Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN

“EFUSI PLEURA”

Oleh :

AHMAD ALFADLI
201204008

STIKES PEMKAB JOMBANG


TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA EFUSI PLEURA

A.KONSEP DASAR

1.PENGERTIAN
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga pleura.
(Price C Sylvia, 1995).
Efusi pleura merupakan suatu gejala yang serius dan dapat mengancam jiwa penderita.
Efusi pleura yaitu suatu keadaan terdapatnya cairan dengan jumlah berlebihan dalam rongga
pleura. Efusi pleura dapat di sebabkan antara lain karena tuberkulosis, neo plasma atau
karsinoma, gagal jantung, pnemonia, dan infeksi virus maupun bakteri (Price & Wilson 2005).
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan
penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah
kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural
bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).
Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit primer
jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan
jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus
(Baughman C Diane, 2000).

2. ETIOLOGI
Efusi pleura memiliki banyak penyebab yaitu hambatan resorbsi cairan dari rongga
pleura, karena adanya bendungan seperti pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor
mediatinum, sindroma meig (tumor ovarium) dan sindroma vena kava superior.
Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberculosis, pneumonia,virus),
bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura, karena tumor dimana
masuk cairan berdarah dan karena trauma. Di Indonesia 80% karena tuberculosis. Penyebab lain
dari efusi pleura adalah:
a. Gagal jantung
b. Kadar protein yang rendah
c. Sirosis
d. Pneumonia
e. Tuberculosis
f.  Emboli paru
g. Tumor
h. Cidera di dada
i.  Obat-obatan (hidralazin, prokainamid, isoniazid, fenitoin klorpromazin, nitrofurantoin,
bromokriptin, dantrolen, prokarbazin).
j.  Pemasangan selang untuk makanan atau selang intravena yang kurang baik.

3.      KLASIFIKASI
1.  Efusi pleura transudat
Pada efusi jenis transudat ini keseimbangan kekuatan menyebabkan pengeluaran cairan
dari pembuluh darah. Mekanisme terbentuknya transudat karena peningkatan tekanan hidrostatik
(CHF), penurunan onkotik (hipoalbumin) dan tekanan negative intra pleura yang meningkat
(atelektaksis akut).
Ciri-ciri cairan:
a. Serosa jernih
b. Berat jenis rendah (dibawah 1.012)
c. Terdapat limfosit dan mesofel tetapi tidak ada neutrofil
d  Protein < 3%
Penimbunan cairan transudat dalam rongga pleura dikenal dengan hydrothorax, penyebabnya:
a. Payah jantung
b. Penyakiy ginjal (SN)
c. Penyakit hati (SH)
d. Hipoalbuminemia (malnutrisi, malabsorbsi)
2.  Efusi pleura eksudat
Eksudat ini terbentuk sebagai akibat penyakit dari pleura itu sendiri yang berkaitan
dengan peningkatan permeabilitas kapiler (missal pneumonia) atau drainase limfatik yang
berkurang (missal obstruksi aliran limfa karena karsinoma). Ciri cairan eksudat:
a.  Berat jenis > 1.015 %
b.  Kadar protein > 3% atau 30 g/dl
c.   Ratio protein pleura berbanding LDH serum 0,6
d.   LDH cairan pleura lebih besar daripada 2/3 batas atas LDH serum normal
e.   Warna cairan keruh
Penyebab dari efusi eksudat ini adalah:
a.   Kanker karsinoma bronkogenik, mesotelioma atau penyakit metastatic ke paru atau
permukaan pleura.
b.   Infark paru
c.   Pneumonia
d.   Pleuritis virus
Ditemukan literatur yang menyebutkan klasifikasi dari efusi pleura tetapi ada beberapa
jurnal yang membedakan menjadi efusi pleura non maligna dan efusi pleura maligna.
1. Efusi pleura non maligna
Dalam keadaan fisiologis cairan pleura berkisar antara 10-20cc. Sedangkan tekanan
hidrotatik intra pleura adalah 9 cm H2O. Jadi dasar pembentukan cairan ini adalah perbedaan
tekanan hidrostatik lebih besar dari pada tekanan osmotik.
Pada pleura visceralis terjadi sebaliknya dimana perbedaan tekanan osmotik lebih besar dari
pada tekanan hidrostatik. Pada pleura visceralis terjadi pengisapan cairan.
2. Efusi pleura maligna
Pada efusi pleura maligna faktor-faktor fisiologis tersebut tidak lagi dapat diperhitungkan
karena mekanisme pembentukan cairan tidak lagi sesuai dengan keseimbangan yang terjadi pada
efusi pleura non maligna dimana terjadi pembentukan cairan yang begitu cepat.

4. PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan  normal tidak ada rongga kosong antara pleura parietalis dan pleura
vicelaris, karena di antara  pleura tersebut terdapat cairan antara 1 – 20 cc yang  merupakan
lapisan tipis serosa dan selalu bergerak teratur.
Cairan yang sedikit ini merupakan pelumas antara kedua pleura, sehingga pleura tersebut
mudah bergeser satu sama lain. Di ketahui bahwa cairan di produksi oleh pleura parietalis dan
selanjutnya di absorbsi tersebut dapat terjadi karena adanya tekanan hidrostatik pada pleura
parietalis dan tekanan osmotic koloid  pada pleura viceralis.
Cairan kebanyakan diabsorbsi oleh system limfatik dan hanya sebagian kecil diabsorbsi
oleh system kapiler pulmonal. Hal yang memudahkan penyerapan cairan yang pada pleura
viscelaris adalah terdapatnya banyak mikrovili disekitar sel – sel mesofelial. Jumlah cairan
dalam rongga pleura tetap. Karena adanya keseimbangan antara produksi dan absorbsi. Keadan
ini bisa terjadi karena adanya tekanan hidrostatik sebesar 9 cm H2o dan tekanan osmotic koloid
sebesar 10 cm H2o. Keseimbangan tersebut dapat terganggu oleh beberapa hal, salah satunya
adalah infeksi tuberkulosa paru.
Terjadi infeksi tuberkulosa paru, yang pertama basil Mikobakterium tuberkulosa masuk
melalui saluran nafas menuju alveoli,terjadilah infeksi primer. Dari infeksi primer ini akan
timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus (Limfangitis local) dan juga diikuti dengan
pembesaran kelenjar getah bening hilus (limphadinitis regional).
Peradangan pada saluran getah bening akan mempengaruhi permebilitas membran.
Permebilitas membran akan meningkat yang akhirnya dapat menimbulkan akumulasi cairan
dalam rongga pleura. Kebanyakan terjadinya effusi  pleura akibat dari tuberkulosa paru melalui
focus subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening. Sebab lain  dapat juga dari
robeknya pengkejuan kearah saluran getah bening yang menuju  rongga pleura, iga  atau
columna vetebralis.
Adapun bentuk  cairan effusi akibat tuberkolusa paru adalah merupakan eksudat, yaitu 
berisi protein yang terdapat pada cairan pleura tersebut karena kegagalan aliran protein getah
bening. Cairan ini biasanya serous, kadang – kadang bisa juga hemarogik. Dalam setiap ml
cairan pleura bias  mengandung leukosit antara 500 – 2000.
Mula – mula yang dominan adalah sel – sel polimorfonuklear, tapi kemudian sel limfosit,
Cairan effusi sangat sedikit mengandung kuman tubukolusa. Timbulnya cairan effusi bukanlah
karena adanya bakteri tubukolosis, tapi karena akibat adanya effusi pleura dapat menimbulkan
beberapa perubahan fisik antara lain : Irama pernapasan tidak teratur, frekwensi pernapasan
meningkat , pergerakan dada asimetris, dada yanbg lebih cembung, fremitus raba melemah,
perkusi redup. Selain hal – hal diatas ada perubahan lain yang ditimbulkan oleh effusi pleura
yang diakibatkan infeksi tuberkolosa paru yaitu peningkatan suhu, batuk dan berat badan
menurun.
5. TANDA DAN GEJALA

 Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan,setelah cairan


cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderitaakan sesak napas
 Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeridada
pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat,
batuk, banyak riak.
 Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi, jika terjadi mpenumpukan
cairan pleural yang signifikan.
 Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karenacairan akan
berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan, fremitus
melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk
permukaan cairan membentuk garis melengkung(garis Ellis Damoiseu)
 Didapati segitiga Garland yaitu daerah yang pada perkusi redup, timpani dibagian atas
garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco- Rochfusz, yaitu daerah pekak karena cairan
mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati vesikuler
melemah dengan ronki.
 Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.

6. KOMPLIKASI
1) Pneumotoraks (karena udara masuk melalui jarum)
2) Hemotoraks ( karena trauma pada pembuluh darah interkostalis)
3) Emboli udara (karena adanya laserasi yang cukup dalam, menyebabkan udara dari alveoli
masuk ke vena pulmonalis)
4) Laserasi pleura viseralis

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Rontgen dada
Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk mendiagnosis efusi
pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan.
2) CT scan dada
CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa menunjukkan adanya
pneumonia, abses paru atau tumor.
3) USG dada
USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya sedikit,
sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
4) Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan
terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui torakosentesis (pengambilan cairan melalui
sebuah jarum yang dimasukkan diantara sela iga ke dalam rongga dada dibawah pengaruh
pembiusan lokal).
5) Biopsi
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka dilakukan biopsi, dimana
contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa. 
Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari
efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.
6) Bronkoskopi
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang terkumpul.
7) Analisa cairan pleura
Efusi pleura didiagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dan di konfirmasi dengan
foto thoraks. Dengan foto thoraks posisi lateral decubitus dapat diketahui adanya cairan dalam
rongga pleura sebanyak paling sedikit 50 ml, sedangkan dengan posisi AP atau PA paling tidak
cairan dalam rongga pleura sebanyak 300 ml. Pada foto thoraks posisi AP atau PA ditemukan
adanya sudut costophreicus yang tidak tajam. Bila efusi pleura telah didiagnosis, penyebabnya
harus diketahui, kemudian cairan pleura diambil dengan jarum, tindakan ini disebut
thorakosentesis. Setelah didapatkan cairan efusi dilakukan pemeriksaan seperti:
a) Komposisi kimia seperti protein, laktat dehidrogenase (LDH), albumin, amylase, pH, dan
glucose.
b) Dilakukan pemeriksaan gram, kultur, sensitifitas untuk mengetahui kemungkinan terjadi
infeksi bakteri
c) Pemeriksaan hitung sel

8) Sitologi untuk mengidentifikasi adanya keganasan


Langkah selanjutnya dalam evaluasi cairan pleura adalah untuk membedakan apakan cairan
tersebut merupakan cairan transudat atau eksudat.
Efusi pleura transudatif disebabkan oleh faktor sistemik yang mengubah keseimbangan
antara pembentukan dan penyerapan cairan pleura. Misalnya pada keadaan gagal jantung kiri,
emboli paru, sirosis hepatis. Sedangkan efusi pleura eksudatif disebabkan oleh faktor lokal yang
mempengaruhi pembentukan dan penyerapan cairan pleura. Efusi pleura eksudatif biasanya
ditemukan pada Tuberkulosis paru, pneumonia bakteri, infeksi virus, dan keganasan.

