“EFUSI PLEURA”
Oleh :
AHMAD ALFADLI
201204008
A.KONSEP DASAR
1.PENGERTIAN
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga pleura.
(Price C Sylvia, 1995).
Efusi pleura merupakan suatu gejala yang serius dan dapat mengancam jiwa penderita.
Efusi pleura yaitu suatu keadaan terdapatnya cairan dengan jumlah berlebihan dalam rongga
pleura. Efusi pleura dapat di sebabkan antara lain karena tuberkulosis, neo plasma atau
karsinoma, gagal jantung, pnemonia, dan infeksi virus maupun bakteri (Price & Wilson 2005).
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan
penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah
kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural
bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).
Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit primer
jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan
jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus
(Baughman C Diane, 2000).
2. ETIOLOGI
Efusi pleura memiliki banyak penyebab yaitu hambatan resorbsi cairan dari rongga
pleura, karena adanya bendungan seperti pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor
mediatinum, sindroma meig (tumor ovarium) dan sindroma vena kava superior.
Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberculosis, pneumonia,virus),
bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura, karena tumor dimana
masuk cairan berdarah dan karena trauma. Di Indonesia 80% karena tuberculosis. Penyebab lain
dari efusi pleura adalah:
a. Gagal jantung
b. Kadar protein yang rendah
c. Sirosis
d. Pneumonia
e. Tuberculosis
f. Emboli paru
g. Tumor
h. Cidera di dada
i. Obat-obatan (hidralazin, prokainamid, isoniazid, fenitoin klorpromazin, nitrofurantoin,
bromokriptin, dantrolen, prokarbazin).
j. Pemasangan selang untuk makanan atau selang intravena yang kurang baik.
3. KLASIFIKASI
1. Efusi pleura transudat
Pada efusi jenis transudat ini keseimbangan kekuatan menyebabkan pengeluaran cairan
dari pembuluh darah. Mekanisme terbentuknya transudat karena peningkatan tekanan hidrostatik
(CHF), penurunan onkotik (hipoalbumin) dan tekanan negative intra pleura yang meningkat
(atelektaksis akut).
Ciri-ciri cairan:
a. Serosa jernih
b. Berat jenis rendah (dibawah 1.012)
c. Terdapat limfosit dan mesofel tetapi tidak ada neutrofil
d Protein < 3%
Penimbunan cairan transudat dalam rongga pleura dikenal dengan hydrothorax, penyebabnya:
a. Payah jantung
b. Penyakiy ginjal (SN)
c. Penyakit hati (SH)
d. Hipoalbuminemia (malnutrisi, malabsorbsi)
2. Efusi pleura eksudat
Eksudat ini terbentuk sebagai akibat penyakit dari pleura itu sendiri yang berkaitan
dengan peningkatan permeabilitas kapiler (missal pneumonia) atau drainase limfatik yang
berkurang (missal obstruksi aliran limfa karena karsinoma). Ciri cairan eksudat:
a. Berat jenis > 1.015 %
b. Kadar protein > 3% atau 30 g/dl
c. Ratio protein pleura berbanding LDH serum 0,6
d. LDH cairan pleura lebih besar daripada 2/3 batas atas LDH serum normal
e. Warna cairan keruh
Penyebab dari efusi eksudat ini adalah:
a. Kanker karsinoma bronkogenik, mesotelioma atau penyakit metastatic ke paru atau
permukaan pleura.
b. Infark paru
c. Pneumonia
d. Pleuritis virus
Ditemukan literatur yang menyebutkan klasifikasi dari efusi pleura tetapi ada beberapa
jurnal yang membedakan menjadi efusi pleura non maligna dan efusi pleura maligna.
1. Efusi pleura non maligna
Dalam keadaan fisiologis cairan pleura berkisar antara 10-20cc. Sedangkan tekanan
hidrotatik intra pleura adalah 9 cm H2O. Jadi dasar pembentukan cairan ini adalah perbedaan
tekanan hidrostatik lebih besar dari pada tekanan osmotik.
Pada pleura visceralis terjadi sebaliknya dimana perbedaan tekanan osmotik lebih besar dari
pada tekanan hidrostatik. Pada pleura visceralis terjadi pengisapan cairan.
