Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

HALUSINASI

A. Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang
dialami oleh klien gangguan jiwa. Klien merasakan sensasi berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghidu tanpa stimulus yang nyata
(Keliat, 2011 dalam Zelika, 2015).
Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau pengalaman
persepsi yang tidak sesuai dengan kenyataan (Sheila L Vidheak, 2001 dalam
Darmaja, 2014).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar) (Surya,
2011 dalam Pambayun, 2015).
Halusinasi pendengaran (auditorik) merupakan karakteristik yang
ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara-suara orang, biasanya
klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang
dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu (Stuart, 2007
dalam Yusalia, 2015).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, yang dimaksud dengan
halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dimana klien/klien
mempersepsikan sesuatu melalui panca indera tanpa ada stimulus eksternal.
Halusinasi berbeda dengan ilusi, dimana klien mengalami persepsi yang salah
terhadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya
stimulus eksternal yang terjadi, stimulus internal dipersepsikan sebagai
sesuatu yang nyata ada oleh klien.
B. Rentang Respon Halusinasi
Menurut Stuart and Laraia (2005) dalam Yusalia (2015), Halusinasi
merupakan salah satu respon maldaptif individual yang berbeda rentang
respon neurobiology. Ini merupakan persepsi maladaptif. Jika klien yang
sehat persepsinya akurat, mampu mengidentifisikan dan menginterpretasikan
stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indera
(pendengaran, pengelihatan, penciuman, pengecapan dan perabaan) klien
halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indera walaupun stimulus
tersebut tidak ada. Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu
yang karena suatu hal mengalami kelainan persensif yaitu salah
mempersepsikan stimulus yang diterimanya, yang tersebut sebagai ilusi.
Klien mengalami jika interpresentasi yang dilakukan terhadap stimulus panca
indera tidak sesuai stimulus yang diterimanya, rentang respon tersebut
sebagai berikut:
Respon adaptif Respon maladaptif

1. Pikiran logis 1. Kadang-kadang 1. Waham


2. Persepsi akurat proses pikir 2. Halusinasi
3. Emosi konsisten terganggu (distorsi 3. Sulit berespons
dengan pikiran 4. Perilaku
pengalaman 2. Ilusi disorganisasi
4. Perilaku sesuai 3. Menarik diri 5. Isolasi sosial
5. Hubungan sosial 4. Reaksi emosi
harmonis 5. Perilaku tidak
biasa
Sumber: Stuart and Laraia (2005) dalam Yusalia (2015)
C. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Laraia (2001) dalam Pambayun (2015), faktor-
faktor yang menyebabkan klien gangguan jiwa mengalami halusinasi adalah
sebagai berikut:
1. Faktor genetik
Secara genetik, skizofrenia diturunkan melalui kromosom
kromosom tertentu. Namun demikian, kromosom ke berapa yang
menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap
penelitian. Anak kembar identik memiliki kemungkinan mengalami
skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami skizofrenia,
sementara jika dizigote, peluangnya sebesar 15%. Seorang anak yang
salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia berpeluang 15%
mengalami skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya skizofrenia
maka peluangnya menjadi 35%.
2. Faktor neurobiologis
Klien skizofrenia mengalami penurunan volume dan fungsi otak
yang abnormal. Neurotransmitter juga ditemukan tidak normal,
khususnya dopamin, serotonin, dan glutamat.
a. Studi neurotransmitter
Skizofrenia juga disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan
neurotransmitter. Dopamin berlebihan, tidak seimbang dengan kadar
serotonin.
b. Teori virus
Paparan virus influenza pada trimester ketiga kehamilan dapat
menjadi faktor predisposisi skizofrenia.
c. Psikologis
Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi
skizofrenia antara lain anak yang diperlakukan oleh ibu yang
pencemas, terlalu melindungi, dingin, dan tak berperasaan,
sementara ayah yang mengambil jarak dengan anaknya.
3. Faktor sosial budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita
seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana
alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.

D. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart dan Laraia (2001) dalam Pambayun (2015) faktor
presipitasi dapat menyebabkan klien gangguan jiwa mengalami hal berikut:
1. Berlebihannya proses informasi pada sistem saraf yang menerima dan
memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
2. Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu.
3. Kondisi kesehatan, meliputi: nutrisi kurang, kurang tidur,
ketidakseimbangan irama sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-obat sistem
syaraf pusat, kurangnya latihan, hambatan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan.
4. Lingkungan, meliputi: lingkungan yang memusuhi, krisis masalah di
rumah tangga, kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup,
pola aktivitas sehari-hari, kesukaran dalam hubungan dengan orang lain,
isolasi social, kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja, kurang
ketrampilan dalam bekerja, stigmatisasi, kemiskinan, ketidakmampuan
mendapat pekerjaan.
5. Sikap/perilaku, meliputi: merasa tidak mampu, harga diri rendah, putus
asa, tidak percaya diri, merasa gagal, kehilangan kendali diri, merasa
punya kekuatan berlebihan, merasa malang, bertindak tidak seperti orang
lain dari segi usia maupun kebudayaan, rendahnya kernampuan
sosialisasi, perilaku agresif, ketidakadekuatan pengobatan,
ketidakadekuatan penanganan gejala.
E. Jenis-jenis Halusinasi
Menurut Stuart (2007) dalam Yusalia (2015), jenis halusinasi antara
lain:
1. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara-
suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang
membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk
melakukan sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan (visual) 20 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk
pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun atau panorama
yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau
menakutkan.
3. Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau
yang menjijikkan seperti: darah, urine atau feses. Kadang–kadang
terhirup bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang
dan dementia.
4. Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak
tanpa stimulus yang terlihat. Contoh: merasakan sensasi listrik datang
dari tanah, benda mati atau orang lain.
5. Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis
dan menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau
feses.
6. Halusinasi cenesthetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan
urine.
7. Halusinasi kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

F. Manifestasi Klinis/Tanda Gejala


1. Menurut Azizah (2016) beberapa tanda dan gejala perilaku halusinasi
adalah:
a. Tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai
b. Menggerakkan bibir tanpa suara
c. Bicara sendiri
d. Pergerakan mata cepat
e. Diam
f. Asyik dengan pengalaman sensori
g. Kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realitas rentang
perhatian yang menyempit hanya beberapa detik atau menit
h. Kesukaran berhubungan dengan orang lain
i. Tidak mampu merawat diri.
2. Menurut jenis halusinasi Stuart & Sudden, (1998) dalam Yusalia (2015):

No Jenis halusinasi Karakteristik tanda dan gejala


1 Pendengaran Mendengar suara-suara bising, paling sering suara
kata yang jelas, berbicara dengan klien bahkan
sampai percakapan lengkap antara dua orang yang
mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar jelas
dimana klien mendengar perkataan bahwa klien
disuruh untuk melakukan sesuatu kadang-kadang
dapat membahayakan.
2 Penglihatan Stimulus penglihatan dalam kilatan cahaya, gambar
giometris, gambar karton atau panorama yang luas
dan komplek. Penglihatan dapat berupa sesuatu
yang menyenangkan atau sesuatu yang menakutkan
seperti monster.
3 Penciuman Membau-bau seperti bau darah, urine, fases
umumnya bau-bau yang tidak menyenangkan.
Halusinasi penciuman biasanya sering akibat stroke,
tumor, kejang atau dernentia.
4 Pengecapan Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urine,
fases.
5 Perabaan Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa
stimulus yang jelas rasa tersetrum listrik yang
datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
6 Sinestetik Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah divera
(arteri), pencernaan makanan.
7 Kinestetik Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa
bergerak.

G. Psikodinamika
Terjadinya halusinasi pada klien dapat dilihat dari faktor predisposisi
dan presipitasi, dimana faktor-faktor ini sangat berpengaruh untuk
menentukan apa yang dialami klien dan awal mula penyebab klien
mengalami gangguan jiwa. Apakah gangguan tersebut disebabkan oleh faktor
genetik atau kromosom-kromosom tertentu, bahkan bisa saja kondisi sosial
budaya yang mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan,
konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang
terisolasi disertai stress sehingga psikologis dan atau jiwanya terganggu
(Stuart dan Laraia, 2001 dalam Pambayun, 2015).

H. Mekanisme Koping
Menurut Yosep (2011) pada halusinasi ada 3 mekanisme koping yang
mempengaruhi antara lain:
1. With drawal: menarik diri dank lien sudah asik dengan pengalaman
internalnya.
2. Proyeksi: menggambarkan dan menjelaskan persepsi yang
membingungkan.
3. Regresi: berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk
mengatasi ansietas, yang menyisakan sedikit energi untuk aktivitas
sehari-hari.

I. Sumber Koping
Sumber koping individu harus di kaji dengan pemahaman tentang
pengaruh gangguan otak pada perilaku. Kekuatan dapat meliputi modal,
seperti intelegensi atau kreativitas yang tinggi. Orang tua harus secara aktif
mendidik anak-anak dan dewasa muda tentang keterampilang koping karena
mereka biasanya tidak hanya belajar dari pengamatan. Sumber keluarga dapat
berupa pengetahuan tentang penyakit, finansial yang cukup, ketersediaan
waktu dan tenaga, dan kemampuan untuk memberikan dukungan secara
berkesinambungan (Fitria, 2012).

