Anda di halaman 1dari 14

Dasar hukum pengembangan profesi guru di Indonesia

1. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


2. UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
3. PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
4. Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kompetensi Guru
5. PermendiknasNo. 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi bagi Guru dalam
Jabatan melalui Penilaian Portofolio
6. Permendiknas No. 40 Tahun 2007 tentang Sertifikasi bagi Guru dalam
Jabatan melalui Jalur Pendidikan

Kegiatan pengembangan profesi adalah kegiatan guru dalam rangka penerapan


dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan keterampilan untuk
meningkatkan mutu proses pembelajaran dalam rangka menghasilkan sesuatu
yang bermanfaat bagi penidikan pada umumnya maupun lingkungan sekolah pada
khususnya. Tujuan kegiatan pengembangan profesi guru untuk meningkatkan
mutu agar lebih professional dalam pelaksanaan tugas pada bidang pengembangan
profesi.

Pengembangan Profesi Guru melalui jalur Pendidikan, Latihan, dan Workshop.

I. Pengertian Pendidikan

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha


sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
Negara.

Menurut H. Fuad Ihsan (2005:1) menjelaskan bahwa dalam pengertian


yang sederhana dan umum makna pendidikan sebagai “usaha manusia untuk
menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani
maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat dan
kebudayaan.”.

Menurut Pandodjo dan Husman (1998:4) pendidikan merupakan usaha


kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan umum seseorang termasuk di
dalamnya teori untuk memutuskan persoalan-persoalan yang menyangkut
kegiatan pencapaian tujuan.

Maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar setiap


manusia untuk mengembangkan pengetahuan serta potensi yang dimilikinya
sesuai dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat.
II. Pengertian Latihan

Menurut Widodo (2015:82), pelatihan merupakan serangkaian aktivitas


individu dalam meningkatkan keahlian dan pengetahuan secara sistematis
sehingga mampu memiliki kinerja yang professional di bidangnya.

Menurut Rachmawati (2008:110), pelatihan merupakan wadah lingkungan


bagi karyawan, dimana mereka memperoleh atau mempelajari sikap, kemampuan,
keahlian, pengetahuan, dan perilaku spesifik yang berkaitan dengan pekerjaan.

Menurut Rivai dan Sagala (2011:212), pelatihan adalah proses secara


sistematis mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi.
Pelatihan berkaitan dengan keahlian dan kemampuan pegawai untuk
melaksanakan pekerjaan saat ini.

Dari beberapa pengertian di atas dapa disimpulkan bahwa pelatihan adalah


sebuah proses untuk meningkatkan kompetensi karyawan dan dapat melatih
kemampuan, keterampilan, keahlian, dan pengetahuan karyawan guna
melaksanakan pekerjaan secara efektivitas dan efisien untuk mencapai tujuan di
suatu perusahaan.

III. Pengertian Workshop

Secara umum, pengertian workshop adalah suatu pertemuan yang mana


sekelompok orang memiliki minat, keahlian, ataupun profesi pada bidang tertentu
yang terlibat aktif dalam suatu diskusi dan kegiatan intensif pada suatu subjek
maupun proyek tertentu.

Beberapa pendapat lain ada yang mengatakan bahwa pengertian workshop


adalah suatu bentuk kegiatan yang mana ada beberapa orang ahli pada bidang
tertentu dan berkumpul dengan sekelompok orang dengan latar belakang maupun
profesi yang sama serta melakukan kegiatan interaksi secara bersama untuk
membahas suatu masalah tertentu.

Dalam proses pelaksanaannya, kegiatan workshop ini biasanya akan lebih


focus untuk membahas berbagai masalah tertentu yang disertai dengan pelatihan.
Para peserta di dalamnya akan mendapatkan pengetahuan baru yang sangat
bermanfaat dan juga bisa diterapkan sesuai dengan bidang profesi yang
dimilikinya.

Dalam upaya pembangun pendidikan nasional, sangat diperlukan guru


(pendidik) dalam standar mutu kompetensi dan profesionalisme yang terjamin.
Untuk mencapai jumlah guru professional yang dapat menggerakak dinamika
kemajuan pendidikan nasional diperlukan suatu proses pembinaan
berkesinambungan, tepat sasaran, dan efektif. Proses menuju guru professional ini
perlu didukung oleh semua unsur yang terkait dengan guru. Unsur-unsur tersebut
dapat dipadukan untuk menghasilkan suatu sistem yang dapat dengan sendirinya
bekerja menuju pembentukan guru-guru yang professional dalam kualitas maupun
kuantitas yang mencukupi.

