Anda di halaman 1dari 3

Nasi Astakona

Astakona adalah suatu istilah dari sastra Indonesia lama yang berarti segi banyak. Nasi
astakona merupakan gambaran dari banyaknya sajian yang dihidangkan pada suatu tempat,
khusus dari talam yang bertumpang banyak – tiga atau lima susun. Banyaknya sajian
merupakan sebuah kesatuan hidangan yang terdiri atas tiga komponen pokok makanan, yaitu
nasi, lauk pauk, dan buah-buahan. Hidangan nasi astakona berasal dari tradisi Kesultanan
Banjar untuk suatu upacara tertentu atau santap bersama tamu kehormatan. Namun dalam
kurun waktu selanjutnya disajikan dalam acara bededapatan, yaitu santap bersama bagi
pengantin setelah bersanding di pelaminan (betataian).
Secara simbolis, penyendokan pertama nasi astakona diambil dengan sendok kayu oleh
seorang tokoh wanita, dan menyerahkannya kepada tamu kehormatan. Bilamana dalam acara
pengantin, nasi tersebut diserahkan kepada kedua pengantin, selanjutnya diikuti oleh hadirin
sesuai dengan kedudukan dan situasinya.

Arsitektur Rumah Lanting

Keberadaan Rumah Lanting di atas sungai merupakan hasil adaptasi manusia terhadap
lingkungan, sekaligus menjadi ciri khas identitas Kota Banjarmasin yang memiliki banyak
sungai besar. Berdasarkan aspek fisik, dari dulu hingga kini bentuknya tidak pernah berubah,
berbahan kayu dan bagian dasarnya memanfaatkan batang kayu gelondongan atau drum
sebagai pondasi untuk mengapungkan rumah.

Konsep dasar arsitektur rumah lanting sangat sederhana, yaitu rumah tinggal masyarakat
bawah berlatar belakang tradisi budaya sungai. Rumah lanting biasanya diikat kuat pada
pohon atau ditambatkan di sebuah tiang di tepi sungai, sehingga rumah lanting tidak hanyut
terbawa arus sungai atau terombang-ambing. Rumah lanting mengapung di atas sungai, tetapi
tetap memiliki hubungan dengan darat melalui titian atau jembatan penghubung berbahan
kayu.

Bagasing
Bagasing adalah salah satu permainan tradisional yang sangat digemari oleh masyarakat
Kalimantan Selatan, dulunya dimainkan pada saat musim katam banih (panen padi) di hampir
seluruh desa. Permainan ini bukan hanya dimainkan oleh anak-anak di satu desa, tapi juga
antardesa, bahkan antarwilayah atau istilahnya basarangan. Satu lagi yang unik dari gasing
Banjar ini adalah bentuk dan penamaan gasing, di mana kebanyakan bentuk gasing yang
dibuat akan ditamsilkan (perumpamakan) dengan bentuk benda yang ada di kehidupan
sehari-hari, seperti: balanai (tempat padi), tajau (tempat air) dan piringan (piring), dan
sebagainya.
Selain itu, gasing Banjar umumnya dibuat dari taras (inti kayu) pohon kusi, karena
struktur kayu yang alot dan berat; namun khusus gasing untuk adu kuat yang disebut
bapantau (saling hantam), biasanya ada juga yang dibuat dari kayu ulin. Bagasing sendiri
secara umum dalam permainannya dibagi menjadi dua, yakni: adu kuat dan adu paling lama
berputar (baturai/balalawasan).
Anyaman Purun Kalimantan Selatan
Pada zaman penjajahan Jepang, para petani atau masyarakat menengah ke bawah memilih
untuk bertahan hidup dengan membuat kerajinan anyaman. Hasil anyaman yang dibuat
dengan berbagai bentuk dan fungsi, mereka harapkan bisa dibeli oleh bangsawan. Anyaman
dan pembentukan motif merupakan kesatuan, sebab motif pada anyaman timbul dengan
sendirinya sewaktu anyaman dilakukan. Dalam anyaman Dayak, kumpulan serat yang
digunakan adalah rotan dan bambu. Pada anyaman Banjar lebih menonjolkan motif hiasan,
kebanyakan bermotif tapak catur, saluang mudik, bintang berhamburan, pancar walu, belah
ketupat, gigi haruan, dan daun melancar.

Kerajinan anyaman purun berkembang di daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Jenis
purun yang tumbuh di Kalimantan Selatan terdiri atas purun danau dan purun tikus.
Tumbuhan purun oleh masyarakat Kalimantan Selatan telah dimanfaatkan sebagai kerajinan
rumah tangga, antara lain sebagai tikar, tas, topi, bakul, sajadah, hiasan dinding, dan aksesoris
lainnya. Kerajinan ini hanya dikerjakan oleh masyarakat di daerah Kabupaten Batola, Kota
Banjarbaru dan Banjarmasin.

Kurung-kurung
Kurung-kurung adalah alat musik yang dapat mengeluarkan suara atau bunyi setelah di
hentakkan ke tanah. Bahan baku kurung-kurung umumnya dari bambu yang di pilih secara
khusus. Di daerah Kalimantan Selatan tumbuh berbagai jenis bambu, baik di daerah dataran
tinggi pegunungan, maupun di dataran rendah.

