Anda di halaman 1dari 28

ALAT-ALAT MEDIS DAN CARA STERILISASI

Disusun oleh
Nama : I Ketut Arimbawa
Nim : 16C11647
Kelas : TK1A

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan makalah
Alat-alat medis dan sterilisasi dalam Keperawatan ini sebatas pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Alat-alat medis dan sterilisasi dalam
keperawatan. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat
kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang saya harapkan. Untuk itu, saya berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.

Denpasar,05 maret 2017

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………………… 2
Daftar Isi………………………………………………………………………………. 3

Bab I Pendahuluan
1.1  Latar belakang………………………………………………………………………... 4
1.2 Rumusan masalah………………………………………………………………… 5
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………5

Bab II Pembahasan
2.1 Alat-alat medis dalam Keperawatan…………………………………………..…. 6
2.2 Alat Sterilisasi dalam keperawatan………………………………………………10

Bab III Penutup


3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………….14
3.2 Saran………………………………………………………………………………...14
Daftar Pustaka…………………….…………………………………………………15

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang


Banyak penyakit yang menganggu kelangsungan hidup masyarakat banyak. Penyakit-
penyakit ini bukan hanya muncul dikarenakan keteledoran dari pada pengidap itu
sendiri. Melainkan juga dari lingkungan luar yang ada di sekitarnya. Biasanya para
pasien yang ada di rumah sakit paling gampang tertular dengan berbagai macam
penyakit yang dapat membahayakan kehidupannya sendiri.

Tahapan penting yang mutlak harus dilakukan selama bekerja di ruang praktikum
mikrobiologi adalah sterilisasi. Bahan atau peralatan yang digunakan harus dalam
keadaan steril. Sterilisasi adalah proses penghilangan semua jenis organisme hidup,
dalam hal ini adalah mikroorganisme yang terdapat dalam suatu benda. Proses ini
melibatkan aplikasi biocidal agent  atau proses fisik dengan tujuan untuk membunuh
atau menghilangkan mikroorganisme. Setiap proses baik fisika, kimia dan mekanik
yang membunuh semua bentuk kehidupan terutama mikroorganisme disebut sterilisasi.
Adanya pertumbuhan mikroorganisme menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri masih
berlangsung dan tidak sempurnanya sterilisasi.

Sterilisasi didesain untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme. Target suatu


metode inaktivasi tergantung dari metode dan tipe mikroorganisme yaitu tergantung dari
asam nukleat, protein atau membrane mikroorganisme tersebut. Agen kimia untuk
sterilisasi disebut sterilant  (Pratiwi,2006). Sterilisasi banyak dilakukan di rumah sakit
melalui proses fisik, kimia dan mekanik. Setiap proses (baik fisika, kimia maupun
mekanik) yang membunuh semua bentuk kehidupan terutama mikrooranisme disebut
dengan sterilisasi. Adanya pertumbuhan mikroorganisme menunjukkan bahwa
pertumbuhan bakteri masih berlangsung dan tidak sempurnanya proses sterilisasi. Jika
sterilisasi berlangsung sempurna, maka spora bakteri yang merupakan bentuk paling
resisten dari kehidupan mikroba, akan diluluhkan (Cappuccino, 1983).

Pembiakan mikroba dalam laboratorium memerlukan medium yang berisi zat hara serta
lingkungan pertumbuhan yang sesuai dengan mikroorganisme. Zat hara digunakan oleh

4
mikroorganisme untuk pertumbuhan, sintesis sel, keperluan energi dalam metabolisme,
dan pergerakan. Lazimnya, medium biakan berisi air, sumber energi, zat hara sebagai
sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfat, oksigen, hidrogen, serta unsur-unsur lainnya.
Dalam bahan dasar medium dapat pula ditambahkan faktor pertumbuhan berupa asam
amino, vitamin, atau nukleotida (Lim, 1998).

1.2    Rumusan Masalah


1.2.1  Apa saja Alat-alat medis dalam dunia keperawatan?
1.2.2 Bagaimana cara sterilisasi alat medis dalam dunia kesehatan?

