Anda di halaman 1dari 16

HIDROSEFALUS

Hidrosefalus berasal dari kata hidro yang berarti air dan cephalus yang berarti
kepala. Meskipun hidrosefalus dikenal sebagai ‘air di otak’, ‘air’ ini sebenarnya
cairan serebrospinal (CSS) yaitu cairan bening yang mengelilingi otak dan sumsum
tulang belakang. Dari istilah medis, hidrosefalus dapat diartikan sebagai penumpukan
cairan serebrospinal (CSS) secara aktif yang menyebabkan dilatasi sistem ventrikel
otak dimana terjadi akumulasi CSS yang berlebihan pada satu atau lebih ventrikel atau
ruang subarachnoid. Keadaan ini disebabkan oleh karena terdapat ketidak seimbangan
antara produksi dan absorpsi dari CSS. Bila akumulasi CSS yang berlebihan terjadi
diatas hemisfer serebral, keadaan ini disebut higroma subdural atau koleksi cairan
subdural. Hidrosefalus juga bisa disebut sebagai gangguan hidrodinamik CSS. Kondisi
seperti cerebral atrofi juga mengakibatkan peningkatan abnormal CSS dalam susunan
saraf pusat (SSP).
Fungsi utama dari CSS adalah untuk menyediakan keseimbangan dalam sistem
saraf. CSS merupakan cairan yang mengelilingi otak. Berfungsi untuk mengurangi
berat otak dalam tengkorak dan menyediakan bantalan mekanik dan melindungi otak
dari trauma yang mengenai tulang tengkorak. CSS merupakan medium transportasi
untuk menyingkirkan bahan-bahan yang tidak diperlukan dari otak seperti CO2, laktat,
dan ion Hidrogen. CSS juga bertindak sebagai saluran untuk transport intraserebral.
Hormon-hormon dari lobus posterior hipofise, hipothalamus, melatonin dari fineal
dapat dikeluarkan ke CSS dan transportasi ke sisi lain melalui intraserebral.CSS juga
mempertahankan tekanan intracranial dengan cara pengurangan CSS dengan
mengalirkannya ke luar rongga tengkorak, baik dengan mempercepat pengalirannya
melalui berbagai foramina, hingga mencapai sinus venosus, atau masuk ke dalam
rongga subarachnoid lumbal yang mempunyai kemampuan mengembang sekitar 30%.
A. Definisi
Hidrosefalus adalah pembesaran ventrikulus otak sebagai akibat peningkatan
jumlah cairan serebrospinal (CSS) yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara
produksi, sirkulasi dan absorbsinya. Kondisi ini juga bisa disebut sebagai gangguan
hidrodinamik CSS. Kondisi seperti cerebral atrofi juga mengakibatkan peningkatan
abnormal CSS dalam susunan saraf pusat (SSP). Dalam situasi ini, hilangnya
jaringan otak meninggalkan ruang kosong yang dipenuhi secara pasif dengan CSS.
Kondisi seperti itu bukan hasil dari gangguan hidrodinamik dan dengan demikian
tidak diklasifikasikan sebagai hidrosefalus.

