Laporan Penelitian Stimulus
Laporan Penelitian Stimulus
TIM PENELITI
Ketua : Ns. Diah Argarini, M.Kep.
Anggota : Ns. Mindo Nurafni HN, M.Kep.
Yogaditya Risa Azwar
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt, atas kehendakNya
proposal penelitian dengan judul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Diabetes Mellitus di Puskesmas Kecamatan Munjul Kabupaten
Pandeglang Provinsi Banten Tahun 2019” dapat diselesaikan dengan baik.
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan dalam rangka memenuhi salah satu kewajiban
yang harus dilakukan oleh dosen yaitu dalam rangka pelaksanaan Tri Dharma
Perguruan Tinggi dalam bidang Penelitian
Berkaitan dengan selesainya kegiatan ini, penghargaan dan terima kasih yang
sebesar-besarnya disampaikan kepada :
1. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nasional, atas bantuan dana yang
diberikan.
2. Dr. Retno Widowati, M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Nasional atas ijin dan kesempatan sehingga kegiatan ini berjalan dengan baik
dan lancar.
3. Semua pihak yang membantu terlaksananya Penelitian ini
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Diabetes Mellitus (DM) adalah salah satu penyakit yang berbahaya yang
kerap disebut sebagai silent killer selain penyakit jantung, yang merupakan
salah satu masalah kesehatan yang besar. Komplikasi jangka lama termasuk
penyakit kardiovaskular (risiko ganda), kegagalan kronis ginjal (penyebab
utama dialisis), kerusakan retina yang dapat menyebabkan kebutaan, serta
kerusakan saraf yang dapat menyebabkan impotensi dan gangren dengan
risikoamputasi (Supriadi S, 2013).
Data dari Studi Global menunjukan bahwa jumlah penderita Diabetes
Mellitus pada tahun 2011 telah mencapai 366 juta orang. Jika tidak ada
tindakan yang dilakukan, jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi 552
juta pada tahun 2030. Diabetes Mellitus telah menjadi penyebab dari 4,6 juta
kematian.
World Health Organisation (WHO) mengingatkan prevalensi penderita
diabetes di Indonesia berpotensi mengalami kenaikan drastis dari 8,4 juta orang
pada tahun 2000 menjadi 21,3 juta penderita di 2030 nanti. Lonjakan penderita
itu bisa terjadi jika negara kita tidak serius dalam upaya pencegahan, penaganan
dan kepatuhan dalam pengobatan penyakit. Pada tahun 2006, terdapat lebih dari
50 juta orang yang menderita DM di Asia Tenggara (Trisnawati, 2013).
Diabetes kini menjelma menjadi penyebab kematian keenam pada semua
kelompok umur di Indonesia. Ada kecenderungan penyakit tidak menular
seperti Diabetes Mellitus mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh
perilaku hidup tidak sehat yang terus berkembang di masyarakat. Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukan pada saat ini prevalensi
diabetes di wilayah perkotaan mencapai 5,7 persen yang memperhatinkan, 73,7
persen pasien diabetes tersebut tidak terdiagnosa dan tidak mengonsumsi obat
(Trisnawati, 2013).
1
Pada tahun 2013, proporsi penduduk Indonesia yang berusia ≥15 tahun
dengan DM adalah 6,9 persen. Penderita yang terkena bukan hanya berusia
senja, namun banyak pula yang masih berusia produktif. Prevalensi DM
berdasarkan diagnosis dokter dan gejala meningkat sesuai dengan
bertambahnya umur, Jumlah penderita DM terbesar berusia antara 40-59 tahun,
namun mulai umur ≥ 65 tahun cenderung menurun (Kemenkes, 2013).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Shara Kurnia Trisnawati
tahun 2012 dengan judul faktor risiko kejadian Diabetes Mellitus menunjukkan
bahwa faktor risiko umur, stress, dan merokok berhubungan dengan
kejadian Diabetes Mellitus (Trisnawati tahun 2012).
Penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Kecamatan Munjul Kabupaten
Pandeglang berdasarkan data dari instalasi Rekam Medik tahun 2014 jumlah
penderita Diabetes Mellitus sebanyak 71 orang (6,01%) (terdiri dari laki-laki
28 orang, perempuan 43 orang. Tahun 2015 jumlah penderita Diabetes
Mellitus sebanyak 98 (7,65%) orang terdiri dari laki-laki 37 orang, perempuan
61 orang. Tahun 2016 bulan Januari sampai Maret jumlah penderita Diabetes
Mellitus sebanyak 43 orang (5.65%) terdiri dari laki-laki 14 orang, perempuan
29 orang. (Puskesmas Kecamatan Munjul Kabupaten Pandeglang, 2014-
2016).
