Anda di halaman 1dari 18

Tugas Terstruktur Dosen Pengampu

Bimbingan dan Konseling Dra. Hj. Masyitah, M.Pd.I

KESALAHPAHAMAN DALAM BIMBINGAN DAN


KONSELING

Disusun Oleh:
Kelompok 11
Himmah Shabili Shallihah (190101010049)
Nadiya Mawlida (190101010039)
Siti Lufniyah (190101010119)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BANJARMASIN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat-Nya


sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat dapat pada waktunya, serta
shalawat dan salam selalu kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW.
Tidak lupa pula disini kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Dra. Hj.
Masyitah, M.Pd.I, selaku dosen pengampu mata kuliah Bimbingan dan Konseling
ini. Karena tanpa adanya bimbingan dan pengarahan dari beliau mungkin kami
tidak bisa menyelesaikan tulisan makalah ini dengan waktu yang tepat. Tidak lupa
pula kami ucapkan terimakasih kepada teman-teman sekalian yang sudah
memberikan apresiasi dan dukungannya terhadap kami sehingga kami mampu
menyelesaikan tulisan makalah ini, tanpa kalian mungkin kami akan sedikit
kesulitan didalam melakukannya.

Banjarmasin, September 2020

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Bimbingan dan Konseling........................................................ 4
1. Pengertian Bimbingan ........................................................................... 4
2. Pengertian Konseling ............................................................................ 4
B. Tujuan-Tujuan Bimbingan dan Konseling ................................................. 5
C. Kesalahpahaman dalam Bimbingan dan Konseling ................................... 6
D. Upaya Guru dan Bimbingan Konseling dalam Mengatasi Siswa yang
Bermasalah ...................................................................................................... 11
BAB III PENUTUPAN
A. Kesimpulan ................................................................................................ 16
B. Saran ........................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Adanya bimbingan dan konseling disetiap sekolahan merupakan suatu hal
urgensi dan menjadi standar penilaian, fasilitas ini ditujukan untuk membantu
para peserta didik dalam memecahkan setiap permasalahan yang dihadapinya.
Tidak hanya itu layanan bimbingan dan koseling ini juga mampu
mengembangakan potensi diri atau untuk mencapai tugas-tugas perkembangan
mereka.
Para petugas dalam bidang bimbingan dan konseling dapat kiranya
memahami dan melaksanakan usaha layanan konseling itu dengan sebaik-
baiknya. Tapi dalam pelaksanaannya masih banyak ditemukan
kesalahpahaman antara koselor ataupun dengan konseli. Maka dari itu dalam
makalah ini akan dikupas dan dibahas secara lebih dalam mengenai apasaja
kesalahpahaman dalam bimbingan dan konseling yang marak terjadi di
sekolahan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari bimbingan dan konseling?
2. Seperti apakah tujuan dari bimbingan konseling?
3. Bagaimana kesalahpahaman yang terjadi dalam pelayanan bimbingan
konseling ini?
4. Upaya dan pelayanan apa saja untuk mengatasi hal tersebut?
C. Tujuan Pembahasan
1. Apa pengertian dari bimbingan dan konseling?
2. Seperti apakah tujuan dari bimbingan konseling?
3. Bagaimana kesalahpahaman yang terjadi dalam pelayanan bimbingan
konseling ini?
4. Upaya dan pelayanan apa saja untuk mengatasi hal tersebut?