1.3   Tujuan
1.3.1 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami Alat-alat medis dalam dunia
keperawatan.
1.3.2 Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara mensterilisasi alat medis

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 ALAT-ALAT MEDIS


1.     Alat Pembalut Luka
a.    Plester
Fungsi : untuk menutupi luka dilengkapi pelekat
Berdasarkan bahannnya Plester dapat dibagi ke dalam 7 macam, yaitu :
No. Nama Bahan Nama Alat Kesehatan
1. ZnO Leukoplas
2. Elastik Handyplas, Band Aid, Elastikon
3. Sutera Leukosilk
4. Rayon Microfore, Dermisel
5. Kertas Leukopor, Dermilite
6. Plastik Leukofix, Transfor
7. Plastik Waterprof Setonplast, Blenderm
b.    GAAS (B. Belanda), Kasa (B. Indonesia)
Bentuk berupa kain jarang-jarang, seperti ram kawat.
Gaas atau kain kasa dapat digolongkan ke dalam :
1.     Gaas Steril, (Kasa Hydrofil Steril) yang paling banyak digunakan adalah ukuran 18 x
22 cm
2.    Dressing (penutup luka) ukuran 7,5 cm x 7,5 cm dan 10 cm x 10 cm
3.    Gaas yang berisi bahan obat.
Yang sudah banyak dikenal adalah :
  Sofra-tule : Gaas steril berisi Soframisin
  Bacti gras : Gaas steril berisi Chlorhexadine dalam parafin
  Actisorb : Gaas steril berisi Charcoal
  Petronet : Gaas steril berisi Parafin Jeli
4.    Verband (Pembalut)
Verband digolongkan ke dalam beberapa bagian, yaitu :
  Kasa Hidrofil (Bandage Gauze) kain kasa panjang untuk membalut luka.
  Pembalut Elastis (Elastic Bandage)
  Pembalut Leher, untuk menopang kepala dan membatasi gerak dari tulang leher
  Pembalut Gips, kain kasa dilengkapi kalsium setelah dibalut dibasahi air hangat agar
mengeras untuk penderita patah tulang.
2.    Alat Perawatan Pasien
a.    Warm Water Zak (Beld.) Hot Water Botle (Ing.) Botol Panas/ Buli-buli Panas.
Bentuk : berupa kantung dari karet dengan tutup di ujungnya, diisi air panas.

6
Fungsi : untuk kompres panas 

b.    Ijskap (Beld.) Ice Bag (Ing.) Eskap (Ind.)


Bentuk : berupa kantung dari karet dengan tutup di tengahnya, diisi pecahan es batu
Fungsi : untuk kompres dingin.

c.    Bors Pomp (Beld.) Breast Pump and relieve (Ing.) Pompa Susu (Ind.)

Fungsi : untuk membantu memompa air susu keluar dari payudara wanita yang sedang
menyusui.

d.    Tapelhoed atau Tapelhoedje (Beld.) Nipple Shield (Ing.) Pelindung Puting Susu

Fungsi : untuk melindungi putting susu yang lecet pada waktu menyusui sehingga si
bayi dapat menghisap air susu melewati alat tsb.

7
  
e.    Windring (Beld.) Air Cusion (Ing.)
Bentuk : berupa alat yang terbuat dari karet berbentuk lingkaran seperti ban mobil,
diameter dalam 13,5 cm luar 40 cm
Fungsi : sebagai tempat duduk pada penderita wasir/ ambeien.

f.    Colostomy Bag

Fungsi : untuk menampung feses pada pasien setelah operasi colon (pembedahan usus
buatan melalui otot dan kulit perut)

g.    Urinal
Fungsi : untuk menampung urine pada pasien yang tidak boleh/bisa ke WC.
Jenisnya :
  Urinal male : untuk pasien laki-laki

8
  Urinal female : untuk pasien wanita 

h.    Bedpan
Fungsi : untuk menampung feses pada pasien yang tidak boleh/bisa ke WC.

i.     Pus basin, Emesis basin


Fungsi : untuk menampung muntah, nanah, kapas bekas dll. 

j.     Instrument Tray atau paratus


Fungsi : tempat menyimpan alat-alat perawatan.
III.      Alat Untuk Tindakan Medis

9
a.    Gloves (Ing.) Handschoen (Beld.) Sarung Tangan
Fungsi : untuk melindungi tangan dari pengaruh lingkungan sekeliling

b.    Cathether
Fungsi : untuk mengeluarkan/ pengambilan urine
Jenisnya :
  Nelaton Cathether : terbuat dari latex/ karet
  Metal Cathether : terbuat dari stainlesstil
  Balloon Cathether/ Foley Cathether : terbuat dari latex/ karet dilengkapi dengan balon
dengan cara menyutikan aqua pada ventilnya bila telah masuk agar Cathether tidak
copot.

c.    Urine Bag


Fungsi : untuk menampung urine yang dihubungkan dengan Balloon Cathether/ Foley
Cathether untuk mengeluarkan/ pengambilan urine pada sistem tertutup

d.    Stomach Tube (Ing.) Maag Slang/ Maag Sonde (Beld.)