B. Klasifikasi
Hidrosefalus dapat dikelompokkan berdasarkan dua kriteria besar yaitu secara
patologis dan secara etiologi. Hidrosefalus patologis dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
1. Obstruktif (non-communicating), terjadi akibat penyumbatan sirkulasi CSS
yang disebabkan oleh kista, tumor, perdarahan, infeksi, cacat bawaan dan
paling umum, stenosis aqueductal atau penyumbatan saluran otak.
2. Non obstruktif (communicating), dapat disebabkan oleh gangguan
keseimbangan CSS, dan juga oleh komplikasi setelah infeksi atau komplikasi
hemoragik.
Hidrosefalus etiologi dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Bawaan (kongenital), sering terjadi pada neonatus atau berkembang selama
intrauterin.
2. Diperoleh (acquired), disebabkan oleh perdarahan subarachnoid, perdarahan
intraventrikular, trauma, infeksi (meningitis), tumor, komplikasi operasi atau
trauma hebat di kepala.
3. Tekanan normal hidrosefalus (Normal Pressure Hidrosefalus/ NPH), yang
terutama mempengaruhi populasi lansia. Ditandai dengan gejala yang spesifik:
gangguan gaya berjalan, penurunan kognitif dan inkontinensia urin.
Klasifikasi lainnya dari hidrosefalus, antara lain:
 Gambaran Klinis
a. Hydrocephalus yang manifes (overt hydrocephalus) merupakan
hydrocephalus yang tampak jelas dengan tanda – tanda klinis yang khas.
b. Hydrocephalus yang tersembunyi (occult hydrocephalus) merupakan
hydrocephalus dengan ukuran kepala yang normal.
 Waktu pembentukan
a. Hydrocephalus Kongenital merupakan hydrocephalus yang terjadi pada
neonatus atau yang berkembang selama intrauterine.
b. Hydrocephalus Infantil merupakan hydrocephalus yang terjadi karena
cedera kepala selama proses kelahiran.
c. Hydrocephalus Akuisita merupakan hydrocephalus yang terjadi selama
masa neonatus atau disebabkan oleh faktor – faktor lain setelah masa
neonatus.
 Proses terbentuknya
a. Hydrocephalus Akut adalah hydrocephalus yang terjadi secara mendadak
sebagai akibat obstruksi atau gangguan absorbsi CSS.
b. Hydrocephalus Kronik adalah hydrocephalus yang terjadi setelah aliran
serebrospinal mengalami obstruksi beberapa minggu atau bulan atau tahun.
c. Hydrocephalus Subakut adalah hydrocephalus yang terjadi diantara waktu
hydrocephalus akut dan kronik.

C. Anatomi dan Fisiologi Cairan Serebrospinal


Ruangan cairan serebrospinal (CSS) terdiri dari sistem ventrikel, sisterna magna
pada dasar otak dan ruangan subaraknoid. Ruangan ini mulai terbentuk pada
minggu kelima masa embrio. Sistem ventrikel dan ruang subarachnoid
dihubungkan melalui foramen Magendi di median dan foramen Luschka di sebelah
lateral ventrikel IV.
Cairan serebrospinalis dihasilkan oleh pleksus koroidalis di ventrikel otak. Cairan
ini mengalir ke foramen Monro ke ventrikel III, kemudian melalui akuaduktus
Sylvius ke ventrikel IV. Cairan tersebut kemudian mengalir melalui foramen
Magendi dan Luschka ke sisterna magna dan rongga subarachnoid di bagian cranial
maupun spinal. Sekitar 70% cairan serebrospinal dihasilkan oleh pleksus
koroidideus, dan sisanya di hasilkan oleh pergerakan dari cairan transepidermal
dari otak menuju sistem ventrikel. Bagi anak-anak usia 4-13 tahun rata-rata volume
cairan liqour adalah 90 ml dan 150 ml pada orang dewasa. Tingkat pembentukan
adalah sekitar 0,35 ml /menit atau 500 ml / hari. Sekitar 14% dari total volume
tersebut mengalami absorbsi setiap satu jam.

