Anda di halaman 1dari 6

Akuntansi Syariah

1. Definisi Murabahah
Secara bahasa, kata murabahah berasal dari bahasa Arab dengan akar kata ribh yang artinya
“keuntungan”. Sedangkan secara istilah, menurut Hakim (2012:116- 117), murabahah merupakan akad
jual beli atas barang tertentu, dimana penjual menyebutkan harga jual yang terdiri atas harga pokok
barang dan tingkat keuntungan tertentu atas barang, dimana harga jual tersebut disetujui pembeli.
Istilah yang hampir sama juga diberikan oleh Hulwati (2009:76) yang menyatakan bahwa
murabahah secara istilah adalah menjual suatu barang dengan harga modal ditambah dengan
keuntungan. Sedangkan dalam definisi para ulama terdahulu adalah jual beli dengan modal ditambah
keuntungan yang diketahui.
Menurut arti luas dari murabahah yaitu jual beli barang pada harga asal dengan tambahan
keuntungan yang disepakati.Menurut Fatwa DSN No.04/DSN-MUI/2000 tanggal 01 April 2000 bahwa
murabahah adalah menjual suatu barang dengan menegaskan bahwa harga belinya kepada pembeli
dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai margin.
2. Karakteristik Murabahah
SAK 102 paragraf 5 – 17 mengatakan karakteristik transaksi Murabahah,   diantaranya :
1) Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan. Murabahah
berdasarkan pesanan dimana penjual melakukan pembelian barang setelah ada
pemesanan dari pembeli.
2) Murabahah  berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat pembeli untuk
membeli barang yang dipesannya. Dalam murabahah  pesanan mengikat, pembeli tidak dapat
membatalkan pesanannya. Apabila asset murabahah  yang telah dibeli penjual dalam
pesanan  mengikat mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan kepada pembeli, maka
penurunan nilai tersebut menjadi beban penjual dan akan mengurangi nilai akad.
3) Pembayaran murabahah  dapat dilakukan secara tunai atau tangguh. Pembayaran tangguh
adalah pembayaran yang dilakukan tidak pada saat barang diserahkan kepada pembeli, tetapi
pembayarannya dilakukan dalam bentuk angsuran atau sekaligus pada waktu tertentu.
4) Akad murabahah  memperkenakan penawaran harga yang berbeda untuk cara
pembayarannya yang berbeda sebelum akad murabahah  dilakukan. Namun jika akad tersebut
telah disepakati maka hanya ada satu harga yang digunakan
5) Harga yang disepakatai dalam murabahah  adalah harga jual, sedangkan biaya perolehan
harus diberitahukan. Jika penjual mendapatkan diskon sebelum akad murabahah  maka
potongan itu merupakan hak pembeli. Sedangkan diskon yang diterima setelah
akad murabahah  disepakati maka sesuai dengan yang diatur dalam akad, dan jika tidak diatur
dalam akad maka potongan tersebut adalah hak penjual.
6) Diskon yang terkait dengan pembelian barang, antara lain meliputi:
 Diskon dalam bentuk apapun dari pemasok atas pembelian barang

Melani Pakaya ( 194022014 )


