / kualitas itu ada
bukan karena persetujuan, tanggapAn dari subjek

20
yang menilai. Kemampuan atau kualitas itll mengakibatkan seseorang meyakini dan
berpengharapan atasnya. Berpengharapa.n, dimaks~an sebagai usaha untuk
memiliki, mencapai, menghayati. Misalnya nilai kekudusan, kebenaran, keindahan,
dankebaikan.
Berdasar kerangka pemikiran kebudayaan yang berbeda,
demikian itu kita dapat mengatakan membawa individu-individu dan
sesuatu itu juga dapat dikatakan kelompok tadi saling bergaul langsung
bernilai, karena kemampuan/kualitas secara intensif untuk waktu yang eukup
yang ada pada halnya itu dapat lama, sehingga kebudayaan-kebudayaan
memenuhi dan ~ kelompok-kelompok tadi
kepentingan subjek. Sikap dan beropaya mewujudkan suatu
perbuatan seseorang nilai melalui norma dan saling
Kemampu-an/ dapat dilihat dari menyesuaikan diri
kualitas itu (menjadi) (Koentjaraningrat, 1985: 64)
nyata karena perhatian bagaimana ia.secara
kepenting-an, konsisten memegang PERSOALAN NILAI
kegunaan, keeen- nilai. Dan nilai' yang Suatu persoalan yang tidak
denmgan subjek dapat lepas dari' kehidupan
(teori subjektit). diyakini itu dapat manusia, senantiasa melandasi,
I Untuk memahami menjadi pendorong perbuatan· sertamerupakan
sikap dan perbuatan mewujudkan. tekad orientasi segenap kegiatan
seseorang dalam hidup, adalah. persoalan nilai.
hidup, tidak dapat
menjadi perbuatan Manusia berbuat, karena ada
Iepas harns dilihat sesuatu yang diinginkan.
konsistensi seseorang Apabila yangdiinginkan itu
terhadap nilai. Nitai yang <#yalcini tereapai, puaslah ia. Hal-hal yang dapat
seseorang dalamhidup, mempWlyai menimbulkan kepuasan itu tentu bukan
daya dapat n:tendorong 'tekadnya untuk sesuatu hal yang biasa, melainkan
mewujudkan dalam perbuatan. sesuatu yang memiliki kelebihan,
Dikarenakan setiap orang memiliki keunggulan atau sesuatu yang
.keyakinan akan sesuatu nilai, yaitu mempunyai daya tarik tertentu, yang
manusia yang menyadari akan lazimdisebut dengan sesuatu' yang
hidupnya, maka agar tidale terjadi saling mengandWlg nilai. Dengan demikian
berbenturan dalam mewujudkan nilai, dapat dikatakan, bahwa perbuatan
malea lazim di lingkungan kehidupan manusia itu didorong oleh nilai-nilai.
manusia ada sesuatu pengatur, kaidah, Di dalam Webster's New CollelJ!ate
norma. Tentu saja norma itu semula DictionIIry (Spring-jield, 1961, edItion)
berasal dari konsensus bersama terhadap dengan jelas nitai diartikan sebagai
kemampuan/kualitas yang diyakini baik kuafitasatau sesuatu kenyataan yang
dan benar, yang tertuju pada mempunyai keun~an, kegunaan dan
diingtnkan(NichofaS Reseher, 1969:
kepentingan bersama. 24). Jilea dikatakan, bahwa ketaatan
Koentjaraningrat menyebutkannya kepada pemimpin yang adil atau einta
dengan proses asimilasi sebagai proses kepada tanah air merupakan perbuatan
masyarakat yang timbul bila ada: bernilai, kita dapat segera mengetahui,
Kelompok-kelompok manusia yang bahwa perbuatan itu dapat menim-
asalnya dari lingkungan-lingkungan bulkan lCepuasan bagi yang melakukan.