Salah satu cara meningkatkan kinerja serta keprofesionalan dari guru


adalah dengan adanya Pendidikan dan Latihan (Diklat). Pendidikan dan Pelatihan
merupakan upaya untuk mengembangkan sumber daya aparatur, terutama
peningkatan profesionalisme yang berkaitan dengan keterampilan administrasi
dan keterampilan manajemen (kepemimpinan). Seokijo (1999:4) mengemukakan
bahwa untuk meningkatkan kualitas kemampuan yang menyangkut kemampuan
kerja, berpikir, dan keterampilan maka pendidikan dan pelatihan yang paling
penting diperlukan.

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) merupakan pola sertifikasi


dalam bentuk pelatihan yang diselenggarakan oleh Rayon LPTK (Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan) untuk memfasilitasi terpenuhinya standar
kompetensi guru peserta sertifikasi. Beban belajar PLPG sebanyak 90 jam
pembelajaran dan dilaksanakan dalam bentuk perkuliahan dan workshop
menggunakan pendekatan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, dan
menyenangkan (PAIKEM).

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional, Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, dan Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang Guru
menyatakan bahwa guru adalah pendidik professional. Guru yang dimaksud
meliputi guru kelas, guru mata pelajaran, guru bimbingan dan konseling /
konselor, dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan.

Guru profesional dipersyaratkan memiliki kualifikasi akademik yang


relevan dengan mata pelajaran yang diampunya dan menguasai kompetensi
sebagaimana dituntut oleh Undang-Undang Guru dan Dosen. Pengakuan guru
sebagai pendidik professional dibuktikan dengan seritifkat pendidik yang
diperoleh melalui suatu proses sistematik yang disebut sertifikasi. Sertifikasi bagi
guru dalam jabatan sebagai salah satu upaya peningkatan mutu guru diharapkan
dapat meningkatkan mutu pendidikan pada satuan pendidikan formal secara
berkelanjutan. Guru dalam jabatan yang telah memnuhi persayaratan dapat
mengikuti sertifikasi jalur PLPG.

1. Dasar Hukum
Sertifikasi guru dalam jabatan sebagai upaya meningkatkan profesionalitas
guru di Indonesia diselenggarakan berdasarkan landasan hukum sebagai
berikut :
a. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
b. Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
c. Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
d. Peraturan Pemerintah RI No. 74 Tahun 2008 tentang Guru.
e. Pemendiknas No. 16 Tahun 2005 tentang Standar Kualifikasi dan
Kompetensi Pendidik.
f. Pemendiknas No. 11 Tahun 2011 tentang Sertifikasi bagi Guru dalam
Jabatan.
2. Tujuan
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) bertujuan untuk
meningkatkan kompetensi, profesionalisme, dan menentukan kelulusan guru
peserta sertifikasi.
3. Peserta

Peserta PLPG adalah guru kelas, guru mata pelajaran, guru bimbingan
konseling, serta guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan
pendidikan yang memilih sertifikasi pola PLPG, pola portofolio tetapi tidak
lulus tes awal / tidak lulus penilaian portofolio / tidak lulus verifikasi berkas
portofolio, dan PSPL tetapi bertatus tidak memenuhi persyaratan.

Peserta yang dipanggil untuk mengikuti PLPG harus membawa referensi,


data yang relevan dengan bidang keahlian masing-masing, dan laptop. Guru
kelas dan guru mata pelajaran membawa kurikulum, buku, referensi, contoh
RPP, dan diharapkan membawa laptop. Guru BK membawa buku, referensi,
contoh rencana program layanan dan bimbingan, contoh laporan pelaksanaan
bimbingan, data-data relevan, dan laptop. Guru yang diangkat dalam jabatan
pengawas satuan pendidikan membawa buku, referensi, contoh RKA, RKM,
contoh laporan kepengawasan, data-data relevan, dan laptop.