J. Penatalaksanaan Umum
Menurut Keliat (2011) dalam Pambayun (2015), Penatalaksanaan
pada klien halusinasi dengan cara:
1. Menciptakan lingkungan terapeutik atau hubungan saling percaya
tindakan keperawatan untuk membantu klien mengatasi
halusinasinya dimulai dengan membina hubungan saling percaya dengan
klien. Untuk itu perawat harus memperkenalkan diri, membuat kontrak
asuhan dengan klien bahwa keberadaan perawat adalah betul-betul untuk
membantu klien. Perawat juga harus sabar, memperlihatkan penerimaan
yang tulus, dan aktif mendengar ungkapan klien saat menceritakan
halusinasinya.
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan
klien akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan
secara individual dan usahakan agar terjadi kontak mata, kalau bisa klien
di sentuh atau di pegang. Klien jangan di isolasi baik secara fisik atau
emosional. Jasp perawat masuk ke kamar atau mendekati klien, bicaralah
dengan klien. Begitu juga bila akan meninggalkan hendaknya klien di
beritahu. Klien di beritahu tindakan yang akan di lakukan.
2. Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali klien menolak obat yang diberikan sehubungan
dengan rangsangan halusinasi yang diterimanya. Pendekatan sebaiknya
secara persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang
diberikan betul di telannya, serta reaksi obat yang diberikan.
3. Menggali permasalahan klien dan membantu mengatasi masalah
Setelah klien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat
menggali masalah klien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi
serta membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga
dapat melalui keterangan keluarga klien atau orang lain yang dekat
dengan klien.
4. Memberi aktivitas pada klien
Klien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik,
misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini
dapat membantu mengarahkan klien ke kehidupan nyata dan memupuk
hubungan dengan orang lain. Klien di ajak menyusun jadwal kegiatan
dan memilih kegiatan yang sesuai.
5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga klien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang
data klien agar ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses
keperawatan, misalnya dari percakapan dengan klien di ketahui bila
sedang sendirian ia sering mendengar suara laki-laki yang mengejek.
Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas.
Perawat menyarankan agar klien jangan menyendiri dan menyibukkan
diri dalam permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya
diberitahukan pada keluarga klien dan petugas lain agar tidak
membiarkan klien sendirian dan saran yang diberikan tidak bertentangan.

K. Diagnosa Keperawatan
Halusinasi Halusinasi Pendengaran

L. Fokus Intervensi
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
Gangguan sensori Setelah dilakukan tindakan TINDAKAN PSIKOTERAPEUTIK
perseptual: Halusinasi keperawatan selama 3 x 24 jam Klien
klien mampu mengontrol 1. Bina hubungan saling percaya
halusinasi dengan kriteria hasil: 2. Adakan kontak sering dan singkat
1. Klien dapat membina secara bertahap
hubungan saling percaya 3. Observasi tingkah laku klien
2. Klien dapat mengenal terkait halusinasinya
halusinasinya; jenis, isi, 4. Tanyakan keluhan yang dirasakan
waktu, dan frekuensi klien
halusinasi, respon terhadap 5. Jika klien tidak sedang
halusinasi, dan tindakan yg berhalusinasi klarifikasi tentang
sudah dilakukan adanya pengalaman halusinasi,
3. Klien dapat menyebutkan Menurut Keliat (2011) dalam
dan mempraktekan cara Pambayun (2015) diskusikan
mengntrol halusinasi yaitu dengan klien tentang
dengan menghardik, halusinasinya meliputi :
bercakap-cakap dengan SP I
orang lain, terlibat/ 1. Identifikasi jenis halusinasi klien
melakukan kegiatan, dan 2. Identifikasi isi halusinasi klien
minum obat 3. Identifikasi waktu halusinasi
4. Klien dapat dukungan klien
keluarga dalam mengontrol 4. Identifikasi frekuensi halusinasi
halusinasinya klien
5. Klien dapat minum obat 5. Identifikasi situasi yang
dengan bantuan minimal menimbulkan halusinasi
6. Mengungkapkan halusinasi 6. Identifikasi respons klien
sudah hilang atau terkontrol terhadap halusinasi
7. Ajarkan klien menghardik
halusinasi
8. Anjurkan klien memasukkan cara
menghardik halusinasi dalam
jadwal kegiatan harian
SP II
1. Evaluasi jadwal kegiatan harian
klien (evaluasi kemampuan
menghardik)
2. Anjurkan klien untuk meminum
obat
3. Beri penjelasan bagaimana kerja
obat dapat mengatasi halusinasi
4. Jelaskan bagairnana cara
mengkonsumsi obat secara tepat
sehingga tujuan pengobatan
tercapai secara optimal
SP III
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian klien (evaluasi
kemampuan menghardiks dan
minum obat)
2. Latih klien mengendalikan
halusinasi dengan cara bercakap-
cakap dengan orang lain
3. Anjurkan klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
SP IV
1. Evaluasi jadwal kegiatan harian
klien (evaluasi kemampuan
menghardik, minum obat dan
bercakap)
2. Latih klien mengendalikan
halusinasi dengan melakukan
kegiatan (kegiatan yang biasa
dilakukan klien di rumah)
3. Anjurkan klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
4. Berikan pujian ketika klien
mampu melakukan.
Keluarga
1. Diskusikan masalah yang
dirasakn keluarga dalam merawat
klien
2. Jelaskan pengertian tanda dan
gejala, dan jenis halusinasi yang
dialami klien serta proses
terjadinya
3. Jelaskan dan latih cara-cara
merawat klien halusinasi
4. Latih keluarga melakukan cara
merawat klien halusinasi secara
langsung
5. Discharge planning : jadwal
aktivitas dan minum obat
DAFTAR PUSTAKA