D. Etiologi
Pembentukan CSS yang terlalu banyak dengan kecepatan absorpsi yang normal
akan menyebabkan terjadinya hidrosefalus, namun dalam klinik sangat jarang
terjadi, misalnya terlihat pelebaran ventrikel tanpa penyumbatan pada adenomata
pleksus koroidalis. Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada
bayi dan anak yaitu kelainan bawaan, infeksi, neoplasma dan perdarahan.
1. Kelainan bawaan
 Stenosis Akuaduktus Sylvius, merupakan penyebab terbanyak. 60%-90%
kasus hidrosefalus terjadi pada bayi dan anak-anak. Umumnya terlihat sejak
lahir atau progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah lahir.
 Spina bifida dan cranium bifida, berhubungan dengan sindroma Arnord-
Chiari akibat tertariknya medulla spinalis, dengan medulla oblongata dan
serebelum letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum sehingga
terjadi penyumbatan sebagian atau total.
 Sindrom Dandy-Walker, atresiakongenital foramen Luschka dan Magendi
dengan akibat hidrosefalus obstruktif dengan pelebaran system ventrikel,
terutama ventrikel IV yang dapat sedemikian besarnya hingga merupakan
suatu kista yang besar di daerah fossa posterior.
 Kista arachnoid, dapat terjadi kongenital maupun didapat akibat trauma
sekunder suatu hematoma.
 Anomali pembuluh darah, akibat aneurisma arterio-vena yang mengenai
arteria serebralis posterior dengan vena Galeni atau sinus tranversus dengan
akibat obstruksi akuaduktus.
2. Infeksi, timbul perlekatan menings sehingga terjadi obliterasi ruang
subarachnoid. Pelebaran ventrikel pada fase akut meningitis purulenta terjadi
bila aliran CSS terganggu oleh obstruksi mekanik eksudat purulen di
akuaduktus Sylvius atau sisterna basalis. Pembesaran kepala dapat terjadi
beberapa minggu sampai beberapa bulan sesudah sembuh dari meningitisnya.
Secara patologis terlihat penebalan jaringan piamater dan arakhnoid sekitar
sisterna basalis dan daerah lain. Pada meningitis serosa tuberkulosa, perlekatan
meningen terutama terdapat di daerah basal sekitar sisterna kiasmatika dan
interpendunkularis, sedangkan pada meningitis purulenta lokasinya lebih
tersebar.
Selain itu, ibu hamil sering menderita beberapa infeksi, infeksi ini dapat
berpengaruh pada perkembangan normal otak bayi, seperti:
a. CMV (Cytomegalovirus)
Merupakan virus yang menginfeksi lebih dari 50% orang dewasa Amerika
pada saat mereka berusia 40 tahun. Juga dikenal sebagai virus yang paling
sering ditularkan ke anak sebelum kelahiran. Virus ini bertanggung jawab
untuk demam kelenjar.
b. Campak Jerman (rubella)
Merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus rubella.
Virus ditularkan dari orang ke orang melalui udara yang ditularkan ketika
orang terinfeksi batuk atau bersin, virus juga dapat ditemukan dalam air
seni, kotoran dan pada kulit. Ciri gejala dari beberapa rubella merupakan
suhu tubuh tinggi dan ruam merah muda.
c. Mumps
Merupakan sebuah virus (jangka pendek) infeksi akut di mana kelenjar
ludah, terutama kelenjar parotis (yang terbesar dari tiga kelenjar ludah
utama) membengkak.
d. Sifilis
Merupakan PMS (Penyakit Menular Seksual) yang disebabkan oleh bakteri
Treponema pallidum.
e. Toksoplasmosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh parasite
berseltunggal yaitu Toxoplasma gondii.
3. Neoplasma, hidrosefalus oleh obstruksi mekanis yang dapat terjadi di setiap
tempat aliran CSS. Pada anak, kasus terbanyak yang menyebabkan
penyumbatan ventrikel IV dan akuaduktus Sylvius bagian terakhir biasanya
suatu glioma yang berasal dari serebelum, sedangkan penyumbatan bagian
depan ventrikel III biasanya disebabkan suatu kraniofaringioma.
4. Perdarahan, perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak dapat
menyebabkan fibrosis leptomeningen pada daerah basal otak, selain
penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri.