Peserta PLPG yang tidak memenuhi panggilan karena alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan diberi kesempatan untuk mengikuti PLPG pada
panggilan berikutnya pada tahun berjalan selama PLPG masih dilaksanakan.
Peserta yang tidak memenuhi 2 kali panggilan dan tidak ada alasan yang bisa
dipertanggungjawabkan dianggap mengundurkan diri. Apabila sampai akhir
masa pelaksanaan PLPG peserta masih tidak dapat memenuhi panggilan
karena alasan yang dapat dipertanggungjawabkan, peserta tersebut diberi
kesempatan untuk mengikuti PLPG hanya pada tahun berikutnya tanpa
merubah nomor peserta.

4. Penyelenggaraan
Penyelenggaraan PLPG dilakukan berdasarkan berdasarkan proses baku
sebagai berikut :
a. PLPG dilaksanakan oleh LPTK penyelenggara sertifikasi guru dalam
jabatan yang telah ditetapkan Pemerintah dan didukung oleh Perguruan
Tinggi yang memiliki program studi relevan dengan bidang studi/mata
pelajaran peserta PLPG.
b. PLPG diselenggarakan selama minimal 10 hari dan bobot 90 JP dengan
alokasi 22 JP teori dan 68 JP praktik. Satu JP setara dengan 50 menit.
c. Penentuan tempat pelaksanaan PLPG harus memperhatkan kelayakan
(representative dan kondusif) untuk proses pembelajaran.
d. Rombongan belajar (rombel) PLPG diupayakan satu bidang keahlian/mata
pelajaran.
e. Satu rombel maksimal 36 orang peserta, dan satu kelompok peer
teaching/peer counseling/peer supervising maksimal 12 orang peserta.
f. Dalam kondisi tertentu jumlah peserta satu rombel atau kelompok peer
teaching/peer counseling/peer supervising dapat disesuaikan.
g. Satu kelompok peer teaching/peer counseling/peer supervising difasilitasi
oleh satu instruktur yang memiliki NIA yang relevan termasuk pada saat
ujian.
h. PLPG diawali pretest secara tertulis (1 JP) untuk mengukur kompetensi
pedagogic dan professional awal peserta.
i. Pembelajaran dalam PLPG dilakukan dalam bentuk workshop yang
didahului dengan penyampaian materi penunjang workshop dengan
menggunakan multi media dan multi metode yang berbasis pembelajaran
aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM).
j. PLPG diakhiri uji kompetensi dengan mengacu pada rambu-rambu
pelaksanaan PLPG. Uji kompetensi meliputi uji tulis dan uji kinerja (ujian
praktik).
5. Materi
Materi PLPG disusun dengan memperhatikan empat kompetensi guru,
yaitu: (1) pedagogik, (2) profesional, (3) kepribadian, dan (4) sosial.
Standardisasi kompetensi dirinci dalam materi PLPG ditentukan oleh LPTK
penyelenggara sertifikasi dengan mengacu pada rambu-rambu yang ditetapkan
oleh Dirjen Dikti/Ketua Konsorsium Sertifikasi Guru dan hasil need assesment.
Materi PLPG dapat berupa buku, diktat, atau modul. Oleh karena pembelajaran
dalam PLPG lebih menekankan workshop, sebaiknya bahan ajar dikemas
bentuk modul. Modul, paling tidak mencakup: tujuan pembelajaran
(kompetensi yang ingin dicapai), paparan materi, latihan-latihan, evaluasi,
kunci jawaban, dan daftar Pustaka.
6. Instruktur
Instruktur PLPG direkrut dan ditugaskan oleh Ketua Rayon LPTK
Penyelenggara dengan syarat-syarat sebagai berikut.
a. Warga negara Indonesia yang berstatus sebagai dosen pada Rayon LPTK
Penyelenggara Sertifikasi, dosen pada perguruan tinggi pendukung
(perguruan tinggi non-kependidikan), dan widyaiswara pada LPMP/P4TK
di wilayah Rayon LPTK Penyelenggara Sertifikasi.
b. Memiliki NIA yang relevan atau dalam kondisi tertentu serumpun dengan
mata pelajarannnya.
c. Sehat jasmani/rohani dan memiliki komitmen, kinerja yang baik, serta
sanggup melaksanakan tugas.
d. Berpendidikan minimal S-2 (dapat S-1 dan S-2 kependidikan; atau S-1
kependidikan dan S-2 nonkependidikan; atau S-1 nonkependidikan dan S-2
kependidikan). Khusus untuk bidang kejuruan, instruktur dapat
berkualifikasi S-1 dan S-2 nonkependidikan yang relevan dan memiliki
Akta V atau Akta IV atau sertifikat Applied Approach.
e. Instruktur yang berstatus dosen harus memiliki pengalaman mengajar pada
bidang yang relevan sekurang-kurangnya 10 tahun, khusus bagi instruktur
pelatihan guru BK diutamakan memiliki pengalaman menjadi konselor di
sekolah. Instruktur yang berasal dari LPMP/P4TK harus memiliki
