Anda di halaman 1dari 6

DISUSUN OLEH :

SUCY DEANTY (1713201036)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN IBU JAMBI
TAHUN 2020
1. Pengertian Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (SBTM)

Pendekatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat adalah pendekatan untuk mengubah


perilaku higienis dan saniter melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan.
(18) Pendekatan partisipatif ini mengajak masyarakat untuk mengalisa kondisi sanitasi
melalui proses pemicuan yang menyerang/menimbulkan rasa ngeri dan malu kepada
masyarakat tentang pencemaran lingkungan akibat BABS.
Sedangkan dasar pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat adalah Keputusan
Menteri Kesehatan nomor 852/MENKES/SK/IX/2008 Tentang Strategi Nasional Sanitasi
Program STBM memiliki indikator outcome dan output. Indikatoroutcome STBM yaitu
menurunnya kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis lingkungan lainnya yang
berkaitan dengan sanitasi dan perilaku. Sedangkan indikatoroutput STBM adalah sebagai
berikut :

a. Setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar sehingga
dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari buang air di sembarang tempat (ODF).
b. Setiap rumahtangga telah menerapkan pengelolaan air minum dan makanan yang aman di
rumah tangga.
c. Setiap rumah tangga dan sarana pelayanan umum dalam suatu komunitas (seperti
sekolah, kantor, rumah makan, puskesmas, pasar, terminal) tersedia fasilitas cuci tangan
(air, sabun, sarana cuci tangan), sehingga semua orang mencuci tangan dengan benar.
d. Setiap rumah tangga mengelola limbahnya dengan benar.
e. Setiap rumah tangga mengelola sampahnya dengan benar.
2.Strategi STBM (saitasi total berbasis masyarakat)

Dalam PERMENKES Nomor 3 Tahun 2014, strategi penyelenggaraan Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) meliputi 3 (tiga) komponen yang saling mendukung satu dengan yang lain
yaitu:

1. Penciptaan lingkungan yang kondusif (enabling environment);

Komponen ini mencakup advokasi kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pemangku
kepentingan dalam mengembangkan komitmen bersama untuk melembagakan program
pembangunan sanitasi perdesaan, yang diharapkan akan menghasilkan:

a.komitmen Pemerintah Daerah untuk menyediakan sumber daya untuk melaksanakan


program STBM yang dinyatakan dalam surat kepeminatan.

b.kebijakan daerah dan peraturan daerah mengenai program sanitasi seperti Keputusan
Bupati, peraturan daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD),
Rencana Strategis (Renstra), dan lain-lain.

c.terbentuknya lembaga koordinasi yang mengarusutamakan sektor sanitasi, yang


menghasilkan peningkatan anggaran sanitasi daerah serta koordinasi sumber daya dari
Pemerintah maupun non Pemerintah.

d. adanya tenaga fasilitator, pelatih STBM, dan program peningkatan kapasitas.

e.adanya sistem pemantauan hasil kinerja program serta proses pengelolaan


pembelajaran.

2. Peningkatan kebutuhan sanitasi (demand creation);

Komponen Peningkatan kebutuhan sanitasi merupakan upaya sistematis untuk mendapatkan


perubahan perilaku yang higienis dan saniter, berupa:

a. pemicuan perubahan perilaku;


b. promosi dan kampanye perubahan perilaku higiene dan sanitasi;

c. penyampaian pesan melalui media massa dan media komunikasi lainnya;

d. mengembangkan komitmen masyarakat dalam perubahan perilaku;

e. memfasilitasi terbentuknya tim kerja masyarakat; dan

f. mengembangkan mekanisme penghargaan terhadap masyarakat/institusi.

3. Peningkatan penyediaan akses sanitasi (supply improvement);

Peningkatan penyediaan sanitasi secara khusus diprioritaskan untuk meningkatkan dan


mengembangkan percepatan penyediaan akses dan layanan sanitasi yang layak dalam rangka
membuka dan mengembangkan pasar sanitasi perdesaan, yaitu :

a. mengembangkan opsi teknologi sarana sanitasi yang sesuai kebutuhan dan terjangkau;

b. menciptakan dan memperkuat jejaring pasar sanitasi perdesaan; dan

c. mengembangkan mekanisme peningkatan kapasitas pelaku pasar sanitasi.

Pelaksanaan STBM dilakukan melalui tahapan kegiatan yang melibatkan seluruh


pemangku kepentingan. Keseluruhan tahapan persiapan pelaksanaan STBM di semua
tingkat harus memperhatikan koordinasi lintas sektor dan lintas pemangku kepentingan,
termasuk lintas program pembangunan air minum dan sanitasi, sehingga keterpaduan
dalam persiapan dan pelaksanaan STBM dapat tercapai.