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Berikut ini adalah hal – hal yang mempengaruhi terjadinya hydrocephalus:
1. Lahir prematur, bayi yang lahir prematur memiliki risiko yang lebih tinggi
perdarahan intraventricular (perdarahan dalam ventrikel otak), yang dapat
menyebabkan hydrocephalus.
2. Masalah selama kehamilan infeksi pada rahim selama kehamilan dapat
meningkatkan risiko hydrocephalus pada bayi berkembang. Akibat infeksi
dapat timbul perlekatan meningen. secara patologis terlihat penebalan jaringan
piameter dan arakhnoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain, penyebab
infeksi adalah toksoplasmosis.
3. Masalah dengan perkembangan janin seperti penutupan yang tidak lengkap dari
kolom tulang belakang. Beberapa cacat bawaan mungkin tidak terdeteksi saat
lahir, tetapi peningkatan risiko hydrocephalus akan tampak saat usia bayi lebih
tua (masih masa anak - anak).
4. Lesi dan tumor sumsum tulang belakang atau otak. Pada anak yang
menyebabkan penyumbatan ventrikel IV / akuaduktus sylvii bagian terakhir
biasanya suatu glioma yang berasal dari cerebelum, penyumbatan bagian depan
ventrikel III disebabkan kraniofaringioma. Hydrocephalus Infantil, 4% adalah
karena tumor fossa fosterior.
5. Infeksi pada sistem saraf.
6. Perdarahan di otak. Hydrocephalus Infantil, 50% adalah karena perdarahan dan
meningitis.
7. Memiliki cedera kepala berat.
F. Epidemiologi
Insiden hidrosefalus kongenital di AS adalah 3 per 1.000 kelahiran hidup
sedangkan insiden untuk hidrosefalus akuisita (aquired hydrocephalus) tidak
diketahui secara pasti karena penyebab penyakit yang berbeda-beda. Pada
umumnya, insiden hidrosefalus adalah sama untuk kedua jenis kelamin, kecuali
pada sindrom Bickers-Adams, X-linked hydrocephalus ditularkan oleh perempuan
dan diderita oleh laki-laki. Hidrosefalus dewasa mewakili sekitar 40% dari total
kasus hidrosefalus.

G. Patomekanisme
Menurut teori hidrosefalus terjadi akibat dari tiga mekanisme yaitu; produksi cairan
yang berlebihan, peningkatan resistensi aliran cairan, peningkatan tekanan sinus
venosa. Konsekuensi dari tiga mekanisme diatas adalah peningkatan tekanan
intrakranial sebagai upaya mempertahankan keseimbangan sekresi dan absorbsi.
Mekanisme terjadinya dilatasi ventrikel masih belum dipahami dengan jelas,
namun hal ini bukanlah hal yang sederhana sebagaimana akumulasi akibat dari
ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi. Mekanisme terjadinya dilatasi
ventrikel cukup rumit dan berlangsung berbeda-beda tiap saat tiap saat selama
perkembangan hidrosefalus. Dilatasi ini terjadi sebagai akibat dari:
1. Kompensasi sistem serebrovaskular
2. Redistribusi dari liquor serebropinal atau cairan ekstraseluler atau keduanya
dalam susunan sistem saraf pusat.
3. Perubahan mekanis dari otak (peningkatan elastisitas otak, gangguan
viskoelastisitas otak,kelainan turgor otak)
4. Efek tekanan denyut liquor serebrospinal (masih diperdebatkan)
5. Hilangnya jaringan otak
6. Pembesaran volume tengkorak (pada penderita muda) akibat adanya regangan
abnormal pada sutura cranial.
Produksi cairan yang berlebihan hampir semua disebabkan oleh tumor pleksus
khoroid (papiloma dan karsinoma). Adanya produksi yang berlebihan akan
menyebabkan tekanan intracranial meningkat dalam mempertahankan
keseimbangan antara sekresi dan absorbs liquor, sehingga akhirnya ventrikel akan
membesar. Adapula beberapa laporan mengenai produksi liquor yang berlebihan
tanpa adanya tumor pada pleksus khoroid, di samping juga akibat hipervitaminosis.
Gangguan aliran liquor merupakan awal dari kebanyakan dari kasus hidrosefalus.
Peningkatan resistensi yang disebabkan oleh gangguan aliran akan meningkatkan
tekanan cairan secara proporsional dalam upaya mempertahankan resorbsi yang
seimbang. Derajat peningkatan resistensi aliran cairan dan kecepatan
perkembangan gangguan hidrodinamik berpengaruh pada penampilan klinis.

