Anda di halaman 1dari 73

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi dan informasi di abad 21 merupakan tantangan bagi

penyelenggara pendidikan. Peningkatan mutu, relevansi, dan efisiensi pendidikan

untuk menghadapi tantangan sesuai dengan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan

global harus senantiasa dilakukan dalam menjamin pemerataan kesempatan

pendidikan Sehubungan dengan itu maka saat ini diperlukan upaya menciptakan

budaya dan struktur sosial dan pendidikan yang akan memfasilitasi dan memelihara

pengembangan alat sekarang dan di masa depan (Ismiati, 2020). Perkembangan

teknologi dalam dunia pendidikan telah banyak menghasilkan inovasi-inovasi baru

guna menunjang proses pembelajaran. Salah satunya adalah semakin banyaknya

variasi media pembelajaran berkat perkembangan teknologi yang semakin pesat.

Abad 21 ditandai dengan berkembangnya teknologi informasi yang sangat pesat serta

perkembangan otomatis dimana banyak pekerjaan yang sifatnya pekerjaan rutin dan

berulang-ulang mulai digantikan oleh mesin, baik mesin produksi maupun computer

(Wijaya dkk, 2016 ).

Sebagaimana sudah diketahui dalam abad 21 ini sudah berubah total baik

masyarakat maupun dunia pendidikannya. Salah satu ciri yang paling menonjol pada

abad 21 adalah semakin bertautnya dunia ilmu pengetahuan, sehingga sinergi di

antaranya menjadi semakin cepat. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi

1
di dunia pendidikan, telah terbukti semakin menyempitnya dan meleburnya faktor

“ruang dan waktu” yang selama ini menjadi aspek penentu kecepatan dan

keberhasilan penguasaan ilmu pengetahuan oleh umat manusia (Muhimmatin dkk,

2015).

Pembelajaran abad 21 merupakan pemebelajaran yang mempersiapkan generasi

dimana kemajuan teknologi informasi dan komunukasi berkembang begitu cepat

memiliki pengaruh berbagai aspek termasuk pada proses belajar mengajar. Karena

Perubahan di dalam semua segi kehidupan manusia dewasa ini terutama disebabkan

karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (Budiman, 2017).

Salah satu contoh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi memiliki

pengaruh terhadap proses pembelajaran ialah peserta didik diberikan kesempatan dan

dituntut untuk mampu mengembangkan ketrampilannya dalam menguasai teknologi

informasi dan komunikasi khususnya computer. Maka dari itu Realitas di atas

mengharuskan pendidik untuk menghadirkan konten pembelajaran kolaboratif untuk

benar-benar menyiapkan anak didik menghadapi realitas abad 21 (Prayogi dkk, 2019)

sehingga peserta didik memiliki kemampuan dalam menggunakan teknologi pada

proses yang bertujuan untuk mencapai ketrampilan berpikir dan belajar peserta didik.

Berpijak pada Abad 21, sudah seharusnya siswa dituntut untuk terus mengembangkan

pengetahuan yang dimilikinya dalam proses pembelajaran. Pembelajaran Abad 21

terutama pada Kurikulum 2013 lebih menekankan peserta didik belajar melalui

contoh-contoh, penerapan, dan pengalaman dunia. pembelajaran abad 21 juga

2
mengharuskan guru kreatif dan inovatif mempraktekkan model-model pembelajaran

yang dapat mengkonstruksi pengetahuan peserta didiknya. Kombinasi antara model

pembelajaran dan penggunaan teknologi digital akan menimbulkan kreativitas dan

inovasi peserta didik (Syahputra, 2018). Pembelajaran Abad 21 lebih menekankan

pada pengetahuan peserta didik dengan mengembangkan keterampilan atau potensi

yang dimiliki oleh peserta didik. Empat pilar dalam pembelajaran Abad 21 meliputi:

(1) communication (komunikasi), (2) collaboration (kolaborasi), (3) critical thinking

(berpikir kritis), dan (4) creativity (kreatif) atau disebut dengan 4C (Supadma dkk,

2019)