Zelika, Alkhosiyah A. Dermawan, Deden. 2015. Kajian Asuhan Keperawatan


Jiwa Halusinasi Pendengaran Pada Sdr. D Di Ruang Nakula Rsjd
Surakarta. Jurnal Poltekkes Bhakti Mulia.
Darmaja, I Kade. 2014. Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada
Tn. “S” Dengan Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
Diruang Kenari Rsj Dr. Radjiman Wedioningrat Lawang Malang.
Program Studi Profesi (Ners) Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Bakti
Indonesia Banyuwangi
Pambayun, Ahlul H. 2015. Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. S Dengan
Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi Pendengaran Ruang 11
(Larasati). RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Asuhan
Keperawatan Psikiatri Akademi Keperawatan Widya Husada Semarang.
Yusalia, Refiazka. 2015. Laporan Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan
Halusinasi. www.academia.edu diakses 18 Desember 2020.
Azizah, Lilik Ma’rifatul, dkk. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
Yosep, I. 2011. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.
Fitria, Nita. 2012. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan LP Dan SP Tindakan
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
ANALISA DATA

DATA PROBLEM
DS: HALUSINASI
- Keluarga mengatakan Ny.R sekitar 40 tahun yang silam PENDENGARAN
pernah mengatakan bahwa dirinya mendengar suara
bisikan
- Keluarga mengatakan Ny.R pernah gagal menikah sekitar
40 tahun yang lalu dari situ psikologinya terganggu, tapi
beberapa tahun ini sudah mulai membaik
- Keluarga NY.R sampai sekarang masih mendengar suara-
suara
- Ny.R mengatakan masih mendengar suara-suara bisikan
yang tidak jelas yang membuat Ny.R takut

DO:
- Ny.R dan keluarga tampak memasang muka datar, dan
bingung
- Saat berdiskusi dengan keluarga tampak sedikit tertutup
tapi ada beberapa hal dapat tergali dengan pernyataan yang
kami lakukan
- Ny.R tampak tidak fokus saat di beri pertanyaan
- Ny.R tampak tidak rapi
- Kuku kaki dan tangan Ny.R tampak panjang
- Pakaian Ny.R tampak kotor ketika kami datang
- Saat diajak berbicara mata Ny.R tampak kurang focus dan
sedikit lambat untuk menjawab (seperti berfikir) akan
tetapi selama berbicara/berduksi Ny.R sangat koperatif
- Melakukan vital sign
TD : 120/80 mmHg
HR : 79 x/i
HR : 19 x/i
T : 36,2oC

POHON MASALAH

Akibat : Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Masalah Utama : Gangguan Sensori Perseptual : Halusinasi

Penyebab : Harga Diri Rendah

Ketidakefektifan koping Klien dan Keluarga

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Halusinasi Halusinasi Pendengaran
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI


