Abstrak
Hukum administrasi negara adalah hukum yang didominasi tentang aturan penyelenggara negara
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Untuk melaksanakan tugas dan tanggung
pemerintah perlu mengetahui bagaimana cara mendapatkan sumber kewenangannya, yang paling
utama tentu saja mendapatkannya dari regulasi yang sudah ada atau atauran hukum seperti
peraturan perundang-undangan biasanya diartikan dengan Hak untuk menjalankan suatu urusan
pemerintahan, Hak untuk dapat secara nyata mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh
instansi pemerintah lainnya, Sedangkan Cara Memperoleh Kewenangan Pemerintah dapat
digunakan dari kewenangan atribusi, delegasi dan mandat, selain meberikan penjelasan tentang
sumber kewenangan pemerintah, tulisan ini akan memberikan pandangan tentang, Adapun
Batasan – Batasan Kewenangan Pemerintah terkait dengan Tentang waktu /kapan/bilamana.Alat
administrasi negara membuat keputusan melampaui batas waktu wewenang yang dilakukan,
melalui metode studi pustaka tulisan ini menggambarkan bagaimana kewenangan pemrintah
dalam melaksanakan tugasnya pada kasus kesehatan di indonesia
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN HUKUM ADMINSTRASI NEGARA DAN KEWENANGAN
PEMERINTAH
1) Pengertian HAN, Istilah hukum admisitrasi Negara berasal dari bahasa Belanda,
yakni administratif recht atau bestuurecht1 yang berarti lingkungan kekuasaan
atau administrative diluar dari legislative atau yudisial. Di pracis disebut droit
administrative, di Inggris disebut administrative law, di Jerman disebut
verwaltung recht. Istilah hukum administrasi Negara adalah terjemahan dari
administratief recht (bahasa Belanda). Namun istilah administratief recht juga
1
Philipus M. Hajon, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gadjah Mada university Press : Yogyakarta, 2002,
Hlm: 2-3.
diterjemahkan menjadi istilah lain, yaitu hukum tata usaha Negara dan hukum
pemerintahan2.
Hukum administrasi negara adalah bagian dari hukum publik dan diturunkan
dari hukum tata negara. Ia mengatur tindakan, kegiatan, dan keputusan yang
dilakukan dan diambil oleh lembaga-lembaga pemerintah dalam menjalankan
roda negara sehari-hari. Hukum administrasi negara berkembang sejak awal abad
ke-20 seiring dengan beralihnya peran negara dari "penjaga malam" menjadi
negara kesejahteraan yang diatur oleh banyak lembaga dengan kewenangan
masing-masing.
2) KEWENANGAN PEMERINTAH
A. Asas legalitas
Dalam hukum administrasi Negara, asas legalitas memiliki makna “dat het bestuur
de wet is onderworpen”3 (bahwa pemerintah tunduk kepada undang-undang) atau
het legaliteits beginsel houdt in dat alle (algemene) de burgers bindende bepalingen
op de wet moeten berusten”4 (asas legalitas menentukan bahwa semua ketentuan
yang mengikat warga Negara harus didasarkan pada undang-undang). Asas legalitas
ini merupakan prinsip Negara hukum yang sering dirumuskan dengan ungkapan “het
beginsel van wetmatigheid van bestuur” yakni prinsip keabsahan pemerintahan.
B. Wewenang Pemerintahan
Setiap penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintahan harus memiliki legitimasi,
yaitu kewenangan yang diberikan oleh undang-undang. Dengan demikian, substansi
asas legalitas adalah wewenang, yakni “het vermogen tot het verrichten van
bepaalde rechtsandelingen”5 yaitu kemampuan untuk melakukan tindakan hukum
tertentu. Menurut Bagir Manan, wewenang dalam bahasa hukum tidak sama dengan
kekuasaan (macht), kekuasaan hanya menggambarkan hak untuk berbuat atau tidak
berbuat. Dalam hukum, wewenang sekaligus berarti hak dan kewajiban ( rechten en
plichten) . dalam kaitan dengan otoda, hak mengandung pengertian kekuasaan untuk
2
J.B Daliyo, Pengantar Hukum Indonesia, PT Prenhallindo : Jakarta, 2001, Hlm 71-75
3
H.D Stout, De Betenkenissen van de wet, W.E.J. Tjeenk Willink,Zwolle,1994 hlm.28
4
ibid., hlm. 23
5
P. Nicolai,et. al., op.cit., hlm.102
mengatur sendiri (zelfregelen) dan mengelola sendiri (zelfbesturen), sedangkan
kewajiban secara horizontal berarti kekuasaan untuk menyelenggarakan
pemerintahan sebagaimana mestinya. Vertical berarti kekuasaan untuk menjalankan
pemerintahan dalam satu tertib ikatan pemerintahan Negara secara keseluruhan 6
1. Atribusi
Wewenang yang diperoleh secara atribusi itu bersifat asli yang berasal dari
peraturan perunadang-undangan. Organ pemerintahan memeperoleh kewenangan secara
langsung dari redaksi pasal tertentu dalam suatu peraturan perundang-undangan.