pengalaman menjadi Widyaiswara sekurang-kurangnya 10 tahun dan
memiliki latar belakang pendidikan yang relevan dengan bidang studi yang
diampu.
f. Instruktur untuk PLPG guru yang diangkat dalam jabatan pengawas
diutamakan dosen yang memiliki kompetensi kepengawasan rumpun mata
pelajaran yang relevan dan sudah memiliki Nomor Induk Asesor (NIA)
untuk bidang kepengawasan.
g. Bidang keahlian/mata pelajaran instruktur harus relevan atau serumpun
sesuai dengan Lampiran 23.
h. Apabila Rayon LPTK tidak memiliki prodi yang sama dengan mapel guru
yang disertifikasi, dapat melakukan kerjasama dengan perguruan tinggi.
i. Kerjasama antara Rayon LPTK dengan PT Pendukung dapat dilakukan
dengan ketentuan sebagai berikut.
j. Rayon LPTK (Induk/Mitra) harus memiliki program studi yang dapat
memayungi program studi yang ada pada PT Pendukung. Program studi
payung tersebut sekurang-kurangnya serumpun.
k. Apabila Rayon LPTK tidak memiliki prodi yang dapat memayungi kerja
sama dengan PT Pendukung, maka fakultas pendidikan yang memiliki prodi
relevan dapat dijadikan sebagai payung prodi.
l. Untuk Rayon yang berbentuk FKIP tetapi tidak memiliki prodi yang dapat
memayungi kerjasama dengan PT Pendukung, maka FKIP dapat menjadi
payung kerja sama apabila di perguruan tinggi dari FKIP tersebut atau
mitranya memiliki fakultas yang relevan dengan mapel guru yang
disertifikasi.
m. Apabila dalam satu Rayon LPTK dan PT Pendukung tidak memiliki prodi
yang relevan dengan mapel guru yang disertifikasi, Rayon LPTK dapat
melakukan pelimpahan tugas dan wewenang dengan rayon LPTK lain.
Rambu-rambu pelimpahan tugas dan wewenang sertifikasi guru sebagai
berikut.
7. Skenario Workshop
Pada saat workshop, setiap kelas difasilitasi oleh minimal dua orang
instruktur/asesor, dan paling tidak salah satu di antaranya memiliki NIA.
Skenario workshop adalah sebagai berikut :
a. Untuk guru kelas dan guru mata pelajaran
1.) Penelitian Tindakan (PT) atau Penenlitian Tindakan Kelas (PTK)
 Peserta difasilitasi instruktur mengidentifikasi masalah-masalah
pembelajaran yang ada di kelas pada sekolah tempat tugasnya.
 Peserta memilih masalah yang paling penting dan memerlukan
pemecahan dengan segera.
 Peserta membuat rancangan proposal Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) atau Penelitian Tindakan (PT) yang sekurang-kurangnya
mengandung unsur judul, latar belakang masalah, rumusan masalah,
kajian teori walaupun hanya point-point yang akan dibahas, dan
metodologi penelitian tindakan kelas. Sekurang-kurangnya berisi
setting, scenario PTK, dan kriteria keberhasilan PTK/PT.
 Peserta mempresentasikan rancangan proposalnya.
2.) Pengembangan Perangkat Pembelajaran
 Peserta difasilitasi instruktur melakukan orientasi dan diskusi model-
model silabus, RPP, lembar kerja siswa (LKS), rancangan bahan ajar,
media, dan instrument asesmen.
 Peserta memilih standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD)
yang akan dikembangkan menjadi perangkat pembelajaran.
 Peserta didampingi instruktur mengembangkan perangkat
pembelajaran, yang terdiri atas : Silabus (SK, SD, materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, dan
sumber), RPP (sekurang-kurangnya memuat : perumusan
tujuan/kompetensi, pemilihan dan pengorganisasian materi, pemilihan
sumber/media pembelajaran, scenario pembelajaran, dan penilaian
proses dan hasil belajar), rancangan bahan ajar (untuk modul paling
tidak mencakup : tujuan pembelajaran/kompetensi yang ingin dicapai,
paparan materi, latihan-latihan, evaluasi, kunci jawaban, dan daftar
pustaka), media pembelajaran, LKS dan perangkat penilaian.
 Presentasi dan refleksi hasil workshop.
b. Bagi Guru BK
1.) Penelitian Tindakan (PT) atau Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
 Peserta difasilitasi instruktur mengidentifikasi masalah-masalah
pembelajaran yang ada di kelas pada sekolah tempat tugasnya.
 Peserta memilih masalah yang paling penting dan memerlukan
pemecahan dengan segera.
 Peserta membuat rancangan proposal Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) atau Penelitian Tindakan (PT) yang sekurang-kurangnya
mengandung unsur judul, latar belakang masalah, rumusan masalah,