KEPERAWATAN
Gangguan sensori Setelah dilakukan tindakan TINDAKAN PSIKOTERAPEUTIK
perseptual: Halusinasi keperawatan selama 3 x 24 jam Klien
klien mampu mengontrol 1. Bina hubungan saling percaya
halusinasi dengan kriteria hasil: 2. Adakan kontak sering dan singkat
1. Klien dapat membina secara bertahap
hubungan saling percaya 3. Observasi tingkah laku klien
2. Klien dapat mengenal terkait halusinasinya
halusinasinya; jenis, isi, 4. Tanyakan keluhan yang dirasakan
waktu, dan frekuensi klien
halusinasi, respon terhadap 5. Jika klien tidak sedang
halusinasi, dan tindakan yg berhalusinasi klarifikasi tentang
sudah dilakukan adanya pengalaman halusinasi,
3. Klien dapat menyebutkan Menurut Keliat (2011) dalam
dan mempraktekan cara Pambayun (2015) diskusikan
mengntrol halusinasi yaitu dengan klien tentang
dengan menghardik, halusinasinya meliputi :
bercakap-cakap dengan SP I
orang lain, terlibat/ 1. Identifikasi jenis halusinasi klien
melakukan kegiatan, dan 2. Identifikasi isi halusinasi klien
minum obat 3. Identifikasi waktu halusinasi
4. Klien dapat dukungan klien
keluarga dalam mengontrol 4. Identifikasi frekuensi halusinasi
halusinasinya klien
5. Klien dapat minum obat 5. Identifikasi situasi yang
dengan bantuan minimal menimbulkan halusinasi
6. Mengungkapkan halusinasi 6. Identifikasi respons klien
sudah hilang atau terkontrol terhadap halusinasi
7. Ajarkan klien menghardik
halusinasi
8. Anjurkan klien memasukkan cara
menghardik halusinasi dalam
jadwal kegiatan harian
SP II
1. Evaluasi jadwal kegiatan harian
klien (evaluasi kemampuan
menghardik)
2. Anjurkan klien untuk meminum
obat
3. Beri penjelasan bagaimana kerja
obat dapat mengatasi halusinasi
4. Jelaskan bagairnana cara
mengkonsumsi obat secara tepat
sehingga tujuan pengobatan
tercapai secara optimal
SP III
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian klien (evaluasi
kemampuan menghardiks dan
minum obat)
2. Latih klien mengendalikan
halusinasi dengan cara bercakap-
cakap dengan orang lain
3. Anjurkan klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
SP IV
1. Evaluasi jadwal kegiatan harian
klien (evaluasi kemampuan
menghardik, minum obat dan
bercakap)
2. Latih klien mengendalikan
halusinasi dengan melakukan
kegiatan (kegiatan yang biasa
dilakukan klien di rumah)
3. Anjurkan klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
4. Berikan pujian ketika klien
mampu melakukan.
Keluarga
1. Diskusikan masalah yang
dirasakn keluarga dalam merawat
klien
2. Jelaskan pengertian tanda dan
gejala, dan jenis halusinasi yang
dialami klien serta proses
terjadinya
3. Jelaskan dan latih cara-cara
merawat klien halusinasi
4. Latih keluarga melakukan cara
merawat klien halusinasi secara
langsung
5. Discharge planning : jadwal
aktivitas dan minum obat
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Klien : Ny.R Dx : Halusinasi Pendengaran