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bimbingan dan Konseling
1. Pengerian Bimbingan
Isitilah bimbingan atau guidance dalam bahasa inggris berarti
menunjukkan, menentukan atau mengemudikan. Selanjutnya arti bimbingan
menurut salah satu dari banyaknya ahli yang mengemukakan yaitu dari
Natawidjaja yang menjelaskan bahwa bimbingan sebagai suatu proses
pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara
berkesinambungan agar individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri.
Jadi bimbingan itu adalah bantuan yang diberikan kepada individu secara
kontinu dan sistematis dilakukan oleh seorang profesional (konselor) yang
bertujuan untuk membantu proses pengembangan potensi diri, pengarahan
diri, serta penyesuaian diri dari mencapai perkembangan secara optimal.
2. Pengertian Konseling
Istilah konseling secara etimologis dalam bahasa inggris disebut
counseling berasal dari kata counsel yang berarti nasihat, anjuran atau
pembicaraan. Jadi, konseling merupakan upaya pemberian nasihat, anjuran
dan pembicaraan dengan bertukar pikiran. Menurut American School
Association(ASCA), mendefinisikan konseling sebagai hubungan tatap muka
yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian
kesempatan dari konselor kepada klien, konselor menggunakan pengetahuan
dan keterampilannya untuk membantu kliennya mengatasi masalah-
masalahnya.1 Kesimpulannya konseling merupakan kegiatan interaksi secara
langsung terhadap konselor dan konseli (klien) dalam rangka pemberian
bantuan yang dilakukan untuk memahami diri dan permasalahan yang
dihadapinya dan itu sebuah proses terpadu dari bimbingan.
Jadi, bimbingan dan konseling merupakan usaha-usaha pemberian
bantuan kepada individu oleh konselor agar individu tersebut dapat
mengembangkan diri secara optimal serta mampu memecahkan masalah-
masalah yang dihadapinya. Bimbingan dan konseling memiliki makna yang

1
Ahmad Susanto, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Konsep, Teori dan Aplikasinya, ( Jakarta:
Rawamangun, 2018) hlm. 6

4
berbeda namun saling berkesinambungan, karena bimbingan sebagai bentuk
bantuan yang diberikan dalam upaya mengarahkan, memberikan jalan
kemudahan dan mengayomi seseorang dalam menghadapi suatu masalah.
Bentuk bantuan yang diberikan bisa berupa pikiran maupun materi. Lalu
adanya konseling sebagai penguat dalam memberikan bimbingan tersebut,
konseling mengacu pada hubungan komunikasi secara langsung oleh
konselor yang memberikan segenap keahlian yang dimilikinya kepada klien
yang sedang mengalami masalah melalui wawancara konseling sehingga
2
klien berani mengambil keputusan. Bimbingan dan konseling juga
merupakan integral dari proses pendidikan dalam rangka pemberian bantuan
yang dilakukan pembimbing untuk meningkatkan kemampuan anak dalam
memahami diri dan lingkungannya dengan baik.

B. Tujuan-Tujuan Bimbingan dan Konseling


Tujuan bimbingan dan konseling yang paling esensial adalah untuk
membantu siswa mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimilikinya
menjadi lebih mampu, mendorong orang tua dalam mengawasi dan mendampingi
perkembangan anak-anaknya, serta mendorong para guru untuk menyediakan
3
atmosfer pembelajaran dikelas yang lebih sehat dan kondusif. Menurut
Suherman secara umum maupun khusus pelaksanaan bimbingan dan konseling
diadakan agar individu dapat:
a) Memahami dan menerima secara objektif terkait dengan kelebihan dan
kekurangan dalam dirinya di fisik maupun psikis.
b) Memahami tentang kondisi lingkungan yang menyenangkan dan tidak, serta
mampu meresponnya positif sesuai norma pribadi, sosial dan agama.
c) Merencanakan aktivitas penyelesaian studi, perencanaan karier dan
kehidupan dimasa yang akan datang.
d) Mengembangkan seluruh potensi didalam diri dan menyesuaikan diri dengan
tuntunan lingkungan pendidikan, masyarakat, pekerjaan maupun agama dan

2
Nurfarida Deliani, “Konsepsi (Kesalahpahaman) Bimbingan dan Konseling Dalam Pendidikan”,
Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam, ejournal.uinib.ac.id, 2018, hlm.111
3
Ahmad Susanto, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Konsep, Teori dan Aplikasinya, ( Jakarta:
Rawamangun, 2018) hlm. 8

5
untuk mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi serta
penyesuaian dengan lingkungan tersebut.

