Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu
Disusun Oleh :
2020
Absrtrak
Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan untuk dipergunakan dalam menentukan,
diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala
penyakit. Obat terdiri dari bahan aktif dan bahan farmasetik ( bahan pembantu eksipien). Dalam
suatu sediaan obat dapat mengandung tiga sampai dengan empat bahan pembantu.
Perkembangan teknologi proses pembuatan obat seiring berjalannya waktu semakin berkembang
dan menjadi tantangan tersendiri untuk menghasilkan obat yang berkhasiat dan halal, dan
kemajuan pembuatan obat-obatan tidak terlepas dari peran serta dari tokoh-tokoh besar islam.
Indonesia merupakan Negara dengan penduduk muslim terbanyak didunia, dalam islam seorang
muslim diharuskan makan dan minum dengan prinsip “halalan thoyiban” halal menurut syariah
dan baik atau bermanfaat bagi tubuh.
Pendahuluan
Pada zaman modern ini, orang menganggap bahwa kemajuan ilmu farmasi berasal dari
Barat. Padahal kemajuan yang dicapai Barat tersebut tidak lepas dari zaman sebelumnya, yakni
dunia Islam. Para ilmuwan farmasi Muslim selain menguasai riset-riset ilmiah di bidang farmasi,
mereka juga berhasil membuat komposisi, dosis, tata cara penggunaan, dan efek dari obat-obatan
(baik obat sederhana maupun obat campuran). Masa kejayaan Islam merupakan masa di mana
ilmu farmasi mencapai puncaknya. Tokoh-tokoh ilmu farmasi seperti Jabir bin Ibnu Hayyan,
Ibnu Masawayh, Al-Kindi, Sabur Ibnu Sahl, At-Tabari, Ar-Razi, Al-Zahrawi, Ibnu Sina, Al-
Biruni, Al-Ghafiqi, Ibnu Zuhr, Ibnu Thufayl, Ibnu Rusyd, dan Ibnu Al-Baythar menjadi orang-
orang di barisan terdepan bahkan beberapa karya mereka masih dijadikan rujukan dalam ilmu
farmasi dan kedokteran hingga abad modern baik di negara Timur maupun di negara Barat.
( Sri,2017)
Perkembangan ilmu farmasi (syadanah, bahasa Arab) tidak terlepas dari sejarah
perkembangannya yang merupakan suatu proses panjang tumbuh dan berkembangnya ilmu
pengetahuan itu sendiri. Pada setiap fase perkembangan ilmu farmasi muncul sesuatu yang baru
dan memiliki karakteristik tersendiri pada setiap masanya. Pada masa kejayaan Islam, karya dan
pemikiran mereka menjadi sumbangan signifikan yang mempengaruhi perkembangan ilmu
farmasi hingga saat ini.Selain menguasai di bidang farmasi, masyarakat muslim adalah sebagai
peradaban pertama yang memiliki apotek dan tokoh obat. Horward R Turner dalam
bukunya Science in Mediavel Islam, umat islam mulai menguasai farmasi setelah melakukan
Gerakan penerjemah secara besar-besaran di era kekhalifahan Abbasiyah. Pada abad ke-7 sampai
abad ke-12, para ilmuwan muslim secara khusus memberi perhatian untuk melakukan investigasi
atau pencarian terhadap beragam produk alam yang dapat digunakan sebagai obat-obatan.
Tokoh-tokoh islam pada masa kejayaan islam tersebut berperan penting dalam ilmu kedokteran
dan farmasi tergambar dalam kitab-kitab yang mereka hasilkan. Realitas ini dapat menepis
dugaan selama ini, seolah olah pengetahuan farmasi lahirnya dari Barat, padahal kenyataannya
dunia farmasi islam telah kebih daulu unggul dibandingkan barat. Ilmuwan muslim mengalami
perkembangan pada saat perkembangan ilmu dibarat terhenti yang disebut zaman gelap (dark
age) antara abad ke-7 sampai abad ke-12. Perkembangan selanjutnya, setelah era keemas an
islam mencapai kejayaan yang amat luar biasa tersebut, perlahan kemudian memudar, hingga
akhirnya ilmu farmasi kemudian dikuasai oleh barat sampai saat ini.
Didalam pelaksanaan ibadah haji, setiap calon jama’ah haji wajib di beri
vaksin menginitis yang didalamnya ada kandungan unsur enzim babi
(porcain). Vaksin ini bersifat darurat karena implikasi penyakit ini yang
sangat berbahaya. Namun ketika sudah ada alternative penggunaan vaksin
lainnya, maka penggunaan vaksin tersebut menjadi di haramkan. Demikian
juga bagi orang yang akan berhaji untuk kesekian kalinya, baik sebagai
jamaah biasa, tim kesehatan, ataupun pemandu haji maka penggunaan vaksin
ini sudah di haramkan karena berhaji untuk kesekian kali menunjukan kondisi
yang sudah tidak darurat lagi berdasarkan kaidah :
Keadaan darurat menyebabkan perkara yang dilarang menjadi boleh (darurat
tubuh jal-mahzurat). Sehingga tanpa kondisi yang darurat, maka yang haram
atau tidak di perbolehkan tetap menjadi sesuatu yang diharamkan.
2) Berobat Kepada Ahlinya (Ilmiah)
Konsep darurat ini berlaku di indonesia pada penggunaan vaksin, beberapa vaksin yang
penting seperti vaksin menginitis untuk ca;on jamaah haji yang berasal dari enzim babi.
Begitupun dnegan vaksin lainnya yang berbahan dari hal yang diharamkan selama belum
ada bahan pengganti yang halal maka dibolehkan sesuai kaidah darurat.
Kesimpulan
Pengobatan adalah suatu kebudayaan untuk menyelamatkan diri dari penyakit yang
mengganggu kesehatan. Pengobatan tidak lepas dari pengaruh kepercayaan atau agama yang
dianut oleh manusia. Secara umum didalam dunia pengobatan dikenal istilah medis dan non
medis.
Dalam penjaminan obat halal memiliki peran penting dari semua pihak. Seperti indutri
farmasi sebagai pelaku dan penyedia obat didorong untuk melakukan sertifikasi halal produknya,
para akademisi dan peneliti harus terus berupaya melakukakn riset untuk menemukan bahan
tambahan obat dari sumber yang halal, pemerintah pun harus mempermudah dan mendorong
semua pihak agar telibat aktif untuk mewujudkan jaminan produk halal.
Daftar Pustaka
Norisca Aliza A Putriana. Apakah Obat Yang Kita Konsumsi Saat Ini Sudah Halal.
Sumedang : Universitas Padjajaran.2016
Podisastra, S.I, Sumbangan Islam kepada Ilmu dan Peradaban Modern, Jakarta:
Komunitas Bambu, 2008.
Sari Sudewi. Sejarah Farmasi Islam Dan Hasil Karya Tokoh-Tokohnya. 2017. Manado :
Badan Litbang Kemenkes RI.
Yusuf, Sidiq, Yusuf, ‘’Para Ahli Farmasi’’ dalam Koran Republik Khazanah. Halaman
20, Jumat 15 Oktober 2010.