2. Efusi pleura maligna
Pada efusi pleura maligna faktor-faktor fisiologis tersebut tidak lagi dapat diperhitungkan
karena mekanisme pembentukan cairan tidak lagi sesuai dengan keseimbangan yang terjadi pada
efusi pleura non maligna dimana terjadi pembentukan cairan yang begitu cepat.
4. PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan normal tidak ada rongga kosong antara pleura parietalis dan pleura
vicelaris, karena di antara pleura tersebut terdapat cairan antara 1 – 20 cc yang merupakan
lapisan tipis serosa dan selalu bergerak teratur.
Cairan yang sedikit ini merupakan pelumas antara kedua pleura, sehingga pleura tersebut
mudah bergeser satu sama lain. Di ketahui bahwa cairan di produksi oleh pleura parietalis dan
selanjutnya di absorbsi tersebut dapat terjadi karena adanya tekanan hidrostatik pada pleura
parietalis dan tekanan osmotic koloid pada pleura viceralis.
Cairan kebanyakan diabsorbsi oleh system limfatik dan hanya sebagian kecil diabsorbsi
oleh system kapiler pulmonal. Hal yang memudahkan penyerapan cairan yang pada pleura
viscelaris adalah terdapatnya banyak mikrovili disekitar sel – sel mesofelial. Jumlah cairan
dalam rongga pleura tetap. Karena adanya keseimbangan antara produksi dan absorbsi. Keadan
ini bisa terjadi karena adanya tekanan hidrostatik sebesar 9 cm H2o dan tekanan osmotic koloid
sebesar 10 cm H2o. Keseimbangan tersebut dapat terganggu oleh beberapa hal, salah satunya
adalah infeksi tuberkulosa paru.
Terjadi infeksi tuberkulosa paru, yang pertama basil Mikobakterium tuberkulosa masuk
melalui saluran nafas menuju alveoli,terjadilah infeksi primer. Dari infeksi primer ini akan
timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus (Limfangitis local) dan juga diikuti dengan
pembesaran kelenjar getah bening hilus (limphadinitis regional).
Peradangan pada saluran getah bening akan mempengaruhi permebilitas membran.
Permebilitas membran akan meningkat yang akhirnya dapat menimbulkan akumulasi cairan
dalam rongga pleura. Kebanyakan terjadinya effusi pleura akibat dari tuberkulosa paru melalui
focus subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening. Sebab lain dapat juga dari
robeknya pengkejuan kearah saluran getah bening yang menuju rongga pleura, iga atau
columna vetebralis.
Adapun bentuk cairan effusi akibat tuberkolusa paru adalah merupakan eksudat, yaitu
berisi protein yang terdapat pada cairan pleura tersebut karena kegagalan aliran protein getah
bening. Cairan ini biasanya serous, kadang – kadang bisa juga hemarogik. Dalam setiap ml
cairan pleura bias mengandung leukosit antara 500 – 2000.
Mula – mula yang dominan adalah sel – sel polimorfonuklear, tapi kemudian sel limfosit,
Cairan effusi sangat sedikit mengandung kuman tubukolusa. Timbulnya cairan effusi bukanlah
karena adanya bakteri tubukolosis, tapi karena akibat adanya effusi pleura dapat menimbulkan
beberapa perubahan fisik antara lain : Irama pernapasan tidak teratur, frekwensi pernapasan
meningkat , pergerakan dada asimetris, dada yanbg lebih cembung, fremitus raba melemah,
perkusi redup. Selain hal – hal diatas ada perubahan lain yang ditimbulkan oleh effusi pleura
yang diakibatkan infeksi tuberkolosa paru yaitu peningkatan suhu, batuk dan berat badan
menurun.
5. TANDA DAN GEJALA
6. KOMPLIKASI
1) Pneumotoraks (karena udara masuk melalui jarum)
2) Hemotoraks ( karena trauma pada pembuluh darah interkostalis)
3) Emboli udara (karena adanya laserasi yang cukup dalam, menyebabkan udara dari alveoli
masuk ke vena pulmonalis)
4) Laserasi pleura viseralis
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Rontgen dada
Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk mendiagnosis efusi
pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan.
2) CT scan dada
CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa menunjukkan adanya
pneumonia, abses paru atau tumor.