Akuntansi Syariah

 Diskon biaya asuransi dari perusahaan asuransi dalam rangka pembelian barang
 Komisi dalam bentuk apapun yang diterima terkait dengan pembelian barang
7) Diskon atas pembelian barang yang diterima setelah akad murabahah  disepakati dan diperlakukan
sesuai dengan kesepakatan dalam akad tersebut. Jika akad tidak mengatur maka diskon tersebut
menjadi hak penjual.
8) Penjual dapat meminta pembeli menyediakan agunan atas piutang murabahah  antara lain dalam
bentuk barang yang telah dibeli dari penjual.
9) Penjual dapat meminta uang muka kepada pembeli sebagai bukti komitmen pembelian sebelum
akad disepakati. Uang muka menjadi bagian pelunasan piutang murabahah  jika
akad murabahah  disepakati. Jika akad murabahah  batal, uang muka dikembalikan kepada pembeli
setelah dikurangi dengan kerugian sesuai dengan kesepakatan. Jika uang muka itu lebih kecil dari
kerugian, penjual dapat meminta tambahan dari pembeli.
10) Jika membeli tidak dapat menyelesaikan piutang murabahah,   penjual berhak mengenakan denda
kecuali jika dapat dibuktikan bahwa pembeli tidak atau belum mampu melunasi disebabkan
oleh force majeur.  Denda didasarkan pada pendekatan ta’zir  yaitu untuk membuat pembeli lebih
disiplin terhadap kewajibannya.
11) Penjual boleh memberikan potongan pada saat pelunasan piutang murabahah  jika pembeli :
melakukan pelunasan pembayaran tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang telah disepakati.
12) Penjual boleh memberikan potongan dari total piutang murabahah  yang belum dilunasi jika
pembeli : melakukan pembayaran cicilan tepat waktu dan atau mengalami penurunan kemampuan
pembayaran.
3. Pengakuan dan Pengukuran
Konsep pengakuan dan pengukuran transaksi murabahah  pada PSAK 59 mengatakan bahwa
yang wajib mencatat transaksi tidak hanya penjual saja, pembeli juga mencatat transaksi tersebut,
sehingga PSAK 102 mengatur tentang pengakuan dan pengukuran transaksi murabahah   dari sudut
pandang penjual dan pembeli.
A. Akuntansi untuk Penjual:
1) Pada saat perolehan, aset murabahah  diakui sebagai persediaan sebesar biaya perolehan.
2) Pengukuran aset  murabaha   setelah perolehan adalah sebagai berikut: (a)
jika murabahah  pesanan mengikat: (i) dinilai sebesar biaya perolehan; dan (ii) jika terjadi
penurunan nilai aset karena usang, rusak atau kondisi lainnya sebelum diserahkan ke
nasabah, penurunan nilai tersebut diakui sebagai beban dan mengurangi nilai aset: (b)
jika murabahah  tanpa pesanan atau murabahah  pesanan tidak mengikat: (i) dinilai
berdasarkan biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi, mana yang lebih
rendah; dan (ii) jika nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan,
selisihnya diakui sebagai kerugian.

Melani Pakaya ( 194022014 )