C. Kesalahpahaman dalam Bimbingan dan Konseling


Penyelenggaraan bimbingan konseling sudah sejak lama dijalankan
bahkan disetiap jenjang pendidikan ada penyampaian dan penerapan bimbingan
koseling ini. Kekeliruan pemahaman ini tidak hanya terjadi dikalangan orang-
orang yang berada diluar bimbingan dan konseling tetapi juga banyak ditemukan
dikalangan orang-orang terlibat langsung dengan bimbingan dan konseling. Di
samping itu, literature yang memberikan wawasan, pengertian, dan berbagai
seluk beluk teori dan praktek bimbingan dan konseling yang dapat memperluas
dan mengarahkan pemahaman mereka itu juga masih sangat terbatas. Melihat hal
tersebut, maka tak heran bila dalam kenyataannya masih banyak terjadi
kesalahpahaman tentang bimbingan dan konseling. Adapun beberapa
kesalahpahaman dalam bimbingan dan konseling:
1. Bimbingan dan konseling dipisahkan sama sekali dari pendidikan, dianggap
bukan guru. Seperti yang sempat disinggung di atas, bahwa bimbingan dan
konseling dipisahkan dari dunia pendidikan, sering orang menganggap
bahwa guru BK bukanlah guru, hanya konselor di sekolah saja.
2. Bimbingan dan konseling dianggap polisi sekolah, hal ini menjadi menarik
untuk ditelisik lebih jauh, karena kebanyakan siswa menganggap guru
bimbingan dan konseling sebagai polisi, yang tugasnya untuk menangkap
penjahat, namun guru bimbingan dan konseling menangkap siswa yang perlu
dibina. Karena dalam kacamata beberapa orang atau siswa, guru bimbingan
konseling hanya memberikan layanan bantuan pada siswa yang bermasalah,
padahal guru bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu peserta
didik mengembangkan potensinya.
3. Bimbingan dan konseling dianggap sebagai proses pemberian nasihat,
sesungguhnya bimbingan dan konseling bukan hanya memberikan nasihat
namun juga membantu peserta didik mencapai tugas-tugas
perkembangannya meliputi aspek pribadi, sosial, akdemik, spiritual, karir.
Maka tak heran jika bimbingan dan konseling sering memantau keadaan
siswa dan siswinya dalam lingkup pergaulan, seperti guru bimbingan dan
6
konseling juga ikut bersosmed, seperti twitter, path, instagram dan lain
sebagainya, sebai wujud untuk mengetahui keadaaan dan perkembangan
siswa sehingga bisa memberikan layanan dan bantuan secara masimal.4
4. Bimbingan dan konseling menangani “orang sakit” atau “kurang normal”.
Biasa diistilahkan siswa yang masuk ruangan bimbingan dan konseling
adalah anak nakal, anak kurang normal atau bahkan anak sakit. Ketika siswa
yang masuk dalam ruangan bimbingan dan konseling disebut orang sakit
atau kurang normal menjadi momok dan trauma tersendiri pada siswa.
Padahal dalam istilah bimbingan dan konseling tidak menggunakan istilah
pasien, namun menggunakan istilah klien. Menyamakan pekerjaan
Bimbingan dan Konseling dengan pekerjaan dokter dan psikiater. Dalam hal-
hal tertentuada kesamaannya yaitu sama-sama menginginkan konseli/pasien
terbebas dari penderitaan yang dialaminya. Namun, pekerjaan bimbingan
dan konseling tidaklah persis sama dengan pekerjaan dokter atau psikiater.
Dokter dan psikiater bekerja dengan orang sakit sedangkan konselor bekerja
dengan orang yang normal (sehat) namun sedang mengalami masalah. Cara
penyembuhan yang dilakukan dokter atau psikiater bersifat reseptual
sementara bimbingan dan konseling memberikan cara-cara pemecahan
masalah secara konseptual melalui pengubahan orientasi pribadi, penguatan
mental/psikis, modifikasi perilaku, pengubahan lingkungan, upaya-upaya
perbaikan dengan teknik-teknik khas bimbingan dan konseling.
5. Menyamakan pekerjaan Bimbingan dan Konseling dengan pekerjaan dokter
dan psikiater. Dalam hal-hal tertentu memang terdapat persamaan antara
pekerjaan bimbingan dan konseling dengan pekerjaan dokter dan psikiater,
yaitu sama-sama menginginkan konseli/pasien terbebas dari penderitaan
yang dialaminya, melalui berbagai teknik yang telah teruji sesuai dengan
masing-masing bidang pelayanannya, baik dalam mengungkap masalah
konseli/pasien. mendiagnosis, melakukan prognosis atau pun
penyembuhannya. Kendati demikian, pekerjaan bimbingan dan konseling
tidaklah persis sama dengan pekerjaan dokter atau psikiater. Dokter dan