Fungsi :
  untuk mengumpulkan cairan/ getah lambung,

10
  untuk membilas/ mencucui isi perut,
  untuk pemberian obat-obatan.

e.    Feeding Tube


Fungsi : untuk nutrisi/ pemberian cairan makanan melalui mulut atau hidung.

f.    Mucus Extractor atau Suction Cathether (Ing.) Slimzuiger (Beld.)


Fungsi : untuk menyedot lendir dari trakhea bayi baru lahir
g.    Wing needle
Fungsi : sebagai perpanjangan vena untuk pemberian cairan infus atau obat intra vena
dalam jangka lama.

h.    Infusion set


Fungsi : selang untuk pemberian cairan infus 

i.     Tranfusion Set


Fungsi : untuk pemberian tranfusi darah

11
j.     Spuit / Syringe
Fungsi : untuk menyuntik

k.    Injection Needle (Ing.) Jarum Suntik


Fungsi : untuk menyuntik digabungkan dengan alat suntik (Spuit = Syringe).

l.      Gliserin Syringe (Ing.) Glyserin Spuit(Beld.) Spuit Gliserin


Fungsi : untuk menyemprotkan lavement/ clysma melaui anus cairan yang
sering digunakan adalah gliserin atau larutan sabun.

m.   Currete
     Fungsi : untuk membersihkan rahim pada pasien abortus/ keguguran

IV.      Alat Untuk Diagnosa Penyakit


a.    Buku test buta warna/ Ishihara’s Test for colour Blindness
Fungsi : memeriksa buta warna

12
b.    Chart Vision Snellen
Fungsi : memeriksa visus/ ketajaman penglihatan

c.    Reflex Hamer


Fungsi : memeriksa kemampuan refleksi dari bagian tertentu tubuh kita, misalnya lutut.

d.    Tongue depressor/ Tongue Blade (Ing.) Tong spatel (Ind.)


Fungsi : untuk menekan lidah agar dapat memeriksa/ melihat kelainan pada
tenggorokan, misalnya amandel. Faringitis dll.

e.    Laringeal mirror


Fungsi : untuk memeriksa/ melihat keadaan dalam mulut/ tenggorokan 

13
f.    Clinical hermometer (Ing.) Thermometer klinik (Ind.)
Jenisnya :
  Thermometer klinik non elektronik (air raksa)
  Thermometer klinik elektronik
Fungsi : mengukur susu tubuh/ badan

g.    Stethoscope
Jenisnya :
  Obstetrical Stethoscope/ Stethoscope monoaural (Ing.) Stethoscope bidan
Fungsi : untuk mendengar bunyi jantung bayi dalam kandungan ibu hamil

  Stethoscope binaural (bagian yang ditempelkan di telinga)


Fungsi : untuk mendengar bunyi organ tubuh mis. jantung, paru-paru dll

14
h.    Sphygmomanometer
Fungsi : untuk mengukur tekanan darah
Jenisnya :
  Mercurial Sphygmomanometer/ Tensi meter air raksa

  Anaeroid Sphygmomanometer/ Tensi meter tanpa air (memakai jarum)

  Electical Sphygmomanometer

15
  Automatic Sphygmomanometer/ /Tensi meter tanpa dipompa
i.     Speculum
Speculum atau specula (= bentuk jamak) adalah alat yang dimasukkan ke dalam liang
rongga tubuh yang kegunaannya adalah untuk memeriksa/ melihat bagian yang berada
di dalam liang rongga tsb.
a.    Nasal Speculum
Fungsi : untuk memeriksa rongga hidung

b.    Ear Speculum


Fungsi : untuk memeriksa rongga telinga

c.    Rectum Speculum


Fungsi : untuk memeriksa lubang anus/
 rektal

d.    Vaginal Speculum


Fungsi : untuk memeriksa lubang vagina

16
Alat-alat Bedah
1. Scalpel (Beld.) Bistoury/ Bistouries (Ing.) Pisau operasi (Ind.)

Istilah lain yaitu :


a.  Scalpel Blade : pisau operasi
Fungsi : pembedahan

b.  Scalpel Handel pegangan pisau operasi


Fungsi : pegangan pisau operasi
2. Gunting

Gunting merupakan alat untuk memotong. Jenis-jenis gunting antara lain :


a.  Bandage Scissors (Ing.) Verbandschaar (Beld.) gunting verband atau Gaas
Fungsi : memotong verband atau kain kasa
b.  Surgical Scissors gunting operasi
Fungsi : gunting untuk pembedahan
c.   Dissecting Scissors
Fungsi : gunting untuk memotong jaringan tubuh untuk keperluan praktek.
3. Forceps

Forceps merupakan alat yang terdiri dari 2 keping yang saling berhadapan yang
dapat dikontrol (dijepitkan dan dilepaskan) yang digunakan untuk menjepit atau
memegang benda.
a.  Thumb Forceps atau Dissecting Forceps (Ing.) Anatomische pinset (Beld.) Pinset
anatomis (Ind.).

