Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MAKALAH MUSCULOSCELETAL

“INFLAMASI MUSCULOSCELETAL”

DISUSUN OLEH :
1. Jimbris Kristianto (16310152)
2. Puti Andam Dewi (16310229)
3. Sri Megawati (16310290)
4. Andre Giovanni (16310331)

UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG


TAHUN AJARAN 2018/2019
Kata Pengantar

Pertama-tama, marilah kita panjatkan puja dan puji syaukur kehadirat Tuhan yang Maha
Esa karena berkat dan bimbinganNya-lah sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan tugas
makalah MUSCULOSCELETAL yang berjudul ‘INFLAMASI MUSCULOSCELETAL.

Ada banyak hambatan dan tantangan selama pembuatan makalah ini, namun karena
berkat dan tuntunan Tuhan serta kerja sama oleh kelompok kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas kami dengan baik.

Mohon maaf bila ada salah kata dari segi tulisan ataupun bahasa , karena kami hanya
manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan dosa. Namun semoga apa yang kami tulis ini
bisa bermaanfaat bagi para pembacanya.

Di susun oleh
Daftar Isi

 Kata pengantar .......................................................................

 Daftar isi .......................................................................

 Bab I Pendahuluan .......................................................................

 Bab II Pembahasan .......................................................................

 Bab III Penutup .......................................................................

 Daftar pustaka .......................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Inflamasi merupakan reaksi kompleks pada jaringan ikat yang memiliki
vaskularisasi akibat stimulus (rangsang) eksogen dan endogen. Dalam arti yang paling
sederhana, Inflamasi adalah suatu repons protektif yang ditujukan untuk menghilangkan
penyebab awal jejas sel serta membuang sel dan jaringan nekrotik yang diakibatkan oleh
kerusakan asal.
Inflamasi adalah respons protektif lokalisata yang ditimbulkan oleh cedera atau
kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi atau mengurung
(sekuester) baik agen yang meninmbulkan cedera maupun jaringan yang cedera tersebut.
Pada bentuk akutnya ditandani dengan tanda klasik : nyeri (dolor), panas (calor),
kemerahan (rubor), bengkak (tumor) dan hilangnya fungsi (fungio lesa). Secara
Histologis, menyangkut rangkaian kejadian yang rumit, termasuk dilatasi arteriol, kapiler
dan venula, disertai penignkatan permeabilitas dan aliran darah, eksudasi cairan,
termasuk protein plasma dan migrasi leukosit menuju fokus peradangan
Osteomyelitis akut adalah infeksi tulang panjang yang disebabkan oleh infeksi
lokal akut atau trauma tulang, biasanya disebabkan oleh escherichia coli, staphylococcus
aureus, atau streptococcus pyogenes.

2. Rumusan masalah
 Apa definisi dari inflamasi?
 Apa definisi dari osteomyelitis?
 Apa saja yang menyebabkan osteomyelitis?
 Bagaimana cara penyebaran osteomyelitis?
 Apa saja tanda dan gejala osteomyelitis?
 Apa saja klasifikasi dari osteomyelitis?

3. Tujuan penulisan
 Untuk mengetahui apa itu inflamasi?
 Untuk mengetahui apa itu osteomyelitis?
 Untuk mengetahui apa saja yang menyebabkan osteomyelitis?
 Untuk mengetahui bagaimanana cara penyebaran osteomyelitis?
 Untuk mengetahui apa saja tanda dan gejala osteomyelitis?
 Untuk mengetahui apa saja klasifikasi dari osteomyelitis?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Inflamasi
Inflamasi adalah respons protektif lokalisata yang ditimbulkan oleh cedera atau
kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi atau mengurung
(sekuester) baik agen yang meninmbulkan cedera maupun jaringan yang cedera tersebut.
Pada bentuk akutnya ditandani dengan tanda klasik : nyeri (dolor), panas (calor),
kemerahan (rubor), bengkak (tumor) dan hilangnya fungsi (fungio lesa). Secara
Histologis, menyangkut rangkaian kejadian yang rumit, termasuk dilatasi arteriol, kapiler
dan venula, disertai penignkatan permeabilitas dan aliran darah, eksudasi cairan,
termasuk protein plasma dan migrasi leukosit menuju fokus peradangan.
Inflamasi terbagi menjadi dua pola dasar, yaitu:

a. Inflamasi akut adalah inflamasi yang berlangsung relatif singkat, dari beberapa
menit sampai beberapa hari, dan ditandai dengan eksudasi cairan dan protein
plasma serta akumulasi leukosit neutrofilik yang menonjol.
b. Inflamasi kronik berlangsung lebih lama yaitu berhari-hari sampai bertahun-tahun
dan ditandai khas dengan influks limfosit dan makrofag disertai dengan proliferasi
pembuluh darah dan pembentukan jaringan parut.