kajian teori walaupun hanya point-point yang akan dibahas, dan
metodologi penelitian tindakan kelas. Sekurang-kurangnya berisi
setting, scenario PTK, dan kriteria keberhasilan PTK/PT.
 Peserta mempresentasikan rancangan proposalnya.
2.) Program Pelayanan Bimbingan dan Konseling (PPBK)
 Peserta difasilitasi instruktur mengidentifikasi masalah-masalah
layanan bimbingan yang pernah dilakukan.
 Peserta memilih program layanan yang paling banyak ditemukan di
tempat tugasnya.
 Peserta membuat rancangan PPBK yang sekurang-kurangnya
memuat : nama program, lingkup bidang (pendidikan/belajar, karier,
pribadi, sosial, akhlak mulia/budi pekerti), yang didalamnya berisi
tujuan, materi kegiatan, strategi, intrumen dan media, waktu kegiatan,
biaya, rencana evaluasi dan tindak lanjut.
 Peserta mempresentasikan rancangan PPBK-nya.
3.) Laporan Layanan Bimbingan dan Konseling
 Peserta difasilitasi instruktur mengidentifikasi layanan bimbingan
yang belum dilaporkan.
 Peserta memilih layanan bimbingan yang akan dilaporkan.
 Peserta membuat laporan layanan bimbingan dan konseling yang
sekurang-kurangnya memuat : agenda kerja guru bimbingan dan
konseling, daftar konseli (siswa), data kebutuhan dan permasalahan
konseli, laporan bulanan, laporan semesteran/tahunan, aktivitas
pelayanan bimbingan dan konseling (pemahaman, pelayanan
langsung, pelayanan tidak langsung) dan laporan hasil evaluasi
program bimbingan dan kosneling.
c. Bagi guru yang diangkat dalam jabatan Pengawas Satuan Pendidikan
1.) Penelitian Tindakan (PT) atau Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
 Peserta difasilitasi instruktur mengidentifikasi masalah-masalah
pembelajaran yang ada di kelas pada sekolah tempat tugasnya.
 Peserta memilih masalah yang paling penting dan memerlukan
pemecahan dengan segera.
 Peserta membuat rancangan proposal Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) atau Penelitian Tindakan (PT) yang sekurang-kurangnya
mengandung unsur judul, latar belakang masalah, rumusan masalah,
kajian teori walaupun hanya point-point yang akan dibahas, dan
metodologi penelitian tindakan kelas. Sekurang-kurangnya berisi
setting, scenario PTK, dan kriteria keberhasilan PTK/PT.
 Peserta mempresentasikan rancangan proposalnya.
2.) Pengembangan Perangkat Pembelajaran
 Peserta difasilitasi instruktur melakukan orientasi dan diskusi model-
model silabus, RPP, lembar kerja siswa (LKS), rancangan bahan ajar,
media, dan instrument asesmen.
 Peserta memilih standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD)
yang akan dikembangkan menjadi perangkat pembelajaran.
 Peserta didampingi instruktur mengembangkan perangkat
pembelajaran, yang terdiri atas : Silabus (SK, SD, materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, dan
sumber), RPP (sekurang-kurangnya memuat : perumusan
tujuan/kompetensi, pemilihan dan pengorganisasian materi, pemilihan
sumber/media pembelajaran, scenario pembelajaran, dan penilaian
proses dan hasil belajar), rancangan bahan ajar (untuk modul paling
tidak mencakup : tujuan pembelajaran/kompetensi yang ingin dicapai,
paparan materi, latihan-latihan, evaluasi, kunci jawaban, dan daftar
pustaka), media pembelajaran, LKS dan perangkat penilaian.
 Presentasi dan refleksi hasil workshop.
3.) Rencana Kepengawasan Manajerial
 Peserta difasilitasi instruktur mengidentifikasi masalah-masalah
manajerial yang ditemui di sekolah binaannya.
 Peserta memilih masalah yang paling banyak ditemukan di sekolah
binaannya.
 Peserta membuat rencana kepengawasan manajerial yang dalam hal
ini berupa rencana pengelolaan informasi untuk memecahkan masalah
yang terkait dengan manajemen sekolah, yang sekurang-kurangnya
memuat : masalah yang akan dipecahkanm tujuan pemecahan
masalah, indikator keberhasilan, teknik pengumpulan masukin,
scenario kegiatan pengambilan keputusan, rumusan keputusan yang di
ambil.
 Peserta mempresentasikan rencana kepengawasan manajerialnya.
4.) Rencana Kepengawasan Akademik
 Peserta difasilitasi instruktur untuk mengidentifikasi sekolah-sekolah
binaannya yang memiliki masalah akademik, missal : tahun lalu