17
Ciri-ciri : bagian dalam kedua belah ujungnya bergaris-garis horisontal.

b.  Surgical Forceps atau Tissue Forceps (Ing.) Chirrurgical pinset (Beld.) pinset operasi.
Ciri-ciri : ujung piset keduanya bergigi.

c.   Cilia pinset atau Cilia Forceps


Fungsi : untuk menjepit/ mencabut rambut.
d.  Suture Clip Applying Forceps ataut Pinset Agrave
Fungsi : untuk menjepitkan clip pada luka sehingga luka tidak terbuka.
e.  Klem
Klem atau Clamp adalah alat untuk menjepit (memegang dan menekan) suatu
benda.
Jenis-jenis klem antara lain :
a)         Arterie klem (Beld.) Artery Forceps (Ing.)
Arteri klem tergolong alat seperti pegangan gunting dengan cantelan.
Fungsi : untuk menjepit pembuluh darah arteri.
Arteri klem dapat digolongkan ke dalam dua bagian
    Kocher : ujungnya bergigi
    Pean : ujungnya tidak bergigi

b)        Peritoneum forceps


Fungsi : untuk menjepit jaringan selaput perut. 

18
4. Needle Holders (Ing.) Naald Voerder (Beld.)Fungsi : untuk menjepit jarum jahit
(hechtnaald) serta menjahit luka terbuka seperti luka kecelakaan atau
pembedahan.

5. Hecht Naald (Beld.) Surgical Needles atau Suture Needles (Ing.) jarum jahit

Fungsi : jarum untuk menjahit luka


Jenis-jenis jarum jahit
  ujungnya bulat untuk menjahit otot
  ujungnya segi tiga untuk menjahit kulit

6. Suture (Ing.) Benang Bedah

Benang bedah dapat dibagi ke dalam dua golongan yaitu :


a. Yang dapat diabsorbsi jaringan tubuh.

Menurut bahannya terdiri dari :


  Collagen yang berasal dari jaringan usus sapi, sub mukosa kambing, usus kucing.
Sampai sekarang disebut Catgut (usus kucing)
Catgut dapat dibagi ke dalam dua bagian yaitu :
-       Catgut Plain

19
-       Catgut Chromic
Catgut Chromic adalah Catgut Plain yang dilapisi oleh chromium sehingga daya
kekuatan mengikatnya lebih lama.
  Polygiactin 910 conrtoh : Vicryl
  Polygiactin acid conrtoh : Dexon
b. Yang tidak diabsorbsi tubuh.

Jenisnya yaitu :
  Linen dari rami
  Sutera, dalam bahasa Belanda : Zijde Dalam Bahasa Inggris Silk
  Polyamide (Nylon)

2.2 PEMGERTIAN DAN CARA MENSTERILISASI


            Steralisasi adalah suatu cara untuk membebaskan suatu benda dari semua,
baik bentuk vegetatif maupun bentuk spora. Proses sterilisasi dipergunakan pada
bidang mikrobiologi untuk mencegah pencernaan organisme luar, pada bidang
bedah untuk mempertahankan keadaan aseptis, pada pembuatan makanan dan obat-
obatan untuk menjamin keamanan terhadap pencemaran oleh mikroorganisme dan
di dalam bidang-bidang lain pun sterilisasi ini juga penting. Steralisasi juga
dikatakan sebagai tindakan untuk membunuh kuman patogen atau kuman apatogen
beserta spora yang terdapat pada alat perawatan atau kedokteran dengan cara
merebus, stoom, menggunakan panas tinggi, atau bahkan kimia. Jenis sterilisasi
antara lain sterilisasi cepat, sterilisasi panas kering, steralisasi gas (Formalin
H2, O2), dan radiasi ionnisasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam steralisasi di
antaranya:
·         Sterilisator (alat untuk mensteril) harus siap pakai, bersih, dan masih
berfungsi
·        Peralatan yang akan di sterilisasi harus dibungkus dan diberi label yang jelas
dengan menyebutkan jenis peralatan, jumlah dan tanggal pelaksanaan
sterilisasi
·         Penataan alat harus berprinsip bahwa semua bagian dapat steril
·         Tidak boleh menambah peralatan dalam sterilisator sebelum waktu mensteril
selesai
·         Memindahklan alat steril ke dalam tempatnya dengan korentang steril
·         Saat mendinginkan alat steril tidak boleh membuka pembungkusnya, bila
terbuka harus dilakukan sterilisasi ulang.