Sel dan mediator-mediator dari sistem imun sangat mempengaruhi dalam proser
respon inflamasi, yang khas ditandai dengan 4 fase. Pertama, pembuluh darah didaerah
sekitar daerah yang mengalami jejas memberi respon kepada sistem imun. Kedua, sistem
imun dalam pembuluh darah bermigrasi ke dalam jaringan yang mengalami jejas, dan
mekanisme dari sistum imun bawaan dan sistem imun adaptif untuk menetralisir dan
menghilangkan stimulus yang menimbulkan jejas. Selanjutnya adalah proses perbaikan
dan penyembuhan dari jaringan yang mengalami jejas. Dan peristiwa tersebut merupakan
proses dari inflamasi akut. Apabila peristiwa terus berlanjut dan jaringan yang mengalami
jejas tidak mengalami proses penyembuhan, disebut inflamasi kronik.

Berikut ini adalah mediator-mediator inflamasi beserta efeknya :

 Vasodilatasi : prostaglandin dan nitrit oksida


 Peningkatan permeabilitas vaskular : histamin, serotonin, bradikinin, leukotrien
C4, leukotrien D4, dan leukotrien E4
 Kemotaksis, aktivasi leukosit : leukotrien B4, kemokin (misalnya: interleukin 8
[IL-8])
 Demam : IL-1, IL-6, prostaglandin, faktor nekrosis tumor (TNF)
 Nyeri: prostaglandin dan bradikinin
 Kerusakan jaringan: nitrit oksida, enzim lisosom neutrofil dan makrofag

B. Tanda dan Gejala


Terjadinya suatu inflamasi ialah :
 Rubor (kemerahan)
Terjadi pada tahap pertama dari inflamasi. Darah berkumpul pada daerah cedera
jaringan akibat pelepasan mediator kimia tubuh (kimia, prostaglandin, histamin).
 Tumor (pembengkakan)
Merupakan tahap kedua dari inflamasi, plasma merembes ke dalam jaringan
intestinal pada tempat cidera. Kinin mendilatasi asteriol, meningkatna permeabilitas
kapiler.
 Kolor (panas)
Dapat disebabkan oleh bertambahnya pengumpulan darah atau mungkin karena
pirogen yaitu substansi yang menimbulkan demam, yang mengganggu pusat
pengaturan panas pada hipotalamus
 Dolor (nyeri)
Disebabkan pembengkakan pada pelepasan mediator-mediatir kimia
 Functio Laesa (hilangya fungsi)
Disebabkan oleh penumpukan cairan pada cidera jaringan dan karena rasa nyeri.
Keduanya mengurangi mobilitas pada daerah yang terkena.

C. Klinis
1. Osteomyelitis
a. Pengertian Osteomyelitis
Osteomyelitis akut adalah infeksi tulang panjang yang disebabkan oleh infeksi
lokal akut atau trauma tulang, biasanya disebabkan oleh escherichia coli,
staphylococcus aureus, atau streptococcus pyogenes
Jadi pengertian osteomyelitis yang paling mendasar adalah infeksi jaringan
tulang yang mencakup sumsum atau kortek tulang yang disebabkan oleh bakteri
piogenik. Osteomyelitis dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan
adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi lokal yang berjalan dengan cepat.
Osteomyelitis kronik adalah akibat dari osteomyelitis akut yang tidak ditangani
dengan baik.
Ada dua macam infeksi tulang yaitu :
 Osteomyelitis piogenik hematogen
Biasanya terjadi pada anak-anak, osteomyelitis piogenik
hematogen terutama disebabkan oleh staphylococcus aureus kemudian
diikuti oleh bacillus colli. Kecuali samonela, osteomyelitis hematogen
biasanya bermanisfestasi sebagai suatu penyakit demam sistemik akut yang
disertai dengan gejala nyeri setempat, perasaan tak enak, kemerahan dan
pembengkakan.
 Osteomyelitis tuberculosis
Timbulnya secara tersembunyi dan cenderung mengenai rongga
sendi. Daerah yang sering kena adalah tulang-tulang panjang dari
ekstremitas dan tulang belakang. Osteomyelitis tuberkulosis dapat
menyebabkan deformitas yang serius (kifosis, skoliosis) berkaitan dengan
destruksi dan perubahan sumbu tulang belakang dari posisi normalnya.