Kegiatan pembelajaran di sekolah harus merujuk pada 4 karakter belajar abad 21

yang biasanya dirumuskan dalam 4C yakni; (1) communication artinya, pembelajaran

yang dilaksanakan oleh guru dan peserta didik harus terjadi komunikasi multi arah,

(2) collaboration artinya, pada proses pembelajaran guru hendaknya menciptakan

situasi dimana peserta didik dapat belajar bersama-sama atau berkelompok, sehingga

akan tercipta suasana demokratis dimana peserta didik dapat belajar menghargai

perbedaan pendapat, menyadari kesalahan yang ia buat, serta dapat memupuk rasa

tanggung jawab dalam mengerjakan tangung jawab yang diberikan. (3) critical

thinking and problem solving artinya, proses pembelajaran hendaknya membuat

peserta didik dapat berpikir kritis dengan menghubungkan pembelajaran dengan

masalah-masalah kontekstual yang ada dalam kehidupan sehari-hari. (4) creativity

and innovation artinya, pembelajaran harus menciptakan kondisi di mana peserta

didik dapat berkreasi dan berinovasi (Iskandar dkk, 2020)

3
Pembelajaran abad 21 pada 4C sangat cocok untuk diajarkan pada peserta didik

saat ini karena hal ini sangat penting bagi peserta didik untuk memecahkan berbagai

masalah yang muncul dengan penalaran yang logis dan solusi yang tepat. Menurut

Makhrus dkk, (2018) Penguasaan keterampilan abad 21 sangat cocok karena 4C

adalah jenis softskill yang pada implementasi sehari-hari, jauh lebih bermanfaat

ketimbang sekadar penguasaan hardskill. Pengembangan kemampuan keterampilan

abad 21 peserta didik dimaksudkan untuk: (1) bisa menyiapkan peserta didik agar

berhasil menghadapi kehidupan (2) bisa menciptakan masyarakat yang memiliki

kepedulian dan pemahaman/literasi terhadap lingkungan (environmental literacy) dan

(3) bisa meningkatkan kemamp uan peserta didik dalam menganalisis, mengkritisi,

menyarankan ide-ide, memberi alasan secara induktif dan deduktif, serta untuk

mencapai kesimpulan yang faktual berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang

rasional. Maka dari itu Indikator untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi

meliputi menganalisis, mengevaluasi, mencipta. Di dalam pembelajaran guru harus

menciptakan suasana yang dapat menumbuhkan minat peserta didik pada

pembelajaran berbasis literasi. Selain itu guru harus dapat membuat pembelajaran

yang diajarkan oleh guru mampu mendorong siswa berpikir tingkat tinggi dan

pembelajaran tersebut dapat melatih siswa sehingga setiap individu memiliki

keterampilan 4C (Ariyani dkk, 2019)

Hal ini juga bisa menuntut peran pendidik untuk mengembangkan keterampilan

baik hard skill maupun soft skill pada peserta didik dalam pembelajaran di sekolah

agar dapat terjun ke dunia pekerjaan dan siap berkompetisi dengan negara lain. Guru

4
menyiapkan segala perangkat seperti kurikulum, Rencana Pelaksaan Pembelajaran,

dan model atau metode yang diintergrasikan dengan pembelajaran abad 21

(Septikasari dkk, 2018). Mengembangkan keterampilan abad 21 dalam

pembelajaran, diharapkan setiap individu memilki keterampilan untuk hidup di abad

21 dengan berbagai peluang dan tantangan yang akan di hadapi di era kemajuan

teknologi dan informasi.