8. PENATALAKSANAAN MEDIS
I. Aspirasi cairan pleura
Punksi pleura ditujukan untuk menegakkan diagnosa efusi plura yang dilanjutkan dengan
pemeriksaan mikroskopis cairan. Disamping itu punksi ditujukan pula untuk melakukan aspirasi
atas dasar gangguan fugsi restriktif paru atau terjadinya desakan pada alat-alat mediastinal.
Jumlah cairan yang boleh diaspirasi ditentukan atas pertimbangan keadaan umum penderita,
tensi dan nadi. Makin lemah keadaan umum penderita makin sedikit jumlah cairan pleura yang
bisa diaspirasi untuk membantu pernafasan penderita. Komplikasi yang dapat timbul dengan
tindakan aspirasi :
a) Trauma                                               
Karena aspirasi dilakukan dengan blind, kemungkinan dapat mengenai pembuluh darah, saraf
atau alat-alat lain disamping merobek pleura parietalis yang dapat menyebabkan pneumothorak.
b) Mediastinal Displacement
Pindahnya struktur mediastinum dapat disebabkan oleh penekaran cairan pleura tersebut. Tetapi
tekanan negatif saat punksi dapat menyebabkan bergesernya kembali struktur mediastinal. 
Tekanan negatif yang berlangsung singkat menyebabkan pergeseran struktur mediastinal kepada
struktur semula atau struktur yang retroflux dapat menimbulkan perburukan keadaan terutama
disebabkan terjadinya gangguan pada hemodinamik.
c) Gangguan keseimbangan  cairan, Ph, elektroit, anemia dan hipoproteinemia.
Pada aspirasi pleura yang berulang kali dalam waktu yang lama dapat menimbulkan tiga
pengaruh pokok :
 Menyebabkan berkurangnya berbagai komponen intra vasculer yang dapat menyebabkan
anemia, hipprotein, air dan berbagai gangguan elektrolit dalam tubuh.
 Aspirasi cairan pleura menimbulkan tekanan cavum  pleura  yang negatif sebagai faktor
yang menimbulkan pembentukan cairan pleura yang lebih banyak
 Aspirasi pleura dapat menimbulkan sekunder aspirasi.
II. Water Seal Drainage
Telah dilakukan oleh berbagai penyelidik akan tetapi bila WSD ini dihentikan maka akan terjadi
kembali pembentukan cairan.
III. Penggunaan Obat-obatan
Penggunaan berbagai obat-obatan pada pleura effusi selain hasilnya yang kontraversi juga
mempunyai efek samping. Hal ini disebabkan  pembentukan cairan karena malignancy  adalah
karena erosi pembuluh darah. Oleh karena itu penggunaan citostatic misalnya
tryetilenthiophosporamide, nitrogen mustard, dan penggunaan zat-zat lainnya seperi atabrine 
atau penggunaan talc poudrage tidak memberikan hasil yang banyak oleh karena tidak
menyentuh pada faktor patofisiolgi dari terjadinya cairan pleura.
Pada prinsipnya metode untuk menghilangkan cairan pleura dapat pula menimbulkan gangguan
fungsi vital . Selain aspirasi thoracosintesis yang berulang kali, dikenal ula berbagai cara lainnya
yaitu :
IV. Thoracosintesis
Dapat dengan melakukan apirasi yang berulang-ulang dan dapat pula dengan WSD atau dengan
suction dengan tekanan 40 mmHg. Indikasi untuk melakukan torasentesis adalah :
 Menghilangkan sesak napas yang disebabkan oleh akumulasi cairan dalam rongga pleura.
 Bila therapi spesifik pada penyakit prmer tidak efektif atau gagal.
 Bila terjadi reakumulasi cairan.
Pengambilan pertama cairan pleura jangan lebih dari 1000 cc, karena pengambilan cairan pleura
dalam waktu singkat dan dalam jumlah yang banyak dapat menimbulkan oedema paru yang
ditandai dengan batuk dan sesak. Kerugian :
a. Tindakan thoraksentesis menyebabkan kehilangan protein yang berada dalam cairan
pleura.
b. Dapat menimbulkan infeksi di rongga pleura.
c. Dapat terjadi pneumothoraks.

V. Radiasi
Radiasi pada tumor justru menimbulkan effusi pleura disebabkan oleh karena kerusakan aliran
limphe dari fibrosis. Akan tetapi beberapa publikasi terdapat laporan berkurangnya cairan setelah
radiasi pada tumor mediastinum.
PATHWAYS
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Efusi Pleura
A.Pengkajian

1. Identitas Pasien
Pada tahap ini meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku
bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien.
2. Keluhan Utama
Biasanya pada pasien dengan efusi pleura didapatkan keluhan berupa : sesak nafas, rasa berat
pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada
saat batuk dan bernafas serta batuk non produktif.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda -tanda seperti batuk,
sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan menurun dan sebagainya. 
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasienpernah menderita penyakit seperti TBC paru, pneumoni, gagal
jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya faktor predisposisi.