b. Etiologi
Penyebab paling sering adalah staphylococcus aerus (70% - 80%). Organisme
penyebab yang lain adalah salmonela streptococcus dan pneumococcus.
Luka tekanan, trauma jaringan lunak, nekrosis yang berhubungan dengan
keganasan dan terapi radiasi serta luka bakar dapat menyebabkan atau memperparah
proses infeksi tulang. Infeksi telinga dan sinus serta gigi yang berdarah merupakan
akibat dari osteomyelitis pada rahang bawah dan tulang tengkorak. Faktur compound,
prosedur operasi dan luka tusuk yang dapat melukai tulang pokok sering
menyebabkan traumatik osteomyelitis. Osteomyelitis sering ditemukan pada orang
yang lebih tua karena faktor penyebabnya berhubungan dengan penuaan.

c. Tanda dan gejala


Gejala umum akut seperti demam, toksemia, dehidrasi, pada tempat tulang
yang terkena panas dan nyeri, berdenyut karena nanah yang tertekan kemudian
terdapat tanda-tanda abses dengan pembengkakan.

d. Patofisiologi
Osteomyelitis paling sering disebabkan oleh staphylococcus aureus.
Organisme penyebab yang lain yaitu salmonella, streptococcus, dan pneumococcus.
Metafisis tulang terkena dan seluruh tulang mungkin terkena. Tulang terinfeksi oleh
bakteri melalui 3 jalur : hematogen, melalui infeksi di dekatnya atau scara langsung
selama pembedahan. Reaksi inflamasi awal menyebabkan trombosis, iskemia dan
nekrosis tulang. Pus mungkin menyebar ke bawah ke dalam rongga medula atau
menyebabkan abses superiosteal. Suquestra tulang yang mati terbentuk. Pembentukan
tulang baru dibawah perioteum yang terangkan diatas dan disekitar jaringan
granulasi, berlubang oleh sinus-sinus yang memungkinkan pus keluar.

e. Pemeriksaan Penunjang
 Laboratorium
- Peningkatan laju endap eritrosit.
- Lukosit dan LED meningkat.
 Rontgen
Menunjukkan pembengkakan jaringan lunak sampai dua minggu
kemudian tampak bintik-bintik dekalsifikasi pada batang tulang, yang kemudian
dapat meluas dan diikuti oleh tanda-tanda pembentukan involukrom.
 Scan tulang, biasanya sebelum rontgen.
 Biopsi tulang, mengidentifikasi organisme penyebab.

f. Penatalaksanaan
Sasaran awal adalah untuk mengontrol dan memusnahkan proses infeksi.
 Imobilisasi area yang sakit : lakukan rendam salin noral hangat selama 20 menit
beberapa kali sehari.
 Kultur darah : lakukan smear cairan abses untuk mengindentifikasi organisme dan
memilih antibiotik.
 Terapi antibiotik intravena sepanjang waktu.
 Berikan antibiotik peroral jika infeksi tampak dapat terkontrol : teruskan selama 3
bulan.
 Bedah debridement tulang jika tidak berespon terhadap antibiotik pertahankan
terapi antibiotik tambahan.