Hari : Sabtu
Tanggal : 19 Desember 2020
IMPLEMENTASI EVALUASI
DS: S:
- Ny.R mengatakan kabarnya baik dan sehat - Ny.R mengatakan dirinya merasa senang perawat
- Keluarga Ny.R mengatakan Ny.R masih mendengar suara-suara datang untuk melihat keadaannya
- Ny.R mengatakan dirinya merasa senang perawat datang - Ny.R mengatakan paham cara menghardik atau
- Keluarga Ny.R mengatakan bahwa Ny.R sudah ada beberapa bulan tidak mengatasi halusinasi
minum obat karena sudah merasa sehat dan tidak sakit - Keluarga mengatakan sudah mulai memahami tentang
- Ny.R mengatakan dirinya takut kondisi yang dihadapi klien
- Keluarga mengatakan tidak tahu cara memahami kondisi klien meskipun O:
tinggal bersama dan cara merawat klien dengan baik - Ny.R tampak senang perawat datang dan dapat berbagi
DO: pengetahuan dan share tentang pengalaman
- Keadaan fisik Ny.R tampak sehat dan baik meskipun saat diberikan pertanyaan - Ny.R tampak mengerti cara menghardik atau
klien sedikit lambat menjawab dan mata terkadang tampak kurang fokus mengatasi halusinasi jika sewaktu-waktu bisa datang
meskipun demikian saat di ajak berbicara klien koperatif kembali
- Ny.R tampak tidak berhalusinasi - Keluarga tampak mulai memahami kondisi yang
- Ny.R tampak senang perawat datang untuk melihat perkembangannya dan dialami klien meski halusinasi klien sudah tidak
mengingatkan kembali cara mengatasi halusinasi muncul, tapi harus tetap waspada
- Ny.R tampak tidak mau minum obat - Memeriksa vital sign Ny.R
- Keluarga tampak tidak tahu cara memahami kondisi klien meskipun tinggal TD : 120/80 mmHg
bersama dan cara merawat klien dengan baik HR : 93 x/i
TINDAKAN KEPERAWATAN RR : 21 x/i
SP I KLIEN T : 36,2oC
1) Membina hubungan saling percaya pada Ny.R A:
2) Menanyakan keluhan yang dirasakan Ny.R pada saat ini - Halusinasi pendengaran
3) Mengidentifikasi jenis halusinasi Ny.R dengan bertanya pada ayah (Bapak A) dan - Tindakan SP I Klien berhasil dan dihentikan
adik klien (Ny. Y) - Lanjutkan SP II Klien
4) mengajarkan klien menghardik halusinasi dan atau mangatur teknik nafas dalam P:
5) Melakukan vital sign SP II Klien
SP KELUARGA - Evaluasi jadwal kegiatan harian klien (evaluasi
1) Membina hubungan saling percaya pada keluarga kemampuan menghardik dan atau mangatur teknik
2) Berdiskusi masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien nafas dalam)
3) Menjelaskan definisi halusinasi tanda dan gejala (Tersenyum atau tertawa yang - Anjurkan klien untuk meminum obat
tidak sesuai, Bicara sendiri, Kesukaran berhubungan dengan orang lain, - Jelaskan bagairnana cara mengkonsumsi obat secara
Kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realitas rentang perhatian tepat sehingga tujuan pengobatan tercapai secara
yang menyempit hanya beberapa detik atau menit, Tidak mampu merawat diri) optimal
dan jenis halusinasi yang dialami klien serta proses terjadinya SP KELUARGA
4) Menjelaskan dan latih cara-cara merawat klien halusinasi seperti mengingatkan - Latih keluarga melakukan cara merawat klien
klien jangan sering sendiri, membantu bersih-bersih rumah, ikut kegiatan sosial halusinasi secara langsung
jika ada, menyuruh sholat - Discharge planning : jadwal aktivitas dan minum obat
5) Melakukan vital sign
STRATEGI PELAKSANAAN
HALUSINASI PENDENGARAN

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
DS:
- Keluarga mengatakan Ny.R sekitar 40 tahun yang silam pernah mengatakan
bahwa dirinya mendengar suara bisikan gemuruh tidak jelas dan berbicara
seperti mengangkat telfon
- Keluarga mengatakan Ny.R pernah gagal menikah sekitar 6 tahun yang lalu
dari situ psikologinya terganggu, tapi beberapa tahun ini sudah mulai membaik
- Ayah Ny.R yaitu Bapak M mengatakan bahwa Ny.R sekarang kondisinya
beberapa tahun kebelakangan sudah mulai membaik jarang emosi, tidak pernah
laki berbicara sendiri dan mendengar suara-suara bisikan dan sudah sering ikut
kegiatan sosial
- Ny.R mengatakan sudah tidak ada hambatan lagi untuk berhubungan dengan
orang lain, berbicara seperlunya saja
- Ny.R mengatakan sudah tidak pernah lagi mendengar suara-suara bisikan yang
tidak jelas tidak seperti dulu sampai buat bingung
DO
- Ny.R dan keluarga tampak menyapa akan kedatangan kami pertama kali meski
memasang muka datar, dan bingung
- Saat berdiskusi dengan keluarga tampak sedikit tertutup tapi ada beberapa hal
dapat tergali dengan pernyataan yang kami lakukan
- Ny.R tampak pulang membawa umpan untuk hewan ternaknya sambil
mengendarai motor
- Ny.R tampak berbelanja rokok dan mie instan untuk makan siang bersama
keluarganya
- Rambut Ny.R tampak panjang
- Pakaian Ny.R tampak kotor karena menggunakan baju kerja, tapi ketika kami
datang sudah mengganti pakaiannya dengan rapih
- Saat diajak berbicara mata Ny.R tampak kurang focus dan sedikit lambat untuk
menjawab (seperti berfikir) akan tetapi selama berbicara/berduksi Ny.R sangat
koperatif
- Melakukan vital sign
TD : 120/80 mmHg
HR : 79 x/i
HR : 19 x/i
T : 36,2oC

