Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Muqaddimah :
Ayat Kursiy adalah ayat ke 255 dalam surah Al-
Baqarah; ia merupakan ayat yang paling agung dalam Al-Qur-
ân sebagaimana halnya surah Al-Fâtihah merupakan surah yang
paling agung. Keterangan ini disebutkan dalam sebuah hadits,
dari Ubay bin Ka'ab. Sesungguhnya Rasûlullâh saw. bertanya
kepadanya :
َﺃَﻳُﺔ: ﻝ
َ َﻓَﺮَﺩَّﺩَﻫﺎ ِﻣَﺮﺍًﺭﺍ ُﺛَّﻢ َﻗﺎ،ﻋَﻠُﻢ
ْ ﺳْﻮُﻟُﻪ َﺃ
ُ َﺍﻟَّﻠُﻪ َﻭَﺭ: َﻈُﻢ ؟ َﻗﺎﻝ َ ﻋْ ﺏ ﺍﻟَّﻠِﻪ َﺃ ِ ﻲ ِﻛَﺘﺎ ٍ ﻱ َﺃ َﻳٍﺔ ِﻓ
ُّ َﺃ
ﻚ ﺍْﻟِﻌْﻠَﻢ َﺃَﺑﺎﺍْﻟُﻤْﻨِﺬِﺭ
َ ِﻟ ُﻴِﻬَّﻨ: ﻝ
َ ﺳﻲ َﻗ ﺎ
ِ ﺍْﻟُﻜْﺮ
Artinya :
“Manakah ayat yang paling agung dalam Kitabullâh ?”. Ubay
menjawab : “Allâh dan Rasul-Nya yang lebih tahu”. Maka
Beliau mengulangi pertanyaannya berkali-kali. Lalu Ubay pun
menjawab : “Ayat Kursiy”. Nabi saw. pun bersabda : “Semoga
‘ilmu itu menjadi kenikmatan bagi-mu ya Abal-Mundzir
(panggilan Ubay bin Ka'ab)”.
(H.R. Muslim. Lihat tafsir Ibnu Katsîr juz I, hal. 304).
1
Al-Imam Ibnu Katsîr dalam Tafsîr-nya menyatakan
bahwa ayat Kursiy mengandung 10 (sepuluh) masalah, yaitu :
ﻻ ُﻫََﻮ
ّ ﻻ ِﺇَﻟَﻪ ِﺇ
َ َﺍﻟَّﻠُﻪ
ُﻫَﻮ ّ ِﺇ
ﻻ ِﺇَﻟَﻪ َ ﻻ َﺍﻟَّﻠُﻪ
Dia Kecuali (selain) Ilâh Yang tiada Allâh
Masalah Kedua :
َﺍْﻟَﺤُّﻲ ﺍﻟَﻘُّﻴْﻮُﻡ
2
ﺍﻟَﻘُّﻴْﻮُﻡ ُّ ﺤ
ﻲَ َﺍْﻟ
Yang Berdiri Sendiri Yang Hidup
4
Masalah Ket iga :
ﻻ َﻧْﻮٌﻡ
َ ﺳَﻨٌﺔ َﻭ
ِ ﺧُﺬُﻩ
ُ ﻻ َﺗْﺄ
َ
َﻧْﻮٌﻡ
َ ﻻ َﻭ ﺳَﻨٌﺔ
ِ ﺧُﺬُﻩ
ُ َﺗْﺄ َ ﻻ
Tidur Tidak Dan Rasa Mengenai Tidak
juga Kantuk pada-Nya
ﻲ ﺍْﻟَﻘُّﻴْﻮِﻣَﻴَﺔ َﻭ
ْ ﻥ ﺍﻟَّﻨْﻮَﻡ ُﻳَﻨﺎِﻓ
َّ َﻓِﺈ، ﺣ َﻴﺎِﺗِﻪ َﻭ َﻗ ُّﻴْﻮِﻣَﻴ ِﺘِﻪ
َ ﻝ
ِ ﺴَﺘْﻠِﺰ ُﻡ ِﻟَﻜ َﻤﺎ
ْ ﺴ َﻨِﺔ َﻭ ﺍﻟَّﻨْﻮِﻡ ُﻣ
َّ ﺧُﺬ ﺍﻟ
ْ ﻲ َﺃَ َﻭ ُﻧِﻔ
ِ ﺧْﻮ ﺍْﻟ َﻤْﻮ
ﺕ ُ ﺍﻟ َّﻨْﻮُﻡ َﺃ
Artinya :
“Tidak adanya rasa kantuk dan tidur --bagi Allâh--menetapkan
(memastikan) akan kesempurnaan hidup-Nya dan kemandirian
-Nya. Karena tidur itu menghilangkan sifat kemandirian, dan
tidur saudaranya mati”.