20
 Metode Sterilisasi
Sterilisasi secara Fisik
Sterilisasi secara fisik dipakai bila selama sterilisasi dengan bahan kimia tidak akan
berubah akibat temperatur tinggi dan tekanan tinggi. Cara membunuh
mikroorganisme tersebut adalah dengan panas. Berikut penjelasan mengenai cara
membunuh mikroorganisme :
1.      Pemanasan kering
Prinsipnya adalah protein mikroba pertama-tama akan mengalami dehidrasi
sampai kering dan selanjutnya teroksidasi oleh oksigen dari udara sehingga
menyebabkan mikrobanya mati. Digunakan pada benda atau bahan yang tidak
mudah menjadi rusak, tidak menyala, tidak hangus atau tidak menguap pada
suhu tinggi. Umumnya digunakan untuk senyawa yang tidak efektif untuk
disterilkan dengan uap air, seperti minyak lemak, minyak mineral, gliserin
(berbagai jenis minyak), petrolatum jelly, lilin, wax, dan serbuk yang tidak
stabil dengan uap air. Metode ini efektif untuk mensterilkan alat-alat gelas
dan bedah. Contohnya alat ukur dan penutup karet atau plastik. Selain itu,
bahan atau alat harus dibungkus, disumbat atau ditaruh dalam wadah tertututp
untuk mencegah kontaminasi setelah dikeluarkan dari oven.
2.      Pemanasan basah
Prinsipnya adalah dengan cara mengkoagulasi atau denaturasi protein
penyusun tubuh mikroba sehingga dapat membunuh mikroba. Sterilisasi uap
dilakukan menggunakan autoklaf dengan prinsipnya memakai uap air dalam
tekanan sebagai pensterilnya. Temperatur sterilisasi biasanya 121℃, tekanan
yang biasa digunakan antara 15-17,5 psi (pound per square inci) atau 1 atm.
Lamanya sterilisasi tergantung dari volume dan jenis. Alat-alat dan air
disterilkan selama 1 jam, tetapi media antara 20-40 menit tergantung dari
volume bahan yang disterilkan. Sterilisasi media yang terlalu lama akan
menyebabkan :
 Penguraian gula
 Degradasi vitamin dan asam-asam amino
 Inaktifasi sitokinin zeatin riboside
 Perubahan pH yang berakibatkan depolimerisasi agar
Bila ada kelembapan, bakteri akan terkoagulasi dan dirusak pada temperatur
yang lebih rendah dibandingkan jika tidak ada kelembapan. Mekanisme
penghancuran bakteri oleh uap air panas adalah terjadinya denaturasi dan
koagulasi beberapa protein esensial dari organisme tersebut.
Metode sterilisasi uap umumnya digunakan untuk sterilisasi sediaan farmasi
dan bahan-bahan lain yang tahan terhadap temperatur yang dipergunakan dan
tahan terhadap penembusan uap air, larutan dengan pembawa air, alat-alat
gelas, pembalut untuk bedah, penutup karet dan plastic serta media untuk
pekerjaan mikrobiologi. Uap jenuh pada suhu 121oC mampu membunuh
secara cepat semua bentuk vegetatif mikroorganisme dalam 1 atau 2