Akuntansi Syariah

3) Potongan pembelian aset murabahah  diakui sebagai berikut: (a) jika terjadi sebelum
akad murabahah,  sebagai pengurang biaya perolehan aset murabahah; (b) jika terjadi setelah
akad murabahah  dan sesuai akad yang disepakati, bagian yang menjadi hak nasabah: (i)
dikembalikan kepada nasabah jika nasabah masih berada dalam proses penyelesaian
kewajiban; atau (ii) kewajiban kepada nasabah jika nasabah telah menyelesaikan kewajiban;
(c) jika terjadi setelah akad murabahah  dan sesuai akad yang menjadi bagian hak lembaga
keuangan syariah diakui sebagai tambahan keuntungan murabahah; (d) jika terjadi setelah
akad murabahah  dan tidak diperjanjikan dalam akad diakui sebagai pendapatan operasi lain.
4) Kewajiban penjual kepada pembeli atas pengembalian potongan pembelian akan tereliminasi
pada saat: (a) dilakukan pembayaran kepada pembeli sebesar jumlah potongan setelah
dikurangi dengan biaya pengembalian; atau (b) dipindahkan sebagai dana kebajikan jika
pembeli sudah tidak dapat dijangkau oleh penjual.
5) Pada saat akad murabahah, piutang murabahah  diakui sebesar biaya perolehan
aset murabahah  ditambah keuntungan yang disepakati. Pada akhir periode laporan keuangan,
piutang murabahah  dinilai sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi, yaitu saldo piutang
dikurangi penyisihan kerugian piutang.
6) Keuntungan murabahah  diakui: (a) pada saat terjadinya akad murabahah  jika dilakukan
secara tunai atau secara tangguh sepanjang masa angsuran murabahah  tidak melebihi satu
periode laporan keuangan; atau (b) selama periode akad secara proporsional, jika akad
melampaui satu periode laporan keuangan.
7) Jika menerapkan pengakuan keuntungan secara proporsional, maka jumlah keuntungan yang
diakui dalam setiap periode ditentukan dengan mengalikan persentase keuntungan terhadap
jumlah piutang yang jatuh tempo pada periode yang bersangkutan. Persentase keuntungan
dihitung dengan perbandingan antara margin dan biaya perolehan aset murabahah. Alokasi
keuntungan dengan menggunakan metode didasarkan pada konsep nilai waktu dari
uang (time value of money)  tidak diperkenankan karena tidak diakomodasikan dalam kerangka
dasar.
8) Potongan pelunasan piutang murabahah  yang diberikan kepada pembeli yang melunasi tepat
waktu atau lebih cepat dari waktu yang disepakati diakui dengan menggunakan salah satu
metode berikut: (a) jika diberikan pada saat penyelesaian maka penjual mengurangi
piutang murabahah  dan keuntungan murabahah; atau (b) jika diberikan setelah penyelesaian,
penjual terlebih dahulu menerima pelunasan piutang murabahah  dari pembeli, kemudian
penjual membayar potongan pelunasan kepada pembeli dengan mengurangi
keuntungan murabahah.
9) Potongan angsuran murabahah  diakui sebagai berikut: (a) jika disebabkan oleh pembeli yang
membayar secara tepat waktu diakui sebagai pengurang keuntungan murabahah; (b) jika
disebabkan oleh penurunan kemampuan pembayaran pembeli diakui sebagai beban.

Melani Pakaya ( 194022014 )


Akuntansi Syariah

10) Denda dikenakan jika pembeli lalai dalam melakukan kewajibannya sesuai dengan akad, dan
denda yang diterima diakui sebagai bagian dana kebajikan.
11) Pengakuan dan pengukuran uang muka adalah sebagai berikut: (a) uang muka diakui sebagai
uang muka pembelian sebesar jumlah yang diterima; (b) pada saat barang jadi dibeli oleh
pembeli, uang muka diakui sebagai pembayaran piutang; dan (c) jika barang batal dibeli oleh
pembeli, uang muka dikembalikan kepada pembeli setelah diperhitungkan dengan biaya-biaya
yang telah dikeluarkan oleh penjual.
B. Akuntansi Pembeli Akhir:
Akuntansi Pembeli Akhir memiliki ketentuan sebagai berikut:
1) Utang yang timbul dari transaksi murabahah  tangguh diakui sebagai
utang murabahah  sebesar harga beli yang disepakati (jumlah yang wajib dibayarkan).
2) Aset yang diperoleh melalui transaksi murabahah  diakui sebesar biaya
perolehan murabahah  tunai. Selisih antara harga beli yang disepakati dengan biaya perolehan
tunai diakui sebagai beban murabahah  tangguhan.
3) Beban murabahah  tangguhan diamortisasi secara proporsional dengan porsi
utang murabahah.
4) Diskon pembelian yang diterima setelah akad murabahah, potongan pelunasan dan potongan
utang murabahah  sebagai pengurang beban murabahah  tangguhan.
5) Denda yang dikenakan akibat kelalaian dalam melakukan kewajiban sesuai dengan akad
diakui sebagai kerugian.
6) Potongan uang muka akibat pembeli akhir batal membeli barang diakui sebagai kerugian.