2. Diagnosa keperawatan
Halusinasi Halusinasi Pendengaran

3. Tujuan khusus
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
2) Klien dapat mengenal halusinasinya; jenis, isi, waktu, dan frekuensi halusinasi,
respon terhadap halusinasi, dan tindakan yg sudah dilakukan
3) Klien dapat menyebutkan dan mempraktekan cara mengntrol halusinasi yaitu
dengan menghardik, bercakap-cakap dengan orang lain, terlibat/ melakukan
kegiatan, dan minum obat
4) Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya
5) Klien dapat minum obat dengan bantuan minimal
6) Mengungkapkan halusinasi sudah hilang atau

4. Tindakan Keperawatan
TINDAKAN PSIKOTERAPEUTIK
Klien
1) Bina hubungan saling percaya
2) Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
3) Observasi tingkah laku klien terkait halusinasinya
4) Tanyakan keluhan yang dirasakan klien
5) Jika klien tidak sedang berhalusinasi klarifikasi tentang adanya pengalaman
halusinasi, Menurut Keliat (2011) dalam Pambayun (2015) diskusikan
dengan klien tentang halusinasinya meliputi :

SP I
1) Identifikasi jenis halusinasi klien
2) Identifikasi isi halusinasi klien
3) Identifikasi waktu halusinasi klien
4) Identifikasi frekuensi halusinasi klien
5) Identifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
6) Identifikasi respons klien terhadap halusinasi
7) Ajarkan klien menghardik halusinasi
8) Anjurkan klien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam
jadwal kegiatan harian
SP II
1) Evaluasi jadwal kegiatan harian klien (evaluasi kemampuan
menghardik)
2) Anjurkan klien untuk meminum obat
3) Beri penjelasan bagaimana kerja obat dapat mengatasi halusinasi
4) Jelaskan bagairnana cara mengkonsumsi obat secara tepat sehingga
tujuan pengobatan tercapai secara optimal
SP III
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien (evaluasi kemampuan
menghardiks dan minum obat)
2) Latih klien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain
3) Anjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP IV
1) Evaluasi jadwal kegiatan harian klien (evaluasi kemampuan
menghardik, minum obat dan bercakap)
2) Latih klien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan
(kegiatan yang biasa dilakukan klien di rumah)
3) Anjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
4) Berikan pujian ketika klien mampu melakukan.
Keluarga
1) Diskusikan masalah yang dirasakn keluarga dalam merawat klien
2) Jelaskan pengertian tanda dan gejala, dan jenis halusinasi yang
dialami klien serta proses terjadinya
3) Jelaskan dan latih cara-cara merawat klien halusinasi
4) Latih keluarga melakukan cara merawat klien halusinasi secara
langsung
5) Discharge planning : jadwal aktivitas dan minum obat
B. Strategi Komunikasi
Hari/Tanggal : Sabtu, 19 Desember 2020
Jam : 10.21
Pertemuan :1

KLIEN
SP 1 : Membina hubungan saling percaya, menanyakan keluhan yang dirasakan,
mengidentifikasi jenis halusinasi, mengajarkan klien menghardik halusinasi dan atau
mangatur teknik nafas dalam
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
Perawat : Assalamualaikum selamat pagi pak ibu dan abang, perkenalkan nama
saya Jasmaniar dan ini rekan saya Mayang Sari, bapak boleh panggil
saya Jas dan taman saya saya Mayang, kami perawat yang akan
berbicara dan berbagi pengalaman kesehatan dengan bapak. Nama
bapak siapa ya kalau saya boleh tahu?.
Klien : Nama Marhaban
Perawat : Bapak boleh tidak saya ngobrol dengan abang hari ini sesuai dengan
janji kita sebelumnya?
Klien : iya Boleh
b. Evaluasi
Perawat : Bagaimana kabar abang hari ini?
Klien : Baik saya sekarang sudah lebih baik
Perawat : Kalau kabar abang baik berarti syukur bang masih di beri kesehatan.
c. Kontrak
1) Topik
Perawat : bang mohon maaf boleh tidak kalau kita bicara mengenai kondisi
abang sebelumnya?
Klien : boleh
2) Waktu
Perawat : ibu R kemarinkan kita sudah janji ya kalau hari ini mau ngobrol,
jadi saya tanya lagi kalau kita ngobrolnya 10-15 menit boleh tidak ya
Klien : iya boleh mau didepan sini atau sambil melihat hewan ternak saya
Perawat : boleh juga bang kalau sambil melihan hewan ternak
3) Tempat
Perawat : ternyata abang menernak sapi ya, ada berapa bang
Klien : sekarang ada 3 ekor kalau kemarin ada 5 ekor cuma udah dijual
Perawat : o sudah ada yang dijual juga, ngomong-ngomong sapi sendiri atau
bagi hasil ini bang
Klien : ini punya kita sendiri karena setelah saya sakit tempo hari ya ini
cuma tinggal kerjaan saya