Jumal Filsafat No.23 Nqrmlrr 1995 21


Seseorang dapat mengetahui, .bahwa eli tolong-menolong dalam pelbagai
dalam sesuatu hal itu mengandung nilai, bentUk. Hal ini menunjukkan, bahwa
maka dapat dipastikan ia telah memiliki perbuatan yang bernilai itu merupakan
pengetahuan tentang nilai, walaup~ sesuat:l:I yang layak bagi kehidupan
kadang-kadang pengetahuannya ltu manUSla.
masih samar-samar. Sebuahcontoh eli Semakin menambah keyakinan kita,
dalam bidang etika: menolong itu bahwa manusia tidak dapat Iepas dari
perbuatanyang men~dung nilai, masalah nilai, sebuah contoh lagi dalam
perbuatan yang baik dilakukan oleh bidang keagamaan konkritnya di dalam
serial' orang. hidup beragama. Betapa orang dengan
]ika pada suatu waktu segala usahaatas dasar
terjadi musibah kebakaran Persoalan nilai keyakinannya kepadanilai
mialnya, tergeraklah hati mempakan ketuhanan (kemuliaan,
seseorang untuk menolong, kekudusan, keluhuran,
tanpa harns memikirkan persoalan. ftlsafat kebahagiaan abadi),
imoalan atau tanda jasa. yang rumit .dan menahan segala . yang
Setidak-ridaknya ia e • dilarang oleh ajaran agama,
memberikan persetujuan, sekal19u5..• menarik, serta menjalankan se~a
apabila ada orang lain yang karena sering apa yang diperintah1can
menolong memadamkan bermakna ganda ?l~h ajaran.agamanya. Hal
api. Perbuatan menolong • • . Int menunJukkan, bahwa
itubaik dilakukan, dan berliku-liku. nilai ketuhanan
perbuatan menolong itu Menarik karena memberikan orientasi
rnengandung mlai, , kehidupan manusia,
merupakan pengetahuan amat luasruang menjiwai, melandasi sikap
yang sudah dimiliki lingkupnya serta dan perbuatan seseorang.
sebelwnnya, yang menyangkut .Dil~skan hu?ungan
diperoleh dari norma •. ekslstensl k~hidupan
keluarga, norma seluruh kehldupan manusia dengan nilai
masyarakat maupun norma manusia sebagai berikut.
agama. "Tidak mungkin ada
Harold H. Titus, di eksistensi tanpa nilai, dan
dalam bukunya Living tiada nilai tanpa eksistensi.
Issues In.Philosophy menyatakan: R.ealitas bukanlah mental ataumaterial,
. "'.'K7Juwledges, values and . actions is tetapi suatu perpaduanatas fikir dan
e..~.entlJ . connected. The first . (unction benda, faktadan nilai, yang semuanya
knowlet:tges and values is guiJa,nce to tidak dapat dipisah-pisahkan" (Nicholas
actions" (Rasjidi, HM, 1984: 78) Rescher, 1968.· 27).
(Pengetahuan, nilai dan perbuatan, Persoalan nitai merupakan persoalan
pada hakikatnya berhubun~. Fungsi yang rwnit di dalam filsafat, karena
utama dari pengetahuan dan nilai sangat bermakna ganda dan berliku-
adalah memberi bimbingan bagairnana liku. Namun juga menarik, karena amat
seharusnya perbuatan dilakukan) luas ruang lingkupnya serta menyangkut
Berdasar contoh' di atas dapat seluruh lCehidupan manusia. Persoalan
ditarik suatu kesimpulan, bahwa nilai merupakan salah satu bagian yang
menolong itu bernilai, dalam hal ini: penring'di 'dalam pembahasan filsafat.
perbuatan menolong Tidak berlebihan jilCa.. filsafat di samping
mengandung nitai kebaikan atau memptmyai makna sebagai pandangan
nitai erika. Di dalam kehidupan dWlia atau pandangan hidup, sering
bermasyarakat dapat kita jurnpai norma juga diartikan sebagai .ilmu tentang