Dari uraian dan data tersebut diatas menunjukkan adanya peningkatan
jumlah penderita Diabetes Mellitus baik secara global, nasional maupun di
daerah khususnya di Puskesmas Kecamatan Munjul Kabupaten Pandeglang,
oleh karena itu peneliti menganggap pentingnya penelitian tentang faktor-
faktor yang berhubungan dengan kejadian Diabetes Mellitus Puskesmas
Kecamatan Munjul Kabupaten Pandeglang Tahun 201.
2
B. KERANGKA TEORI
Faktor Genetik
1. Riwayat Keluarga
Faktor Demografi
1. Jenis Kelamin
2. Umur
Faktor Lingkungan
1. Tingkat Perekonomian Diabetes Melitus
2. Tingkat Pendidikan
3. Kegemukan (Obesitas)
4. Kurang Aktivitas Fisik
Faktor Lain
1. Aktivitas Merokok
2. Perilaku
a. Gaya Hidup
b. Pengetahuan
c. Sikap
C. PERMASALAHAN
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan kejadian
Diabetes Mellitus di Puskesmas Kecamatan Munjul Kabupaten Pandeglang
D. TUJUAN
Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-
faktor yang berhubungan dengan kejadian Diabetes Mellitus di Puskesmas
Kecamatan Munjul Kabupaten Pandeglang.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Mellitus
1. Pengertian
Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit gangguan metabolisme
yang disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan insulin, yang ditandai dengan hiperglikemia (ADA,
2004).
2. Klasifikasi
a. DM tipe I atau Diabetes Mellitus tergantung insulin (IDDM).
Diabetes tipe ini disebabkan karena destruksi sel beta pankreas yang
bertugas menghasilkan insulin. Tipe ini menjurus ke defisiensi insulin
absolut. Proses destruksi ini dapat terjadi karena proses imunologik
maupun idiopatik.
b. DM tipe II atau Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM).
Tipe ini bervariasi mulai dari yang predominan resistensi insulin disertai
defisiensi insulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi
insulin bersama resistensi insulin.
c. Diabetes Mellitus yang berkaitan dengan keadaan atau sindrom lain atau
diabetes sekunder.
d. Diabetes Mellitus gestasional atau Diabetes Mellitus kehamilan
B. Umur
Menurut (Harlock, 2005) Umur adalah rentang kehidupan yang diukur
dengan tahun, dikatakan masa awal dewasa adalah usia 18 tahun sampai 40
tahun, dewasa Madya adalah 41 sampai 60 tahun, dewasa lanjut > 60 tahun,
umur adalah lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan. Umur
atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda
atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Semisal, umur manusia
4
dikatakan lima belas tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu
dihitung.
Kelompok umur yang paling banyak menderita DM adalah kelompok
umur 45-52. Peningkatan diabetes risiko diabetes seiring dengan umur,
khususnya pada usia lebih dari 40 tahun, disebabkan karena pada usia tersebut
mulai terjadi peningkatan intolenransi glukosa. Adanya proses penuaan
menyebabkan berkurangnya kemampuan sel β pankreas dalam memproduksi
insulin. Selain itu pada individu yang berusia lebih tua terdapat penurunan
aktivitas mitokondria di sel-sel otot sebesar 35%. Hal ini berhubungan dengan
peningkatan kadar lemak di otot sebesar 30% dan memicu terjadinya resistensi
insulin (Trisnawati, 2013).
C. Jenis Kelamin
Pengertian jenis kelamin (seks) adalah perbedaan antara perempuan
dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir. Seks berkaitan dengan
tubuh laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki memproduksikan sperma,
sementara perempuan menghasilkan sel telur dan secara biologis mampu untuk
menstruasi, hamil dan menyusui. Perbedaan biologis dan fungsi biologis laki-
laki dan perempuan tidak dapat dipertukarkan diantara keduanya, dan
fungsinya tetap dengan laki-laki dan perempuan pada segala ras yang ada di
muka bumi.
Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang berhubungan terjadinya
Diabetes Melitus dimana pada wanita yang telah mengalami monopause punya
kecenderungan untuk lebih tidak peka terhadap hormon insulin. Diabetes
secara umum untuk pria datang lebih cepat dari wanita. Wanita bisa terlindungi
dari diabetes sampai mencapai usia menopause karena pengaruh hormon
wanita estrogen, yaitu hormon reproduksi yang membantu mengatur tingkat
gula darah dalam tubuh.