H. Manifestasi Klinis
Gambaran klinik hydrocephalus dipengaruhi oleh umur penderita, penyebab, dan
lokasi obstruksi. Gejala – gejala yang menonjol merupakan refleksi hipertensi
intrakranial. Rincian gambaran klinik adalah sebagai berikut:
 Neonatus
Gejala hydrocephalus yang paling umum dijumpai pada neonatus adalah
iritabilitas. Sering kali anak tidak mau makan dan minum, kadang – kadang
kesadaran menurun ke arah letargi. Anak kadang – kadang muntah, jarang yang
bersifat proyektil. Pada masa neonatus ini gejala – gejala lainnya belum tampak,
sehingga apabila dijumpai gejala – gejala seperti tersebut di atas, perlu dicurigai
adanya kemungkinan hydrocephalus. Dengan demikian dapat dilakukan
pemantauan secara teratur dan sistematik. Pada anak di bawah 6 tahun,
termasuk neonatus, akan tampak pembesaran kepala karena sutura belum
menutup secara sempurna. Pembesaran kepala ini harus dipantau dari waktu ke
waktu, dengan mengukur lingkar kepala. Fontanela anterior tampak menonjol,
pada palpasi terasa tegang dan padat. Pemeriksaan fontanela ini harus dalam
situasi yang santai, tenang, dan penderita dalam posisi berdiri atau duduk tegak.
Tidak ditemukannya fontanela yang menonjol bukan berarti bahwa tidak ada
hydrocephalus. Pada umur 1 tahun, fontanela anterior sudah menutup atau oleh
karena rongga tengkorak yang melebar maka tekanan intrakranial secara
relative akan mengalami dekompresi. Vena – vena di kulit kepala dapat sangat
menonjol, terutama apabila bayi menangis. Peningkatan tekanan intrakranial
akan mendesak darah vena dari alur normal di basis otak menuju ke sistem
kolateral dan saluran – saluran yang tidak mempunyai klep. Mata penderita
hydrocephalus memperlihatkan gambaran yang khas, yang disebut sebagai
setting-sun sign, skera yang berwarna putih akan tampak di atas iris. Paralisis
nervus abdusens, yang sebenarnya tidak menunjukkan lokasi lesi, sering
dijumpai pada anak yang berumur lebih tua dan pada dewasa. Kadang – kadang
terlihat adanya nistagmus dan strabismus. Pada hydrocephalus yang sudah
lanjut dapat terjadi edema papil atau atrofi papil. Tidak adanya pulsasi vena
retina merupakan tanda awal hipertensi intrakranial yang khas.
 Dewasa
Gejala yang paling sering dijumpai adalah nyeri kepala. Sementara itu,
gangguan visus, gangguan motorik/berjalan, dan kejang terjadi pada 1/3 kasus
hydrocephalus pada usia dewasa. Pemeriksaan neurologik pada umumnya tidak
menunjukkan kelainan, kecuali adanya edema papil dan/atau paralisis nervus
abdusens.

I. Penegakkan Diagnosis
1. Pemeriksaan funduskopi, evaluasi funduskopi dapat mengungkapkan
papilledema bilateral ketika tekanan intrakranial meningkat. Pemeriksaan
mungkin normal, namun, dengan hidrosefalus akut dapat memberikan penilaian
palsu.
2. Foto polos kepala lateral, tampak kepala membesar dengan disproporsi
kraniofasial, tulang menipis dan sutura melebar.
3. Pemeriksaan cairan serebrospinal, dilakukan pungsi ventrikel melalui foramen
frontanel mayor. Dapat menunjukkan tanda peradangan dan perdarahan baru
atau lama. Juga dapat menentukan tekanan ventrikel.
4. CT scan kepala, meskipun tidak selalu mudah untuk mendeteksi penyebab
dengan modalitas ini, ukuran ventrikel ditentukan dengan mudah. CT scan
kepala dapat memberi gambaran hidrosefalus, edema serebral, atau lesi massa
seperti kista koloid dari ventrikel ketiga atau thalamic atau pontine tumor.CT
scan wajib bila ada kecurigaan proses neurologis akut.

