Anda di halaman 1dari 4

Nama : EKI SUDARNO Kelas: Ilmu Hukum E (Semester 7 Konsentrasi HTN) ILMU PENGETAHUAN

Nim: 11720714807 Matkul: Ilmu Perundangan PERUNDANGAN


LAW
Common law,
TRADITION
ILMU PERUNDANGAN Civil law & MIXED
BASIC
Socialist law SYSTEM
RUANG LINGKUP ILMU KNOWLADGE
PERUNDANGAN NEGARA BEKAS JAJAHAN
PROSES, METODE & TITIK AWAL
TEKNIK PERUNDANG- PEMAHAMAN ILMU LEGAL
UNDANGAN DRAFTING SISTEM NASIONAL
TEORI PERUNDANGAN PERUNDANGAN
SISTEM HUKUM
Dapat dikatakan sebagai ilmu Norma Hukuk sebagai
perundangan jika dilihat dari Skematis Lazim berbentuk stuktur hierarkis dari
Pyramida yang berjenjang- Sistem Hukum Terdarap 2 klasifikasi
jenjang dikemukakan Hans sumber hukum
HIPOTESA, METODE & GN Kelsen
STATEMENT TDK
N
NORM TERTULIS FORMIL MATERIL
Groundnorm
NORM
Staatgrundgesetz
Formellegezetz HUKUM
Verordnungen & SELANJUTNYA
TERTULIS ASAS-ASAS PERATURAN
Autonom Satzung
PERUNDANGAN
FORMIL MATERIL
DIKEMBANGKAN
MATERI MUATAN
OLEH HANS
NAWIASKY
landasan formal konstitusional materi muatan yang harus
DI REFLEKSI OLEH pembentukan peraturan diatur dalam peraturan LANDASAN PERATURAN
perundang-undangan. perundang undangan sesuai PERUNDANGAN
INDONESIA dengan jenis dan tingkatannya GOOD
LEGISLATION