tingkat kelulusannya hanya 20%.
 Peserta memilih sekolah binaan yang masalah akademiknya paling
parah.
 Peserta membuat rencana kepengawasan akademik yang berupa
rencana pembinaan terhadap sekolah yang memiliki masalah
akademik. Rencana kepengawasan akademik ini sekurang-kurangnya
memuat : aspek kepengawasan, tujuan kepengawasan, indikator
keberhasilan, teknik kepengawasan, scenario kegiatan kepengawasan,
penilaian dan istrumen, dan rencana tidak lanjut.
 Peserta mempresentasikan rencana kepengawasan akademiknya.
5.) Laporan Kepengawasan
 Peserta difasilitasi instruktur untuk mengidentifikasi hasil
kepengawasan yang belum dilaporkan.
 Peserta memilih hasil kepengawasan yang akan dilaporkan.
 Peserta membuat laporan kepengawasan yang sekurang-kurangnya
memuat : aspek, tujuan, pendekatan/metode, hasil dan pembahasan,
simpulan, dan rekomendasi tindak lanjut.
8. Ujian
Penyelenggaran PLPG diakhiri dengan ujian yang mencakup ujian tulis dan
ujian kinerja. Ujian tulis bertujuan untuk mengungkap kompetensi professional
dan pedagogic, ujian kinerja untuk mengungkap kompetensi professional,
pedagogic, kepribadian, dan sosial. Keempat kompetensi ini juga bisa di nilai
selama proses praktik bimbingan dan konseling bagi guru BK atau mengajar
dan praktik supervisi bagi guru yang diangkat dalam jabatan pengawas. Ujian
kinerja untuk setiap peserta minimal dilaksanakan selama 1 JP.
a. Uji Tulis
 Ujian tulis pada akhir PLPG dilaksanakan dengan pengaturan tenpat
duduk yang layak dan setiap 36 peserta diawasi oleh dua orang
pengawas.
 Naskah soal ujian tulis terstandar secara nasional yang
pengembangannya dikoordinasikan oleh KSG.
 Pelaksanaan uji tulis harus sesuai dengan rambu-rambu uji PLPG.
b. Uji Praktik
Peserta dalam rombel dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil, setiap
kelompok terdiri dari 12 peserta, selanjutnya setiap kelompok kecil
melakukan hal-hal berikut :
1.) Guru kelas dan guru mata pelajaran
Ujian praktik terpadu dengan kegiatan peer teaching. Setiap peserta
tampil tiga kali dan pada tampilan ketiga merupakan ujian praktik.
Tampilan pertama, kedua, dan ketiga untuk menilai kemampuan
mengajar peserta.
 Untuk 30 menit pertama, peserta melakukan praktik mengajar dengan
menggunakan RPP yang disusun pada saat workshop.
 Pada 20 menit berikutnya peserta lain dan instruktur memberi
masukan dan menilai dengan menggunakan IPPP.
2.) Guru bimbingan konseling atau konselor di sekolah
Ujian praktik terpadu dengan kegiatan peer counseling. Setiap peserta
tampil tiga kali dan ketiganya merupakan ujian praktik. Tampilan
pertama, kedua, dan ketiga untuk menilai kemampuan memberikan
bimbingan dan konseling.
 Peserta menunjukkan kemampuan memberikan bimbingan dan
konselingnya dengan menggunakan PPBK hasil workshop.
 Peserta yang tampil mengemukakan jenis layanan/nama program
layanan/masalah yang akan dipecahkan.
 Peserta yang tampil mengemukakan tujuan pemberian layanan atau
pemecahan masalah.
 Peserta yang tampil mendemonstrasikan atau memperagakan cara
memberi layanan atau cara memecahkan masalah.
 Peserta yang tampil (atau dinilai) minta peserta lainnya untuk
memberi masukan tentang cara memecahkan masalah strategi/layanan.
 Pada 20 menit terakhir peserta lain dan instruktur memberi masukan
dan menilai dengan menggunakan IPKMBK.
 Peserta yang tampil juga harus mengumpulkan laporan layanan
bimbingan dan konseling yang dibuat saat workshop PLPG dan akan
dinilai oleh instruktur menggunakan IP4BK.
3.) Guru yang diangkat dalam jabatan pengawas
Untuk guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan,
setiap peserta tampil tiga kali dan ketiganya merupakan ujian praktik
dilakukan dalam bentuk peer supervising. Untuk menilai kemampuan
mengajar, kemampuan kepengawasan manajerial, dan kemampuan
kepengawasan akademik yang dalam hal ini berupa kemampuan
membuat rancangan kepengawasan. Secara rinci, scenario ketiga
tampilan itu adalah sebagai berikut :
a.) Tampilan pertama untuk menilai kemampuan mengajar peserta
 Untuk 30 menit pertama, peserta melakukan praktik mengajar
dengan menggunakan RPP yang disusun pada saat workshop.