Berdasarkan hasil observasi 28 bulan desember tahun 2020 di SMA negeri 5 kota

ternate bahwa pada umumnya perangkat pembelajaran yang digunakan saat ini belum

ada perubahan dan perkembangan kecakapan belajar dan berinovasi abat 21 yang

mencerminkan 4C, langka-langka pembelajaran belum sistematis memenuhi kriteria

pendekatan saintifik, tahapan-tahapan model pembelajaran belum tercantum dalam

perangkat pembelajaran, penilaian tahapan/sintaks belum sesuai dengan

pengembangan budaya literasi artinya guru masih belum memahami cara

implementasi model pembelajaran, guru belum memiliki informasi tentang format

perangkat pembelajaran abad 21, guru belum memiliki keterampilan dalam

menentukan model pembelajaran berdasarkan kurikulum, dan guru belum terampil

dalam menyusun lembar kerja peserta didik berbasis model pembelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut peneliti berkesimpulan bahwa perangkat

pembelajaran yang masih bersifat konvensional tersebut yang akan diterapkan di

kelas membuat peserta didik tidak bisa berpikir lebih kritis, tidak bisa

berkreasi/berkreatif dan tidak bisa berkomunikasi dengan baik & tidak bisa

berkolaborasi dengan orang lain.

5
Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti bermaksud mengembangan perangkat

pembelajaran abad 21 terintegrasi model pembelajaran inkuiri terbimbing dipadu

dengan think pair share (TPS) harapannya guru bisa memahami cara implementasi

model pembelajaran. Seorang guru harus memahami seluruh perangkat pembelajaran

yang akan digunakan pada saat pembelajaran berlangsung di kelas. Olehnya itu, guru

tersebut bisa membuat perangkat pembelajaran yang berinovatif dan memiliki

keterampilan dalam menentukan model pembelajaran berdasarkan kurikulum yang

terintegrasi dengan seluruh perangkat pembelajaran yang akan diajarkan agar saat

pembelajaran berlangsung, tujuan pembelajaran tercapai (Zulkarnain dkk, 2020).

Tujuan dalam penelitian ini ialah untuk mengenalkan perangkat pembelajaran 4C dan

teori-teori yang mendasarinya sehingga dapat mendukung para guru untuk

menerapkannya dalam proses pembelajaran.

Model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dipadu dengan Think Pair Share (TPS)

yang terintegrasi masuk kedalam konsep keanekaragaman hayati melalui sebuah

perangkat pembelajaran yang telah di rancanng, sangatlah cocok untuk diterapakan

pada pembelajaran di SMA Kelas I Semester I. Perangkat pembelajaran ini

dikembangkan dengan indikator-indikator yang telah terukur dengan berbagai macam

pertimbangan diantaranya; (1) ketrampilan komunikasi, (2) ketrampilan kolaborasi,

(3) ketrampilan berpikir kritis, dan (4) ketrampilan kreatif. Empat ketrampilan ini

artinya siswa bisa bekerja sama dengan teman lain untuk mengidentifikasi suatu

masalah sehingga bisa juga membangun dialog bersama orang lain dan bisa

menjawab masalah yang di identifikasi melalui sebuah model pembelajaran yang

6
tepat yaitu model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dipadu dengan Think Pair Share

(TPS).

Perangkat pembelajaran sangatlah diperlukan seorang guru untuk membelajarkan

siswa di kelas karena perangkat pembelajaran bisa mempermudah seorang guru

hanya dengan melihat perangkat tanpa harus banyak berpikir dan mengingat.

perangkat pembelajaran juga adalah alat atau perlengkapan untuk melaksanakan

proses yang memungkinkan pendidik dan peserta didik melakukan kegiatan

pembelajaran (Masitah, 2018). Guru dapat mengevaluasi dirinya sendiri sejauh mana

perangkat pembelajaran yang telah dirancang terpablikasi di dalam kelas. Perangkat

pembelajaran adalah sejumlah bahan, alat, media, petunjuk dan pedoman yang

digunakan dalam proses pembelajaran. guru tidak akan optimal dalam mengajar

apabila tidak memiliki persiapan yang dikembangkan berupa perencanaan

pembelajaran. (Suharto, 2017). Perangkat pembelajaran bisa memberikan panduan di

dalam kelas. Perangkat pembelajaran merupakan hal yang harus disiapkan oleh guru

sebelum melaksanakan pembelajaran (Hapsari dkk, 2018). Perangkat pembelajaran

yang akan dirancang pada peneltian ini adalah berupa RPP, bahan ajar, media

pembelajaran (multimedia), lembar kerja peserta didik, dan instrumen penilaian

dalam melaksanakan proses yang memungkinkan pendidik dan peserta didik

melakukan kegiatan pembelajaran di kelas.