3) USG dada
USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya sedikit,
sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
4) Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan
terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui torakosentesis (pengambilan cairan melalui
sebuah jarum yang dimasukkan diantara sela iga ke dalam rongga dada dibawah pengaruh
pembiusan lokal).
5) Biopsi
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka dilakukan biopsi, dimana
contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa.
Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari
efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.
6) Bronkoskopi
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang terkumpul.
7) Analisa cairan pleura
Efusi pleura didiagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dan di konfirmasi dengan
foto thoraks. Dengan foto thoraks posisi lateral decubitus dapat diketahui adanya cairan dalam
rongga pleura sebanyak paling sedikit 50 ml, sedangkan dengan posisi AP atau PA paling tidak
cairan dalam rongga pleura sebanyak 300 ml. Pada foto thoraks posisi AP atau PA ditemukan
adanya sudut costophreicus yang tidak tajam. Bila efusi pleura telah didiagnosis, penyebabnya
harus diketahui, kemudian cairan pleura diambil dengan jarum, tindakan ini disebut
thorakosentesis. Setelah didapatkan cairan efusi dilakukan pemeriksaan seperti:
a) Komposisi kimia seperti protein, laktat dehidrogenase (LDH), albumin, amylase, pH, dan
glucose.
b) Dilakukan pemeriksaan gram, kultur, sensitifitas untuk mengetahui kemungkinan terjadi
infeksi bakteri
c) Pemeriksaan hitung sel
8. PENATALAKSANAAN MEDIS
I. Aspirasi cairan pleura
Punksi pleura ditujukan untuk menegakkan diagnosa efusi plura yang dilanjutkan dengan
pemeriksaan mikroskopis cairan. Disamping itu punksi ditujukan pula untuk melakukan aspirasi
atas dasar gangguan fugsi restriktif paru atau terjadinya desakan pada alat-alat mediastinal.
Jumlah cairan yang boleh diaspirasi ditentukan atas pertimbangan keadaan umum penderita,
tensi dan nadi. Makin lemah keadaan umum penderita makin sedikit jumlah cairan pleura yang
bisa diaspirasi untuk membantu pernafasan penderita. Komplikasi yang dapat timbul dengan
tindakan aspirasi :
a) Trauma
Karena aspirasi dilakukan dengan blind, kemungkinan dapat mengenai pembuluh darah, saraf
atau alat-alat lain disamping merobek pleura parietalis yang dapat menyebabkan pneumothorak.
b) Mediastinal Displacement
Pindahnya struktur mediastinum dapat disebabkan oleh penekaran cairan pleura tersebut. Tetapi
tekanan negatif saat punksi dapat menyebabkan bergesernya kembali struktur mediastinal.
Tekanan negatif yang berlangsung singkat menyebabkan pergeseran struktur mediastinal kepada
struktur semula atau struktur yang retroflux dapat menimbulkan perburukan keadaan terutama
disebabkan terjadinya gangguan pada hemodinamik.
c) Gangguan keseimbangan cairan, Ph, elektroit, anemia dan hipoproteinemia.
Pada aspirasi pleura yang berulang kali dalam waktu yang lama dapat menimbulkan tiga
pengaruh pokok :
Menyebabkan berkurangnya berbagai komponen intra vasculer yang dapat menyebabkan
anemia, hipprotein, air dan berbagai gangguan elektrolit dalam tubuh.
Aspirasi cairan pleura menimbulkan tekanan cavum pleura yang negatif sebagai faktor
yang menimbulkan pembentukan cairan pleura yang lebih banyak
Aspirasi pleura dapat menimbulkan sekunder aspirasi.
II. Water Seal Drainage
Telah dilakukan oleh berbagai penyelidik akan tetapi bila WSD ini dihentikan maka akan terjadi
kembali pembentukan cairan.
III. Penggunaan Obat-obatan
Penggunaan berbagai obat-obatan pada pleura effusi selain hasilnya yang kontraversi juga
mempunyai efek samping. Hal ini disebabkan pembentukan cairan karena malignancy adalah
karena erosi pembuluh darah. Oleh karena itu penggunaan citostatic misalnya
tryetilenthiophosporamide, nitrogen mustard, dan penggunaan zat-zat lainnya seperi atabrine
atau penggunaan talc poudrage tidak memberikan hasil yang banyak oleh karena tidak
menyentuh pada faktor patofisiolgi dari terjadinya cairan pleura.