5. Riwayat Penyakit Keluarga


Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang disinyalir
sebagai penyebab effusi pleura seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain sebagainya.
6. Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana
perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.
7. Pengkajian Pola Fungsi

a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat


b. Adanya tindakan medis danperawatan di rumah sakit mempengaruhi perubahan persepsi
tentang kesehatan, tapi kadang juga memunculkan persepsi yang salah terhadap
pemeliharaan kesehatan.
c. Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, minum alcohol dan penggunaan obat-
obatan bias menjadi faktor predisposisi timbulnya penyakit.
d. Pola nutrisi dan metabolisme
e. Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan pengukuran tinggi
badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien.
f. Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS pasien dengan
effusi pleura akan mengalami penurunan nafsu makan akibat dari sesak nafas dan
penekanan pada struktur abdomen.
g. Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit. pasien dengan effusi pleura
keadaan umumnyalemah.
8. Pola eliminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan defekasi sebelum dan
sesudah MRS.
Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak bedrest sehingga akan
menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur abdomen menyebabkan
penurunan peristaltik otot-otot tractus digestivus.

9. Pola aktivitas dan latihan


a. Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi.
b. Pasien akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal.
c. Disamping itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya akibat adanya nyeri dada.
d. Untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien dibantu oleh perawat
dan keluarganya.
10. Pola tidur dan istirahat
a. Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh terhadap
pemenuhan kebutuhan tidur dan istirahat.
b. Selain itu, akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan rumah yang tenang ke
lingkungan rumah sakit, dimana banyak orang yang mondar - mandir, berisik dan lain
sebagainya.
11. Pemeriksaan Fisik
 Status Kesehatan Umum
Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan pasien secara umum, ekspresi
wajah pasien selama dilakukan anamnesa, sikap dan perilaku pasien terhadap petugas,
bagaimana mood pasien untuk mengetahui tingkat kecemasan dan ketegangan pasien.
 Sistem Respirasi
1. Inspeksi pada pasien efusi pleura bentuk hemithorax yang sakit mencembung, iga
mendatar, ruang antar iga melebar, pergerakan pernafasan menurun. Pendorongan
mediastinum ke arah hemithorax kontra lateral yang diketahui dari posisi trakhea dan
ictus kordis. Pernapasan cenderung meningkat dan pasien biasanya dyspneu.
2. Fremitus tokal menurun terutama untuk effusi pleura yang jumlah cairannya > 250 cc.
Disamping itu pada palpasi juga ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal pada
dada yang sakit.
3. Suara perkusi redup sampai pekak tegantung jumlah cairannya. Bila cairannya tidak
mengisi penuh rongga pleura, maka akan terdapat batas atas cairan berupa garis lengkung
dengan ujung lateral atas ke medical penderita dalam posisi duduk. Garis ini disebut garis
Ellis-Damoisseaux. Garis ini paling jelas di bagian depan dada, kurang jelas di punggung.
4. Auskultasi suara nafas menurun sampai menghilang. Pada posisi duduk cairan makin ke
atas makin tipis, dan dibaliknya ada kompresi atelektasis dari parenkian paru, mungkin
saja akan ditemukan tanda tanda auskultasi dari atelektasis kompresi di sekitar batas atas
cairan.
 Sistem Cardiovasculer
1. Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal berada pada ICS – 5 pada
linea medio klavikula kiri selebar 1 cm. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada
tidaknya pembesaran jantung.
2. Palpasi untuk menghitung frekuensi jantung (health rate) harus diperhatikan kedalaman
dan teratur tidaknya denyut jantung, perlu juga memeriksa adanya thrill yaitu getaran
ictuscordis.
3. Perkusi untuk menentukan batas jantung dimana daerah jantung terdengar pekak. Hal ini
bertujuan untuk menentukan adakah pembesaran jantung atau ventrikel kiri.
4. Auskultasi untuk menentukan suara jantung I dan II tunggal atau gallop dan adakah bunyi
jantung III yang merupakan gejala payah jantung serta adakah murmur yang
menunjukkan adanya peningkatan arus turbulensi darah.
 Sistem Pencernaan
1. Pada inspeksi perlu diperhatikan, apakah abdomen membuncit atau datar, tepi perut
menonjol atau tidak, umbilicus menonjol atau tidak, selain itu juga perlu di inspeksi ada
tidaknya benjolan-benjolan atau massa.
2. Auskultasi untuk mendengarkan suara peristaltik usus dimana nilai normalnya 5 – 35 kali
per menit.
3. Pada palpasi perlu juga diperhatikan, adakah nyeri tekan abdomen, adakah massa (tumor,
feces), turgor kulit perut untuk mengetahui derajat hidrasi pasien, apakah hepar teraba.
4. Perkusi abdomen normal tympani, adanya massa padat atau cairan akan menimbulkan
suara pekak (hepar, asites, vesikaurinarta, tumor).
 Sistem Neurologis
Pada inspeksi tingkat kesadaran perlu dikaji Disamping juga diperlukan pemeriksaan GCS.
Adakah composmentis atau somnolen atau comma.Pemeriksaan refleks patologis dan refleks
fisiologisnya. Selain itu fungsi-fungsi sensoris juga perlu dikaji seperti pendengaran,
penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan.
 Sistem Muskuloskeletal
Pada inspeksi perlu diperhatikan adakah edema peritibial. Selain itu, palpasi pada kedua
ekstremetas untuk mengetahui tingkat perfusi perifer serta dengan pemerikasaan capillary
refiltime. Dengan inspeksi dan palpasi dilakukan pemeriksaan kekuatan otot kemudian
dibandingkan antara kiri dan kanan.
 Sistem Integumen
Inspeksi mengenai keadaan umum kulit higiene, warna ada tidaknya lesi pada kulit, pada pasien
dengan efusi biasanya akan tampak cyanosis akibat adanya kegagalan sistem transport oksigen.
Pada palpasi perlu diperiksa mengenai kehangatan kulit (dingin, hangat, demam). Kemudian
tekstur kulit (halus-lunak-kasar) serta turgor kulit untuk mengetahui derajat hidrasi seseorang,
B. Diagnose keperawatan

1. Pola nafas tidak efektif


2. Gangguan pola tidur
3. Resiko deficit nutrisi

ANALISIS DATA

No. Data Etiologi Masalah

1 DS : Pasien mengeluh Efusi Pleura Pola napas tidak


sesak napas saat bernapas. efektif.

