Anda di halaman 1dari 5

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI PENGLIHATAN


STUDI KASUS DI RSJ DR. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG

Erti Ikhtiarini1, Dita Ras2, Fatimatul Munawwaroh3, Qoriq Dwi4


1
Departemen Jiwa dan Komunitas, Fakultas Keperawatan, Universitas Jember
2,3
Mahasiswa, Fakultas Keperawatan, Universitas Jember
E-mail: munawarohfatimatul23@gmail.com

Abstrak

Latar belakang : Skizofren adalah gangguan jiwa berat yang ditandai adanya penurunan atau
ketidakmampuan komunikasi, gangguan kognitif, afek tidak wajar, gangguan realitas (halusinasi
atau waham) dan kesulitan beraktivitas harian. Halusinasi adalah salah satu manifestasi klinis
yang umum terjadi pada penderita skizofren.

Tujuan : menggambarkan hasil asuhan keperawatan pada Tn A dengan diagnose keperawtan


gangguan Persepsi Sensori Halusinasi Penglihatan dengan intervensi Art Therapy dan strategi
pelaksanaan (SP) 1-4 selama 4 hari.

Hasil : pemberian intervensi Art Therapy dan strategi pelaksanaan (SP) 1-4 bisa diikuti klien
dengan baik dan hasil evaluasinya adalah halusinasi telah teratasi sebagian. Intervensi sesuai
dan bisa dilanjutkan

Kesimpulan : intervensi Art Therapy dan strategi pelaksanaan 1-4 untuk halusinasi penglihatan
efektif untuk mengatasi diagnose keperawtan gangguan Persepsi Sensori Halusinasi
Penglihatan yang dialami Tn A

Kata Kunci: Asuhan Keperawatan, Skizofrenis, Halusinasi Penglihatan

Abstract

Background: Schizophrenia is a serious mental disorder characterized by decreased or


impaired communication, cognitive impairment, abnormal affects, reality disorders
(hallucinations or delusions) and difficulty with daily activities. Hallucinations are one of the
common clinical manifestations in schizophrenic patients.

Objective: to describe the results of nursing care for Mr. A with a diagnosis of visual
hallucination sensory perception disorder with Art Therapy intervention and strategy
implementation (SP) 1-4 for 4 days.

Result: the provision of Art Therapy intervention and implementation strategies (SP) 1-4 was
well followed by the client and the result of the evaluation was that the hallucinations had been
partially resolved. Interventions are appropriate and can be continued

Conclusion: Art Therapy intervention and implementation strategies 1-4 for visual
hallucinations are effective in overcoming the diagnosis of Perceptions Sensory Impairment
Visual Hallucinations experienced by Mr. A