4
Muhammad Sucahyo dkk, “Kesalahpahaman dalam Bimbingan dan
Konseling”,http://msoecahyo.blogspot.com/2014/01/kesalahpahaman-dalam-bimbingan-dan.html#,
diakses pada 11 Oktober 2020, 18.40.
7
psikiater bekerja dengan orang sakit sedangkan konselor bekerja dengan
orang yang normal (sehat) namun sedang mengalami masalah. Cara
penyembuhan yang dilakukan dokter atau psikiater bersifat reseptual dan
pemberian obat, serta teknis medis lainnya, sementara bimbingan dan
konseling memberikan cara-cara pemecahan masalah secara konseptual
melalui pengubahan orientasi pribadi, penguatan mental/psikis, modifikasi
perilaku, pengubahan lingkungan, upaya-upaya perbaikan dengan teknik-
teknik khas bimbingan dan konseling.
6. Bimbingan dan Konseling dibatasi pada hanya menangani masalah-masalah
yang bersifat insidental. Memang tidak dipungkiri pekerjaan bimbingan dan
konseling salah satunya bertitik tolak dari masalah yang dirasakan siswa,
khususnya dalam rangka pelayanan responsif, tetapi hal ini bukan berarti
bimbingan dan konseling dikerjakan secara spontan dan hanya bersifat
reaktif atas masalah-masalah yang muncul pada saat itu. Pekerjaan
bimbingan dan konseling dilakukan berdasarkan program yang sistematis
dan terencana, yang di dalamnya mengggambarkan sejumlah pekerjaan
bimbingan dan konseling yang bersifat proaktif dan antisipatif, baik untuk
kepentingan pencegahan, pengembangan maupun penyembuhan
(pengentasan).
7. Bimbingan dan Konseling dibatasi hanya untuk siswa tertentu saja.
Bimbingan dan Konseling tidak hanya diperuntukkan bagi siswa yang
bermasalah atau siswa yang memiliki kelebihan tertentu saja, namun
bimbingan dan konseling harus dapat melayani seluruh siswa (Guidance and
Counseling for All).
8. Pelayanan Bimbingan dan Konseling berpusat pada keluhan pertama (gejala)
saja. Pada umumnya usaha pemberian bantuan memang diawali dari keluhan
awal disampaikan konseli. Namun seringkali justru konselor mengejar dan
mendalami gejala yang ada bukan inti masalah dari gejala yang muncul.
9. Bimbingan dan Konseling menangani masalah yang ringan. Ukuran berat-
ringannya suatu masalah memang menjadi relatif, seringkali masalah
seseorang dianggap sepele, namun setelah diselami lebih dalam ternyata
masalah itu sangat kompleks dan berat. Begitu pula sebaliknya, suatu
masalah dianggap berat namun setelah dipelajari lebih jauh ternyata hanya
8
masalah ringan saja. Terlepas berat-ringannya yang paling penting bagi
konselor adalah berusaha untuk mengatasinya secara cermat dan tuntas. Jika
segenap kemampuan konselor sudah dikerahkan namun belum juga
menunjukan perbaikan maka konselor seyogyanya mengalihtangankan
masalah (referal) kepada pihak yang lebih kompeten.
10. Bimbingan dan konseling bekerja sendiri atau harus bekerja sama dengan
ahli atau petugas lain? Pelayanan bimbingan dan konseling bukanlah proses
yang terisolasi, melainkan proses yang sarat dengan unsur-unsur budaya,
sosial, dan lingkungan. Oleh karenanya pelayanan bimbingan dan konseling
tidak mungkin menyendiri. Konselor perlu bekerja sama dengan orang-orang
yang diharapkan dapat membantu penanggulangan masalah yang sedang
dihadapi oleh klien. Di sekolah misalnya, masalah-masalah yang dihadapi
oleh siswa tidak berdiri sendiri. Masalah itu seringkali saling terkait dengan
orang tua, siswa, guru, dan piha-pihak lain; terkait pula dengan berbagai
unsur lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat sekitarnya. Oleh sebab itu
penanggulangannya tidak dapat dilakukan sendiri oleh guru pembimbing
saja. Namun tidak boleh terlalu mengharapkan bantuan orang lain. Dia harus
mampu bekerja sendiri, tanpa tergantung pada petugas lain. Dalam
menangani masalah siswa, guru pembimbing harus berani melaksanakan
pelayanan, seperti “praktik pribadi”, artinya pelayanan itu dilaksanakan
sendiri tanpa menunggu bantuan orang lain atau tanpa campur tangan ahli
lain.
11. Konselor harus aktif, sedangkan pihak lain harus pasif sesuai dengan asas
kegiatan, di samping konselor yang bertindak sebagai pusat penggerak
bimbingan dan konseling, pihak lain pun, terutama klien, harus secara
langsung aktif terlibat dalam proses tersebut. Lebih jauh, pihak-pihak lain
hendaknya tidak membiarkan konselor bergerak dan berjalan sendiri. Di
sekolah, guru pembimbing memang harus aktif, bersikap “jemput bola”,
tidak hanya menunggu didatangi siswa yang meminta layanan kepadanya.
Sementara itu, personil sekolah yang lain hendaknya membantu kelancaran
usaha pelayanan itu. Pada dasarnya pelayanan bimbingan dan konseling
adalah usaha bersama yang beban kegiatannya tidak semata-mata ditimpakan
hanya kepada konselor saja. Jika kegiatan yang pada dasarnya bersifat usaha
9
bersama itu hanya dilakukan oleh satu pihak saja, dalam hal ini konselor,
maka hasilnya akan kurang mantap, tersendat-sendat, atau bahkan tidak
berjalan sama sekali.
12. Menganggap pekerjaan bimbingan dan konseling dapat dilakukan oleh siapa
saja. Benarkah pekerjaan bimbingan konseling dapat dilakukan oleh siapa
saja? Jawabannya bisa saja “benar” dan bisa pula “tidak”. Jawaban ”benar”,
jika bimbingan dan konseling dianggap sebagai pekerjaan yang mudah dan
dapat dilakukan secara amatiran belaka. Sedangkan jawaban ”tidak”, jika
bimbingan dan konseling itu dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip
keilmuan dan teknologi (yaitu mengikuti filosopi, tujuan, metode, dan asas-
asas tertentu), dengan kata lain dilaksanakan secara profesional. Salah satu
ciri keprofesionalan bimbingan dan konseling adalah bahwa pelayanan itu
harus dilakukan oleh orang-orang yang ahli dalam bidang bimbingan dan
konseling. Keahliannya itu diperoleh melalui pendidikan dan latihan yang
cukup lama di Perguruan Tinggi.
13. Menyama-ratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien. Cara apapun
yang akan dipakai untuk mengatasi masalah haruslah disesuaikan dengan
pribadi klien dan berbagai hal yang terkait dengannya. Tidak ada suatu cara
pun yang ampuh untuk semua klien dan semua masalah. Bahkan sering kali
terjadi, untuk masalah yang sama pun cara yang dipakai perlu dibedakan.
Pada dasarnya. pemakaian sesuatu cara bergantung pada pribadi klien, jenis
dan sifat masalah, tujuan yang ingin dicapai, kemampuan petugas bimbingan
dan konseling, dan sarana yang tersedia.
14. Memusatkan usaha Bimbingan dan Konseling hanya pada penggunaan
instrumentasi. Perlengkapan dan sarana utama yang pasti dan dapat
dikembangkan pada diri konselor adalah “mulut” dan keterampilan pribadi.
Dengan kata lain, ada dan digunakannya instrument (tes inventori, angket
dan sebagainya itu) hanyalah sekedar pembantu. Ketiadaan alat-alat itu tidak
boleh mengganggu, menghambat, atau bahkan melumpuhkan sama sekali
usaha pelayanan bimbingan dan konseling. Tugas bimbingan dan konseling
yang baik akan selalu menggunakan apa yang dimiliki secara optimal sambil
terus berusaha mengembangkan sarana-sarana penunjang yang diperlukan.