JurnaI, FilstJfat No23 Nqxmlxr 1995 22


nilai. Dijelaskan lebih lanjut pentingnya dengan berpegang pada norma, secara
masalah nilai seba~ berikut. langsung atau ndak langsung orang"
"Satu bidang kenyataan atau hal mewujudkan nilai melalui norma. Nilai
yang ada oleh filsuf-ftlsuf dipandllng tidak merupakan unsur mutlakdari norma.
t:J:: ~asTum tJm:i g~ama1!~afat
nita,. Karena Itu ;us~fat
dilUkuRan
Pembicaraan tentang nilai kebaikan
ini .tidak mengesampingkan adanya· nilai
sebagai ilmu mengenal nilai-nilai (The lain (selain nifai keoaikan), se~mana
Liang Gie, 1977: 76). dikemukakan oleh S. Alexander di
Berdasar uraian tersebut dapat dalam Beauty and Other Furm of Value, .
ditarik kesimpulan, bahwa persoalan membagi nilai dalam empat tingkatan:
nilai merupakan bagian penting dari pertama, nilai sub hUman (alamiah,
fi Isafat yang tidak dilepaskan dalam hewaniah); kedua, nilai psikologis;
kehidupan manusia. ketiga, nilai yang lebih tinggi; keempat,
nilai religius/ketuhanan (Langeveld,
HUBUNGAN NILAI DAN 1970: 42).
NORMA DALAM MASYARAKAT Pada tingkatan nitai yang lebih
Norma masyarakatadalah tinggi dikemoangkan lagi dalam: nilai
perwujudan nilai, ukuran baik/buruk kebenaran, nilai kebailCan· dan nilai
yang dipakai sebagai pengarah, keindahan. Dalam r:mbicaraan ini
pedoman, pendorong perbuatan ditekankan kepada nilat kebaikan.
manusia di dalam kehidupan bersama. Berbicara tentang manusia, tidak
Wujud nilai, ukuran baik buruk itu dapat lepas membafias tingkah laku.
mengatur bagaimana seharusnya KaIau diperhatikan secara seksama,
seseorang itu melakukan perbuatan. perbuatan manusia itu merupakan hasil
Dikatan wujud nilai, karena antara serentetan proses psikologis, yaitu:
norma dan nilai itu berhubungan erat, a. manusia tertarik pada suatu tujuan,
bahkan merupak.an satu kesatuan, b. manusia berusaha untuk
terutama nilai kebaikan. Norma mencapainya,
merupak.an ~rwujudan aktif dari ,nilai c. manUSla membahas tentang cara-cara
(Peursen, 1988: 47). Sebagai yang dipakai,
pengertian abstrak, nilai berarti suatu d. manusia memilih dan memutuskan
keberhargaan, atau suatu kualitas yang cara-cara atau jalan tertentu dengan
patut dimiliki seseorang. Batasan yang be bas,
bercorak sosial menyatakan bahwa nilai e.Manusia merasa senang apabila
itu merupakan kemampuan yang dapat tujuan tercapai atau kecewa apabila
mendatangkan kemakmuran bagi tujuan tidak tercapai SlUlatra, 1987:
masyarakat. Tiap-tiap perbuatan 19). .
dikatakan mengandung nilai, apabila Untuk menca~ai tujuan bersama,
perbuatan itu dapat mewujudkan apa maka eli dalam kehidupan masyarakar,
yang diinginkan rersama. berbuat baik itu merupakan hal yang
Berdasar apa· yang telah diuraikan seharusnya.
di muka, dapat aisimpulkanbahwa nilai Ausnn Faghothey dalam Right and
(nilai kebaikan) yang semula sifatnya Reason,Ethics in Theory and Practice,
abstrak berubah menjadi kenyataan menyatakan bahwa nilai kebaikan itu
dalam .perbuatan manusia. Perbuatan merupakan sesuatu yang diinginkan
yang mencerminkan nilai itu kemudian oleh segalanya, sesuatu itu diusahakan
merupakan contoh atau pedoman dan menjadi tujuan perbuatan manusia.
perbuatan selanjutnya.Pedoman Aktualisasi nilai ailakukan melalui
perbuatan (yang baik) itu dinamakan ~laksanaan 110rma hidup masyarakat
norma. Pada giliran orang berbuat (Parmono, 1989: 25).