4. Penerapan untuk pembiayaan bank syariah


Murabahah yang dipraktikkan pada bank syariah dikenal dengan istilah Murabahah li al-aamir
bi al-syira. Ada tiga model penerapan Murabahah li al-aamir bi al-syira dalam praktik perbankan
syariah. Model Pertama penerapan Murabahah li al-aamir bi al-syira adalah konsisten terhadap fiqih
muamalah. Model Kedua dengan kesepakatan awal seperti pada model pertama dengan perbedaan
perpindahan kepemilikan langsung dari supplier kepada nasabah, sedangkan pembayaran dilakukan
bank langsung kepada supplier. Model Ketiga ini sering dipraktikkan di perbankan syariah. Bank
melakukan perjajian Murabahah dengan nasabah, dan pada saat yang sama mewakilkan (akad
wakalah) kepada nasabah agar nasabah membeli sendiri barang yang diinginkannya.
Pembiayaan Murabahah harusnya terjadi dua kali perjanjian jual beli agar sesuai dengan
Fatwa DSN MUI Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah, namun kenyataan yang banyak
terjadi dalam praktik perbankan syariah adalah hanya satu kali transaksi jual beli, yaitu hanya antara
supplier dan nasabah, hal ini persis seperti yang terjadi pada pemberian kredit oleh bank konvensional.
Hanya saja nasabah disini sebagai pembeli bertindak selaku kuasa dari bank syariah yang memberikan
pembiayaan. Dasar kuasa tersebut adalah Fatwa DSN MUI Nomor 10/DSN-MUI/IV/2000 tentang

Melani Pakaya ( 194022014 )


Akuntansi Syariah

Wakalah. Pada dasarnya, ketentuan yang yang berkaitan dengan akad Murabahah sudah sangat tegas
diuraikan dalam penjelasan akta pada Fatwa DSN MUI Nomor 04/DSNMUI/IV/2000 tentang
Murabahah. Dengan demikian yang selama ini dipraktikkan oleh perbankan syariah dalam pembiayaan
dengan akad Murabahah telah menyimpang beberapa ketentuan dalam Fatwa DSN MUI.

5. Penyajian
PSAK 102 (2008) paragraf 37-39, telah mengatur penyajian murabahah dalam laporan
keuangan sebagai berikut: a) Piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat
direalisasikan, yaitu saldo piutang murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang. b) Margin
murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) piutang murabahah. Beban
murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) hutang murabahah.
Berdasarkan PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah Laba Rugi bank syariat adalah sebagai
berikut:
Tabel 3 Laporan Laba Rugi
Periode 1 Januari s/d Desember 2010

Pendapatan Operasi Utama Bank Syariat


Pendapatan dari jual beli:
Murabahah xxx
Ishtisna xxx
Ishtisna xxx
Salam xxx

Pendapatan bagi hasil


Mudharabah xxx
Musyarakah xxx
xxx
Pendapatan dari sewa xxx
Pendapatan operasi utama lainnya xxx
Hak pihak ketiga atas bagi hasil TT xxx
Pendapatan operasional lainny xxx
Beban operasi lainnya:
Beban umum dan Administrasi (beban Muqasah) xxx
Beban tenaga kerja xxx
Pendapatan non operasi xxx
Beban non operasi (xxx)

Melani Pakaya ( 194022014 )


Akuntansi Syariah

Berdasarkan PSAK 107, posisi neraca kolom aktiva adalah sebagai berikut.

Tabel 4 Neraca Bank Syariat X Per 31 Desember 2010

Aktiva Pasiva
Piutang murabahah Rp XXX
Margin murabahah tangguhan (Rp XXX)
Piutang murabahah bersih Rp XXX

6. Pengungkapan
Pengungkapan transaksi murabahah berdasarkan PSAK 102 adalah sebagai berikut. Pertama,
penjual mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi murabahah, tetapi tidak terbatas pada:
harga perolehan aset murabahah, janji pemesanan dalam murabahah berdasarkan pesanan sebagai
kewajiban atau bukan, dan pengungkapan yang diperlukan sesuia PSAK 101: Penyajian Laporan
Keuangan Syariat. Kedua, pembeli mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi murabahah,
tidak terbatas pada nilai tunai aset yang diperoleh dari transaksi murabahah, jangka waktu murabahah
tangguh, dan pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariat.

Melani Pakaya ( 194022014 )

Anda mungkin juga menyukai