10
15. Menganggap hasil pekerjaan Bimbingan dan Konseling harus segera terlihat.
Disadari bahwa semua orang menghendaki agar masalah yang dihadapi klien
dapat diatasi sesegera mungkin dan hasilnya pun dapat segera dilihat. Namun
harapan itu sering kali tidak terkabul, lebih-lebih kalau yang dimaksud
dengan “cepat” itu adalah dalam hitungan detik atau jam. Hasil bimbingan
dan konseling tidaklah seperti makan sambal, begitu masuk ke mulut akan
terasa pedasnya. Hasil bimbingan dan konseling mungkin saja baru
dirasakan beberapa hari kemudian, atau bahkan beberapa tahun kemuadian.
Misalkan, siswa yang mengkonsultasikan tentang cita-citanya untuk menjadi
seorang dokter, mungkin manfaat dari hasil konsultasi akan dirasakannya
justru pada saat setelah dia menjadi seorang dokter.5
Kesalahpahaman ini terus berlanjut sehingga menimbulkan penilaian yang
negatif dari masyarakat terhadap BK. Selain itu pandangan mereka pun terhadap
BK menjadi kabur. Untuk itu banyak yang harus dilakukan untuk permasalahan
ini, agar adanya meningkatkan pelayanan Bimbingan dan Konseling yang
berdayaguna. Mari kita bangun kerjasama yang baik dalam satu tujuan yang sama
yaitu menjadikan anak didik kita menjadi manusia yang berguna bagi bangsa dan
negara. Menciptakan kerjasama yang baik dengan pihak-pihak tertentu sangatlah
tidak mudah, perlu adanya kerja keras dari Guru pembimbing. Untuk itu perlu
adanya langkah-langkah penguatan dan penegasan peran serta identitas profesi.