(Lihat Syarhul-‘Aqidatul-Wâsithiyyah oleh Zaid bin ‘Abdul-‘Aziz bin
Fayyâdh, hal 63).
Masalah Keempat :
ِ َﻲ ْﺍﻷْﺭ
ﺽ ْ ﺕ َﻭَﻣﺎ ِﻓ
ِ ﺴَﻤﺎَﻭﺍ
َّ ﻲ ﺍﻟ
ْ َﻟُﻪ َﻣﺎ ِﻓ
َْﺍﻷْﺭ ْ ِﻓ
ﻲ َﻣﺎ َﻭ ِ ﺴَﻤﺎَﻭﺍ
ﺕ َّ ﺍﻟ ْ ِﻓ
ﻲ َﻣﺎ َﻟُﻪ
ِ ﺽ
Bumi Di Apa dan Langit Di Apa Bagi-Nya
dalam saja dalam saja -lah
ﻻ ِﺑَِﺈْﺫ ِﻧِﻪ
ّ ﻋ ْﻨَﺪُﻩ ِﺇ
ِ ﺸَﻔُﻊ
ْ ﻱ َﻳ
ْ ﻦ َﺫﺍﺍَّﻟِﺬ
ْ َﻣ
7
Adapun “Syafâ'at” di dalam ayat ini mengandung
makna yang kedua, yaitu :” Permohonan seseorang yang --
berniat-- membantu orang lain, kepada Allâh berkenaan dengan
suatu kebutuhan yang ia minta untuk orang lain tersebut”,
karena “Syafâ'at” disini berkaitan dengan peristiwa yang terjadi
di hari qiyâmat, yaitu pada waktu semua manusia berkumpul
menghadiri pengadilan di Padang Mahsyar, sebagaimana
disebutkan dalam surah An-Nabâ (78) ayat 38 :
ﺻَﻮﺍًﺑﺎ
َ ﻝ
َ ﻦ َﻭَﻗﺎ
ُ ﺣَﻤ
ْ ﻥ َﻟُﻪ ﺍﻟَّﺮ
َ ﻦ َﺃِﺫ
ْ َﻻ ﻣ
ّ ﻥ َﺇ
َ ﻻ َﻳَﺘَﻜَﻠُﻤْﻮ
َ ﺻًّﻔﺎ
َ ﺡ َﻭ ﺍْﻟَﻤﻼِﺋَ َﻜُﺔ
ُ َﻳْﻮَﻡ َﻳُﻘْﻮُﻡ ﺍﻟُّﺮْﻭ
Artinya :
“Pada hari, ketika Ruh (“Malaikat Jibril”) dan para Malaikat
berdiri ber shaf-shaf, mereka tidak berkata-kata kecuali siapa
yang telah diberi idzin kepadanya oleh Rabb Yang Maha
Pemurah; dan ia mengicapkan perkataan yang benar”.
8
Dan di dalam hadits-hadits yang shahîh disebutkan
bahwa orang yang pertama kali mendapat idzin untuk memberi
syafâ'at adalah Rasûlullâh saw. sebagaimana disebutkan dalam
sebuah hadits, bahwa Beliau saw. pada hari Qiyamat datang
menghadap kepada Rabb-nya, lalu Beliau sujud dan terus-
menerus memuji-Nya. Beliau saw. tidak langsung memberikan
syafâ’at. Kemudian Allâh berfirman kepadanya :
ﺸَﻔْﻊ
ْ ﺷَﻔْﻊ ُﺗ
ْ َﻭ ﺍ،ﻂ
َ ﻞ ُﺗْﻌ
ْ ﺳ
َ ﺴ َﻤْﻊ َﻭ
ْ ﻞ ُﻳ
ْ ﻚ َﻭ ُﻗ
َ ﺳ
َ ﺍْﺭَﻓْﻊ َﺭْﺃ
Artinya :
“Angkat-ah kepala-mu, dan bicaralah akan didengar, mintalah
akan diberi, dan berilah Syafâ'at, karena engkau diberi
Syafâ'at”.
(Lihat Syarah Kitâbut-Tauhîd, hal 214).
10
mengenai hal ini adalah muttawatir dari Nabi saw. Dan
para Shahabatpun telah sepakat (ijma') tentang hal ini,
demikian pula para Ahlus-Sunnah dari masa ke masa. Maka
barang siapapun mengingkarinya, ia termasuk Ahli Bid'ah
dan sesat.