Keyword: Nursing Care, Schizophrenis, Visual Hallucinations


I. PENDAHULUAN data dengan metode wawancara, observasi dan
Keadaan sejahtera adalah ketika individu rekam medik. Pengambilan data kasus dilakukan
menyadari kemampuannya sendiri, dapat dengan komunikasi antara peneliti dengan pemilik
mengatasi tekanan hidup yang normal, dapat data asuhan keperawatan sebelumnya.
bekerja secara produktif, bermanfaat, dan mampu
memberikan kontribusi kepada komunitasnya III. HASIL
(Galderisi, dkk. 2015). Sedangkan orang gangguan Klien Tn. A, umur 34 tahun, klien berjenis
mental terdiri dari berbagai masalah dengan gejala kelamin laki-laki, beragama islam, klien
yang berbeda. Namun, pada umumnya dicirikan merupakan orang asli suku jawa bertempat
dengan kombinasi pikiran abnormal, emosi, tinggal di kota Malang, klien tidak bekerja dan
perilaku dan hubungan dengan orang lain. Seperti pendidikan terakhir SD. Klien masuk RSJ Dr.
skizofrenia, depresi, cacat intelektual, dan Radjiman Wediodiningrat Lawang pada tanggal 2
gangguan akibat penyalahgunaan narkoba. Oktober 2019 dengan diagnose medis skizofren.
Sebagian besar kelainan ini dapat berhasil diobati Klien mengatakan di bawa oleh Dinsos Kedawung
(WHO, 2020). ke RSJ, klien mengatakan tidak tahu kenapa
Skizofrenia ditandai dengan distorsi dalam dibawa oleh petugas ke RSJ, klien mengatakan
berpikir, persepsi, emosi, bahasa, rasa diri dan saat itu sedang jalan lalu di bawa ke RSJ, klien
perilaku. Pengalaman umum termasuk halusinasi mengatakan pernah melihat bayangan hitam dan
(mendengar suara atau melihat hal-hal yang tidak berlanjut sampai sekarang, bayangan itu muncul
ada) dan delusi (keyakinan menetap dan salah) saat klien sendirian, tidak ada yang mengajak
(WHO, 2019). bicara dan merasa capek. Dalam sehari bayangan
Kejadian skizofrenia di dunia rata-rata berada itu bisa muncul hingga 5 kali. Klien mengatakan
pada rentang usia 25-34 tahun, dan lebih banyak dulu pernah berjualan sate di Solo selama 1 tahun
laki-laki, angka kejadian di dunia menunjukkan enam tahun lalu dan tinggal bersama 5 saudara
angka 6,2 dari 1000 orang (Orrico-Sánchez, dkk. angkatnya, klien mengatakan susah hidup di Solo,
2020). Prevalensi anggota rumah tangga dengan dan berhenti bekerja lalu kembali ke Jodipan
skizofrenia di Indonesia adalah 6,7%, dan di Jawa Malang. Klien mengatakan selalu diam di rumah
Timur sebanyak 6,4% (Pusdatin, 2019). namun sangat memikirkan bagaimana hidupnya
Biasanya rencana keperawatan yang yang tidak bekerja dan menjadi beban orang tua.
digunakan adalah manajemen halusinasi dengan Klien tidak pernah pergi untuk periksa dan hanya
melatih distraksi, dan menghardik (Tim Pokja SIKI diam di rumah. Saat klien sendirian melamun
DPP PPNI, 2018). Rencana tindakan keperawatan tiba-tiba ada bayangan hitam yang datang dan
lainnya yang digunakan adalah Art Drawing sangat menyeramkan.
Therapy, terapi ini menunjukkan hasil yang lebih Faktor predisosisi Klien tidak memiliki
efektif karena dengan menggambar responden riwayat gangguan jiwa di masa lalu dan tidak
dapat bercerita, mengeluarkan pikiran, perasaan memiliki riwayat kesehatan keluarga yang
dan emosi yang biasanya sulit untuk diungkapkan. memiliki gangguan jiwa. Klien mengatakan
Oleh karena itu, aktivitas menggambar dapat pernah dipukul oleh temannya saat melakukan
memberi motivasi, hiburan, serta kegembiraan TAK dan tidak melawan karena merasa takut.
yang dapat menurunkan perasaan cemas, marah, Klien pernah minum alkohol saat bekerja di Solo
atau emosi dan memperbaiki pikiran yang karena merasa stress.
biasanya kacau serta meningkatkan aktivitas Dari segi psikososial, klien mengatakan
motorik (Sari, dkk. 2018). tinggal bersama dan di asuh oleh orangtua dan
karena saudaranya banyak maka hubungan klien
dengan orang tua kurang dekat, jika mendapat
II. METODE PENELITIAN suatu masalah klien hanya diam dan tidak bercerita