Pada prinsipnya metode untuk menghilangkan cairan pleura dapat pula menimbulkan gangguan
fungsi vital . Selain aspirasi thoracosintesis yang berulang kali, dikenal ula berbagai cara lainnya
yaitu :
IV. Thoracosintesis
Dapat dengan melakukan apirasi yang berulang-ulang dan dapat pula dengan WSD atau dengan
suction dengan tekanan 40 mmHg. Indikasi untuk melakukan torasentesis adalah :
Menghilangkan sesak napas yang disebabkan oleh akumulasi cairan dalam rongga pleura.
Bila therapi spesifik pada penyakit prmer tidak efektif atau gagal.
Bila terjadi reakumulasi cairan.
Pengambilan pertama cairan pleura jangan lebih dari 1000 cc, karena pengambilan cairan pleura
dalam waktu singkat dan dalam jumlah yang banyak dapat menimbulkan oedema paru yang
ditandai dengan batuk dan sesak. Kerugian :
a. Tindakan thoraksentesis menyebabkan kehilangan protein yang berada dalam cairan
pleura.
b. Dapat menimbulkan infeksi di rongga pleura.
c. Dapat terjadi pneumothoraks.
V. Radiasi
Radiasi pada tumor justru menimbulkan effusi pleura disebabkan oleh karena kerusakan aliran
limphe dari fibrosis. Akan tetapi beberapa publikasi terdapat laporan berkurangnya cairan setelah
radiasi pada tumor mediastinum.
PATHWAYS
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Efusi Pleura
A.Pengkajian
1. Identitas Pasien
Pada tahap ini meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku
bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien.
2. Keluhan Utama
Biasanya pada pasien dengan efusi pleura didapatkan keluhan berupa : sesak nafas, rasa berat
pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada
saat batuk dan bernafas serta batuk non produktif.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda -tanda seperti batuk,
sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan menurun dan sebagainya.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasienpernah menderita penyakit seperti TBC paru, pneumoni, gagal
jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya faktor predisposisi.
ANALISIS DATA
Sesak nafas
Mual muntah
1.1 PENGKAJIAN
Dilaksanakan tanggal : 13/09/2020
Ruang : Cempaka
1. Biodata
Nama : Ny.S
Umur : 73 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. K
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pesiunan Guru TK
Status : Kawin
Tgl.MRS : 12/09/2020
Dx.Medis : Efusi Pleura
No.Reg :-
2. Keluhan
a. Alasan MRS
Px mengatakan nyeri dada, sesak nafas dan batuk disetiap aktivitas yang disertai
cairan seperti air berwarna kekuningan kurang lebih sudah dua minggu ini.
b. Keluhan saat pengkajian
Px mengatakan nyeri dada dengan skala 4, sesak nafas dan batuk mengeluarkan
cairan seperti air berwarna kuning dan selalu memegangi dada karena nyeri yang
dirasakan dan px tidak mampu berjalan.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan px lesu, lemas, wajah kusam, merintih kesakitan, terpasang infuse ditangan kiri.