Masalah Keenam :
ﺧْﻠَﻔُﻬْﻢ
َ ﻦ َﺃ ْﻳِﺪْﻳِﻬْﻢ َﻭ َﻣﺎ
َ َﻳْﻌَﻠُﻢ َﻣﺎ َﺑ ْﻴ
11
ﺧْﻠَﻔُﻬ ْﻢ
َ َﻣﺎ َﻭ َﺃْﻳِﺪْﻳِﻬ ْﻢ َ َﺑْﻴ
ﻦ َﻣﺎ َﻳْﻌَﻠُﻢ
Di Apa dan Depan Di Apa Dia
belakang saja mereka antara saja Mengetahui
mereka
Masalah Ket u j uh :
ﺷﺎ َء
َ ﻻ ِﺑََﻤﺎ
ّ ﻋْﻠ ِﻤِﻪ ِﺇ
ِ ﻦ
ْ ﻲٍء ِﻣ
ْ ﺸ
َ ﻥ ِﺑ
َ ﻄْﻮ
ُ ﺤْﻴ
ِ ﻻ ُﻳ
َ َﻭ
ﺷﺎَء
َ ِﺑَﻤﺎ َّ ِﺇ
ﻻ ﻋْﻠِﻤِﻪ
ِ ْ ِﻣ
ﻦ ﻲٍء
ْ ﺸ
َ ِﺑ َ ﻄْﻮ
ﻥ ُ ﺤْﻴ
ِ ُﻳ َ َﻭ
ﻻ
Dengan apa Ke- ‘Ilmu dari Sedikit- Mengu- Dan
yang Dia cuali -Nya pun asai tidak
Kehendaki (mereka)
Masalah Kedelap an :
ِ َﺕ َﻭ ْﺍﻷْﺭ
ﺽ ِ ﺴَﻤﺎَﻭﺍ
َّ ﺳُّﻴُﻪ ﺍﻟ
ِ ﺳَﻊ ُﻛْﺮ
ِ َﻭ
ِ َْﺍﻷْﺭ
ﺽ َﻭ ِ ﺴَﻤﺎَﻭﺍ
ﺕ َّ ﺍﻟ ﺳُّﻴُﻪ
ِ ُﻛْﺮ ﺳَﻊ
ِ َﻭ
Bumi dan (meliputi) Kursiy-Nya - Sangat
Langit luas
13
Para mufassir berbeda pendapat mengenai makna
“Kursiy ( ﻲُّ ﺳ
ِ ;”) ُﻛْﺮdan ada 3 (tiga) pendapat yang paling
popular, yaitu :
14
“Adapun kata Kursiy biasa digunakan untuk makna
Kekuasaan. Maka --arti kalimat-- “Sangat luas Kursiy-Nya -
-meliputi-- langit dan bumi” ialah : “Sungguh luas kekuasan
-Nya pada keduanya (langit dan bumi). Dan merupakan --
pengertian-- yang hakiki dilihat dari sisi akal”.
(Lihat tafsir Fî Zhilâlil-Qur-ân jilid I, hal. 423).
ﻈُﻬ َﻤﺎ
ُ ﺣْﻔ
ِ ﻻ َﻳُﺌْﻮُﺩُﻩ
َ َﻭ
ﻈُﻬَﻤﺎ
ُ ﺣْﻔ
ِ َﻳُﺌْﻮُﺩُﻩ َ ﻻ َﻭ
Menjaga keduanya Memberatkan Tidak Dan
(langit & bumi) pada-Nya
16
Al-Imâm Ibnu Katsîr memberikan komentar mengenai
ayat ini yang kami ringkas, beliau berkata :
َ ﻞ َﺫِﻟ
ﻚ ْ ﻦ َﺑ ْﻴَﻨُﻬَﻤ ﺎ َﺑ
ْ ﻦ ِﻓْﻴِﻬَﻤ ﺎ َﻭ َﻣ
ْ ﺽ َﻭ َﻣ
ِ َﺕ َﻭ ْﺍﻷْﺭ
ِ ﺴَﻤﺎَﻭﺍ
َّ ﻆ ﺍﻟ
َ ﺣْﻔِ ﻻ َﻳْﻜَﺘِﺮُﺛُﻪ َ ﻻ ُﻳ ْﺜِﻘُﻠُﻪ َﻭ
َ
ﺴْﻴٌﺮ َﻟَﺪْﻳِﻪ
ِ ﻋَﻠ ْﻴِﻪ َﻭ َﻳ
َ ﻞ ٌ ﺳْﻬ َ
Artinya :
“Tidak memberatkan dan menyusahkan pada-Nya, menjaga
langit dan bumi, dan semua makhluq yang ada di dalam
keduanya (langit dan bumi), dan juga yang terdapat di antara
keduanya; bahkan hal itu mudah bagi-Nya dan ringan di sisi-
Nya” (Lihat Tafsir Al-Qurthubî juz II hal. 310).
ﻈْﻴُﻢ
ِ ﺍْﻟَﻌ ُّ ﺍْﻟَﻌِﻠ
ﻲ ُﻫَﻮ َﻭ
Dan Maha Agung Maha Tinggi Dia Dan
“
Dengan per t olongan All âh SWT. selesailah kaj ian
Taf sîr Ayat Kur siy”
18