D. Upaya Guru dan Bimbingan Konseling dalam Mengatasi Siswa yang


Bermasalah
Penanggulangan siswa merupakan tanggung jawab bersama baik itu dari
orang tua, sekolah, maupun masyarakat. Kerjasama antara unsur-unsur sangat di
perlukan sehingga di peroleh hasil yang optimal dengan cara yang efektif dan
efisienagar terciptanya ketentraman batin bagi remaja. Beberapa cara dalam
mengatasi siswa yang bermasalah,meliputi:
a. Pengenalan awal tentang kasus (dimulai sejak semula kasus itu di hadapkan).

5
Milatina Murni Lestari, ‘Menganalisis Kesalahpahaman Bimbingan dan Konseling’,
https://dokumen.tips/documents/makalah-kesalahpahaman-bimbingan-dan-konseling.html, diakses
pada 11 Oktober 2020, 19.15.

11
b. Pengembangan ide-ide tentang rincian masalah yang terkandung dalam
kasus itu.
c. Penjelajahan yang lebih lanjut tentang seluk beluk kasus tersebut dan
akhirnya.
d. Mengusahakan upaya-upaya kasus untuk mengatasi atau memecahkan
sumber pokok permasalahan itu.
Sedangkan menurut Bimo Walgito Upaya-upaya dalam mengatasi
permasalahan siswa, meliputi:
1. Upaya Preventif
Upaya preventif adalah tindakan untuk melakukan pencegahan dimana
sasarannya adalah mengembalikan sebab-sebab yang dapat menimbulkan
permasalahan siswa yang tidak terlepas dari faktor lingkungan dimana ia
tinggal. Yang dilakukan upaya preventif antara lain:
a. Dalam lingkungan keluarga
1) Mengidentifikasi keperluan anak, kemudian di usahakan untuk.
memenuhinya sepanjang masih dalam tahap kewajaran.
2) Menciptakan suasana yang harmonis dalam keluarga.
3) Menanamkan kedisiplinan pada anak dengan jalan memberikan
tugas-tugas tertentu.
4) Mengadakan kontrol terhadap kegiatan anak serta lingkungan
pergaulannya.6
b. Dalam lingkungan sekolah
1) Memberikan bimbingaan.
2) Mengadakan hubungan baik dengan orang tua murid dengan
sekolah sehingga ada saling pengertian.
3) Memberikan motivasi belajar pada siswa.
4) Mengadakan pengajaran ekstakulikuler.
5) Memantau perkembangan anak.
c. Dalam lingkungan masyarakat
1) Mengupayakan kesejahteraan ekonomi masyarakat.
2) Mendirikan pusat-pusat kegiatan remaja.