21
menit. Uap jenuh ini dapat menghancurkan spora bakteri yang tahan
pemanasan.
3. Pemanasan dengan Bakterisida
Digunakan untuk sterilisasi larutan berair atau suspensi obat yang tidak stabil
dalam autoklaf. Tidak digunakan untuk larutan obat injeksi intravena dosis
tunggal lebih dari 15 ml, injeksi intratekal, atau intrasisternal. Larutan yang
ditambahkan bakterisida dipanaskan dalam wadah bersegel pada suhu 100 oC
selama 10 menit di dalam pensteril uap atau penangas air. Bakterisida yang
digunakan 0,5% fenol, 0,5% klorobutanol, 0,002 % fenil merkuri nitrat dan
0,2% klorokresol.
4.      Air mendidih
Digunakan untuk sterilisasi alat bedah seperti jarum spoit. Hanya dilakukan
dalam keadaan darurat. Dapat membunuh bentuk vegetatif mikroorganisme
tetapi tidak sporanya.
5.      Pemijaran
Dengan cara membakar alat pada api secara langsung, contoh alat : jarum
inokulum, pinset, batang L, dan sebagainya.
Sterilisasi dengan radiasi
Prinsipnya adalah radiasi menembus dinding sel dengan langsung mengenai
DNA dari inti sel sehingga mikroba mengalami mutasi. Digunakan untuk
sterilisasi bahan atau produk yang peka terhadap panas (termolabil). Ada dua
macam radiasi yang digunakan yakni gelombang elektromagnetik (sinar x,
sinar γ) dan arus partikel kecil (sinar α dan β). Sterilisasi dengan radiasi
digunakan untuk bahan atau produk dan alat-alat medis yang peka terhadap
panas (termolabil).
6.      Tyndalisasi
Konsep kerja metode ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung
air dan tidak tahan tekanan atau suhu tinggi lebih tepat disterilkan dengan
metode ini. Misalnya susu yang disterilkan dengan suhu tinggi akan
mengalami koagulasi dan bahan yang berpati disterilkan pada suhu
bertekanan pada kondisi pH asam akan terhidrolisis. Tyndalisai merupakan
proses memanaskan medium atau larutan menggunakan uap selama 1 jam
setiap hari selama 3 hari berturut- turut
7.      Pasteurisasi
Proses pemanasan pada suhu dan waktu tertentu (65 0C selama 30’ atau 720C
selama 15’ untuk membunuh pathogen yang berbahaya bagi manusia.
8.      Sterilisasi secara Kimia
Sterilisasi secara kimia dapat memakai antiseptik kimia. Pemilihan antiseptik
terutama tergantung pada kebutuhan daripada tujuan tertentu serta efek yang
dikehendaki. Perlu juga diperhatikan bahwa beberapa senyawa bersifat
iritatif, dam kepekaan kulit sangat bervariasi. Zat-zat kimia yang dapat di
pakai untuk sterilisasi antara lain halogen (senyawa klorin, yodium), alkohol,
fenol, hydrogen peroksida, zat warna ungu Kristal, derivate akridin, rosalin,

22
deterjen, logam-logam berat, aldehida, ETO, uap formaldehid ataupun beta-
propilakton (Volk, 1993)

9.      Sterilisasi secara Mekanik


Sterilisasi secara mekanik dapat dilakukan dengan penyaringan. Penyaringan
dengan mengalirkan gas atau cairan melalui suatu bahan penyaring.

2.3 Cara Pelaksanaan Perawatan (membersihkan, sterillisasi) dan


Penyimpanan Alat Kesehatan.

A. Pelaksanaan
1. Sterilisasi dengan cara rebus
Mensterikan peralatan dengan cara merebus didalam air sampai mendidih (1000C)
dan ditunggu antara 15 sampai 20 menit. Misalnya peralatan dari logam, kaca dan
karet.
2. Sterilisasi dengan cara stoom
Mensterikan peralatan dengan uap panas didalam autoclave dengan waktu, suhu
dan tekanan tertentu. Misalnya alat tenun, obat-obatan dan lain-lain.
3. Sterilisasi dengan cara panas kering
Mensterikan peralatan dengan oven dengan uap panas tinggi. Misalnya peralatan
logam yang tajam, peralatan dari kaca dan obat tertentu.
4. Sterilisasi dengan cara menggunakan bahan kimia
Mensterikan peralatan dengan menggunakan bahan kimia seperti alkohol, sublimat,
uap formalin, khususnya untuk peralatan yang cepat rusak bila kene panas.
Misalnya sarung tangan, kateter, dan lain-lain.

Perhatian :
1. Sterilisator harus dalam keadaan siap pakai.
2. Peralatan harus bersih dan masih berfungsi.
3. Peralat yang dibungkus harus diberi label yang dengan jelas mencantumkan :
nama, jenis peralatan, tanggal dan jam disterilkan.
4. Menyusun peralatan didalam sterilisator harus sedemikian rupa, sehingga
seluruh bagian dapat disterilkan.
5. Waktu yang diperlukan untuk mensterilkan setiap jenis peralatan harus tepat
(dihitung sejak peralatan disterilkan).
6. Dilarang memasukkan atau menambahkan peralatan lain kedalam sterilisator,
sebelum waktu untuk mensterilkan selesai.
7. Memindahkan peralatan yang sudah steril ketempatnya harus dengan korentang
steril.
8. Untuk mendinginkan peralatan steril dilarang membuka bungkus maupun
tutupnya.

23
9. Bila peralatan yang baru disterilkan terbuka, peralatan tersebut harus disterilkan
kembali.
Pemeliharaan Peralatan Perawatan dan Kedokteran.

Tujuan :
(1)Menyiapkan peralatan perawatan dan kedokteran dalam keadaan siap pakai.
(2)Mencegah peralatan cepat rusak.
(3)Mencegah terjadinya infeksi silang.