4.        Metode  Sanitasi Total Berbasis Masyarakat


a.       Alat utama PRA dalam Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Pemetaan, yang bertujuan untuk
mengetahui / melihat peta wilayah BAB masyarakat serta sebagai alat monitoring (pasca
triggering, setelah ada mobilisasi masyarakat).
b.      Transect Walk, bertujuan untuk melihat dan mengetahui tempat yang paling sering dijadikan
tempat BAB. Dengan mengajak masyarakat berjalan ke sana dan berdiskusi di tempat tersebut,
diharapkan masyarakat akan merasa jijik dan bagi orang yang biasa BAB di tempat tersebut
diharapkan akan terpicu rasa malunya.
c.       Alur Kontaminasi (Oral Fecal); mengajak masyarakat untuk melihat bagaimana kotoran
manusia dapat dimakan oleh manusia yang lainnya.
d.      Simulasi air yang telah terkontaminasi; mengajak masyarakat untuk melihat bagaimana
kotoran manusia dapat dimakan oleh manusia yang lainnya
e.       Diskusi Kelompok (FGD); bersama-sama dengan masyarakat melihat kondisi yang ada dan
menganalisanya sehingga diharapkan dengan sendirinya masyarakat dapat merumuskan apa yang
sebaiknya dilakukan atau tidak dilakukan. Pembahasannya meliputi:

Ada beberapa hal yang menjadi pendorong mengapa STBM di jadikan sebagai pendekatan utama
dalam program Pamsimas khususnya pembangunan jamban.

a. Prinsip yang digunakan dalam metode STBM adalah target bukan pada membangun sarana,
tetapi menghilangkan “open defecation”, adanya variasi teknologi yang luas dan sedapat
mungkin menggunakan material lokal sehingga sesuai jangkauan kemampuan seluruh lapisan
masyarakat, dan prinsip tanpa subsidi untuk meyakinkan bahwa masalah sanitasi adalah masalah
masyarakat, bukan masalah pihak luar.

b. Aspek-aspek utama yang ditonjolkan dalam metode STBM adalah pemberdayaan dengan cara
menimbulkan spirit dan semangat kemandirian, keterlibatan berbagai pihak dalam berbagai
bentuk promosi seperti masyarakat, laki-laki, perempuan, orangtua, anak, kaya miskin, tokoh
masyarakat, tokoh agama, guru, pemerintah daerah, dan NGO, aspek replikasi sebagai akibat
kebanggaan masyarakat

c. Pendorong yang ketiga adalah adanya faktor-faktor penyebab keberhasilan pendekatan STBM
yaitu pendekatan dan metode yang tepat dalam upaya mengubah perilaku dengan menggunakan
hal-hal yang dapat dipahami masyarakat secara langsung, peran berbagai stakeholder dalam
mendukung replikasi/penyebaran, dan fleksibilitas program yang memungkinkan masyarakat
berkembang secara ‘alamiah’ tanpa beban normatif seperti biaya cicilan (untuk revolving),
standar jamban dan lain-lain.

Selain adanya tiga faktor pendorong, ada beberapa pembelajaran dari beberapa negara yang
kemudian ikut menjadi pertimbangan sehingga metode STBM di adopsi di Indonesia.

Beberapa pembelajaran tersebut diantaranya adalah tidak ada subsidi dan masalah sanitasi
merupakan tanggung jawab masyarakat, analisa secara partisipatif yang bebas dan jujur,
pendekatan partisipatif merupakan pemicu perubahan di masyarakat dan sebagai trigering
movement, relax dan perlu kesabaran dalam melakukan proses, kebutuhan masyarakat harus
dikedepankan, pelibatan pemerintahan daerah untuk kesinambungan, pegerakan dari pendekatan
subsidi menjadi swadaya masyarakat.

Belajar dari pengalaman proyek sejenis dimana pembangunan fisik adalah kegiatan yang
menjadi fokus perhatian, maka pada proyek PAMSIMAS komponen kesehatan akan lebih di
”munculkan” pada berbagai kesempatan. Hal ini sesuai dengan tujuan proyek sendiri yaitu
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat berpenghasilan rendah. Maksudnya adalah semua
komponen akan ”berjalan bersama-sama” sehingga tujuan proyek dapat tercapai.

REFRENSI

Kemenkes RI. (2015). Pedoman Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Jakarta

Kemenkes RI. (2014). Permenkes RI nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.
Menteri Kesehatan RI, Jakarta.

Direkotrat Jenderal Penyehatan Lingkungan Dan Penyehatan Lingkungan. 2010. Pedoman


Pelaksanaan Teknis STBM. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. 51 hal.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 3/permenkes/tahun 2014 tentang


sanitasi total berbasisis masyarakat

Anda mungkin juga menyukai