 Pada 20 menit berikutnya peserta lain dan instruktur memberi
masukan dan menilai dengan menggunakan IPPP.
b.) Tampilan kedua untuk menilai kemampuan kepengawasan manajerial
peserta
i. Peserta menunjukkan kemampuan kepengawasan manajerialnya
dengan menggunakan RKM hasil workshop.
 Peserta yang akan tampil mengemukakan masalah yang akan
dipecahkan.
 Peserta yang tampil mengemukakan tujuan pemecahan masalah.
 Peserta yang tampil (atau dinilai) minta peserta lainnya untuk
memberi masukan tentang cara memecahkan masalah.
 Peserta yang tampil merangkum semua masukan dan
selanjutnya menyampaikan cara pemecahan masalah.
ii. Pada 20 menit terakhir peserta lain dan instruktur memberi
masukan dan menilai dengan menggunakan IPKM.
c.) Tampilan ketiga untuk menilai kemampuan kepengawasan akademik
peserta
i. Peserta menunjukkan kemampuan kepengawasan akademiknya
dengan menggunakan RKA hasil workshop.
 Peserta yang akan tampil memberika rancangan pembinaan
sekolahnya kepada peserta lainnya.
 Peserta yang tampil (atau dinilai) menjelaskan rancangan
pembinaan sekolah (RKA) kepada peserta lainnya.
ii. Pada 20 menit terakhir peserta lain dan instruktur memberi
masukan dan menilai dengan menggunakan IPKPA.
iii. Peserta yang tampil juga harus mengumpulkan laporan pelaksanaan
program kepengawasan yang dibuat saat workshop PLPG dan akan
dinilai oleh instruktur menggunakan IPLPPK.
iv. Pada akhir setiap pertemuan (1 JP x jumlah peserta dalam
kelompok kecil) semua peserta melaporkan hasil penilaiannya
kepada asesor.
 Lama waktu setiap kali peserta tampil adalah 1 JP atau selama
50 menit.
 Penguji pada ujian praktik harus memiliki NIA yang relevan
atau dalam kondisi tertentu serumpun dengan mata
pelajarannnya.
 Ujian praktik mengajar dinilai dengan Instrumen Penilaian
Pelaksanaan Pembelajaran atau IPPP
 Ujian praktik bimbingan konseling dinilai dengan IPKMBK,
dan laporan pelaksanaan program BK dinilai dengan IPPPBK.
 Khusus untuk guru yang diangkat dalam jabatan pengawas,
ujian praktik dinilai dengan cara sebagai berikut. Untuk
tampilan pertama dinilai dengan IPPP . Untuk tampilan kedua
dinilai dengan IPKRM atau Lampiran 19, dan untuk tampilan
ketiga dinilai dengan IPKRP, dan laporan pelaksanan program
kepengawasan dinilai dengan IPLPPK.
 Skor akhir ujian praktik bagi guru kelas dan guru mata pelajaran
sama dengan skor tampilan ke tiga.
 Skor akhir ujian praktik bagi guru bimbingan konseling sama
dengan rata-rata antara skor praktik dan skor laporan
pelaksanaan program bimbingan, sedangkan skor praktik untuk
guru BK sama dengan jumlah skor tampilan pertama, kedua, dan
tampilan ke tiga.
 Skor akhir ujian praktik bagi guru yang diangkat dalam jabatan
pengawas merupakan rata-rata antara skor praktik dan skor
laporan pelaksanaan program kepengawasan, sedangkan skor
praktik untuk guru yang diangkat dalam jabatan pengawas sama
dengan skor tampilan pertama dibagi tiga ditambah skor
tampilan kedua dan tampilan ketiga.
 Penentuan kelulusan peserta PLPG dilakukan secara objektif
dan didasarkan pada rambu-rambu penilaian yang telah
ditentukan.
 Peserta yang lulus mendapat sertifikat pendidik, sedangkan yang
tidak lulus diberi kesempatan untuk mengikuti ujian ulang
satukali. Ujian ulang diselesaikan pada tahun berjalan. Jika
terpaksa tidak terselesaikan, maka ujian ulang dilakukan
bersamaan dengan ujian PLPG kuota tahun berikutnya.
 Pelaksanaan ujian diatur oleh LPTK Penyelenggara Sertifikasi
Guru Dalam Jabatan dengan mengacu rambu-rambu ini.
 Peserta yang belum lulus pada ujian ulang diserahkan kembali
ke dinas pendidikan kabupaten/kota untuk dibina lebih lanjut.
c. Ujian Ulang
Ujian ulang diperuntukkan bagi peserta sertifikasi yang belum mencapai
batas nilai kelulusan. Ujian ulang pada hakikatnya sama dengan ujian
pertama yaitu meliputi ujian tulis dan/atau ujian praktik. Apabila peserta
ujian ulang praktik untuk mata pelajaran tertentu jumlahnya sedikit, maka
dapat digabungkan dengan peserta dari mata pelajaran yang serumpun.
Ujian ulang hanya dilakukan satu kali, peserta yang tidak lulus ujian ulang
dikembalikan ke Dinas Pendidikan untuk dilakukan pembinaan.