g. Klasifikasi osteomyelitis
1. Osteomielitis Hematogen Akut
 Pengertian
Osteomielitis hematogen akut merupakan infeksi tulang dan sumsum tulang
akut yang disebabkan oleh bakteri piogenik dimana mikro-organisme berasal dari
focus di tempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah. Kelainan ini sering
ditemukan pada anak-anak dan sangat jarang pada orang dewasa. Osteomielitis
hematogen akut pada dasarnya adalah penyakit pada tulang yang sedang tumbuh.
Diagnosis yang dini sangat penting oleh karena prognosis tergantung dari
pengobatan yang tepat dan segera. Osteomielitis hematogen akut sering sekali
mengenai metafisis tulang panjang pada anak-anak, tersering pada femur dan diikuti
oleh tibia, humerus, radius, ulna, dan fibula. Secara klinis, pasien memiliki gejala
seperti inflamasi yang akut. Rasa nyeri biasanya terlokalisir, tetapi bisa saja
menjalar kebagian tubuh lainnya. Sebagai contoh, jika anak mengeluhkan nyeri
pada lutut, sendi panggul harus juga dievaluasi untuk melihat kemungkinan adanya
arthritis septic. Jika tulang pada kaki terinfeksi, anak akan mengalami kesulitan
untuk berjalan atau berhenti berjalan. Pada pemeriksaan sering didapatkan
terdapatnya nyeri local dan biasanya diikuti dengan pergerakan yang terbatas pada
sendi sebelahnya, tetapi bengkak dan kemerahan agak jarang dijumpai. Tanda
sistemik seperti demam dan menggigil biasanya ada, dan bayi biasanya
menunjukkan irritable atau letargik dan tidak ada selera makan.

 Faktor predisposisi osteomilitis akut adalah :


- Umur, terutama mengenai bayi dan anak-anak
- Jenis kelamin, lebih sering pada laki-laki dari pada wanita dengan perbandingan
4:1
- Trauma; hematoma akibat trauma pada daerah metafisis, merupakan salah satu
faktor predisposisi terjadinya osteomielitis hematogen akut
- Lokasi; osteomielitis hematogen akut sering terjadi di daerah metafisis karena
daerah ini merupakan daerah aktif tempat terjadinya pertumbuhan tulang.
- Nutrisi, lingkungan dan imunitas yang buruk serta adanya focus infeksi
sebelumnya (seperti bisul, tonsilitis) merupakan faktor predisposisi osteomielitis
hematogen akut.

 Patogenesis
Patologi yang terjadi pada osteomielitis hematogen akut tergantung pada
umur, daya tahan penderita, lokasi infeksi serta virulensi kuman. Infeksi terjadi
melalui aliran darah dari focus tempat lain dalam tubuh pada fase bakteremia dan
dapat menimbulkan septicemia. Embolus infeksi kemudian masuk ke dalam juksta
epifisis pada daerah metafisis disertai pembentukan pus. Terbentuknya pus dalam
tulang dimana jaringan tulang tidak dapat berekspansi akan menyebabkan tekanan
dalam tulang bertambah. Peninggian tekanan dalam tulang mengakibatkan
terganggunya sirkulasi darah dan timbulnya thrombosis pada pembuluh darah
tulang yang akhirnya menyebabkan nekrosis tulang. Selain itu, pembentukan tulang
baru yang ekstensif terjadi pada bagian dalam periosteum sepanjang diafisis
(terutama anak-anak) sehingga terbentuk suatu lingkungan tulang seperti peti mati
yang disebut involucrum dengan jaringan sekuestrum didalamnya. Proses ini
terlihat jelas pada akhir minggu kedua. Apabila pus menembus tulang, maka terjadi
pengaliran pus (discharge) dari involucrum keluar melalui lubang yang disebut
kloaka atau melalui sinus pada jaringan lunak dan kulit.
Pada tahap selanjutnya penyakit akan berkembang menjadi osteomielitis
kronis. Pada daerah tulang kanselosa, infeksi dapat terlokalisir serta diliputi oleh
jaringan fibrosa yang membentuk abses tulang kronis yang disebut abses bordie.
Berdasarkan umur dan pola vaskularisasi pada daerha metafisis dan epifisis,
Trueta membagi proses patologis pada osteomielitis akut atas tiga jenis, yaitu :
a. Bayi
Adanya pola vaskularisasi foetal menyebabkan penyebaran infeksi dari
metafisis dan epifisis dapat masuk ke dalam sendi, sehingga seluruh tulang
termasuk persendian dapat terkena. Lempeng epifisis biasanya lebih resisten
terhadap infeksi.

b. Anak
Dengan terbentuknya lempeng epifisis serta osifikasi yang sempurna,
resiko infeksi pada epifisis berkurang oleh karena lempeng epifisis merupakan
barier terhadap infeksi. Selain itu, tidak ada hubungan vaskularisasi yang berarti
antara metafisis dan epifisis. Infeksi pada sendi hanya dapat terjadi bila ada
infeksi intra-artikuler.
c. Dewasa
Osteomielitis akut pada orang dewasa sangat jarang terjadi oleh karena
lempeng epifisis telah hilang. Walaupun infeksi dapat menyebar ke epifisis,
namun infeksi intra-artikuler sangat jarang terjadi. Abses subperiosteal juga
sulit terjadi karena periost melekat erat dengan korteks.