5. MRI, dapat memberi gambaran dilatasi ventrikel atau adanya lesi massa.

Kiri: Penderita Hidrosefalus


Kanan: Normal
J. Diagnosis Banding
Berdasarkan gambaran radiologi, hidrosefalus memiliki gambaran yang hampir
sama dengan holoprosencephaly, hydraencephaly dan atrofi cerebri.
1. Holoprosencephaly, muncul karena kegagalan proliferasi dari jaringan otak
untuk membentuk dua hemisfer. Salah satu tipe terberat dari holoprosencephaly
adalah bentuk alobaris karena biasa diikuti oleh kelainan wajah, ventrikel
lateralis, septum pelusida dan atrofi nervus optikus. Bentuk lain dari
holoprosencephaly adalah semilobaris holoprosencephaly dimana otak
cenderung untuk berproliferasi menjadi dua hemisfer. Karena terdapat
hubungan antara pembentukan wajah dan proliferasi saraf, maka kelainan pada
wajah biasanya ditemukan pada pasien holoprosencephaly.
2. Hydranencephaly, muncul karena adanya iskemik pada distribusi arteri karotis
interna setelah struktur utama sudah terbentuk. Oleh karena itu, sebagian besar
dari hemisfer otak digantikan oleh CSS. Adanya falx cerebri membedakan
antara hydranencephaly dengan holoprosencephaly. Jika kejadian ini muncul
lebih dini pada masa kehamilan maka hilangnya jaringan otak juga semakin
besar. Biasanya korteks serebri tidak terbentuk, dan diharapkan ukuran kepala
kecil tetapi karena CSS terus di produksi dan tidak diabsorbsi sempurna maka
terjadi peningkatan TIK yang menyebabkan ukuran kepala bertambah dan
terjadi ruptur dari falx serebri.
3. Atrofi Serebri, secara progresif volume otak akan semakin menurun diikuti
dengan dilatasi ventrikel karena penuaan. Tetapi Atrofi didefinisikan sebagai
hilangnya sel atau jaringan, jadi atrofi serebri dapat didefinisikan sebagai
hilangnya jaringan otak (neuron dan sambungan antarneuron). Biasanya
disebabkan oleh penyakit-penyakit degeneratif seperti multiple sklerosis, korea
huntington dan Alzheimer. Gejala yang muncul tergantung pada bagian otak
yang mengalami atrofi. Dalam situasi ini, hilangnya jaringan otak
meninggalkan ruang kosong yang dipenuhi secara pasif dengan CSS.
K. Penatalaksanaan
1. Terapi konservatif medikamentosa, untuk membatasi evolusi hidrosefalus
melalui upaya mengurangi sekresi cairan dan pleksus choroid (asetazolamit 100
mg/kgBB/hari; furosemid 1,2 mg/kgBB/hari) atau upaya meningkatkan
resorpsinya (isorbid). Terapi diatas hanya bersifat sementara sebelum dilakukan
terapi defenitif diterapkan atau bila ada harapan kemungkinan pulihnya
gangguan hemodinamik tersebut; sebaliknya terapi ini tidak efektif untuk
pengobatan jangka panjang mengingat adanya resiko terjadinya gangguan
metabolik.
2. Ventriculoperitoneal shunting, cara yang paling umum untuk mengobati
hidrosefalus. Dalam ventriculoperitoneal (VP) shunting, tube dimasukkan
melalui lubang kecil di tengkorak ke dalam ruang (ventrikel) dari otak yang
berisi cairan serebrospinal (CSF). Tube ini terhubung ke tube lain yang berjalan
di bawah kulit sampai ke perut, di mana ia memasuki rongga perut (rongga
peritoneal). Shunt memungkinkan CSS mengalir keluar dari ventrikel dan ke
rongga perut di mana ia diserap. Biasanya, katup dalam sistem membantu
mengatur aliran cairan.
3. Terapi etiologi - Merupakan strategi penanganan terbaik; seperti antara lain;
pengontrolan kasus yang mengalami intoksikasi vitamin A, reseksi radikal lesi
massa yang mengganggu aliran liquor, pembersihan sisa darah dalam liquor
atau perbaikan suatu malformasi. Pada beberapa kasus diharuskan untuk
melakukan terapi sementara terlebih dahulu sebelum diketahui secara pasti lesi
penyebab; atau masih memerlukan tindakan operasi shunting karena kasus yang
mempunyai etiologi multifaktor atau mengalami gangguan aliran liquor
skunder.

