Anda di halaman 1dari 10

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan
(Research & Development). Model Research and Development (R&D) adalah
penelitian yang dilakukan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji
keefektifan dari produk tersebut (Sugiyono, 2013). Penelitian ini mengacu model
penelitian dan pengembangan dari S. Thiagarajan yang dikenal dengan model 4D
(Four-D Model) meliputi pendefinisian (define), perancangan (design),
pengembangan (development) dan penyebaran (disseminate). Akan tetapi, pada
penelitian ini hanya dilakukan sampai tahap pengembangan (development) karena
penelitian ini bertujuan mengembangkan LKPD berbasis discovery learning untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Universitas Negeri Semarang dan SMA Negeri
1 Rembang. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran
2019/2020.
3.3 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini terdiri dari peserta didik kelas XII MIPA 5 sebanyak
32 peserta didik untuk uji coba skala kecil dan peserta didik kelas XI MIPA 7 dan
XI MIPA 8 sebanyak 62 peserta didik untuk uji coba skala besar.
3.4 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilaksanakan sebagai berikut.
3.4.1 Tahap Define
Tahap define adalah tahap penelitian pendahuluan yang terdiri dari kajian
lapangan (wawancara) dan kajian literatur. Kajian lapangan (wawancara)
dilakukan untuk mengidentifikasi sumber belajar kimia yang digunakan dan
mengetahui kendala yang dialami oleh guru dalam meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah peserta didik. Berdasarkan hasil kajian lapangan (wawancara)
menunjukkan bahwa sumber belajar yang digunakan adalah buku paket milik

21
22

sekolah dan rangkuman materi yang diberikan oleh guru secara langsung dan
kemampuan pemecahan masalah peserta didik masih rendah.
Kajian literatur dilakukan untuk mencari referensi terkait mengenai
kemampuan pemecahan masalah, pengembangan LKPD, analisis kurikulum dan
telaah materi. Berdasarkan kajian literatur menunjukkan kemampuan pemecahan
masalah merupakan salah satu kemampuan yang dibutuhkan untuk menghadapi
revolusi industri 4.0 sehingga penting untuk dikuasai peserta didik.
Pengembangan LKPD dapat dilakukan dengan mengacu berbagai model
pengembangan yang tersedia dan dapat diintegrasikan dengan berbagai model
pembelajaran saintifik. Analisis kurikulum dilakukan dengan menganalisis silabus
dan kompetensi dasar materi hidrolisis garam sehingga dapat mengembangkan
indikator pencapaian kompetensi yang sesuai. Telaah materi dilakukan untuk
mengetahui cakupan materi yang disusun dalam LKPD.
3.4.2 Tahap Design
Tahap design merupakan tahap merancang LKPD dan instrumen penelitian
yang dibutuhkan. Pada tahap ini dilakukan perancangan desain awal LKPD sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai. Perancangan ini dilakukan dengan tujuan untuk
mempermudah pengembangan LKPD pada tahap berikutnya. LKPD berbasis
discovery learning dirancang semenarik mungkin sehingga peserta didik tertarik
untuk mempelajari materi sekaligus membantu peserta didik untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah peserta didik. Selain itu, juga dilakukan
penyusunan instrumen penilaian meliputi lembar validasi ahli untuk mengetahui
kelayakan LKPD yang dikembangkan, angket keterbacaan, angket respon dan soal
uraian.
3.4.3 Tahap Development
Tahap development merupakan tahap merealisasikan desain LKPD yang
telah disusun menjadi LKPD yang siap untuk divalidasi oleh ahli. Proses validasi
ahli dilakukan oleh ahli materi dan ahli media yang terdiri dari dosen kimia
Universitas Negeri Semarang dan guru kimia yang mengajar kelas XI. Validasi
yang dilakukan terdiri dari empat aspek yaitu aspek kelayakan isi, penyajian,
bahasa dan grafis. Hasil dari validasi adalah skor penilaian, saran dan komentar.
LKPD kemudian direvisi sesuai dengan saran dan masukan ahli. Revisi dilakukan
untuk memperbaiki kekurangan yang terdapat pada LKPD hasil pengembangan.
23