DO :
Akumulasi cairan  pada
– RR =  26 x/ menit rongga pleura
– Denyut nadi = 96 ↓
x/menit
Ekspansi paru menurun
– Pasien bernapas

tersengal-sengal cepat,
pendek RR meningkat
–ICS melebar dekstra ↓
–retraksi (-) otot bantu Pola napas tidak efektif
nafas (-)
–fremitus raba ↓
–perkusi redup (D)
2. DS : Pasien mengeluh Efusi Pleura Gangguan pola tidur
nyeri dada sesak saat

beraktifitas yang berat dan
susah tidur karena nyeri. Cairan menekan dinding
pleura
DO : – Pasien tampak
lemah. ↓
–sesak nyeri ↑ saat Rangsangan pada nosiseptor
dipindahkan posisinya dari nyeri
duduk ke berdiri

Nyeri dada

3. DS : - pasien mengatakan Efusi pleura Resiko deficit nutrisi


tidak nafsu makan .
DO : -pasien tampak
Cairan menekan dinding
lemah.
pleura

Ekspansi paru menurun

Sesak nafas

Mual muntah

Nafsu makan menurun

No Diagnose Intervensi Rasional


D keperawatan
X
(tujuan, criteria
hasil)
1 Pola nafas tidak  Berikan posisi semi  Peninggian kepala tempat
efektif berhubungan fowler (30° - 45°) tidur mempermudah
dengan ekspansi  Kolaborasi oksigen fungsi pernafasan dengan
paru menurun akibat tambahan sesuai menggunakan gravitasi,
akumulasi cairan di dengan indikasi dan untuk meningkatkan
kavum plura.  Ajarkan pola nafas ekspansi paru.
efektif (teknik nafas  Membantu memenuhi
Tuj : 3 X 24 jam
dalam) kecukupan O2 dan
pola nafas pasien
memobilisasi secret untuk
efektif
membersihkan jalan nafas
 Berikan HE penyebab dan membantu mencegah
sesak komplikasi pernafasan.
KH:
 Observasi TTV  Mengurangi cairan pada
Sesak (-) terutama RR dan nadi kavum pleura sehingga
serta status ekspansi paru bisa
Retraksi otot bantu
pernafasan(pernafasa maksimal dan sesak
nafas (-)
n cuping hidung, berkurang
Pasien bernafas retraksi otot bantu
normal nafas,kesimetrisan
dinding dada)
2 Gangguan pola tidur  Rancang  jadwal  Meningkatkan pola tidur
harian  pasien Px.
Berhubungan
 Anjurkan individu  Meningkatkan perfusi
dengan nyeri.
untuk istirahat 1 jam jaringan dan
setelah makan meningkatkan suplai
(misalnya berbaring oksigen
Tuj : 3X 24 jam
dan duduk-duduk).
meningkatkan pola
tidur
 Evaluasi kelemahan dan
 Tingkatkan aktivitas peningkatan ;pola tidur
secara bertahap pasien
KH:
dengan periode
– Kelelahan istirahat diantara dua
berkurang aktifitas misalnya
duduk dulu sebelum
– pola tidur teratur
berjalan setelah tidur
– Mampu  Kolaborasi :
beraktivitas secara
mandiri pemberian  oksigen
setelah beraktivitas
bila terjadi
peningkatan status
pernafasan
 Observasi respon
individu terhadap
aktivitas (status
pernafasan dan pucat)
 Mencegah aktivitas
Px yang berlebihan.

3 Resiko defisit nutrisi  Beri motifasi kepada  Memberikan motifasi


nutrisi berhubungan klien pentingnya kepada klien agat
dengan nafsu makan kebutuhan nutrisi mengerti tentang
yang menurun. yang harus terpenuhi pentingnya nutrisi yang
 Beri makanan yang di harus di penuhi
Tujuan : 3X24 jam
sukai pasien  Memberikan makanan
kebutuhan nutrisi
pasien terpenuhi  Beri porsi makan yang di sukai pasien
yang sedikit tapi  Memberikan porsi makan
sering sedikit tetapi sering
 Kolaborasi dengan  Memberikan makanan
tim gizi untuk yang di sukai klien
KH: kebutuhan nutrisi
pasien
-Nafsu makan
meningkat
-Berat badan normal
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN EFUSI PLEURA

1.1 PENGKAJIAN
Dilaksanakan tanggal : 13/09/2020

Ruang : Cempaka

1. Biodata
Nama : Ny.S
Umur : 73 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. K
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pesiunan Guru TK
Status : Kawin
Tgl.MRS : 12/09/2020
Dx.Medis : Efusi Pleura
No.Reg :-

Keluarga yang mudah dihubungi


Nama : Ny.H
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Jl. K
Hubungan : cucu

2. Keluhan

a. Alasan MRS
Px mengatakan nyeri dada, sesak nafas dan batuk disetiap aktivitas yang disertai
cairan seperti air berwarna kekuningan kurang lebih sudah dua minggu ini.
b. Keluhan saat pengkajian
Px mengatakan nyeri dada dengan skala 4, sesak nafas dan batuk mengeluarkan
cairan seperti air berwarna kuning dan selalu memegangi dada karena nyeri yang
dirasakan dan px tidak mampu berjalan.