L. Prognosis
Prognosis untuk individu didiagnosis dengan hidrosefalus sulit untuk diprediksi,
meskipun ada beberapa korelasi antara penyebab spesifik dari hidrosefalus dan
hasil. Prognosis bergantung kepada jika adanya gangguan terkait, ketepatan waktu
diagnosis, dan keberhasilan pengobatan. Individu yang terkena dan keluarga
mereka harus menyadari bahwa hidrosefalus dapat menimbulkan risiko baik dari
segi kognitif maupun pembangunan fisik. Pengobatan oleh tim interdisipliner
medis profesional, spesialis rehabilitasi, dan ahli pendidikan sangat penting untuk
memberikan hasil yang positif. Jika tidak diobati, progresif hidrosefalus dapat
berakibat fatal. Gejala-gejala hidrosefalus dengan tekanan normal biasanya
memburuk dari waktu ke waktu jika tidak diobati. Sementara keberhasilan
pengobatan dengan shunt bervariasi dari orang ke orang, beberapa orang sembuh
hampir sepenuhnya setelah perawatan dan memiliki kualitas hidup yang baik.
Diagnosis dini dan pengobatan meningkatkan kesempatan pemulihan yang baik.

M. Pencegahan
Pencegahan primer adalah upaya memodifikasi faktor risiko atau mencegah
berkembangnya faktor risiko, sebelum dimulainya perubahan patologis, dilakukan
pada tahap suseptibel dan induksi penyakit, dengan tujuan mencegah atau menunda
terjadinya kasus baru penyakit. Pada kasus hydrocephalus pencegahan dapat
dilakukan dengan:
1. Pada kehamilan perawatan prenatal yang teratur secara signifikan dapat
mengurangi risiko memiliki bayi prematur, yang mengurangi risiko bayi
mengalami hydrocephalus.
2. Untuk penyakit infeksi, setiap individu hendaknya memiliki semua vaksinasi
dan melakukan pengulangan vaksinasi yang direkomendasikan.
3. Meningitis merupakan salah satu penyebab terjadinya hydrocephalus. Untuk
itu perlu dilakukan penyuluhan tentang pentingnya vaksin meningitis bagi
orang – orang yang berisiko menderita meningitis. Vaksinasi dianjurkan untuk
individu yang berpergian ke luar negeri, orang dengan gangguan sistem imun
dan pasien yang menderita gangguan limpa.
4. Mencegah cedera kepala.
DAFTAR PUSTAKA

1. U.S. Department Of Health And Human Services. Public Health Service National
Institutes Of Health.

2. Dr. Iskandar Japardi (2002). Cairan Serebrospinal. USU Digital Library, Fakultas
Kedokteran Bagian Bedah Universitas Sumatera Utara.

3. Jason G. Mandell et. All. 2010. Journal of Neurosurgery: Pediatrics. July 2010
Volume 6, Number 1.

4. Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 27, No. 3, Februari 2013; Korespondensi:


Farhad Bal'afif. Laboratorium Bedah Saraf Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya Malang, Jl. Jaksa Agung Suprapto No.2 Malang,

5. Milani Sivagnanam and Neilank K. Jha (2012). Hydrocephalus: An Overview,


Hydrocephalus.

6. Harold L. Rekate, M.D. January 2003. Hydrocephalusassociation 2nd Edition. San


Francisco, California.

7. Said Alfin Khalilullah (2011). Review Article Hidrosefalus. RSUD dr.Zainoel


Abidin Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

8. Stephen L Nelson Jr, MD, PhD. Hydrochephalus.

9. Rukaiya K.A. Hamid, Mbbs, Ffarcs, Md, and Philippa Newfield, Md. (2001).
Pediatric Neuroanesthesia Hydrocephalus.

10. Dr. BC Warf (2008). Strategy for treatment of Hydrocephalus in developing


countries.

Anda mungkin juga menyukai