Metode dalam penelitian ini menggunakan kepada siapapun. Klien mengatakan ingin segera
metode deskriptif, dengan memaparkan kasus pulang dan berkumpul dengan keluarga seperti
hingga proses keperawatan dengan masalah dulu. Saat di RSJ klien hanya diam tidak mau
keperawatan yang dipilih adalah gangguan kenalan dengan orang lain, klien mengatakan tidak
persepsi sensori halusinasi penglihatan pada klien perlu dan merasa malu karena disana tidak kenal
skizofrenia. siapa-siapa. Klien juga mengatakan ingin segera
Proses penelitian dilakukan secara daring sembuh dan tidak ingin lagi melihat bayangan
(dalam jaringan), dengan data yang dipaparkan hitam. Tingkat spiritual klien Klien mengatakan di
berasal dari laporan asuhan keperawatan RSJ sholat hanya sekali yaitu sholat dhuhur. Klien
mahasiswa profesi Ners Fakultas Keperawatan mengatakan tidak tahu dan klien merasa tidak
Universitas Jember periode Oktober 2019, di RSJ mengalami gangguan jiwa.
Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang. Penelitian
Dalam pengkajian Tn.A mrenunjukkan
ini menggunakan satu responden. Pengumpulan
ekspresi wajah serius saat bercerita, kontak mata komunikasi yang jelas dan terbuka, observasi
kurang, cara berjalan sedikit bungkuk. Klien perilaku verbal dan nonverbal klien terkait
tampak kotor, rambut pendek, kulit tampak kering halusinasi nya, tunjukkan sikap empati dan
dan banyak luka gatal, kuku panjang dan kotor. menerima klien apa adanya, berikan klien
Dalam pembicaraan sesuai atau nyambung kesempatan untuk mendiskusikan halusinasinya,
dengan pertanyaan, klien terkadang terdiam dorong klien mengekspresikan perasaan secara
ditengah pembicaraan seperti menyembunyikan tepat, identifikasi cara yang dilakukan klien saat
sesuatu. Gerakan yang dilakukan klien sangat halusinasinya muncul, beri reinforcement positif
kurang yaitu bangun dari tidur, mandi, dan duduk atau pujian jika yang dilakukan klien bermanfaat
hingga berjam-jam. Saat dilakukan pengkajian dan mampu mengekspresikan perasaan dengan
klien bergerak lambat dan ragu-ragu. baik, diskusikan cara baru untuk mengontrol
Dari segi persepsi klien mengalami halusinasi halusinasi dengan cara mengalihkan perhatian
penglihatan Klien mengatakan melihat bayangan klien dari halusinasi dengan mengisi kegiatan yang
hitam yang selalu mengikutinya, bayangan itu bermanfaat dan berinteraksi, libatkan selalu klien
muncul saat klien sendirian, tidak ada yang dalam aktivitas berbasis realitas, diskusi dengan
mengajak bicara dan merasa capek. Dalam sehari klien mengenai pengobatan secara optimal,
bayangan itu bisa muncul hingga 5 kali. Klien evaluasi dan diskusikan bersama klien mengenai
mengatkan takut kalau bayangan itu muncul. upaya yang telah dilakukan dan beri perhatian
Maka diagnosa keperawatan yang didapat serta dengarkan setiap hal yang klien ungkapkan.
berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan Hasil evaluasi yang didapatkan berdasarkan
kepada Tn. A yaitu Perubahan Persepsi Sensori tindakan keeperawatan sesuai dengan intervensi
Halusinasi Penglihatan. yang telah dibuat oleh peneliti yaitu pada Tn. A
Pada pengkajian yang dilakukan tanggal 2 yaitu diperoleh data subjektif (DS): klien
Oktober 2019 pada Tn.A, didapatkan data sebagai mengatakan merasa senang mencobanya. Klien
berikut: Data Subyektif (DS) klien mengatakan saat mengatakan takut jika bayangan hitam muncul
di RSJ klien hanya diam tidak mau kenalan dengan lagi. Data objektif (DO) klien mampu mengenal
orang lain, klien mengatakan tidak perlu dan halusinasi dengan bantuan dan mampu
merasa malu karena disana tidak kenal siapa-siapa. memperagakan cara menghardik dengan bantuan.
Klien mengatakan tidak bisa berbuat apa-apa Klien Analisa: gangguan persepsi halusinasi penglihatan
merasa malu untuk ikut melakukan kegiatan teratasi sebagian ditandai dengan kemampuan