Kurung-kurung dimainkan oleh beberapa orang, paling sedikit 5 orang dan paling banyak 7
orang. Setiap kurung-kurung mempunyai bunyi atau nada yang berbeda satu sama lain,
sehingga menciptakan sebuah irama, sesuai irama yang dikehendaki. Pada mulanya kurung-
kurung merupakan alat pertanian padi, yang berfungsi melubangi tanah untuk menanam bibit
padi. Kurung-kurung bermacam jenis dan bentuknya, dan cara membunyikannya disesuaikan
dengan bentuk dari alat musik tradisonal ini. Jenis kurung-kurung yang ada antara lain:
kurung-kurung hantak, hilai atau kurung-kurung gunung, kintung, kalingkupak dan kurung-
kurung kuda gepang atau sejenis angling.

Bawanang
Bawanang adalah aruh adat sebagai bentuk rasa syukur pada penguasa alam semesta atas
rejeki atau keberhasilan, baik itu panen padi atau keberhasilan-keberhasilan lainnya. Bisa
juga atas nazar yang sudah diucapkan. Bawanang dilaksanakan oleh para balian, diiringi
musik bagamal, alat musik tabuh dan pukul (klampat), dan juga disahuti oleh patati
(perempuan yang menyahuti balian, juga bertugas mempersiapkan kelengkapan ritual).
Bawanang dilaksanakan oleh beberapa kepala keluarga, tetapi bisa juga oleh satu kepala
keluarga.
Sesuai janji yang telah diucapkan pada waktu batirau (membersihkan lahan sebelum
menanam), peladang melakukan upacara bawanang untuk panen di lahan lama. Upacara
bawanang dilakukan secara berkelompok, selama tiga hari tiga malam dengan memotong
hewan persembahan berupa ayam. Bila upacara dilakukan selama empat hari empat malam
disebut aruh baharin, dengan memotong hewan persembahan berupa kambing atau kerbau.
Itatamba Banua
Itatamba banua merupakan upacara selamatan kampung untuk mengusir roh-roh jahat supaya
tidak mengganggu kampung dan seluruh masyarakat sekitar, agar terhindar dari berbagai
gangguan penyakit ataupun gangguan gaib. Itatamba banua dilaksanakan sebelum panen
(bulan Maret–April), biasanya dilaksanakan oleh tiap-tiap kelompok adat atau balai di desa-
desa. Itatamba banua dilaksanakan untuk membersihkan kampung dari hal-hal yang
membawa bencana pada banua atau kampong, baik secara nyata maupun kasat mata. Aruh
adat itatamba banua dilakukan sebelum aruh baharin (yang paling besar aruh-nya), yang
dilaksanakan setelah panen padi oleh kelompok keluarga, yang terdiri puluhan kepala
keluarga ataupun tumpuh balai.

Ma'iwuu
Pada suku Dayak Balangan Halong, upacara pengobatan dibedakan antara pasien bayi atau
anak-anak dan dewasa. Jika bayi atau anak-anak yang sakit, upacara pengobatan dilakukan
dengan membuat patung kecil sesuai dengan jenis kelamin si anak. Fungsi patung kecil
adalah sebagai media pemindahan penyakit dalam konsep pengobatan patung tersebut, yang
diyakini sebagai penganti fisik penderita. Sesajian berupa bubur putih dan bubur kuning serta
ayam panggang yang dibelah dadanya (parapah), disajikan agar para roh tidak mengangu.
Balian kemudian membaca mantra-mantra sambil menari, diiringi oleh patati (pembantu
balian) yang selalu menjaga balian supaya tidak terancul (kesurupan). Selama berlangsung
ritual pengobatan, di depan rumah diberi tanda daun sawang kambat atau rinjuang yang
digantung di teras rumah, sebagai tanda berpantang tidak menerima tamu selama pengobatan
berlangsung. Dikhawatirkan kedatangan tamu akan mengganggu proses penyembuhan. Jika
ada orang yang bertamu di rumah, akan terkena denda adat karena telah melanggar pantang.

Nimbuk

Aruh adat nimbuk atau membatur adalah suatu upacara masyarakat Dayak Halong yang
bertujuan untuk membuat rumah bagi orang yang meninggal dunia. Upacara ini dipahami
sebagai salah satu bukti wujud terimakasih dari orang-orang yang masih hidup kepada
almarhum atas pengorbanannya semasa masih hidup. Pada hakikatnya upacara ini adalah
untuk mengantar roh, yang diikuti dengan pembuatan batur oleh ahli waris di atas kuburan
yang meninggal. Pembuatan batur menandakan bahwa upacara mengantar roh ke alam
keabadian telah dilakukan. Upacara nimbuk berfungsi untuk memanggil roh yang meninggal
agar menjadi dewa pelindung keluarga, dalam posisi roh tersebut dapat memberi petunjuk
dan bantuan jika keluarga yang ditinggalkan sedang mengalami kesusahan; jika roh yang
diupacarai laki-laki maka akan menjadi dewa pemberi rezeki.

Anda mungkin juga menyukai