B. Sterilisasi Alat Kesehatan dari Berbagai Bahan


1.    Sterilisasi terhadap bahan baku karet( Hand Schoen)
Hand schoen atau Sarung tangan dapat disterilkan dengan uap formalin atau
dengan otoklaf. Sebelum sarung tangan disterilkan, terlebih dahulu harus
dibersihkan dengan jalan mencuci dengan air dan sabun. Bila hendak memakai
uap formalin, sarung tangan yang telah siap, dimasukkan kedalam tromol atau
stoples, lalu dimasukkan beebrapa tablet formalin. Sarung tangan baru suci
hama (steril) setelah terkena uap formalin paling sedikit 24 jam. Sebaiknya
disediakan beberapa buah stoples atau tromol agar selalu ada sarung tengan
yang steril. Sarung tangan dapat pula dimasukkan ke dalam otoklaf untuk
disterilkan.

2.     Sterilisasi terhadap bahan baku logam


Alat yang terbuat dari logam sebelum disteril dicuci terlebih dahulu.
Perbiasakan segera mencuci alat-alat begitu selesai memakainya, agar kotoran
yang melengket mudah dibersihkan.
Alat-alat logam seperti jarum suntik, pinset, gunting, jarum oprasi, scapel
blede maupun tabung reaksi mula-mula dibersihkan terlebih dahulu kemudian
dibungkus dengan kain gaas. Setelah itu menggunakan metode pemanasan
secara kering, agar suhu mencapai 160oC, jarak waktu mencapai 1-2 jam,
kemudian didiamkan agar suhu turun perlahan-lahan.
3.     Sterilisasi terhadap bahan baku kaca
Sterilisasi bahan baku kaca sama dengan sterilisasi logam yaitu dengan
menggunakan pemanasan kering, selain itu bahan baku kaca juga sering
disterilisasi dengan menggunakan metode radiasi karena bahan baku kaca
banyak menyerap bahan kaca sehingga sterilisasi dengan radiasi sangat
efektive, pelaksanaanya yaitu alat bahan baku kaca dibersihkan terlebih dahulu
dari kotoran yang melekat kemudian keringkan dengan udara setelah kering
alat bahan baku kaca dimasukan ketempat elektronik yaitu dengan katoda
panas (emisi termis) yang mengeluarkan sinar ultraviolet kemudian sinari kaca
tersebut dengan sinar ultraviolet dengan kekuatan kurang lebih 2500 s/d 2600

24
angstrom sehingga spora dan bakteri yang melekat pada alat tersebut dapat
terbakar.
4.     Sterilisasi terhadap bahan baku kain atau media kultur( kain doek)
Media kultur yang akan disteril, terlebih dahulu dibersihkan dari kotoran,
kemudian kain resebut dibungkus dengan kertas agar setelah steril dan
dikeluarkan dari alat sterilisator tidak terkontaminasi dengan kuman maupun
bakteri lagi. Demikian pula kain doek tersebut dibersihkan terlebih dahulu,
setelah dibersihkan bungkus dengan plastik terlebih dahulu sebelum sterilisasi,
metode sterilisasi yang akan dilakukan menggunakan metode pemanasan
dengan uap air dan juga dipengaruhi dengan tekanan (autoclave). Metode
sterilisasi denga menggunakan autoclave ini yaitu dengan adanya pertukaran
anatara oksigen dan carbon dioxida.
5.     Sterilisasi terhadap bahan baku plastik
Bahan baku plastik misalnya mayo apabila disterilkan sebaiknya jangan
menggunakan metode pemanasan, oleh karna itu maka akan merubah bentuk
dari plastik tersebut. Untuk mensucikan alat dari bahan baku plastik sebaiknya
mula-mula bersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan detergen,
kemudian keringkan, setelah itu rendam dalam larutan alkohol setelah itu cuci
denga aquades lalu rendam dalam larutan antiseptic

C. Penyimpanan alat alat yag telah disterilkan


            Penyimpanan berarti mengelolah barang yang ada dalam persediaan,
dengan maksud selalu dapat menjamin ketersediannya bila sewaktu – waktu
dibutuhkan presiden. Pada tahap penyimpanan, seluruh alat steril disimpan pada
ruangan dengan kaidah ‘clean room’, dimana suhu dan kelembapan diatur,
pembatasan lalu lintas personel, fentilasi agar pertekanan positif, dan mekanisme
lain agar terbebas dari kotoran dan debu sampai alat akan digunakn kembali.
Distribusi alat keluar dari tempat penyimpanan harus dengan lalu lintas personel
minimal diwilayah steril untuk menjaga kondisi alat tetap steril. Untuk distribusi,
petugas pelaksanaan operasional dan pemeliharaan alat sterilisasi sentral
menyerahkan alat alat yang telah steril kepetugas administrasi sterilisasi sentral
yang kemudian alat dapat diambil petugas rungan agar dapa digunakan operator.
Ada dua macam alat yang dilihat dari cara penyimpanan, yakni
1.      Alat yang dibungkus
Dalam kondisis penyimpanan yang optimal dan penanganan yang minimal,
dinyatakan steril sepanjang bungkus tetap kering dan utuh. Untuk penyimpanan
yang optimal,simpan bungkusan seteril dalam lemari tertutup dibagian yang tidak
terlalu sering dijamah, suhu udara dan seajuk atau kelembapan rendah. Jika alat-