5
D. Riwayat Keluarga
Faktor keturunan atau genetik punya kostribusi yang tidak bisa diremeh
untuk seseorang terserang penyakit Diabetes. Menghilangkan faktor genetik
sangatlah sulit. yang bisa dilakukan untuk seseorang agar terhindar dari
penyakit Diabetes Mellitus karena sebab genetik, adalah dengan memperbaiki
pola hidup dan pola makan. Penderita Diabetes Mellitus tidak mewarisi
diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan
genetik kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetik ini ditentukan
pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human leucocyte antigen)
tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
transplantasi dan proses imun lainnya.
E. Merokok
Merokok merupakan masalah dunia. Prevalensi merokok masih cukup
tinggi dan berhubungan terhadap risiko penyakit dan tingginya angka
kematian (Hariadi S, 2008). Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan
antara merokok dengan kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 (p=0,000). Hal ini
sejalan dengan penelitian Gabrielle,Cappri, et.al (2005) menunjukkan bahwa
ada hubungan merokok dengan kejadian DM Tipe 2 (p=0,001) dengan OR
2,66. Begitupula penelitian oleh Houston juga mendapatkan bahwa perokok
aktif memiliki risiko 76% lebih tinggi untuk terserang DM Tipe 2 dibanding
dengan yang tidak terpajan (Irawan, 2010).
Merokok secara langsung meningkatkan resistensi insulin. Respon
insulin pada pembebanan glukosa oral lebih banyak pada perokok
dibandingkan yang tidak merokok.Perokok memiliki ciri khas sindrom
resistensi insulin termasuk di dalamnya gula darah puasa yang meningkat
(Chiolero, 2008 dalam Jafar, Nurhaedar, 2011).
6
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Definisi Cara
No Variabel Alat Ukur Hasil ukur Skala
Operasional Ukur
Dependen
Diabetes
1. DM Catatan 1= Ordinal
Mellitus
Medis DM
DM yang Pasien
dimaksud dalam : Bila pasien me
penelitian ini nderita DM dan di
adalah Pasien y diagnosa
ang terkena oleh dokter
penyakit DM ya 2= Tidak
ng didiagnosa DM
oleh dokter.
: Bila pasien tidak
menderita DM
7
Definisi Cara
No Variabel Alat Ukur Hasil ukur Skala
Operasional Ukur
Independen
Umur
1. umur adalah Kuesioner Wawancara 1. Risiko Tinggi: Ordinal
lamanya ≥ 40 tahun.
seseorang sejak
2. Risiko
dilahirkan
Rendah:<40
sampai saat ini.
tahun.
Umur
merupakan
periode
terhadap pola-
pola kehidupan
baru dan
harapan-
harapan baru.
2. Jenis Suatu Kuesioner Wawancara 1= Laki-laki Nominal
Kelamin perbedaan
2= Perempuan
antara laki-laki
dan wanita
(Ramachand,
1994)
3. Riwayat ada atau Kuesioner Wawancara 1. Resiko Ordinal
Keluarga tidaknya
2. Tidak
DM keturunan atau
Berisiko
anggota
keluarga yang
pernah
mengalami
penyakit
Diabetes
sebelum
responden
mengalami DM.
8
D. Pengolahan Data
Pengolahan data di lakukan dengan menggunakan program komputerisasi
program SPSS. Sedangkan analisis data menggunakan statistik inferensial
sebagai berikut:
1. Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mengetahui distribusi dan
persentase dari tiap variabel bebas (umur, jenis kelamin, riwayat keluarga,
dan merokok) dengan variabel terikat (kejadian Diabetes mellitus)
2. Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara
variabel dependent dan independent. Setalah data diolah kemudian dianalisa
dengan menggunakan bantuan komputer yaitu program SPSS. Analisa
bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independent dan
dependen dengan menggunakan uji statistic Chi-Square (X²) dengan nilai
kemaknaan (α=0,05). Dari hasil uji statistik tersebut dapat diketahui dengan
tingkat signifikan hubungan antara kedua variable.
9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Univariat
1. Umur Responden
Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur
10
3. Riwayat Keluarga Responden
Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Keluarga
Persentase
Riwayat Keluarga DM Frekuensi
(%)
Ya 43 50
Tidak 43 50
Jumlah 86 100
4. Kebiasaan Merokok
Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Merokok
Persentase
Merokok Frekuensi
(%)
Merokok 40 46,5
Tidak Merokok 46 53,5
Jumlah 86 100
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 86 responden yang suka
merokok sebanyak 40 orang (46,5%) dan responden yang tidak merokok
sebanyak 46 orang (53,5%).