]urnal Filsafat No23 NqxmIrr 19'J.5 23


nitai. Dijelaskan lebih lanjut pentingnya dengan berpegan~ pada norma, secara
masalah nilai seba~ berikut. langsung atau· ndak langsung orang'
"Satu bidang kenyataan atau hal mewujudkan nilai melaluinorma. Nilai
yang ada oleh /ilsuf-ftlsuf dipandangtidak merupakan unsur mutlak·dari norma.
::t:: melepaskan ilari g~amanjiJsafa.t
.... nitai. Karena itu fUSn:[at dilUkisRiln
Pembicaraan tentang nitai kebaikan
ini .tidak mengesampingtcan adanya nilai
sebagai ilmu mengena't nilai-nilai (The lain (selain nifai keDailcin), sebagmmana
Uang Gie, 1977: 76). dikemukakan oleh S. Alexander di
Berdasar uraian tersebut . dapat dalam Beauty ·and Other F01'm of Value,
ditarik kesimpulan, bahwa persoalan membagi nilai dalam empat tingkatan: .
nilai merupakan bagian penting dari pertama, nilai sub hUman (alamiah,
filsafat yang tidak dilepaskan dalam hewaniah); kedua, nilai psikologis;
kehidupan manusia. ketiga, nitai yang lebih tinggi; keempat,
nilai religius/ketuhanan (Langeve~d,
HUBUNGAN NILAI DAN 1970: 42).
NORMA DALAM MASYARAKAT Pada tlngkatan nilai yang lebih
Norma masyarakatadalah tinggi dikembangkan lagi. dalam: nilai
perwujudan nilai, ukuran baik/buruk: keoenaran, nitai kebaikan· dan nilai
yang dipakai sebagai pengarah, keindahan. Dalam ~mbicaraan ini
pedoman, pendorong perouatan ditekankan kepada nilaJ. kebaikan.
manusia di dalam kehidupan bersama. Berbicara tentang manusia, tidak
Wujud nilai, ukuran baik buruk: itu dapat lepas membafias tingkah. laku.
mengatur bagaimana seharusnya Kalau diperhatikan secara seksama,
seseorang itu melakukan perbuatan. perbuatan manusia itu merupakan hasil
Dikatan wujud nilai, karena antara serentetan proses psikologis, yaitu:
norma dan nilai itu berhubungan erat, a. manusia tertarik pada suatu tujuan,
bahkan merupakan satu kesatuan, b. manusia berusaha untuk
terutama nilai kebaikan. Norma mencapainya,
merupakan pt?rwujudan aktif darinilai c. manUSla membahas tentang cara-cara
(Peursen, 1988: 47). Sebagai yang dipakai,
pengertian abstrak, nilai berarti suatu d. manusia memilih dan memutuskan
keberhargaan, atau suatu kualitas yang cara-cara atau jalan tertentu dengan
patut dimiliki seseorang. Batasan. yang be bas,
bercorak sosial menyatakan bahwa nilai e.Manusia merasa senang apabila
itu merupakan kemampuan yang dapat tujuan tercapai atau kecewa apabila
mendatangkan kemakmuran bagi tujuan tidak tercapai Sunatra, 1987:
masyarakat. Tiap-tiap perbuatan 19).
dikatakan mengandung nilai, apabila Untuk menca~ai tujuan bersama,
perbuatan itu dapat mewujudkan apa maka eli dalam kehidupan masyarakat,
yang diinginkan bersama. berbuat baik itu merupakan hal yang
Berdasar apa yang telah diuraikan seharusnya.
di muka, dapat disimpUlkanbahwa nilai Ausnn Faghothey dalam Right and
(nilai kebaikan) yang semula sifatnya R.eRson,Ethics in Theory and Practice,
abstrak berubah menjadi kenyataan menyatakan bahwa nitai kebaikan itu
dalam ·perbuatan manusia. Perbuatan merupakan sesuatu yang diinginkan
yang mencerminkan nitai itu kemudian oleh segalanya, sesuatu itu diusahakari
merupakan contoh atau pedoman dan menjadi tujuan perbuatan manusia.
perbuatan selanjutnya. Pedoman Aktualisasi nilai dilakukan melalui
perbuatan (yang baik) itu dinamakan ~laksanaan llorma hidup masyarakat
norma. Pada giliran orang berbuat (Parmono, 1989: 25).