Pengembangan perangkat pembelajaran abad 21 terintegrasi model pembelajaran

inkuiri terbimbing dipadu dengan think pair share (TPS) akan dikemas kedalam suatu

7
rancangan pembelajaran dalam bentuk RPP, bahan ajar, media pembelajaran

(multimedia), lembar kerja peserta didik, dan instrumen penilaian. Model

pembelajaran Inkuiri Terbimbing ada enam aspek yang harus diperhatikan, meliputi:

orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data,

menguji hipotesis menarik kesimpulan. Selanjutnya pada tahap ini peserta didik

dituntut untuk mendeskripsikan temuan yang telah diperoleh berdasarkan hasil

pengujian hipotesis, sehingga dapat mencapai kesimpulan yang akurat. Sedangkan

pada model pembelajaran TPS (think pair share) ada tiga aspek yaitu : thingking,

pairing, dan sharing. Kedua sintak model pembelajaran ini akan dikemas kedalam

suatu rancangan pembelajaran dalam bentuk RPP. Pengembangan perangkat

pembelajaran ini menjadi suatu produk penelitian dalam rangka pengembangan ilmu

pengetahuan peserta didik upaya membentuk peserta didik yang mampu dan bisa

mengaplikasikan kepribadian yang baik.

Melalui produk pengembangan perangkat pembelajaran abad 21 terintegrasi

model pembelajaran inkuiri terbimbing dipadu dengan think pair share (TPS)

diharapkan mampu memberikan kontribusi yang positif dan diberi kesempatan

kepada peserta didik untuk belajar mengasah keterampilannya sehingga dapat

mengatasi tantangan global, seperti keterampilan berpikir kritis, mampu memecahkan

masalah, kemampuan berkomunikasi secara efektif, kreatif, inofatif dan dapat

memecahkan masalah melalui negosiasi dan kolaborasi serta mengembangkan

karakter positif peserta didik agar bertindak sesuai dengan kompotensi yang telah

dimikinya. Pengembangan perangkat pembelajaran abad 21 terintegrasi model

8
pembelajaran inkuiri terbimbing dipadu dengan think pair share (TPS) diharapkan

juga menjadi salah satu kompetensi dasar guru dalam menerapkan sistem

pembelajaran yang lebih baik, serta diharapkan menjadi dasar sebagai salah satu

referensi bagi lembaga pendidikan di SMA-SMA demikian juga di SMA Negeri 5

kota ternate mengingat belum adanya penelitian terkait pengembangan perangkat

pembelajaran abad 21 yang terintegrasi model pembelajaran Inkuiri Terbimbing

dipadu dengan Think Pair Share (TPS).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merasa perlu guru di SMA

negeri 5 kota ternate sangat membutuhkan perangkat pembelajaran yang inofatif dan

berkualitas dalam rangka meningkatkan ketrampilan 4C pada peserta didik dan juga

sebagai bahan referensi bagi guru. Oleh karena itu, peneliti berkeinginan untuk

melakukan penelitian dengan judul “pengembangan perangkat pembelajaran abad 21

terintegrasi model pembelajaran inkuiri terbimbing dipadu dengan think pair share

(TPS) di sma negeri 5 kota ternate kelas I semester I pada konsep keanekaragaman

hayati”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada paparan latar belakng di atas, dapat diidentifikasi

masalah sebagai berikut :

1) Kurangnya pemahaman para penyelenggara, dan para pelaksana, termasuk

guru dan kepala sekolah terhadap kurikulum 2013 yang berbasis abad 21.