bersama teman yang lain. Klien mengatkan takut klien mengenal halusinasi dan mengontrol dengan
kalau bayangan itu muncul. Klien mengatakan cara menghardik dan patuh minum obat dibantu.
takut kalau bayangan itu muncul. Klien Klien memasuki halusinasi tahap II: Condemning.
mengatakan dulu saat di Solo merasa susah untuk Perencanaan :klien latihan menghardik 3 kali
mencari uang sampai hidup serumah berlima sehari dan saat halusinasi muncul dan latihan
dengan saudara angkatnya dan berjualan sate. patuh minum obat 5 benar Perawat latih bercakap-
Data Obyektif (DO) klien Menghindari kontak mata cakap. Hasil evaluasi yang didapatkan berdasarkan
saat berinteraksi, Klien terlihat selalau menyendiri. tindakan keeperawatan sesuai dengan intervensi
Klien terlihat selalu menunjukkan kekurangan. tindakan psikoterapeutik SP IV yaitu DS: klien
Klien terlihat was-was dan curiga. Tindakan mengatakan senang mampu menggambar
keperawatan yang akan dilakukan berdasarkan pemandangan dan mampu menceritakan. Klien
pengkajian yang telah dilakukan pada Tn.A pada mengatakan takut jika bayangan hitam muncul
tanggal 2 oktober 2019, peneliti menyusun tujuan lagi. Data objektif: mampu mengenal halusinasi
dan rencana tindakan keperawatan untuk dengan bantuan. Mampu mengikuti TAK dengan
mengatasi masalah Perubahan Persepsi Sensori baik. Analisa: gangguan persepsi halusinasi
Halusinasi Penglihatan adalah sebagai berikut. penglihatan teratasi sebagian ditandai dengan
Tujuannya yaitu mengontrol halusinasi dengan kemampuan klien mengenal halusinasi dengan
cara melakukan aktivitas yang bermanfaat aktivitas dan patuh minum obat dibantu. Klien
(melakukan hal yang disukai klien, membesihkan memasuki halusinasi tahap II: Condemning.
lingkungan, menyiapkan dan mencuci peralatan Perencanaan: latihan aktivitas menggambar dan
makan), dapat mengurangi waktu melamun dan menceritakan sesuai yang digambarkan nya dan
fokus konsentrasi ketika berbicara dengan orang Latih patuh minum obat 5 benar.
lain, patuh minum obat serta mengikuti program
pengobatan secara optimal.
IV. PEMBAHASAN
Dari masalah yang telah ditemukan pada
klien, peneliti membuat beberapa rencana Skizofren adalah gangguan jiwa berat yang
tindakan keperawatan yang akan dilakukan pada ditandai adanya penurunan atau ketidakmampuan
Tn.A antara lain : bina hubungan dengan klien komunikasi, gangguan kognitif, afek tidak wajar,
dengan pendekatan sering dan singkat serta gangguan realitas (halusinasi atau waham) dan
kesulitan beraktivitas harian (Keliat dkk, 2011). Skizofrenia merupakan salah satu gangguan
Halusinasi adalah gangguan orientasi realita, jiwa berat yang umum terjadi. Halusinasi
dimana seseorang memberi respon tanpa adanya merupakan salah satu masalah yang sering
stimulus (Wuryaningsih dkk. 2018). Hal ini sejalan
ditemukan pada klien yang terdiagnosis
dengan temuan pada kasus kelolaan ini. Klien
disini mengalami jenis halusinasi penglihatan, skizofrenia. Klien pada kasus ini terdiagnosis
dimana klien merasa melihat bayangan hitam yang skiszofrenia dengan masalah halusinasi
mengikutinya saat dia sendiri dan diam. penglihatan.
Asuhan keperawatan dilakukan selama empat Intervensi yang diberikan kepada klien
hari sesuai dengan strategi pelaksanaan (SP) adalah dengan melaksanakan Strategi
untuk klien dengan halusinasi mulai dari SP 1 pelaksanaan (SP) halusinasi 1-4 dan
hingga SP 4 (Keliat, 2010 dalam Livana, dkk,
melaksanakan TAK sesi ke 3 (mengontrol
2018). Hari pertama dan kedua melakukan bina
hubungan saling percaya, menjelaskan tentang halusinasi dengan kegiatan) berupa Art Therapy.
halusinasi, cara mengontrol dengan menghardik Evaluasi dari pemberian intervensi tersebut
(SP 1), dan pemberian obat (SP 4). Hari ketiga adalah intervensi yang diberikan efektif. Hal ini
mengajarkan distraksi dengan kegiatan bisa dilihat dari gangguan presepsi halusinasi