LKPD kemudian diujicobakan skala kecil kepada 32 peserta didik kelas


XII MIPA 5 untuk mengetahui tingkat keterbacaan LKPD. Data hasil uji coba
skala kecil dianalisis untuk mengetahui respon peserta didik terhadap tingkat
keterbacaan LKPD. LKPD kemudian direvisi sesuai dengan hasil analisis dari uji
coba skala kecil. LKPD hasil revisi siap diujicobakan dalam skala besar.
Uji coba skala besar dilakukan kepada 62 peserta didik kelas XI MIPA. Uji
coba dilakukan dengan desain one group pretest-posttest seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 3.1
(Sugiyono, 2013) 𝑂1 𝑋 𝑂2

Gambar 3.1 One group pretest-posttest Keterangan:


X: treatment, penggunaan LKPD berbasis discovery learning
O1: nilai pretest, sebelum menggunakan LKPD berbasis discovery learning
O2: nilai posttest, sesudah menggunakan LKPD berbasis discovery learning
Sebelum dilakukan uji coba skala besar, peserta didik diberikan pretest
untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah peserta didik sebelum
menggunakan LKPD. LKPD kemudian dibagikan kepada peserta didik dan
digunakan selama pembelajaran. Pada akhir pertemuan, peserta didik diberikan
posttest untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah peserta didik setelah
menggunakan LKPD. Hasil analisis jawaban pretest dan posttest digunakan untuk
mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah peserta didik.
Pada akhir pembelajaran dibagikan angket respon peserta didik untuk
mengetahui kelayakan LKPD yang dikembangkan. Data hasil angket respon
dianalisis untuk mengetahui kekurangan yang masih terdapat pada LKPD hasil
pengembangan. Beberapa saran yang diperoleh dari hasil uji coba skala besar
digunakan untuk memperbaiki LKPD yang dikembangkan sehingga dihasilkan
LKPD final yang layak digunakan dalam pembelajaran hidrolisis garam. Prosedur
penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 3.2
24

Kajian pustakadan wawancara Kajian literatur

define
Permasalahan
Pengembangan LKPD
berbasisdiscovery
learning

design
Desain LKPD berbasisdiscovery learning
untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik

Revisi Validasi

Belum Sudah
Sudah layak?

development
Analisis angket Uji coba
Data hasil uji coba
keterbacaan skala kecil

Uji coba Data hasil uji


Revisi
skala besar coba skalabesar

Analisis peningkatan
kemampuan
Revisi
pemecahan masalah dan angket respon

LKPD berbasisdiscovery learning


yang layak dan
dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalahpeserta didik

Gambar 3.2 Prosedur Penelitian


3.5 Metode Pengumpulan Data
3.5.1 Metode Lembar Validasi LKPD
Metode lembar validasi LKPD digunakan untuk memperoleh data
penilaian dari ahli materi dan media (tampilan) LKPD yang dikembangkan. Hasil
penilaian berupa saran dan masukan dijadikan dasar untuk merevisi LKPD
sebelum diujicobakan.