Penerima wewenang dapat menciptakan wewenang baru atau memperluas wewenang
yang sudah ada, dengan tanggung jawa intern dan ekstern pelaksanaan wewenang yang
diatribusikan sepenuhnya berada pada penerima wewenang.
6
Bagir Manan, wewenang provinsi, kabupaten, dan kota dalam rangka otonomi daerah, makalah pada seminar
nasional, Fakultas Hukum Unpad, Bandung, 13 Mei 2000, hlm. 1-2
7
H.D van Wijk/Willem Konijnenbelt, op.cit., hlm. 129 bandingkan dengan B. de Goede, op.ci.,t hlm. 56, lihat juga
P.J.P. Tak, op.cit., hlm 99-103
2. Delegasi
a. Delegasi harus definitif dan pemberi delegasi tidak dapat lagi menggunakan
sendiri wewenang yang telah dilimpahkan itu
b. Delegasi harus berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, artinya
delegasi hanya dimungkinkan kalua ada ketentuan untuk itu dalam peraturan
perundang-undangan
c. Delegasi tidak kepada bawahan, artinya dalam hubungan hierarki
kepegawaian tidak diperkenankan adanya delegasi
d. Kewajiban memberikan penjelasan, artinya delegans berhak untuk meminta
penjelasan tentang pelaksanaan wewenang tersebut.
e. Peraturan kebijakan, artinya delegans memberikan petunjuk tentang
penggunaan wewenang tersebut. 8
3. Mandat
7) STUDI KASUS
Dalam upaya pemerintah menjalankan tugas dan kewenangannya, salah satu tindakkan upayanya
adalah dengan adanya, Komunikasi risiko dan pemberdayaan masyarakat (KRPM) yang mana
merupakan komponen penting yang tidak terpisahkan dalam penanggulangan tanggap darurat
kesehatan masyarakat, baik secara lokal, nasional, maupun internasional. KRPM dapat
membantu mencegah infodemic (penyebaran informasi yang salah/hoaks), membangun
kepercayaan publik terhadap kesiapsiagaan dan respon pemerintah sehingga masyarakat dapat
menerima informasi dengan baik dan mengikuti anjuran pemerintah. Dengan demikian, hal-hal
tersebut dapat meminimalkan kesalahpahaman dan mengelola isu/hoaks terhadap kondisi
maupun risiko kesehatan yang sedang terjadi. KRPM menggunakan strategi yang melibatkan
masyarakat dalam kesiapsiagaan dan respon serta mengembangkan intervensi yang dapat
diterima dan efektif untuk menghentikan penyebaran wabah yang semakin meluas serta dapat
melindungi individu dan komunitas. Di sisi lain, upaya ini juga sangat penting untuk
pengawasan, pelaporan kasus, pelacakan kontak, perawatan orang sakit dan perawatan klinis,
serta pengumpulan dukungan masyarakat lokal untuk kebutuhan logistik dan operasional. KRPM
yang diadaptasi dari panduan dan pelatihan Risk Communication and Community Engagement,
WHO, bertujuan untuk:
9
Nida Zahra Hana, “Kebijakan Pemerintah Dalam Mengatur Transportasi Umum Berbasis Teknologi Di Era
Industrialisasi”, Prosiding Seminar Nasional Hukum Transendental 2019. Hlm. 83
a) Menyiapkan strategi komunikasi dengan informasi dan ketidakpastian yang belum
diketahui (pemantauan berita/isu di media massa dan media sosial, talking point/standby
statement pimpinan/juru bicara, siaran pers, temu media, media KIE untuk informasi dan
Frequently Asked Question/FAQ, dll).
b) Mengkaji kapasitas komunikasi nasional dan sub-nasional (individu dan sumberdaya).
c) Mengidentifikasi aktor utama dan membentuk kemitraan dengan komunitas dan swasta.
d) Merencanakan aktivasi dan implementasi rencana kegiatan KRPM.
e) Melatih anggota Tim Komunikasi Risiko (yang terdiri dari Humas/Kominfo dan Promosi
Kesehatan) sebagai bagian TGC dan staf potensial lainnya tentang rencana dan prosedur
KRPM.