B. Hasil Bivariat
1. Hubungan Umur dengan kejadian DM di Puskesmas Munjul
Hasil uji Chi-square dari data penelitian tentang umur responden
dengan kejadian DM pada responden di Puskesmas Munjul, didapatkan
hasil sebagai berikut :
11
Tabel 4.5.
Hubungan Umur dengan kejadian DM di Puskesmas Munjul
Kejadian DM
Nilai
Umur Ya Tidak Jumlah
P
N (%) N (%) N (%)
Resiko Tinggi 36 83,7 23 53,5 59 68,6
Resiko Rendah 7 16,3 20 46,5 27 31,4 0,005
Jumlah 43 100 43 100 86 100
12
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui hasil analisis hubungan jenis
kelamin perempuan dengan kejadian DM lebih banyak 31 orang (72,1%)
daripada responden laki-laki 12 orang (27,9%).
Dari hasil uji Chi-square, diperoleh bahwa nilai p value sebesar
0,028 karena p value > (0,05) sehingga Ho ditolak. Hal ini berarti dapat
diketahui bahwa ada hubungan antara jenis dengan kejadian DM di
Puskesmas Munjul.
13
4. Hubungan Merokok dengan kejadian DM
Hasil uji Chi-square dari data penelitian tentang kebiasaan merokok
respoden dengan kejadian DM pada responden di Puskesmas Munjul,
didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.8.
Hubungan Merokok dengan kejadian DM
di Puskesmas Munjul
Kejadian DM
Nilai
Merokok Ya Tidak Jumlah
P
N (%) N %) N (%)
Merokok 25 58.1 15 34.9 40 46.5
53.5 0,052
Tidak Merokok 18 41.9 28 65.1 46
Jumlah 43 100 43 100 86 100
C. PEMBAHASAN
1. Karakter Responden berdasarkan Umur
Sebagian besar responden dalam penelitian ini berumur ≥40 tahun
sebanyak 59 orang (68,6%). Hal ini dimungkinkan karena pada umur ≥40
tahun mengalami penurunan fungsi organ, seperti halnya pada hasil
penelitian dari Retnaningsih (2002) dan Pratiwi (2007) responden yang
terbanyak berumur 51-60 tahun bahwa pada orang-orang yang telah
berumur, fungsi organ tubuh menurun.
Ikram (1999) menyebutkan bahwa dengan meningkatnya umur,
intoleransi terhadap glukoosa juga meningkat. Faktof yang berkaitan
14
sebagai penyebab diabetes pada usia lanjut, yaitu fungsi pankreas dan
sekresi insulin yang berkurang, dan adanya resistensi insulin yang
berkurang karena berkurangnya masa otot dan perubahan vaskuler maka
seiring bertambahnya usia seseorang memungkinkan terjadinya penyakit
diabetes.
15
mendapat DM adalah 15% bila salah satunya menderita DM dan
Kemungkinan 75%% bilamana kedua-duanya menderita DM. pada
umumnya apabila seseorang menderita DM maka saudara kandungnya
mempunyai rsiko DM sebanyak kandungnya mempunyai rsiko DM
sebanyak 10% (Kemenkes RI, 2008).
Resiko untuk mendapatkan DM dari ibu lebih besar 10-30% dari pada
ayah denganh dengan DM. hal ini dikarenakan penurunan gen sewaktu
dalam kandungann lebih besar dari ibu (Trisnawati & Soedijono, 2013).
Kebanyakan kasus DM memang terjadi pada usia dewasa, lebih banyak
sesudah umur 40 tahun, serta mereka yang kurang gerak badan, masa
ototnya berkurang, dan berat badannya makin bertambah (Hans Tandra,
2008). Menurut International Diabetes Federation, sebesar 90-95% orang
dengan DM biasanya berumur lebih dari 40 tahun.
16
BAB V
SIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Provinsi Banten Tahun 2007,
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta 2008
Imam, S. ( 2005). Serangan Jantung dan Stroke Hubungannya Dengan Lemak dan
Kolesterol. Jakarta; Gramedia Pustaka Utama.
Irawan. (2010). Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 di
Daerah Urban Indonesia. Tesis tidak diterbitkan.Jakarta. Universitas
Indonesia.
18