3.5.2 Metode Tes


Metode tes digunakan untuk mengukur peningkatan kemampuan
pemecahan masalah peserta didik setelah menggunakan LKPD hasil
25

pengembangan. Soal tes yang diberikan berbentuk uraian (pretest dan posttest)
dan valid berdasarkan validasi konstruk. Soal disusun sesuai dengan indikator
pencapaian kompetensi dan indikator pemecahan masalah.
3.5.3 Metode Angket
Metode angket digunakan untuk mengetahui keterbacaan dan respon
(kelayakan) yang diberikan peserta didik terhadap LKPD yang dikembangkan
baik berupa skor penilaian, komentar, kritik maupun saran. Komentar, kritik
maupun saran hasil penilaian dijadikan masukan untuk merevisi LKPD yang
dikembangkan.
3.6 Instrumen Penilaian
3.6.1 Lembar validasi LKPD
Lembar validasi LKPD yang disusun terdiri dari lembar validasi ahli
materi dan media. Lembar validasi ahli materi untuk menilai kelayakan isi,
penyajian, dan bahasa. Sedangkan lembar validasi ahli media untuk menilai
kelayakan grafis. Sistem penskoran kelayakan menggunakan skala Likert dengan
4 pilihan skor. Penilaian kelayakan LKPD mengacu pada rubrik penilaian yang
telah disusun. Rubrik penilaian ini bertujuan untuk membantu validator dalam
melakukan penilaian terhadap LKPD yang dikembangkan.
3.6.2 Soal Uraian
Soal uraian yang telah disusun divalidasikan kepada ahli. Validasi yang
dilakukan adalah validasi konstruk dengan mengkonsultasikan soal kepada ahli
(judgement expert) yaitu dosen kimia FMIPA UNNES dan guru kimia kelas XI.
Skor hasil validasi ahli dikonversi menjadi nilai dengan skala 4 menurut Mardapi
(Avianto, 2016) seperti pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Konversi Skor Penilaian


Interval Skor Nilai Kategori
X ≥ (𝑿̅ + 1.SBx) A Sangat baik
(𝑿̅ + 1.SBx) > X ≥ 𝑿̅ B Baik
𝑿̅ > X ≥ (𝑿̅ - 1.SBx) C Cukup
X < (𝑿̅ - 1.SBx) D Kurang

Keterangan:
𝑋̅ = rerata skor ideal = ½ (skor maksimal ideal + skor minimal ideal)
26

SBx = simpangan baku ideal = 1/6 (skor maksimal ideal + skor minimal ideal)
X = skor yang diperoleh hasil validasi
Skor maksimal ideal = ∑ butir kriteria x skor tertinggi
Skor minimal ideal = ∑ butir kriteria x skor terendah
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh konversi skor validasi soal menjadi
kategori seperti pada Tabel 3.2 Tabel 3.2 Konversi Skor Validasi Soal
Interval Skor Kategori
X≥3 Sangat baik
3 > X ≥ 2,5 Baik
2,5 > X ≥ 2 Cukup
X<2 Kurang

Pada penelitian ini nilai kelayakan soal ditentukan dengan nilai minimal
dengan kategori cukup. Berdasarkan hasil penilaian ahli (validasi) memberikan
skor rata-rata 3,76 pada kategori sangat baik sehingga soal yang disusun layak
digunakan dalam penelitian.
3.6.3 Angket Keterbacaan LKPD
Angket keterbacaan LKPD yang telah disusun divalidasikan kepada ahli.
Validasi yang dilakukan adalah validasi konstruk dengan mengkonsultasikan
angket kepada ahli (judgement expert) yaitu dosen kimia FMIPA UNNES. Skor
hasil validasi ahli dikonversi menjadi nilai dengan skala 4 menurut Mardapi
(Avianto, 2016) seperti pada Tabel 3.1. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh
konversi skor validasi angket keterbacaan menjadi kategori seperti pada Tabel 3.3
Tabel 3.3 Konversi Skor Validasi Angket Keterbacaan
Interval Skor Kategori
X≥3 Sangat baik
3 > X ≥ 2,5 Baik
2,5 > X ≥ 2 Cukup
X<2 Kurang

