Anda di halaman 1dari 4

TUGAS

PENDIDIKAN AGAMA
“MATERI 10 ASAL USUL ALAM SEMESTA”

DISUSUN OLEH:
DESTRI MUTIARA REZKY
SASTRA INGGRIS

MATA KULIAH UMUM


SEKOLAH TINGGI BAHASA ASING
2019/2020
10 ASAL USUL ALAM SEMESTA
Alam semesta/ jagad raya adalah ruangan yang maha luas, yang tak dapat diketahui atau
dibayangkan luasnya. Jagad raya diduga bentuknya melengkung dan dalam keadaan memuai serta
terdiri atas galaksi-galaksi atau system-sistem bintang yang jumlahnya ribuan.
Berikut adalah teori-teori tentang asal mula alam semesta:
1. Teori Keadaan Tetap (Steady-state theory)
Teori ini berdasarkan prinsip kosmologi sempurna yang menyatakan bahwa alam semesta
dimanapun dan bilamanapun selalu sama. Berdasarkan prinsip tersebut alam semesta terjadi
pada suatu saat tertentu yang telah lalu dan segala sesuatu di alam semesta selalu tetap sama
walaupun galaksi saling bergerak menjauhi satu sama lain. Teori ini ditunjang oleh kenyataan
bahwa galaksi baru mempunyai jumlah yang sebanding dengan galaksi lama. Dengan
demikian teori ini beranggapan bahwa alam semesta itu tidak terhingga besarnya dan tidak
terhingga tuanya.

2. Teori Dentuman Besar (Big-Bang Theory)


Teori ini dikembangkan oleh George Lematitre. Menurut teori ini, pada mulanya alam
semesta berupa sebuah “primeval atom” yang berisi semua materi dalam keadaan yang sangat
padat. Suatu ketika, atom ini meledak dan seluruh materinya terlempar ke ruang alam
semesta. Sejak itu, dimulailah ekspansi yang berlangsung ribuan juta tahun dan akan terus
berlangsung jutaan tahun lagi. Timbul dua gaya yang saling bertentangan, yang satu disebut
gaya gravitasi, dan lainnya dinamakan repulsi kosmis. Dari kedua gaya tersebut, gaya kosmis
lebih dominan sehingga alam semesta masih terus akan ekspansi. Pada suatu saat nanti,
ekspansi tersebut pasti akan berakhir.

3. Teori Nebular
Hipotesis ini dikemukakan pertama kali oleh Laplace pada tahun 1796. Ia yakin bahwa
system tata surya terbentuk dari kondensasi awan panas. Pada proses kondensasi tersebut ada
sebagian yang terpisah dan merupakan cincin yang mengelilingi pusat. Bagian yang
mengelilingi pusat itu dengan cara yang sama berkondensasi membentuk suatu formula yang
serupa dengan terbentuknya matahari tadi. Setelah mendingin benda-benda ini akan menjadi
planet-planet seperti bumi dengan benda-benda yang mengelilinginya berupa satelit atau
bulan. Salah satu keberatan dari hipotesis ini adalah ditemukannya dua buah bulan pada
Jupiter dan sebuah bulan di Saturnus yang berputar berlawanan arah dengan rotasi planet-
planet tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa satelit tersebut bukan merupakan bagian dari
planetnya sesuai dengan hipotesis Laplace.