Kesadaran compos mentis GCS 4/5/6
Tanda - tanda vital
TD : 150/80 mmHg RR : 26x/menit
0
S : 36,2 C TB : 150 cm
N : 80x/menit BB : 40 kg
Skala nyeri : 4
Sistem Respirasi
a. Inspeksi abnormal,terpasang oksigen 8 lpm,retraksi intercosta
b. Palpasi tedapat pergerakan dada kiri dan kanan tidak sama
c. Suara perkusi meredup
d. Auskultasi suara nafas berkurang
Sistem Cardiovasculer
a. Inspeksi terdapat pembesaran jantung
b. Palpasi adanya nyeri tekan
c. Perkusi terdeng suara pekak
d. Auskultasi tidak ada suara tambahan
Sistem Pencernaan
a. Inspeksi abdomen berbentuk flat dan tidak ada lesi
b. Palpasi tidak ada nyeri tekan pada abdomen
c. Perkusi terdengar suara timpani pada abdomen
d. Auskultasi bising usus 12 kali/menit
Sistem Neurologis
Kesadaran compos mentis dan GCS 4/5/6
Sistem Muskuloskeletal
Pemeriksaan Ekstremitas
Kekuatan otot 5 5
4 4
System integument
Warna kulit sawo matang dan tidak terdapat lesi
Data Penunjang
Darah Lengkap Hasil Normal
LED (Westergen mod) 43 4-20 mm/L
Penatalaksanaan therapy
Inj.Antrain 3x1 ampul/iv
Inj.Ondan 3x1 mg/iv
Inj.Codein 3x10 mg/iv
Inj.Ranitidin 3x1 ampul/iv
Terpasang oksigen 8 lpm
Analisa Data
Nama : Ny, S
Umur : 73 tahun
No. Reg : 239732
NO DATA PENUNJANG MASALAH PENYEBAB
1 Ds : Px mengatakan sesak dan Penghambat drainase Pola nafas tidak efektif
batuk mengeluarkan cairan seperti limfatik
air berwarna kuning jernih
↓
Do :
Tekanan kapiler paru
Px tampak lemah, wajah meningkat
pucat.
↓
Px dengan posisi fowler
Tekanan hidrostatik
TTV
↓
TD : 150/80 mmHg
Transudasi
N : 80 x/menit
↓
S : 36,2 0C
Efusi pleura
RR : 26 x/menit
↓
Penumpukan cairan
dalam rongga paru
↓
Ekspansi paru menurun
Do :
Mual muntah
Px tampak memegangi
dada saat batuk
Px terbaring lemah dengan Nafsu makan menurun
posisi fowler
TTV
TD : 150/80 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,2 0C
RR : 26 x/menit
Diagnosa keperawatan
Nama : Ny, S
Umur : 73 tahun
No.Reg : 239732
NO TGL. MUNCUL DIAGNOSA KEPERAWATAN TGL.TERATASI TTD
1 12/09/2020 Pola nafas tidak efektif berhungan
dengan ekspansi paru menurun
2 12/09/2020 Gangguan pola tidur berhubungan
dengan nyeri dada
3 12/09/2020 Resiko defisit nutrisi berhubungan
dengan nafsu makan yang menurun
Intervensi
Nama : Ny. S
Umur : 73 tahun
No. Reg : 239732
Tanggal / DIAGNOSA TUJUAN DAN RENCANA KEPERAWATAN
jam KRITERIA HASIL
1. Pola nafas tidak Tujuan : Pemantauan respirasi
efektif Setelah dilakukan tindakan Monitor
berhungan 3x24 jam diharapkan pola frekuensi,irama,kedalaman,dan
dengan ekspansi nafas pasien membaik upaya nafas
paru menurun Monitor pola nafas
KH : Monitor kemampuan batuk
Penggunaan otot Monitor produksi sputum
bantu nafas Palpasi kesimetrisan ekspansi
menurun
paru
Frekuensi nafas
Auskultasi bunyi nafas
membaik
Atur interfal pemantauan
Pernafasan cuping
respirasi
hidung menurun
Jelaskan tujuan dan prosedur
Kedalaman nafas
pemantauan
membaik.
Nama : Ny. S
Umur : 73 tahun
No.Reg : 239732
Managemen nutrisi
Mengidentifikasi Pasien
3 tampak
status nutrisi
lemah
Mengidentifikasi
alergi dan Nafsu
intoleransi makanan makan
pasien
Mengidentifikasi
menurun
makanan yang di
sukai Berat badan
belum
Mengidentifikasi
normal
kebutuhan kalori
dan jenis nutrisi Asupan
makan
Memonitor asupan
menurun
makanan
Memonitor berat
badan
Memonitor hasil
laborat
Melakukan oral
hygine sebelum
makan
Menyajikan
nmakanan yang
menarik dan suhu
yang sesuai
Memberikan
makanan tinggi
kalori dan tinggi
protein
Mengajarkan diet
yang terprogram
Kolaborasi dengan
ahli gizi
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Ny. S
Umur : 73 tahun
No. Reg : 239732
A: Masalah teratasi
P: hentikan intervensi
TTV
TD : 120/80 RR : 22
S : 36,2 °C N : 80
A: Masalah teratasi
P: hentikan intervensi