6
Bimo Walgito, Kenakalan Anak,(Yogyakarta:Juvilen Delinguency, Fak. Psi. UGM, 1976).hlm. 19.

12
2. Upaya Represif
Upaya represif adalah tindakkan untuk menghalangi timbulnya peristiwa
permasalahan siswa. Tindakan represif di sekolah biasanya di lakukan dalam
bentuk peringatan baik secara lisan maupun tertulis.
Zakiyah Darajat menjelaskan:
“Hendaknya, pengusutan, penahanan, penuntutan dan hukum yang
dilaksanakan dapat menjamin rasa kasih sayang, Jangan hendaknya mereka
merasa di benci atau dianggap jahat, sesat atau yang terlanjur melakukan
kesalahan oleh satu hal atau sebab, tetapi anggaplah sebagai seseorang yang
baik”7 Kesimpulannya apabila penindakan itu dapat membawa mereka
kepada kebenaran hendaknya disadari dengan penuh perhatian dan kasih
sayang.
3. Upaya Kuratif
Upaya kuratif disebut juga upaya korektif, yaitu usaha yang mengubah
permasalahan yang terjadi dengan cara memberikan pendidikan dan
pengarahan kepada mereka ( merubah keadaan yang salah kepada keadaan
yang benar).8 Upaya kuratif menurut Kartini Kartono adalah:
a. Menghilangkan penyebab timbulnya permasalahan.
b. Merubah lingkungan sehingga memungkinkan pertumbuhan jasmani
dan rohani yang sehat.
c. Memindahkan siswa yang bermasalah kesekolahan yang lebih baik.
d. Melatih disiplin, teratur, dan tertib sejak dini.9
Kesimpulannya, pembinaan siswa dilaksanakan oleh seluruh unsur
pendidikan di sekolah, orang tua, masyarakat dan pemerintah. Dan pola
tindakan siswa bermasalah di sekolah adalah: seorang siswa yang melanggar
tata tertib dapat di tindak oleh kepala sekolah. Tindakan tersebut dapat
diinformasikan wali kelas yang bersangkutan. Sedangkan Guru Bimbingan
berperan dalam mengetahui sebab sebab yang melatarbelakangi sikap dan
tindakan siswa tersebut dan membantu mengatasinya dengan beberapa

7
Zakiyah Darajat, Membina nilai-nilai moral di Indonesia,( Jakarta: Bulan Bintang, 1976). Hlm . 102

9
Kartini Kartono, Bimbingan Anak dan Remaja Bermasalah, ( Jakarta: Rajawali Press, 1985) . Hlm
96-97.

13
strategi berupa konseling individual, konsultasi, konseling kelompok, dan
pengajaran remedial.
a. Konseling Individual
Konseling individual adalah proses belajar melalui hubungan khusus
secara pribadi dalam wawancara antara konselor dan konseli (siswa)10.
Tujuan dari konseling itu untuk membantu individu agar mengenali diri
sendiri, menerima diri sendiri, serta lebih baik dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungan. Teknik yang digunakan dalam konseling yaitu:
Menghampiri klien, empati, refleksi, eksplorasi: menanggap pesan
utama, bertanya agar membuka percakapan, mengarahkan,
menyimpulkan sementara, memberi nasehat dan informasi.
b. Konsultasi
Konsultasi adalah suatu proses menyediakan bantuan teknis untuk guru,
orang tua, administrator, dan konselor lainnya dalam mengidentifikasi
dan memperbaiki masalah yang membatasi efektifitas siswa atau
sekolah11. Sedangkan konsultasi dalam pengertian umum adalah sebagai
nasehat dari seseorang yang profesional.
c. Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok adalah untuk mencegah berkembangnya masalah
atau kesulitan pada diri siswa.12 Dalam hal ini kegiatannya berdiri dari
informasi yang berkenaan dalam masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi
dan sosial yang tidak disajikan dalam bentuk pelajaran. Informasi yang
dilakukan dalam Bimbingan kelompok adalah untuk memperbaiki dan
mengembangkan pemahaman diri dan pemahaman mengenai orang lain.
d. Konseling Kelompok
Konseling kelompok adalah upaya bantuan kepada siswa dalam suasana
kelompok pencegahan dan diarahkan kepada pemberian kemudahan
dalam rangka perkembangan dalam pertumbuhannya. Konseling
kelompok pencegahan adalah siswa yang bersangkutan mempunyai
kemampuan untuk berfungsi secara wajar dalam masyarakat tetapi
10
Ahmad Juntika Nurihsan,Stategi Layanan Bimbingan dan Konseling,(Bandung: Refika Aditama,
2005). Hlm 10
11
Ibid, hlm.16
12
Ibid, hlm.17
14
memiliki lemah dalam kehidupan sehingga mengganggu kelancaram
dalam berkomunikasi dengan orang lain.
e. Pengajaran Remedial
Pengajaran remedial itu upaya guru untuk menciptakan situasi yang
memungkinkan individu atau kelompok siswa tertentu mampu
mengembangkan dirinya seoptimal mungkin sehingga dapat memenuhi
krekteria keberhasilan minimal yang diharapkan, dengan suatu prosesi
interaksi yang terecana, dengan memperhatikan taraf kesesuaian
terhadap keragaman kondisi objektif individu atau kelompok siswa yang
bersangkutan serta didukung sarana dan lingkungannya.