25
alat tersebut tidak dipakai dalam waktu yang lama, alat tersebut harus disterilkan
kembali sebelum pemakaian. Alat yang tidak dibungkus harus segera diguanakan
setelah dikeluarkan .jangan menyimpan alat dengan merendam dalam larutan .
2.      Pengelolaan benda tajam
Benda tajam sangat beresiko untuk menyebabkan perlukaan sehingga
meningkatkan terjadinya penularan penyakit melalui kontak darah, untuk
menghindari perlukaan atau kecelaan kerja maka semua benda tajam harus
digunakan sekali pakai, dengan demikian jarum suntik bekas tidak boleh
digunakan  lagi. Tidak dianjurkan untuk melakukan daur ulang atas pertimbangan
penghematan karena 17% kecelakaan kerja disebabkan oleh luka tusukan sebelum
atau selama pemakaian. salah satu contoh cara yang dianjurkan untuk mencegah
perlukaan akibat penggunaan jarum suntik yaitu jarum suntik tersebut langsung
dibuang ketempat sementaranya tanpa menyentuh atau memanipulasi bagian
tajamnya sperti dibengkokkan. Dipatahkan ata ditutup kembali. Jika jarum terpaksa
ditutup kembali, gunakanlah cara penutupan dengan satu tangan untuk mencegah
jari tertusuk jarum.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Alat-alat medis sangat penting untuk kita ketahui agar kita bisa mengetahui apa nama
dan fungsi dari masing-masing alat yang digunakan untuk melakukan tindakan medis,
dan agar dapat membedakan alat-alat medis yang digunakan antara di rumah dan di
rumah sakit. Dengan mengetahui alat-alat medis ini agar bisa paham dan mengerti saat
melakukan tindakan menggunakan alat yang benar.
Alat-alat medis yang telah digunakan akan dilakukan tindakan sterilisasi agar alat-alat
medis bisa digunakan kembali, disinilah perlu pemahaman lebih antara hubungan alat-
alat medis dengan cara sterilisasi.
B.     Saran

26
Berdasarkan uraian di atas, kiranya kita dapat menyadari bahwa Pancasila merupakan
falsafah negara kita Republik Indonesia, maka kita harus menjunjung tinggi dan
mengamalkan sila-sila dari pancasila tersebut dengan setulus hati dan penuh rasa
tanggung jawab.

DAFTAR PUSTAKA

Choirina, Izhati. 2013. Nilai-nilai Pancasila dalam Praktik Keperawatan.


http://chahafshawaty.blogspot.com/2013/03/nilai-nilai-pancasila-dalam-praktik.html .
Diakses pada 6 Maret 2013
Faulina, Fita. 2012. Pancasila Sebagai Norma dan Budaya.
http://fitafaulina.blogspot.com/2012/11/pancasila-sebagai-norma-dan-budaya.html .
Diakses pada 19 November 2012
Saputra, Aliyani. 2012. Penerapan Nilai-Nilai Pancasila dalam Tugas Keperawatan.
http://aly-hidupsehat.blogspot.com/2012/10/penerapan-nilai-nilai-pancasila-
dalam.html . Diakses pada 12 Oktober 2012
Tedjho. 2012. Ketulusan Perawat sesuai dengan Sila Pancasila Dapat Mempercepat
Kesembuhan Pasien. http://tedjho.wordpress.com/2012/04/15/ketulusan-perawat-sesuai-
dengan-sila-pancasila-dapat-mempercepat-kesembuhan-pasien/. Diakses pada 15 April
2012
Prof. Drs. H.A.W. Widjaja. 2003. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Pancasila pada
Perguruan
Tinggi.Jakarta : Penerbit PT Raja Grafindo Persada

27
Drs. Kaelam. M.S. 1995. Pendidikan Pancasila Yuridis Kenegaraan. Yogyakarta.
Penerbit : Paradigma Yogya
Dra. Hj. Mimin Emi Suhaemi. 2004. Etika Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Asih, Luh Gede Yasmin. 1993. Prinsip – prinsip Merawat Berdasarkan Pendekatan
Proses
Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
 

28

Anda mungkin juga menyukai