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Px mengatakan nyeri pada dada dan disertai sesak kurang lebih selama 2 minggu.
Kemudian pada tanggal 12 september 2020 pukul 18.05 px dibawa ke UGD Rs dr.
Soepraoen Malang dan MRS pada saat itu juga.

3. Riwayat Penyakit Masa Lalu


Px mengatakan pernah mempunyai riwayat penyakit TB paru kurang lebih 5
tahun yang lalu dan MRS pada bulan April 2020 didiagnosa efusi pleura MRS selama 13
hari dengan keluhan sesak berkurang namun kembali kambuh dan MRS pada tanggal 12
september 2020 dengan diagnose dan keluhan yang sama.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Px mengatakan keluarga tidak pernah mempunyai riwayat penyakit menular
seperti TBC dan Hepatitis.

5. Riwayat Psikososial Spiritual


a. Psikosocial
 Px mengatakan cemas dengan kondisinya sekarang dan memikirkan biaya MRS
dan px merasa tidak nyaman dengan teman sekamarnya yang selalu berisik
sampai tengah malam.
 Hubungan px dengan keluarga sangat baik, terbukti dengan keluarga
mendampingi px saat di Rumah Sakit.
 Hubungan px dengan perawat juga baik, terbukti dengan px kooperativ dengan
tindakan keperawatan
 Hubungan px dengan px lain terlihat baik, terbukti dengan px saling mengobrol
dengan px lain
b. Spiritual
 Saat dirumah px rajin beribadah
 Saat di rumah sakit px tidak tampak beribadah

7. pola aktivitas sehari – hari

No KEBIASAAN DI RUMAH DIRUMAH SAKIT


1 Makan Px mengatakan makan 3x/hari Px mengatakan tidak terlalu
dengan komposisi nasi 1 ons, nafsu makan dengan nasi 3
sayur, dan lauk ikan laut porsi sdm, sayur 3 sdm, dan lauk
habis telur dan tahu dan merasa
mual.
2 Minuman Px mengatakan minum air Px mengatakan minum air
putih 7-9 gelas perhari (1800 putih 5-7 gelas (1400 cc)
cc) per hari
3 BAK Px mengatakan BAK 4- Px mengatakan BAK 3-
7x/hari dengan warna kuning, 6X/hari dengan warna
jernih, bau khas urine kuning, jernih, bau khas
urine
4 BAB Px mengatakan BAB 1-2/hari Px mengatakan belum BAB
dengan konsistensi padat, bau sejak MRS
dan warna khas feses
5 Istirahat tidur Px mengatakan tidur siang 2 Px mengatakan tidur siang
jam dan pada malam hari 8 2 jam dan pada malam hari
jam mulai jam 21.00 – 05.00 tidur hanyan 3 – 4 jam.
dengan nyenyak. Mulai jam 22.00 – 02.00
dan tidak nyenyak karena
nyeri pada dada
6 Aktivitas Px mengatakan melakukan Px mengatakan segala
segala aktivitas ( makan, aktivitas (makan, BAB,
BAB, BAK, mandi ) dengan BAK, mandi) dibantu oleh
mandiri keluarga dan perawat

PEMERIKSAAN FISIK

 Keadaan/ penampilan/ kesan umum pasien

Keadaan px lesu, lemas, wajah kusam, merintih kesakitan, terpasang infuse ditangan kiri.
Kesadaran compos mentis GCS 4/5/6
 Tanda - tanda vital
TD : 150/80 mmHg RR : 26x/menit
0
S : 36,2 C TB : 150 cm
N : 80x/menit BB : 40 kg
Skala nyeri : 4
 Sistem Respirasi
a. Inspeksi abnormal,terpasang oksigen 8 lpm,retraksi intercosta
b. Palpasi tedapat pergerakan dada kiri dan kanan tidak sama
c. Suara perkusi meredup
d. Auskultasi suara nafas berkurang
 Sistem Cardiovasculer
a. Inspeksi terdapat pembesaran jantung
b. Palpasi adanya nyeri tekan
c. Perkusi terdeng suara pekak
d. Auskultasi tidak ada suara tambahan
 Sistem Pencernaan
a. Inspeksi abdomen berbentuk flat dan tidak ada lesi
b. Palpasi tidak ada nyeri tekan pada abdomen
c. Perkusi terdengar suara timpani pada abdomen
d. Auskultasi bising usus 12 kali/menit
 Sistem Neurologis
Kesadaran compos mentis dan GCS 4/5/6

 Sistem Muskuloskeletal
Pemeriksaan Ekstremitas
 Kekuatan otot 5 5
4 4

 Tidak ada gangguan deformitas

 System integument
Warna kulit sawo matang dan tidak terdapat lesi

Data Penunjang
Darah Lengkap Hasil Normal
LED (Westergen mod) 43 4-20 mm/L

Diabetes (GOD PAP) Hasil Normal


Gula darah sesaat 91 ≤ 125/neg mg/dl

Faal ginjal Hasil Normal


Ureum 28 15-45 mg/dl
Kreatin 0,81 0,7-1,4 mg/dl

Faal hati Hasil Normal


SGOT 19 ≤ 33 µ/L
SGPT 19 ≤ 42 µ/L

 Penatalaksanaan therapy
 Inj.Antrain 3x1 ampul/iv
 Inj.Ondan 3x1 mg/iv
 Inj.Codein 3x10 mg/iv
 Inj.Ranitidin 3x1 ampul/iv
 Terpasang oksigen 8 lpm

Analisa Data
Nama : Ny, S
Umur : 73 tahun
No. Reg : 239732
NO DATA PENUNJANG MASALAH PENYEBAB
1 Ds : Px mengatakan sesak dan Penghambat drainase Pola nafas tidak efektif
batuk mengeluarkan cairan seperti limfatik
air berwarna kuning jernih

Do :
Tekanan kapiler paru
 Px tampak lemah, wajah meningkat
pucat.