Pada penelitian ini nilai kelayakan angket keterbacaan ditentukan dengan


nilai minimal dengan kategori cukup. Berdasarkan hasil penilaian ahli (validasi)
27

memberikan skor rata-rata 4 pada kategori sangat baik sehingga angket


keterbacaan yang disusun layak digunakan dalam penelitian.
3.6.4 Angket Respon Peserta didik
Angket respon peserta didik yang telah disusun kemudian divalidasikan
kepada ahli. Validasi yang dilakukan adalah validasi konstruk dengan
mengkonsultasikan angket kepada ahli (judgement expert) yaitu dosen kimia
FMIPA UNNES. Skor hasil validasi ahli dikonversi menjadi nilai dengan skala 4
menurut Mardapi (Avianto, 2016) seperti pada Tabel 3.1. Berdasarkan hasil
perhitungan, diperoleh konversi skor validasi angket respon menjadi kategori
seperti pada Tabel 3.4
Tabel 3.4 Konversi Skor Validasi Angket Respon
Kategori
X≥3 Sangat baik Interval
Skor
3 > X ≥ 2,5 Baik
2,5 > X ≥ 2 Cukup
X<2 Kurang

Pada penelitian ini nilai kelayakan angket respon ditentukan dengan nilai
minimal dengan kategori cukup. Berdasarkan hasil penilaian ahli (validasi)
memberikan skor rata-rata 3,83 pada kategori sangat baik sehingga angket respon
yang disusun layak digunakan dalam penelitian.
3.7 Teknik Analisis Data
3.7.1 Analisis Kelayakan LKPD
LKPD berbasis discovery learning hasil pengembangan dinyatakan layak
apabila memperoleh skor rata-rata hasil validasi ahli (materi dan media) yang
berada pada kategori cukup dan memperoleh skor rata-rata hasil angket respon
peserta didik yang berada pada kategori cukup.
3.7.1.1 Skor Hasil Validasi Ahli LKPD
Skor hasil validasi ahli LKPD dikonversi menjadi nilai dengan skala 4
menurut Mardapi (Avianto, 2016) seperti pada Tabel 3.1. Berdasarkan hasil
perhitungan, diperoleh konversi skor validasi ahli materi dan media menjadi
kategori seperti pada Tabel 3.5
Tabel 3.5 Konversi Skor Validasi Ahli Materi dan Media
28

Interval Skor Kategori


X≥3 Sangat baik
3 > X ≥ 2,5 Baik
2,5 > X ≥ 2 Cukup
X<2 Kurang

Berdasarkan analisis hasil validasi ahli materi dan media, LKPD dinyatakan layak
apabila memperoleh skor rata-rata 2,5 > X ≥ 2 kategori cukup.
3.7.1.2 Angket Respon Peserta Didik
Hasil angket respon peserta didik berupa penilaian sangat setuju, setuju,
tidak setuju dan sangat tidak setuju sehingga harus dihitung skornya dengan
panduan kriteria skor penilaian menurut Avianto (2016) seperti pada Tabel 3.6
Tabel 3.6 Kriteria Skor Penilaian
Penilaian Keterangan Skor
SS Sangat setuju 4
S Setuju 3
TS Tidak setuju 2
STS Sangat tidak setuju 1

Analisis hasil angket respon peserta didik terhadap penggunaan LKPD


berbasis discovery learning dilakukan dengan mengkonversi skor hasil respon
peserta didik menjadi nilai dengan 4 skala menurut Mardapi (Avianto, 2016)
seperti pada Tabel 3.1. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh konversi skor
hasil angket respon peserta didik menjadi kategori kelayakan LKPD berdasarkan
hasil respon peserta didik seperti pada Tabel 3.7 Tabel 3.7 Konversi Skor Angket
Respon
Kategori
X ≥ 55,29 Sangat baik Interval Skor
55,29 > X ≥ 49,95 Baik
49,95 > X ≥ 44,61 Cukup
X < 44,61 Kurang
29