Dalam upaya lain juga Kementerian Kesehatan RI ntuk mencegah penyebaran Novel
Coronavirus (nCoV) yang terjadi di Tiongkok, Kementerian Kesehatan RI melakukan tindakan
pencegahan dengan menyiapkan termoscanner di 135 titik keluar masuk ke Indonesia,
menyiapkan 100 rumah sakit rujukan di Indonesia untuk menangani penyakit infeksi emerging,
menyiapkan logistik, menyiapkan laboratorium, dan Balai Teknik Kesehatan Lingkungan.
Wisatawan dari Rumania dan Moldova tidak perlu khawatir karena pemerintah Indonesia telah
mengambil tindakan pencegahan untuk mencegah penyebaran Novel Coronavirus (nCoV) ke
Indonesia.
“Petugas Kantor Kesehatan di 135 pintu negara baik udara, laut, maupun darat akan mendeteksi
suhu tubuh dengan termoscanner. Jika suhu tubuhnya di atas 38 derajat celcius, maka posturnya
terlihat berwarna merah pada termoscanner," menurut Direktur Jenderal Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI dr. Anung Sugihantono, M.Kes pada konferensi pers yang
dilakukan pada Senin, 20 Januari 2020.
Bandara di seluruh Indonesia terutama yang mempunyai penerbangan langsung dari Cina,
meningkatkan kewaspadaan di antaranya dengan mengaktifkan thermal scanner,
memberikan health alert card, serta memberikan informasi dan edukasi kesehatan pada
penumpang.
3. Penderita Infeksi Saluran Pernapasan akut (ISPA) ringan atau berat, yang dalam 14 hari
sebelum timbulnya penyakit, telah terpajan dengan:
Memiliki riwayat kontak dengan hewan (jika hewan penular sudah teridentifikasi) di
negara terjangkit nCoV pada hewan atau pada manusia akibat penularan hewan
(zoonosis).
Pada 31 Desember 2019 sampai 5 Januari 2020, di Kota Wuhan, Cina, dilaporkan 59 kasus
dengan gangguan pernapasan (pneumonia) dan dirawat di rumah sakit. 7 orang dalam kondisi
kritis dan 2 orang meninggal pada tanggal 16 dan 17 Januari 2020.
Kemudian hal ini menjadi tindakkan yang dilakukan secara menyeluruh dalam mitra seperti
kementerian/lembaga, pemerintah daerah, organisasi kemasyarakatan, Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), organisasi profesi, petugas kesehatan, badan usaha/swasta, dll. Dalam hal ini
dapat berkoordinasi dan berkomunikasi dengan Kementerian Luar Negeri, Kementerian
Pertanian, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,
Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Perhubungan, biro perjalanan, jejaring
RS, dll, apabila wabah terjadi sehingga kemitraan ini harus diaktifkan sebagai tim respon KRPM
multisektor.
f) SIMPULAN
Seperti kita ketahui pada awal tahun 2020, infeksi 2019-nCoV menjadi masalah kesehatan
dunia. Kasus ini diawali dengan informasi dari Badan Kesehatan Dunia/World Health Organization
(WHO) pada tanggal 31 Desember 2019 yang menyebutkan adanya kasus kluster pneumonia dengan
etiologi yang tidak jelas di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Kasus ini terus berkembang hingga
akhirnya diketahui bahwa penyebab kluster pneumonia ini adalah novel coronavirus. Kasus ini terus
berkembang hingga adanya laporan kematian dan terjadi importasi di luar China.
Sebagai bagian dari upaya kesiapsiagaan dalam menghadapi hal tersebut maka penting bagi
Indonesia untuk menyusun pedoman kesiapsiagaan dalam menghadapi 2019nCoV. Pada jurnal ini
dijelaskan salahsatunya mengenai: Komunikasi Risiko dan Pemberdayaan Masyarakat
Jurnal ini ditujukan bagi petugas kesehatan sebagai acuan dalam melakukan kesiapsiagaan
menghadapi 2019-nCoV. Pedoman ini bersifat sementara karena disusun dengan mengadopsi pedoman
sementara WHO sehingga akan diperbarui sesuai dengan perkembangan penyakit dan situasi terkini.
DAFTAR PUSTAKA
Philipus M. Hajon, 2002. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gadjah Mada university
Press : Yogyakarta.
J.B Daliyo, 2001, Pengantar Hukum Indonesia, PT Prenhallindo : Jakarta.
Nida Zahra Hana, 2019. Kebijakan Pemerintah Dalam Mengatur Transportasi Umum Berbasis
Teknologi Di Era Industrialisasi, Prosiding Seminar Nasional Hukum Transendental.
https://kemlu.go.id/bucharest/id/news/4333/indonesia-antisipasi-wabah-pneumonia-novel-
coronavirus-ncov-kemenkes-ri-siagakan-termoscanner-di-135-titik-masuk-ke-indonesia