Sources :

https://accurate.id/marketing-manajemen/pengertian-workshop/. Diakses pada 25


Desember 2020.

http://eprints.polsri.ac.id/. Diakses pada 25 Desember 2020.

Gurupendidikan. (2020). Pengertian Pendidikan.


https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-pendidikan/. Diakses pada 25
Desember 2020.
Mustofa. (2007). Upaya Pengembangan Profesionalisme Guru di Indonesia.
Jurnal Ekonomi & Pendidikan. Volume 4 Nomor 1. Halaman 76.
https://media.neliti.com/media/publications/17245-ID-upaya-pengembangan-
profesionalisme-guru-di-indonesia.pdf. Diakses pada 24 Desember 2020.

Dosenpendidikan2. (2020). Workshop.


https://www.dosenpendidikan.co.id/workshop-adalah/. Diakses pada 24 Desember
2020.

Gufran, Amat Mukhadis, dan Setiadi Cahyono Putro. (2011). Pelaksanaan PLPG
sebagai Wahana Pengembangan dan Audit Kompetensi dalam Seritifikasi Guru
Bidang Kejuruan. Jurnal Teknologi dan Kejuruan. Vol. 34 No. 2.
http://journal.um.ac.id/index.php/teknologi-kejuruan/article/view/3025/409.
Diakses pada 25 Desember 2020.

Anda mungkin juga menyukai