Pasal 7 ayat (1) UU No. 12 Tahun LANDASAN PEMBENTUKAN


2011 PERUNDANG-UNDANGAN
Hal yang dipahami:

1. Ilmu Pengetahuan Perundang-undangan merupakan ilmu interdisipliner (pendekatan dalam pemecahan suatu masalah dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang ilmu
serumpun yang relevan atau tepat guna secara terpadu.) yang mempelajari merupakan Ilmu Pengetahuan Interdisipliner mengenai pembentukan hukum oleh negara.. Istilah “Ilmu
Pengetahuan Perundang- undangan di Indonesia diajukan oleh A. Hamid S. Attamimi, melahirkan istilah Ilmu Perundang-undangan yang sekarang banyak digunakan dalam ilmu
hukum.
2. Ruang lingkup ilmu perundang-undangan (Gesetzsgebungslehre) yakni melakukan perbuatan yang bersifat normatif mulai dari proses, metode dan teknik. Proses perundang-
undangan (Gesetzgebungsverfahren) dipahami sebagai bentuk aktivitas membahas, menganalisis mulai dari proses pembentukan sampai pengawasan dan pengujian peraturan
perundang-undngan.
a. Metode Perundang-undangan (Gesetzgebungsmethode); difahami sebagai bentuk aktivitas membahas, menganalisis, dan cara menemukan materi muatan (het onderwerp)
peraturan perundang-undangan.
b. b. Teknik Perundang-undangan (Gesetzgebungstechnik) difahami sebagai bentuk aktivitas membahas dan menganalisis struktur bentuk peraturan perundang-undangan
mulai dari bentuk luar dan bagian-bagian esensial dari peraturan perundang-undangan.
3. Teori Perundang-undangan (Gesetzsgebungstheorie) merupakan titik awal melangkah untuk memahami ilmu perundang-undangan. Hal ini didasarkan pada pendapat Bruggink
menyatakan bahwa setiap teori baru bisa dikatakan ilmu jika telah terpenuhi tiga syarat utama yakni:
a. penetapan masalah (hipotesa),
b. metode, dan
c. pernyataan konsepsional (statement).
4. Ilmu Pengetahuan perundang-undangan dalam dunia Legal Drafting merupakan suatu ilmu dasar (Basic Knowledge) dan pengetahuan siap pakai bagi pelaku Legal Drafting.
5. Istilah tradisi hukum didefenisikan sebagai suatu kumpulan sikap yang telah mengakar kuat dan terkondisi secara historis terhadap hakikat hukum, aturan hukum dalam
masyarakat dan ideologi politik, organisasi serta penyelenggaraan sistem hukum. Sedangkan istilah sistem hukum didefenisikan dengan pengoperasian atau menjalankan
sekumpulan institusi, prosedur, dan peraturan-peraturan hukum.
6. Tradisi hukum (law tradition), yakni sikap kultural-politis yang mendasari politik hukum (legal policy) dan tradisi ini lahir sebagai hasil perjalanan sejarah yang diambil oleh
Negara yang berangkutan.
7. Tradisi hukum adalah salah satu subsistem dalam sistem hukum, sistem hukum merupakan subsistem pula didalam system nasional.
8. Kelompok tradisi hukum di dunia, yaitu :Tradisi hukum continental (Civil Law Tradition), Tradisi hukum Anglo-Saxon (Common Law Tradition), Tradisi hukum sosialis
(Socialist Law Tradition), Tradisi hukum gabungan antara unsur 3 tradisi tersebut (kombinasi), Tradisi hukum menurut ajaran agama Islam (The Moslem Legal Tradition).
9. Gabungan dari beberapa sistem hukum dengan teknik transplantasi atau konvergensi dapat disebut sebagai mixed system. Sistem hukum seperti ini merupakna usahan mengambil
jalan tengah dan mengambil sisi terbaik dari sistem hukum yang ada dan disatukan kedalam sistem hukum negaranya yang akan disempurnakan sehingga menjadi bentuk sistem
hukum baru.
10.Sistem hukum Indonesia pasca amandemen ke-tiga UUD 1945 dinamakan Sistem Hukum Pancasila yang memakai ‘konsep prismatik’, yakni konsep yang mengambil segi-segi
yang terbaik dari dua konsep yang bertentangan (antara Rechtstaat dan The Rule Of Law) yang kemudian disatukan sebagai konsep tersendiri sehingga dapat selalu dapat
diterapkan sesuai kehidupan masyarakat Indonesia dan setiap dinamikanya.
11.Hierarki norma hukum dapat difahami bahwa hukum sebagai sistem merupakan sebuah sistem norma hukum, dimana sejumlah norma membentuk sebuah kesatuan atau sebuah
kelompok, jika keabsahan (validity) norma dapat dirunut kembali sampai ke norma tunggal yang menjadi dasar kebasahan terakhir. Sebaliknya, norma dasar sebagai sumber
umum menyatukan bermacam-macam norma membentuk sebuah sistem.
12.Norma negara diciptakan berjenjang, bertingkat dan merupakan suatu “rengsesus”demikian menurut Hans Kelsen. Teori jenjang norma (Stufentheorie) Hans Kelsen
