a. Setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar sehingga
dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari buang air di sembarang tempat (ODF).
b. Setiap rumahtangga telah menerapkan pengelolaan air minum dan makanan yang aman di
rumah tangga.
c. Setiap rumah tangga dan sarana pelayanan umum dalam suatu komunitas (seperti
sekolah, kantor, rumah makan, puskesmas, pasar, terminal) tersedia fasilitas cuci tangan
(air, sabun, sarana cuci tangan), sehingga semua orang mencuci tangan dengan benar.
d. Setiap rumah tangga mengelola limbahnya dengan benar.
e. Setiap rumah tangga mengelola sampahnya dengan benar.
2.Strategi STBM (saitasi total berbasis masyarakat)
Dalam PERMENKES Nomor 3 Tahun 2014, strategi penyelenggaraan Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) meliputi 3 (tiga) komponen yang saling mendukung satu dengan yang lain
yaitu:
Komponen ini mencakup advokasi kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pemangku
kepentingan dalam mengembangkan komitmen bersama untuk melembagakan program
pembangunan sanitasi perdesaan, yang diharapkan akan menghasilkan:
b.kebijakan daerah dan peraturan daerah mengenai program sanitasi seperti Keputusan
Bupati, peraturan daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD),
Rencana Strategis (Renstra), dan lain-lain.
a. mengembangkan opsi teknologi sarana sanitasi yang sesuai kebutuhan dan terjangkau;
Ada beberapa hal yang menjadi pendorong mengapa STBM di jadikan sebagai pendekatan utama
dalam program Pamsimas khususnya pembangunan jamban.
a. Prinsip yang digunakan dalam metode STBM adalah target bukan pada membangun sarana,
tetapi menghilangkan “open defecation”, adanya variasi teknologi yang luas dan sedapat
mungkin menggunakan material lokal sehingga sesuai jangkauan kemampuan seluruh lapisan
masyarakat, dan prinsip tanpa subsidi untuk meyakinkan bahwa masalah sanitasi adalah masalah
masyarakat, bukan masalah pihak luar.
b. Aspek-aspek utama yang ditonjolkan dalam metode STBM adalah pemberdayaan dengan cara
menimbulkan spirit dan semangat kemandirian, keterlibatan berbagai pihak dalam berbagai
bentuk promosi seperti masyarakat, laki-laki, perempuan, orangtua, anak, kaya miskin, tokoh
masyarakat, tokoh agama, guru, pemerintah daerah, dan NGO, aspek replikasi sebagai akibat
kebanggaan masyarakat
c. Pendorong yang ketiga adalah adanya faktor-faktor penyebab keberhasilan pendekatan STBM
yaitu pendekatan dan metode yang tepat dalam upaya mengubah perilaku dengan menggunakan
hal-hal yang dapat dipahami masyarakat secara langsung, peran berbagai stakeholder dalam
mendukung replikasi/penyebaran, dan fleksibilitas program yang memungkinkan masyarakat
berkembang secara ‘alamiah’ tanpa beban normatif seperti biaya cicilan (untuk revolving),
standar jamban dan lain-lain.
Selain adanya tiga faktor pendorong, ada beberapa pembelajaran dari beberapa negara yang
kemudian ikut menjadi pertimbangan sehingga metode STBM di adopsi di Indonesia.
Beberapa pembelajaran tersebut diantaranya adalah tidak ada subsidi dan masalah sanitasi
merupakan tanggung jawab masyarakat, analisa secara partisipatif yang bebas dan jujur,
pendekatan partisipatif merupakan pemicu perubahan di masyarakat dan sebagai trigering
movement, relax dan perlu kesabaran dalam melakukan proses, kebutuhan masyarakat harus
dikedepankan, pelibatan pemerintahan daerah untuk kesinambungan, pegerakan dari pendekatan
subsidi menjadi swadaya masyarakat.
Belajar dari pengalaman proyek sejenis dimana pembangunan fisik adalah kegiatan yang
menjadi fokus perhatian, maka pada proyek PAMSIMAS komponen kesehatan akan lebih di
”munculkan” pada berbagai kesempatan. Hal ini sesuai dengan tujuan proyek sendiri yaitu
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat berpenghasilan rendah. Maksudnya adalah semua
komponen akan ”berjalan bersama-sama” sehingga tujuan proyek dapat tercapai.
REFRENSI
Kemenkes RI. (2015). Pedoman Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Jakarta
Kemenkes RI. (2014). Permenkes RI nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.
Menteri Kesehatan RI, Jakarta.