2. Fase kerja
Perawat : o iya bang kalau dirumah tinggal sama siapa aja ya?
Klien : saya tinggal sama ayah, ibu, dan adik saya, terus adik saya ada yang kerja di
medan, dan abg saya ada yang di jakarta.
Perawat : bang maaf ya ini saya tanya abang ingat tidak kenapa abang dulu sekitar 6
bulan lalu harus menebus obat dan kontrol ke poli jiwa?
Klien : yang saya tahu saya dulu sering mendengar suara bisikan-bisikan tapi tidak
jelas saya bingung jadi saya takut, pernah juga marah kadang malas
bicaramakanya saya di anatar keluarga untuk kontrol.
Perawat : abang masih ingat tidak kejadian dulu yang tidak menyenangkan atau buat
abang marah
Klien : emmm saya sulit untuk bicara nanti boleh lah tanya sama ayah atau adik saya
Perawat : iya bang tidak apa-apa kalau abang tidak ingin membahasnya, kita akan
membahas mengenai masalah abang yang dulu pernah mendengar suara
bisikan yang tidak jelas, saya pernah merasakan hal itu tapi tidak saya dalami
karena saya anggap itu hanya halusinasi saya, jadi saya melihat sekitar jika
tidak ada orang berarti benar itu halusinasi saya, jadi abang kan sudah lama ni
tidak berhalusinasi seperti itu lagi, jadi saya ada cara nih bang supaya tidak
berhalusinasi abang mau saya kasih caranya
Klien : iya boleh dek kalau tidak keberatan
Perawat : jadi gini bang, kalau disaat kita tidak fokus atau pikiran kacau, abang ini
punya hewan ternak manfaatkan aja bang sering lihat hewan ternak terus cari
rumput atau berbicara dengan tetangga di sini
Klien : iya selama ini saya sudah sering bicara sama tetangga sini dan ikut kegiatan
bergotong royong beberapa bulan lalu, terus beberapa hari lalukan ada acara
maulid Nabi saya juga ikut membantu pemuda-pemudi sini untuk membuat
acaranya
Perawat : nah itu aibu R bisa mengendalikannya, jadi saya juga ada cara lain nih
ketika nanti jika memang suara itu datang lagi, abang lihat kondisi sekitar jika
memang tidak ada orang abang tutup kuping dan meyakinkan diri bahwa itu
halusinasi dan suara yang tidak nyata itu namanya menghardik bang jangan
lupa juga baca doa dan tarik nafas dalam dan sebaiknya istirahat
Klien : emmm gitu ya, kalau dulu saya malah bingung, Cuma ada beberapa bulan ya
udah lama sih kadang ada muncul gitu saya pergi aja kerja carik umpan.
Perawat : ya bang kalau gitu juga boleh bang, malah itu fokus dari pada kita
terpengaruh dengan suara yang tidak jelas itu atau malah kalau perlu kalau
waktu sholat udh tiba abang sholat minta pertolongan sama Tuhan supaya
tidak mendengar suara-suara yang mengganggu seperti itu.
Klien : iya iya, terimakasih ya udah ngingatin saya sama berbagi cerita
Perawat : iya bang sama-sama, saya juga malah senang abang mau cerita dengan
saya dan teman saya. Jadi kita bisa saling cerita dan berbagi pengalaman,
saya berharap kedepannya abang makin sehat terus
Klien : amin

3. Fase terminasi
a. Evaluasi
Perawat : o iya bagaimana perasaan ibu setelah berbincang-bincang dan berlatih
cara mengalihkan halusinasi dengan cara menghardik ?
Klien : kalau ditanya perasaan senang lah bisa berbagi cerita dan pengalaman
jadi saya bisa belajar lagi
b. Kontrak
Perawat : buk senin kita boleh bicara lagi?
Klien : senin besok ini kan?
Perawat : iya buk kalau bisa kita bertemu jam 11 boleh buk, dan dimana apa di
sini lagi atau didepan juga boleh
Klien : boleh-boleh besok bawak tensi lagikan?
Perawat : iya buk saya bawak lagi, jadi nanti kita tensi lagi ya buk, kalau gitu
saya pamit ya buk assalamualaikum
Klien : iya siap-siap, wa’alaikum salam.

Anda mungkin juga menyukai