4. Teori Planettesimal
Dikemukakan pertama kali oleh Chamberlin dan Moulton. Hipotesis ini bertitik tolak dari
pemikiran yang sama dengan teori nebular yaitu bahwa system tata surya ini terbentuknya
dari kabut gas yang sangat besar yang berkondensasi. Perbedaannya adalah terletak pada
asumsi bahwa terbentuknya planet-planet itu tidak harus dari satu badan tetapi diasumsikan
ada bintang besar lain yang kebetulan sedang lewat dekat bintang dimana tata surya kita
merupakan bagiannya. Kabut gas dari bintang lain itu sebagian terpengaruh oleh daya tarik
kita dengan setelah mendingin terbentuklah benda-benda yang disebut planettesimal.
Planettesimal meupakan benda-benda kecil yang padat. Karena daya tarik menarik antar
benda itu sendiri, benda-benda kecil tersebut akan bergumpal menjadi besar dan menjadi
panas.
5. Teori Tidal atau Teori Pasang Surut
Teori ini diungkapkan pertama kali oleh James Jeans dan Harold Jeffreys pada tahun 1919.
Menurut teori ini planet itu merupakan percikan dari Matahari yaitu seperti percikan matahari
yang sampai kini masih nampak ada. Percikan tersebut disebut “tidal”. Tidal yang besar yang
kemudian akan menjadi planet itu disebabkan karena adanya dua buah matahari yang
bergerak saling mendekat. Peristiwa ini tentu jarang sekali terjadi namun bila ada dua buah
bintang yang bergerak mendekat satu dengan yang lain maka akan terbentuklah planet-planet
baru.

6. Teori Bintang Kembar


Menurut teori ini, kemungkinan dahulu matahari merupakan sepasang bintang kembar. Oleh
karena sesuatu sebab, salah satu bintang meledak dan oleh gaya tarik gravitasi bintang yang
satunya (Matahari yang sekarang), pecahan tersebut tetap berada di sekitar dan beredar
mengelilinginya.

7. Teori Creatio Continua


Teori ini dikemukakan oleh Fred Hoyle, Bendi, dan Gold. Menurut teori ini, saat diciptakan,
alam semesta ini tidak ada. alam semesta ini selamanya ada dan akan tetap ada. pada setiap
saat, ada partikel yang dilahirkan dan ada yang lenyap. Partikel-partikel tersebut kemudian
mengembun menjadi kabut-kabut spiral dengan bintang-bintang dan jasad-jasad alam
semesta. Karena partikel yang dilahirkan lebih besar daripada yang lenyap, maka jumlah
materi semakin bertambah dan mengakibatkan pemuaian alam semesta. Pengembangan ini
akan mencapai titik batas kritik pada 10 miliar tahun lagi. Namun, dalam waktu 10 miliar
tahun ini akan dihasilkan kabut-kabut baru. Menurut teori ini, 90% materi alam semesta
adalah hydrogen. Dari hydrogen ini akan terbentuk hedium dan zat-zat lainnya.

8. Teori G.P. Kiper


Pada tahun 1950 G.P, Kuiper mengajukan teori berdasarkan keadaan yang ditemui di luar tata
surya dan menyarankan penyempurnaan teori-teori yang telah dikemukakan yang
mengandaikan bahwa matahari serta semua planet yang berasal dari gas purba yang ada
diruang angkasa. Pada saat ini, terdapat banyak kabut gas dan diantara kabut terlihat dalam
proses melahirkan bintang.

9. Teori Ekspansi dan Kontraksi


Teori ini berlandaskan pikiran bahwa ada suatu siklus dan alam semesta, yaitu masa ekspansi
dan masa kontraksi diduga bahwa siklus ini berlangsung dalam waktu 30.000 juta tahun.

10. Alam Semesta Meluas


Pada tahun 1929 seorang astronom bernama Edwin Hubble menemukan sesuatu yang sangat
penting tentang alam semesta. Hubble menemukan bahwa redshift meningkat secara linear
dengan jarak di galaksi jauh, yang menunjukkan bahwa alam semesta tidak stasioner, tapi
berkembang sekaligus. Hubble mampu menghitung laju ekspansi ini, sebuah angka yang
dikenal sebagai Hubble Constant, menurut NASA. Penemuan ini yang memungkinkan para
ilmuwan untuk meramalkan kembali dan berteori bahwa alam semesta pernah dikemas
menjadi titik kecil. Mereka menyebut momen pertama pertama perluasannya sebagai Big
Bang.

Anda mungkin juga menyukai