 Gejala klinis
Gambaran klinis osteomielitis hematogen tergantung dari stadium
pathogenesis dari penyakit. Osteomielitis hematogen akut berkembang secara
progresif dan cepat. Pada keadaan ini mungkin dapat ditemukan adanya infeksi
bacterial pada kulit dan saluran napas bagian atas. Gejala lain dapat berupa nyeri
yang konstan pada daerah infeksi, nyeri tekan dan terdapat gangguan fungsi
anggota gerak yang bersangkutan.
Gejala-gejala umum yang timbul akibat bakteremia dan septicemia berupa
panas tinggi, malaise serta nafsu makan yang berkurang.Pada pemeriksaan fisik
ditemukan nyeri tekan dan gangguan pergerakan sendi oleh karena pembengkakan
sendi, gangguan akan semakin berat bila terjadi spasme local. Gangguan pergerakan
sendi juga dapat disebabkan oleh efusi sendi atau infeksi sendi (arthritis septik).
Pada orang dewasa lokalisasi infeksi biasanya pada daerah vertebra torako-
lumbal yang terjadi akibat torakosintesis atau akibat prosedur urologis dan dapat
ditemukan adanya riwayat kencing manis, malnutrisi, adiksi obat-obatan atau
pengobatan dengan imunosupresif, oleh karena itu riwayat hal-hal yang tersebut di
atas perlu ditanyakan.

 Komplikasi
a. Septicemia
Dengan makin tersedianya obat-obat antibiotic yang memadai, kematian
akibat septicemia pada saat ini jarang ditemukan.
b. Infeksi yang bersifat metastatis
Infeksi dapat bermetastasis ke tulang/sendi lainnya, otak dan paru-paru,
dapat bersifat multifocal dan biasanya terjadi pada penderita dengan status gizi
yang jelek.

c. Arthritis supuratif
Dapat terjadi pada bayi muda karena lempeng epifisis bayi (yang bertindak
sebagai barier) belum berfungsi dengan baik. Komplikasi terutama terjadi pada
osteomielitis hematogen akut di daerah metafisis yang bersifat intra-kapsuler
(misalnya pada sendi panggul) atau melalui infeksi metastatic.
d. Gangguan pertumbuhan
Osteomielitis hematogen akut pada bayi dapat menyebabkan kerusakan
lempeng epifisis yang menyebabkan gangguan pertumbuhan, sehingga tulang
yang terkena akan menjadi lebih pendek. Pada anak yang lebih besar akan
terjadi hiperemi pada daerah metafisis yang merupakan stimulasi bagi tulang
untuk tumbuh. Pada keadaan ini tulang tumbuh lebih cepat dan menyebabkan
terjadinya pemanjangan tulang.

 Diagnosis banding
- Selulitis
- Arthritis supuratif akut
- Demam reumatik
- Krisis sel sabit
- Penyakit Gaucher
- Tumor Ewing

2. Osteomielitis Hematogen Subakut


 Pengertian
Kelainan ini dapat ditemukan di beberapa negara dengan insiden yang
hampir sama dengan osteomielitis akut. Gejala osteomielitis subakut lebih ringan
oleh karena organisme penyebabnya kurang purulen dan penderita lebih resisten.
Osteomielitis hematogen subakut biasanya di sebabkan oleh stafilokokus aureus dan
umumnya berlokasi di bagian distal femur dan proksimal tibia.