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1) Bimbingan dan konseling merupakan usaha-usaha pemberian bantuan
kepada individu oleh konselor agar individu tersebut dapat
mengembangkan diri secara optimal serta mampu memecahkan masalah-
masalah yang dihadapinya.
2) Tujuan BK membantu siswa mengembangkan kemampuan-kemampuan
yang dimilikinya menjadi lebih mampu, mendorong orang tua dalam
mengawasi dan mendampingi perkembangan anak-anaknya, serta
mendorong para guru untuk menyediakan atmosfer pembelajaran dikelas
yang lebih sehat dan kondusif.
3) Kesalahpahaman bimbingan dan konseling terjadi karena banyak faktor
salah satunya perspektif negatif orang-orang yang sudah turun temurun
dan terbatasnya literatur akan hal tersebut, jadi meluruskan
kesalahpahaman tersebut penting untuk dilakukan
4) Upaya untuk mengatasi siswa yang bermasalah merupakan salah satu
penolong untuk menyelematkan kesalahanpahaman tersebut. Banyak
sekali upaya-upaya yang bisa diberikan seperti preventif, repretif dan
kuratif
B. Saran
Sebaiknya konselor memperjelas tentang tugas dan fungsi mereka di sekolah
agar siswa tidak menyalahartikan lagi, selain itu juga konselor lebih memahami
konsep dasar setiap pelayanan agar kesalahan pelayanan tidak terjadi.

16
DAFTAR PUSTAKA

Darajat, Zakiyah. 1976. Membina nilai-nilai moral di Indonesia. Jakarta: Bulan.


Deliani, Nurfarida. 2018. Konsepsi (Kesalahpahaman) Bimbingan dan Konseling Dalam
Pendidikan. Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam. ejournal.uinib.ac.id.
Juntika Nurihsan, Ahmad. 2005. Stategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung:
Refika Aditama
Kartono, Kartini. 1985. Bimbingan Anak dan Remaja Bermasalah. Jakarta: Rajawali Press.
Lestari, Milatina Murni. 2015. Menganalisis Kesalahpahaman Bimbingan dan Konseling.
Diunduh: 11 Oktober 2020. tersedia pada:
http://msoecahyo.blogspot.com/2014/01/kesalahpahaman-dalam-bimbingan-
dan.html#
Sucahyo, Muhammad, dkk. 2013. Kesalahpahaman dalam Bimbingan dan Konseling.
Diunduh: 11 Oktober 2020. tersedia pada:
https://dokumen.tips/documents/makalah-kesalahpahaman-bimbingan-dan-
konseling.html
Susanto, Ahmad. 2018. Bimbingan dan Konseling di Sekolah Konsep, Teori dan
Aplikasinya. Jakarta. Prenadamedia Group.
Walgito, Bimo. 1976. Kenakalan Anak,. Yogyakarta: Juvilen Delinguency, Fak. Psi.

17

Anda mungkin juga menyukai