]urnal Filsafat No23 ~ 1995 23


pada kelompoknya (masyarakat).
NORMAHIDUP Swnbangan ini tidak saja sekedar
MASYARAKAT SEBAGAI bantuan .material, akan tetapi termasuk
PENAMPUNG NORMA HIDUP juga yang. berwujud tanggung jawab
KELUARGA bagi kesejah~eraan bersarna, seperti rasa
Keluarga dimaksudkan se~ memiliki ·~elompok, rasa wajib
persekutuanhidup, terdiri atas- Qua berpartisipasi.. di· dalarnnya, kesediaan
orang atau lebih, satu sarna lain·. terikat membela kehormatan kelompok.
oleh tali ikatan darah, perkawinan (baik Subsidiaritas dirwnuskan sebagai
secara Iangsung I persemendaan). keadilan distributif, artinyawajib bagi
Umwnnya Inti keluarga adalah suami kelompok (masyarakat) mengakui dan
istri serta beberapa orang anak atau memberi tempat kepada perkembangan
setidak-tidaknya suami istri saja. individu/keluarga. Kewajiban kelompok
Keluarga sebagai persekutuan adalah membagi
hidupyang hakiki bagi manusia tanggung jawab .berupa
secara umum ditampung dalam fungsi dan tugas yang
kelompok masyarakatyang Orangberbuat merata bagi tiap-tiap
kemudian ada pengkhususan keluarga sesuai dengan
atau spesialisasinya, misalnya dengan kemampuannya.
karena keahlian, hobby, Pembagian ini termasuk
pekeqaan,dansebagainya.
berpegang pada senang dan susah.
Aspek formal dari nonna, secara Walaupunmasing-
kelompok masyarakat adalah masing keluarga itu
aspek kepentingan dan langsung atau merupakan.bagian· dari
keteraturan~ Disadari bahwa tidaklangsung masyarakat, akan tetapi
tiap-tiap keluarga (juga otonominya tidak akan
individu ~ggota n:tasyarakat), orang hilang.
mempunyat - kepennngan yang mewujudkan Di dalarn. rangka
berbeda-beda sebagai tujuan mengatur .kesejahteraan
hidupnya.Agar supaya masing- nilai melalui umum antara keluarga
masing kepentingan itu tidak norma. Nilai warga masyarakat, maka
saling berbenturan dalam ada dua macam aturan/
rangka men~ahakannya, merupakan norma:
maICa harus ada rule ofthe game unsur··mutlak . pertama: norma
(aturan main) di antara hukum (norma yuridis).
anggota masyarakat. Di dari norma kedua : norma moral
samping adanya perbedaan (norma etis). Norma
dalam fial tujuan hidup, antara hukum merupakan
keluargaitupun ada persarnaan tujuan, ketentuan minimal yang harns
yaitu kesejahteraan wnwn. Tujuan ditunaikan oleh anggota masyarakat
hidup pribadi dan kesejahteraan umum (masing~masing keluarga).
itu seharusnya tidak boleh Ketentuan-ketentuan itu harus
bertentangan. Oleh karena ituharus ada dilakukan oleh masing-masing
keteraturan di dalamnya. Keteraturan keluar~ kalau tidak ingin mendapat
antara .anggota masyarakat dan masing- sanksi dari masyarakat. Sedang~an yang
masing lC.eluarga, disimpulkandalam dimaksud dengan norma moral adalah
solidaritas dan subsidiaritas. suatu ketentuan mengenai perilaku apa
Solidaritas dinunuskansebagai yang seharusnya dilakukan yangtidak
keadilan sosial, artinya masing-masing terbatas pada perbuatan baik, untuk
keluarga wajib memberikan sumbangan keluarga maupun masyarakat dalarn