 Px dengan posisi fowler
Tekanan hidrostatik
 TTV

TD : 150/80 mmHg
Transudasi
N : 80 x/menit

S : 36,2 0C
Efusi pleura
RR : 26 x/menit

Penumpukan cairan
dalam rongga paru

Ekspansi paru menurun

2 Ds : Px mengatakan tidak Peradangan pleura Gangguan pola tidur


nyenyak tidur karena nyeri pada Berhubungan dengan
↓ nyeri.
dada
Permeable membrane
Do :
kapiler meningkat
 Px tampak lemas, dan

wajah pucat
Cairan protein dan
 Px tampak gelisah
getah bening masuk
 Tidur sering terbangun rongga pleura

Konsentrasi protein
cairan pleura meningkat

Eksudat

Penumpukan cairan
pada rongga pleura

nyeri
3 Ds : Px mengatakan tidak terlalu Ekspansi paru menurun Resiko deficit nutrisi
nafsu makan dengan nasi 3 sdm, berhubungan dengan
sayur 3 sdm, dan lauk telur dan nafsu makan menurun
tahu dan merasa mual. Sesak nafas

Do :
Mual muntah
 Px tampak memegangi
dada saat batuk
 Px terbaring lemah dengan Nafsu makan menurun
posisi fowler
 TTV
TD : 150/80 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,2 0C
RR : 26 x/menit

Diagnosa keperawatan

Nama : Ny, S
Umur : 73 tahun
No.Reg : 239732
NO TGL. MUNCUL DIAGNOSA KEPERAWATAN TGL.TERATASI TTD
1 12/09/2020 Pola nafas tidak efektif berhungan
dengan ekspansi paru menurun
2 12/09/2020 Gangguan pola tidur berhubungan
dengan nyeri dada
3 12/09/2020 Resiko defisit nutrisi berhubungan
dengan nafsu makan yang menurun

Intervensi

Nama : Ny. S
Umur : 73 tahun
No. Reg : 239732
Tanggal / DIAGNOSA TUJUAN DAN RENCANA KEPERAWATAN
jam KRITERIA HASIL
1. Pola nafas tidak Tujuan : Pemantauan respirasi
efektif Setelah dilakukan tindakan  Monitor
berhungan 3x24 jam diharapkan pola frekuensi,irama,kedalaman,dan
dengan ekspansi nafas pasien membaik upaya nafas
paru menurun  Monitor pola nafas
KH :  Monitor kemampuan batuk
 Penggunaan otot  Monitor produksi sputum
bantu nafas  Palpasi kesimetrisan ekspansi
menurun
paru
 Frekuensi nafas
 Auskultasi bunyi nafas
membaik
 Atur interfal pemantauan
 Pernafasan cuping
respirasi
hidung menurun
 Jelaskan tujuan dan prosedur
 Kedalaman nafas
pemantauan
membaik.

2. Gangguan pola Tujuan : Dukungan tidur


tidur Setelah dilakukan tindakan  Identifikasi pola aktifitas dan
berhubungan 3x24 jam diharapkan pola tidur
dengan nyeri tidur pasien membaik  Identifikasi factor yang
dada KH : mengganggu tidur
 Kluhan sulit tidur  Identifikasi makanan dan
menurun minuman yang mengganggu
 Keluhan sering tidur
terjaga menurun  Identifikasi obat tidur yang di
 Keluhan tidak puas konsumsi
tidur menurun  Modifikasi lingkungan
 Keluhan istirahat  Batasi waktu tidur siang
tidak cukup  Fasilitasi menghilangkan
menurun setres sebelum tidur
 Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
 Jelaskan penting nya tidur
yang cukup selama sakit
 Ajarkan relaksasi otot
nonfarmakologi lain nya
3. Resiko defisit Tujuan : Managemen nutrisi
nutrisi Setelah dilakukan tindakan  Identifikasi status nutrisi
berhubungan 3x24 jam diharapkan tidak  Identifikasi alergi dan
dengan nafsu terjadi deficit nutrisi intoleransi makanan
makan yang  Identifikasi makanan yang
menurun. KH : di sukai
 Porsi makan yang di  Identifikasi kebutuhan
habiskan meningkat kalori dan jenis nutrisi
 Berat badan  Monitor asupan makanan
meningkat  Monitor berat badan
 Frekuensi makan  Monitor hasil laborat
membaik  Lakukan oral hygine
 Nafsu makan sebelum makan
membaik  Sajikan nmakanan yang
 Membrane mukosa menarik dan suhu yang
membaik sesuai
 Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi proteib
 Ajarkan dien yang
terprogram
 Kolaborasi dengan ahli gizi
Implementasi

Nama : Ny. S
Umur : 73 tahun
No.Reg : 239732

No. Tanggal Jam Implementasi Respon pasien TTD


Dx
I 08.30  Memonitor  Pasien
frekuensi,irama,ked tampak
alaman,dan upaya sesak
09.00 nafas  Pola nafas
 Memonitor pola tidak teratur
nafas  Pasien
 Memonitor belum bisa
10.30
kemampuan batuk batuk efektif
 Memonitor  Produksi
produksi sputum sputum
11.00  Palpasi belum
kesimetrisan menurun
ekspansi paru  Terdapat
 Auskultasi bunyi ronchi
nafas  TTV
 Mengatur interfal TD : 150/80 mmHg
pemantauan N : 80 x/menit
respirasi S : 36,2 0C
RR : 26 x/menit