Berdasarkan analisis angket respon peserta didik, LKPD dinyatakan layak apabila
memperoleh skor rata-rata 49,95 > X ≥ 44,61 kategori cukup.
3.7.2 Analisis Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta Didik
3.7.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui data yang
diperoleh dalam penelitian berdistribusi normal ataupun tidak. Data yang
digunakan untuk uji normalitas adalah nilai pretest dan posttest peserta didik. Pada
penelitian ini, normalitas data diukur dengan bantuan aplikasi IBM SPSS Statistics
21. Penginterpretasian uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dilakukan dengan
melihat kolom Asymp. Sig. (2-tailed), apabila a. Sig > 0,05 maka data
berdistribusi normal
b. Sig < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal
3.7.2.2 Uji Paired t-test
Uji Paired t-test merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui ada
tidaknya perbedaan rata-rata dua sampel yang saling berpasangan. Pada penelitian
ini uji paired t-test dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rata-rata
nilai sebelum dan sesudah menggunakan LKPD berbasis discovery learning. Data
yang digunakan untuk uji paired t-test adalah nilai pretest dan posttest peserta
didik. Pengujian paired t-test dilakukan dengan bantuan aplikasi IBM SPSS
Statistics 21.
Penginterpretasian output paired t-test dilakukan sebagai berikut.
(1) Penentuan nilai signifikansi α (α=5%=0,05)
(2) Penentuan nilai df (degree of freedom) = N-1 (62-1) = 61

(3) Perbandingan nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡 dengan 𝑡𝑡𝑎𝑏=𝛼;𝑛−1


(4) Pengambilan keputusan, apabila

a. 𝑡ℎ𝑖𝑡 > 𝑡𝑡𝑎𝑏 → berbeda secara signifikan (𝐻𝑜 ditolak)

b. 𝑡ℎ𝑖𝑡 < 𝑡𝑡𝑎𝑏 → tidak berbeda secara signifikan (𝐻𝑜 diterima)


(Montolalu & Langi, 2018)
Pengambilan keputusan juga dapat dilakukan, apabila
a. 𝑡ℎ𝑖𝑡 > 𝑡𝑡𝑎𝑏 dan probabilitas (Asymp.Sig) < 0,05 → 𝐻𝑜 ditolak dan Ha
diterima
30

b. 𝑡ℎ𝑖𝑡 < 𝑡𝑡𝑎𝑏 dan probabilitas (Asymp.Sig) > 0,05 → 𝐻𝑜 diterima dan Ha
ditolak
(Widiyanto, 2013)
3.7.2.3 Uji n-gain
Uji n-gain merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui besar
peningkatan kemampuan pemecahan masalah peserta didik. Menurut Meltzer
(Fayakun & Joko, 2015) persamaan n-gain sebagai berikut.

Klasifikasi n-gain ternormalisasi menurut Hake (Fayakun & Joko, 2015) dapat
dilihat pada Tabel 3.8
Tabel 3.8 Klasifikasi n-gain
Nilai n-gain Klasifikasi
0,70 < n-gain ≤ 1,00 Tinggi

0,30 < n-gain ≤ 0,70 Sedang n-gain ≤


0,30 Rendah

3.7.3 Analisis Hasil Angket Keterbacaan LKPD


Analisis hasil angket keterbacaan LKPD dilakukan dengan mengkonversi
skor hasil keterbacaan menjadi nilai 4 skala menurut Mardapi (Avianto, 2016)
pada Tabel 3.1. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh konversi skor hasil
angket keterbacaan LKPD menjadi kategori seperti pada Tabel 3.9
Tabel 3.9 Konversi Skor Angket Keterbacaan
Interval Skor Kategori
X ≥ 36,25 Sangat tinggi
36,25 > X ≥ 33,41 Tinggi
33,41 > X ≥ 30,57 Cukup
X < 30,57 Rendah

Berdasarkan analisis angket keterbacaan, LKPD mempunyai keterbacaan baik


apabila memperoleh skor rata-rata 33,41 > X ≥ 30,57 kategori cukup

Anda mungkin juga menyukai