24
rangka membuat makin sejahtera. masyarakat tentang "rukun agawe
Norma moralini jelas tidak ada slIntosa (bersatu kita teguh)", twla sanak
sanksinya secara formal, melainkan bati sanak(rugi sedikit talc jadi apa,
.sanksi moral. Sebaliknya mendaeat tetapi tmtung saOOara).
imbalan pujian dati . masyarakat jlka Di muka telah disebutkan, bahwa
seseorang mengerjakan perbuatan baik. tin~ah laku seseorang itu merupakan
Di dalam masalah norma, maka hastl serentetan proses psikologis yang
hubtu1gan antara norma masyarakat bermula dari keinginan untuk mencapai
'dengan norma keluarga itu erat sekali tujuan. ·Tercapainya tujuan ieu
ataubesar sek$ pengaruhnya: merupakan satu motivasi perbuatan.
a. Dari keluarga terhadap yMotif merupakan pendorong manusia
masyarakat: untuk berbuat sesuatu. Senap orang
i. Norma keluarga memberi input memptmyai motif sendiri-sendiri. Pada
kepada norma masyarakat. umumnya, orang berbuat karena motif
ii. Norma keluarga mewarnai yang sudah ditentukan oleh pedoman
norma masyarakat, terutama dari lingktmgan atau norma hidup
keluarga yang memptu1yai status sosial bermasyarakat. V.M. Napitupulu.V.M.,
tinggi, misalnya karena jabatan, dalam Human Relation membagimotif
kedUdukan, ekonomi, kharisma. itu menjadi dua macam: motif universal
iii. Dari norma keluarga merupakan dan motif sosiogenetik.Motif universal,
pembaharu dan pengembang norma biasa juga disebut motif biogenetik
masyarakat. terikat kepada kebutuhan hidup yang
b. Dari kelompok masyarakat kepada /vital. Dikatakan universal karena motif
keluarga: itu terdapat di mana-mana .pada setiap
i. Dari masyarakat menanamkan orang. Karena kebutuhan hidupnya,
norma tertentu sebagai bahan seseorang berbuat sesuatu.
pandan~ hidup keluarga, contoh Motif sosiogenetik sangat
norma adat istiadat, norma agama. dipengaruhi oleh lingktu1gan hidup
ii. Norma masyarakat merupakan bermasyarakat, bergantung pada
hasil proses interaksi dari pada kefuarga nilai/norma yang dipatuhi masyarakat
yang telah berjalan lama. Dominasi dalam lingkungan tertentu
.norma keluarga tertentu memang ada, (Koentjaraningrat, 19S5: 17).
misalnya karena status sosialnya. Berdasar apa yang sOOah disebutkan
iii. Masyarakat mengolah norma di muka, maka norma masyarakat itu
individu dan keluarga sedemikian rupa, sangat ber~ngaruh pada norma
sehingga merupakan .persetujuan individu / lCeluarga..Interaksi norma
(konsensus) yang tidak ternilis tentang keluarga bermuara pada norma hidup
penyelenggaraan hidup bersama. masyarakat.
iVa Norma msyarakat memberi
inspirasi kepada keluarga (termas uk NILAI DAN NORMA
individu), ke mana aan baginya MENGANTARKAN MASYARAKAT
seseorang berbuat sesuatu. Dalam arti KEARAHYANG LEBIHBAIK
negatif membatasi gerak Jelaslah manusia dalam tingkah
individujkeluarga, misalnya norma lakW1ya dalam ~rbuatannya digerakkan
masyarakat tentang "aJon-aJon waton oleh nilai-nilai. lni berarti nilai sebagai
kelakon, mangan ora tnangan yen sesuatu yang dicita-citakan memberi
kumpuf', (pelan-pelan asal terlaksana, arah bagi aktivitas manusia. Manusia
makan tidak makan asal berkwnpul). dalam kehid~pan selalu mengejar nilai.
Dalam arti positif mendorong indiVldu I Nilai itu bersifat ide karena itu ia
keluarga berbuat baik, misafnya norma abstrak, tidak dapat disentuh oleh