menyenangkan (bercakap-cakap), sehingga penglihatan telah teratasi sebagian. Intervensi ini
endorphin dapat meningkat (SP 2), dilanjutkan juga disarankan untuk terus dilanjutkan kepada
dengan aktivitas terjadwal berupa makan,
klien untuk mengatasi masalah gangguan
menonton televisi, bermain dan menggambar (SP
3). presepsi sensori klien.
Evaluasi pada SP 1, pasien masih mendapati
bayangan yang muncul. Evaluasi SP 2, pasien
mampu melakukan dengan baik, pasien DAFTAR PUSTAKA
menyatakan dirinya dapat menyangkal bayangan
Candra. 2015. Terapi Okupasi Aktivitas
dengan cara bercakap-cakap ini. Evaluasi SP 3,
Menggambar Terhadap Perubahan Halusinasi
pasien menyatakan senang melakukan aktivitas
Pada Pasien Skizofrenia. Bali: Jurusan
menggambar, dapat berkumpul dengan teman, dan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar
mengisi waktu luang.
Hasil evaluasi yang diperoleh dari Art
Galderisi, S., A. Heins, M. Kastrup, J. Beezhold, dan
Drawing Therapy sejalan dengan penelitian
N. Sartorius. 2015. Toward a new definition
sebelumnya, yaitu efektif menurunkan gejala
of mental retardation. American Journal of
halusinasi (Candra, 2015) dengan sifat pengalihan
Mental Deficiency. 63(4):559–565.
perhatian (Wicaksono, 2017), mampu menjadikan
pasien komunikatif, dapat mencurahkan isi hati Keliat, dkk. 2014. Model Praktik Keperawatan
dan pikiran (Noronha, 2013), hal tersebut dapat Profesional Jiwa. Jakarta: EGC
terjadikarena terapi menggambar menstimulasi
kemampuan mengungkap isi pikiran melalui seni Livana, I. I. A. Ruhimat, Sujarwo, T. Suerni, Kandar,
yang baik dan terdapat sesi menjelaskan ulang dan A. Nugroho. 2018. Peningkatan
makna gambar sehingga meningkatkan kemampuan pasien dalam mengontrol
kemampuan komunikasi (Morrow, 2013). halusinasi melalui terapi aktivitas kelompok
Art Therapy ini bisa dikategorikan ke dalam stimulasi persepsi. Jurnal Ners Widya Husada .
TAK untuk klien halusinasi pada sesi ke 3 5(1):35–40.
(mengontrol halusinasi dengan kegiatan)
Morrow, R. 2013. The Use Of Art Therapy In A
(Wuryaningsih dkk. 2018). Pada asuhan yang
Patient With Chronic Schizophrenia. 48–51.
diberikan, TAK dengan kegiatan art therapy ini
efektif diterapkan kepada klien. Hal ini bisa dilihat Noronha, K. J. 2013. Case Report Working With Art
dari hasil evaluasi bahwa halusinasi telah teratasi In A Case Of Schizophrenia. 35(1):89–93.
sebagian. Hal ini sejalan dengan penelitian Livana,
dkk (2018) yang menyebutkan bahwa TAK sesi 1- Orrico-Sánchez, A., M. López-Lacort, C. Munõz-
3 efektif untuk menurunkan tingkat halusinasi Quiles, G. Sanfélix-Gimeno, dan J. Diéz-
yang semula berada pada tingkat sedang menjadi Domingo. 2020. Epidemiology of
tingkat rendah dengan p value 0.001 dan pengaruh schizophrenia and its management over 8-
pelaksanan TAK sesi 1-3 ini mampu mengontrol years period using real-world data in spain.
halusinasi klien sebesar 41%. Intervensi ini sesuai BMC Psychiatry. 20(1):1–9.
dan dapat dilanjutkan untuk klien.
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan
V. KESIMPULAN RI. 2019. InfoDatin Kesehatan Jiwa. 2019.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Sari, F. S., R. L. Hakim, I. Kartina, Dan A. Nurah-.
2018. Art Drawing Therapy Efektif
Menurunkan Gejala Negatif dan Positif Pasien
Skizofrenia. 248(2018)
Wicaksono. 2017. Teknik Distraksi Sebagai
Strategi Menurunkan Kekambuhan Halusinasi.
Surakarta: Program Studi Keperawatan,
Universitas Muhammadiyah Surakarta
World Health Organization. 2020. Meltal
Disorders.
https://www.who.int/mental_health/manage
ment/en/. [Diakses pada 15 Oktober 2020]
World Health Organization. 2019. Schizophrenia.
https://www.who.int/news-room/fact-
sheets/detail/schizophrenia. [Diakses pada 15
Oktober 2020]
Wuryaningsih, dkk. 2018. Buku Ajar: Keperawatan
Kesehatan Jiwa 1. Jember: UPT Percetakan &
Penerbitan Universitas Jember

Anda mungkin juga menyukai