mengemukakan bahwa norma hukum itu berjenjang-jenjang dan berlalpis lapis dalam suatu hirarki tata susunan dimana norma lebih rendah diciptakan berdasarkan norma yang
lebih tinggi dan norma yang lebih tinggi diciptakan berdasarkan norma yang lebih tinggi lagi dan begitu seterusnya sampai pada norma yang bersifat hipotesis dan fiktif disebut
Norma Dasar (Grundnorm).
13.Teori jenjang norma (Stufentheorie) Hans Kelsen kemudian dikembangkan menjadi teori jenjang norma hukum (die Theorie vom stufentordnung der Rechtsnormen) oleh Hans
Nawiasky yang berpandangan bahwa norma-norma hukum dalam negara berjenjang-jenjang, berlalpis-lapis dan berkelompok-kelompok secara khusus yang tersusunan dalam
suatu hirarkie
14.Sistem norma hukum Negara Republik Indonesia secara garis besar terdiri dari dua kelompok norma hukum yakni norma hukum yang dibentuk di pusat kekuasaan dan norma
hukum yang dibentuk di daerah.
15.Sistem norma hukum Negara Republik Indonesia dibangun secara berlapis-lapis dan berkelompok-kelompok berbentuk hierarkie, dimana kesatuan rantai norma hukum ini
diaktualisasikan ke dalam hierarki peraturan perundang-undangan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan
16.Sumber hukum dalam penataan sistem hukum dikenal dalam dua klasifikasi yakni sumber hukum dalam arti formil dan sumber hukum dalam arti materil. Sumber hukum dalam
arti formil merupakan sumber hukum dimana hukum bisa ditemukan. Sumber hukum dalam arti materil merupakan sumber yang menentukan isi kaidah atau materi muatan
sumber hukum arti formil.
17.Hukum tertulis merupakan hukum yang masuk dalam klasifikasi berdasarkan pada bentuknya. Dalam kesatuan hierarki hukum tertulis difahami bahwa sumber hukum tertinggi
atau pondasi hukum negara menjadi sumber dasar penciptaan kesatauan norma. Oleh karenanya, sumber kewenangan hukum tertulis pada mulanya diderivasi dari nilai-nilai moral
idiologi negara dan dijabarkan dalam Hukum dasar yang disebut Konstitusi atau UUD.
18.Hukum positif adalah kumpulan asas dan kaidah tertulis dan tidak tertulis yang pada saat ini sedang berlaku dan mengikat secara umum dan khusus dan ditegakkan oleh atau
melalui pemerintah atau pengadilan dalam negara Indonesia. “Penekanan” pada saat sedang berlaku”, karena secara keilmuan (rechtwetenschap), pengertian hukum positif
diperluas. Bukan saja sedang berlaku sekarang, melainkan termasuk hukum yang pernah berlaku dimasa lalu. Hal ini timbul karena dimasukkan unsur “berlaku pada waktu
tertentu dan ditempat tertentu
19.Dalam pembentukan peraturan perundang-undangan ada beberapa aspek yang harus ditempuh, yaitu aspek formil dan aspek materiil. Yang dimaksud aspek formil atau aspek
prosedural menyangkut landasan formal konstitusional pembentukan peraturan perundang-undangan. Sedangkan aspek materiil menyangkut materi muatan yang harus diatur
dalam peraturan perundang undangan sesuai dengan jenis dan tingkatannya
20.untuk mencapai perundang-undangan yang baik (good legislation), bahwa ada lima landasan pembentukan perundang-undangan yakni: Filosofis, Yuridis, sosiologis, Politis dan
ekonomis.
21.Landasan-landasan pembentukan perundang-undangan yang terdapat dalam Pasal 44 ayat 2 UU No 12 tahun 2011
a. Landasan Filosofis (Filosofische Groundslag)
b. Landasan Sosiologis (Sosiologische Graundslag)
c. Landasan Yuridis (Juridische Grondslag)
22.Asas-asas Peraturan Perundang-Undangan
a. Asas Peraturan Perundang-undangan
b. Asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
23.setiap materi muatan peraturan perundang undangan mencerminkan levelitas peraturan perundang-undangannya yang diturunkan lansung dari lembaga pembentuk. Oleh karena
itu, istilah materi muatan mengacu pada kandungan atau substansi yang dimuat dalam peraturan perundang-undangan
24.Setiap jenis peraturan perundang-undangan memuat materi tertentu, dan berbeda antara satu dengan yang lainya. Secara substansial pembedaan materi muatan dalam levelitas
peraturan perundang-undangan didasarkan kepada bentuk syarat, cara, isi serta badan pembentukannya. Oleh karenanya levelitas dan jenis lembaga negara yang membuatnya atau
mewadahinya akan merefleksikan produk hukum yang dibentuknya. Dalam bentuk inilah berlaku asas hierarki dalam hukum yang diangkat dari levelitas lembaga menjadi
levelitas hukum.

Anda mungkin juga menyukai