]urnal Fusafat No.23 Nqxmlrr 1995 25


masyarakat modern atau masyarakat masy~akat mengantarkan masyarakat
industri kehidupan semakin rational; kearah yang lebih baikdalam arti
semakin mekanis dalam arti semakin memberikan kesempatan kepada
berorientasi kepada pasar. Produk individu untuk lebih mengaktualisasikan
industri menguasai eli semua strata nilai-nilai.
sosial dan membentuk standard dan
gaya hidup semua orang. Masyarakat DAFTAR PUSTAKA
industri tetap merupakan masyarakat
yang teralineasi, karena mengasingkan Gazalba, Sidi, 1984, Sistematika FUsafat.
manusia-manusia dengan hiruk pikuk Bulan Bi.otang, Jakarta.
produksi dari warga yang lain Koentjaraningrat, 1985, Kebudayaan,
(Soerjanto Poespowardojo, 1984: 46). MentaJitas dan Pembangunan.
Gramedia, Jakarta.
KESIMPULAN Langeveld, M, 1970, MenujuKe
Pemikiran Filsafat. Pemba-
Berdasarkan uraian tersebut dapat ngunan, Jakarta.
diambil kesimpulan sebagai berikut. Nicholas Rescher, 1968, Introduction to
1. Suatu persoalan yang tidale dapat Value Theory. Prentice Hall, New
lepas dari kehidupan manusia, Yersey. .
fsenantiasa .melandasi perbuatan serta Parmono, 1989, Nilai rJaI,am Budaya.
menlpakan orientasi segenap· kegiatan Fakultas Filsafat Universitas
hidup manusia, adalah persoalan Gadjah Mada, Yogyakarta.
tentang nilai. Manusia berbuat, karena Peursen, C.A. van, 1988, Strategi
ada sesuatu yang diinginkan. Nilai Kebudayaan. Kanisius,
diartikan sebagai kualitasatau sesuatu Yogyakarta.
kenyataan yang mempunyai Poespowardoyo, Soerjanto, 1984,
keWlggulan, kegunaan dan diinginkao. Rejleksi Buday" Mengenai
2. Pem~aman tentang nilai yang Pembangunan Nasionat. Dalam
semula sifatnya abstrak, berubah Sophie Buletin Fakultas Sastra
meojadi kenyataan .dalam perbuatan. Universitas Indonesia, Jakarta.
Perbuatan. yang mencerminkannilai itu Sunatra., 1987, Sosiowgi dan
secara tidak langstmg tenmgkap melalui Anthropologi. Epsilon Grup.
norma. Dengan demikian nilai BandWlg.
diaktualisasikan di dalam perbuatan The Liang Gie, 1977, Suatu Konsepsi
melalui norma. Kearah Penertiban' Bidang. Filsafat.
3. Norma hidup masyarakat Karya Kencana, Yogyakarta.
merupakan penamptmg norma Titus, Harold H., dkk, Living Issues
keluarga, pada hakikatnya merupakan In Philosophy, dalam Persoalan-
perwujudan nilai oleh individu di dalam persoalan Filsafat terjemahan
hubWlgan antar (interaksi) menuju Rasjidi, HM., Bulan Bintang,
terwujudnya kepentingan dan Jakarta.
keteraturan. Kedua aspek formal
tersebut dapat terwujud di dalam
solidaritas dan subsidiaritas.
4. Di dalam kehidupan .bersama
perwujudan nilai ke dalam norma

Jurnal Filsafat No23 Nqxrnln l~ 27

Anda mungkin juga menyukai