2 08.30 Dukungan tidur


 Mengidentifikasi  Pola tidur
pola aktifitas dan belum
tidur teratur
10.30
 Mengidentifikasi  Pasien
factor yang terlihat
mengganggu tidur lemah
 Mengidentifikasi  Pasien
makanan dan belum
minuman yang mengetahui
11.00 pentingnya
mengganggu tidur
pola tidur
 Mengidentifikasi
obat tidur yang di yang baik
konsumsi
 Memodifikasi
lingkungan
 Membatasi waktu
tidur siang
 Fasilitasi
menghilangkan
setres sebelum tidur
 Melakukan
prosedur untuk
meningkatkan
kenyamanan
 Menjelaskan
penting nya tidur
yang cukup selama
sakit
 Mengajarkan
relaksasi otot
nonfarmakologi
lain nya

Managemen nutrisi
 Mengidentifikasi  Pasien
3 tampak
status nutrisi
lemah
 Mengidentifikasi
alergi dan  Nafsu
intoleransi makanan makan
pasien
 Mengidentifikasi
menurun
makanan yang di
sukai  Berat badan
belum
 Mengidentifikasi
normal
kebutuhan kalori
dan jenis nutrisi  Asupan
makan
 Memonitor asupan
menurun
makanan
 Memonitor berat
badan
 Memonitor hasil
laborat
 Melakukan oral
hygine sebelum
makan
 Menyajikan
nmakanan yang
menarik dan suhu
yang sesuai
 Memberikan
makanan tinggi
kalori dan tinggi
protein
 Mengajarkan diet
yang terprogram
 Kolaborasi dengan
ahli gizi
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama : Ny. S
Umur : 73 tahun
No. Reg : 239732

No dx Tanggal Jam Evaluasi TTD


.
dx
1. 1.Pola nafas 12/09/202 11.00 S: Pasien mengatakan sesak nafas
tidak efektif 0 O:
berhungan  Pasien tampak sesak
dengan  Pola nafas tidak teratur
ekspansi  Pasien belum bisa batuk
paru efektif
menurun  Produksi sputum belum
menurun
 Terdapat ronchi
TTV :
TD : 150/80 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,2 0C
RR : 26 x/menit
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjut intervensi
13/09/202 11.00 S: Px mengatakan sesaknya berkurang.
0
O:
 Pasien tampak tidak sesak
 Pola nafas teratur
 Pasien mengerti tentang batuk
efektif
 Produksi sputum menurun
 Terdapat ronchi
TTV :
TD : 120/80 RR : 22
S : 36,2 °C N : 80
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjut intervensi
14/09/202 11.00 S: Px sudah tidak sesak nafas
0
O:
 Pasien tampak tidak sesak
 Pola nafas teratur
 Pasien mampu batuk efektif
 Produksi sputum menurun
 tidak terdapat ronchi
TTV :
TD : 130/90 RR : 22
S : 36 °C N : 81
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
2. Gangguan 12/09/202 S: Pasien mengatakan susah tidur rena nyeri
pola tidur 0 pada dada
berhubunga O:
n dengan  Pola tidur belum teratur
nyeri dada  Pasien terlihat lemah
 Pasien belum mengetahui pentingnya
pola tidur yang baik
TTV
TD : 150/80 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,2 0C
RR : 26 x/menit
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjut intervensi
13/09/202 S: Pasien mengatakan dapat tidur pada
0 malam hari
O:
• Pola tidur membaik
• Pasien tampak lebih bugar
• Pasien tidak mengetahui pentingnya
pola tidur yang baik
TTV
TD : 120/80 RR : 22
S : 36,2 °C N : 80

A: Masalah teratasi sebagian


P: Lanjut intervensi

14/09/202 S: Pasien mengatakan dapat tidur dengan


0 nyenyak dan nyeri berkurang
O:
• Pola tidur membaik
• Pasien tampak lebih bugar
• Pasien mengetahui pentingnya pola
tidur yang baik
TTV
TD : 130/90 RR : 22
S : 36 °C N : 81

A: Masalah teratasi
P: hentikan intervensi

3. 3.Resiko 12/09/202 S: pasien mengatakan tidak nafsu makan dan


defisit 0 mual
nutrisi O:
berhubunga • Pasien tampak lemah
n dengan • Nafsu makan pasien menurun
nafsu makan • Berat badan belum normal
yang • Asupan makan menurun
menurun.
TTV
TD : 150/80 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,2 0C
RR : 26 x/menit

A: Masalah belum teratasi


P: lanjutkan intervensi
13/09/202 S: pasien mengatakan mual berkurang dan
0 nafsu makan meningkat
O:
• Pasien tampak lebih bugar
• Nafsu makan pasien membaik
• Berat badan belum normal
• Asupan makan meningkat

TTV

TD : 120/80 RR : 22
S : 36,2 °C N : 80

A: Masalah teratasi sebagian


P: Lanjut intervensi
14/09/202 S: pasien mengatakan sudah tidak mual dan
0 nafsu makan baik
O:
• Pasien tampak lebih bugar
• Nafsu makan pasien membaik
• Berat badan normal
• Asupan makan meningkat
TTV
TD : 130/90 RR : 22
S : 36 °C N : 81

A: Masalah teratasi
P: hentikan intervensi

Anda mungkin juga menyukai