 Patologi
Biasanya terdapat kavitas dengan batas tegas pada tulang kanselosa dan
mengandung cairan seropurulen. Kavitas dilingkari oleh jaringan granulasi yang
terdiri atas sel-sel inflamasi akut dan kronis dan biasanya terdapat penebalan
trabekula.
 Gambaran klinis
Osteomielitis hematogen subakut biasanya ditemukan pada anak-anak dan
remaja. Gambaran klinis yang ditemukan adalah atrofi otot, nyeri local, sedikit
pembengkakan dan dapat pula penderita menjadi pincang. Terdapat rasa nyeri pada
daerah sekitar sendi selama beberapa minggu atau mungkin berbulan-bulan. Suhu
tubuh penderita biasanya normal.
3. Osteomielitis Kronis
 Pengertian
Osteomielitis kronis umumnya merupakan lanjutan dari osteomielitis akut
yang tidak terdiagnosis atau tidak diobati dengan baik. Osteomielitis kronis dapat
juga terjadi setelah fraktur terbuka atau setelah Tindakan operasi pada tulang.
Bakteri penyebab osteomielitis kronis terutama oleh Stafilokokus aureus
(75%), atau E. colli, Proteus, atau Pseudomonas. Stafilokokus epidermidis
merupakan penyebab utama osteomielitis kronis pada operasi-operasi ortopedi yang
menggunakan implant.

 Patologi dan Pathogenesis


Infeksi tulang dapat menyebabkan terjadinya sekuestrum yang menghambat
terjadinya resolusi dan penyembuhan spontan yang normal pada kulit. Sekuestrum
ini merupakan benda asing bagi tulang dan mencegah terjadinya penutupan kloaka
(pada tulang) dan sinus (pada kulit). Sekuestrum diselimuti oleh invoucrum yang
tidak dapat keluar/dibersihkan dari medulla tulang kecuali dengan tindakan operasi.
Proses selanjutnya terjadi destruksi dan sklerosis tulang yang dapat terlihat pada
foto rontgen.

 Gambaran Klinis
Penderita sering mengeluhkan adanya cairan yang keluar dari luka/sinus
setelah operasi, yang bersifat menahun. Kelainan kadang-kadang disertai dengan
demam dan nyeri local yang hilang timbul di daerah anggota gerak tertentu. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan adanya sinus, fistel atau sikatriks bekas operasi
dengan nyeri tekan. Mungkin dapat ditemukan sekuestrum yang menonjol keluar
melalui kulit. Biasanya terdapat riwayat fraktur terbuka atau osteomelitis pada
penderita.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Inflamasi adalah respons protektif lokalisata yang ditimbulkan oleh cedera atau
kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi atau mengurung
(sekuester) baik agen yang meninmbulkan cedera maupun jaringan yang cedera tersebut.
Osteomielitis hematogen akut merupakan infeksi tulang dan sumsum tulang akut yang
disebabkan oleh bakteri piogenik dimana mikro-organisme berasal dari focus di tempat
lain dan beredar melalui sirkulasi darah.
Gejala osteomielitis subakut lebih ringan oleh karena organisme penyebabnya
kurang purulen dan penderita lebih resisten. Osteomielitis hematogen subakut biasanya di
sebabkan oleh stafilokokus aureus dan umumnya berlokasi di bagian distal femur dan
proksimal tibia.
Osteomielitis kronis umumnya merupakan lanjutan dari osteomielitis akut yang
tidak terdiagnosis atau tidak diobati dengan baik. Osteomielitis kronis dapat juga terjadi
setelah fraktur terbuka atau setelah Tindakan operasi pada tulang.

B. Saran
Dengan di buatnya makalah ini, kami berharap agar semakin banyak lagi ilmu
yang di dapat dalam bidang kedokteran, sehingga makalah ini bisa menjadi salah satu
sumber ilmu yang bermanfaat bagi kita semua.

Daftar Pustaka
Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Penerbit Yarsif Watampone. 2003.
Halaman 132-141.

Skinner, Harry B, MD, PhD. Current Diagnosis and Treatment in Orthopedics, Fourth Edition.
Chapter 8 : Orthopedic Infections. The McGraw Hill Companies, Inc. 2006.

Swiontkowski, Marc F, MD; Stovitz, Steven D, MD. Manual of Orthopaedics, 6th Edition.
Lipponcott Williams and Wilkins. 2001. Chapter 3 : Prevention and Management of Acut
Musculoskeletal Infections.

Anda mungkin juga menyukai