2) Kurangnya kemampuan guru dalam pengembangan penyusunan rencana

9
pelaksanaan pembelajaran dengan pembelajaran berbasis abad 21 sesuai

dengan tuntutan kurikulum

3) Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran

yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam

dan berjuang pada pembelajaran yang berpusat pada guru.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan beberapa permasalahan yang ada, peneliti memfokuskan pada

masalah pengembangan perangkat pembelajaran abad 21 terintegrasi model

pembelajaran inkuiri terbimbing dipadu dengan think pair share (TPS) di SMA negeri

5 kota ternate kelas I semester ganjil pada konsep keanekaragaman hayati

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka

permasalahan pokok dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1) Bagaimanakah pengembangan perangkat pembelajaran abad 21 terintegrasi model

pembelajaran inkuiri terbimbing dipadu dengan think pair share (TPS) di sma

negeri 5 kota ternate kelas I semester I pada konsep keanekaragaman hayati

yang dikembangkan dalam penelitian ini layak untuk digunakan pada proses

pembelajaran?

2) Bagaimanakah respon guru terhadap pengembangan perangkat pembelajaran abad

21 terintegrasi model pembelajaran inkuiri terbimbing dipadu dengan think pair

share (TPS) di sma negeri 5 kota teranate kelas I semester I pada konsep

keanekaragaman hayati?

10
E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas maka dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

3) Untuk mengetahui bagaimanakah pengembangan perangkat pembelajaran abad 21

terintegrasi model pembelajaran inkuiri terbimbing dipadu dengan think pair

share (TPS) di sma negeri 5 kota ternate kelas I semester I pada konsep

keanekaragaman hayati yang dikembangkan dalam penelitian ini layak untuk

digunakan pada proses pembelajaran?

4) Untuk mengetahui bagaimanakah respon guru terhadap pengembangan perangkat

pembelajaran abad 21 terintegrasi model pembelajaran inkuiri terbimbing dipadu

dengan think pair share (TPS) di sma negeri 5 kota ternate kelas I semester I

pada konsep keanekaragaman hayati?

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Bagi peneliti

Peneliti mendapatkan pengalaman langsung dalam pelaksanaan pembelajaran

menggunakan perangkat pembelajaran yang inovatif agar bisa diterapkan nanti

pada saat suda menjadi guru

2) Bagi guru

Guru dapat meningkatkan kemampuan guru agar dapat menerapkan kualitas

pembelajaran inovatif supaya siswa lebih muda memahami materi dengan baik.

11
3) Bagi sekolah

Sekola dapat meningkatkan kualitas perangkat pembelajaran inovatif dan

mendorong proses pembelajaran agar menjadi lebih baik

12
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Abad 21

1. Penegertian Abad 21

Abad 21 merupajkan abad yang penuh dengan berbagai tantangan.

dunia pendidikan mempunyai peran dan tanggung jawaba yang lebih besar

untuk dapat mengatasi tantangan tersebut (prihad, 2018). abad 21 merupakan

salah satu ciri era globalisasi atau disebut dengan era keterbukaan (era of

oppenes), ini dibuktikan dengan berkembangnya Ilmu Pengetahuan (science)

dan Teknologi (tecnology). Seorang guru harus memiliki satu langkah

perubahan dalam abad ini, seperti merubah teknik tradisional (ceramah) yang

berpusat pada guru, menjadi lebih kreatif dan inovatif sehingga lebih berpusat

pada siswa agar mampu mengembangkan mutu sumber daya manusia (SDM)

dan mutu pendidikan. Dikatakan Abad 21, karena abad ini meminta kualitas

sumber daya manusia. Oleh karenanya lembaga-lembaga harus mampu

mengembangkan potensi-potensi yang ada, agar menjadi ciri khas tersendiri

dalam lembaga, serta mampu mencetak output yang unggul (Hasibuan dkk,

2019)

13
2. Pembelajaran abad 21

Pada kurikulum 2013 terdapat perubahan terutama pada permendikbud

nomor 20 tahun 2016. Perubahan tersebut adalah tentang keterampilan yang

sangat diperlukan oleh anak-anak bangsa. Oleh karena itu diperlukan

keterlibatan semua pihak terutama pihak sekolah dalam menyiapkan anak-

anak bangsa agar memiliki sejumlah keterampilan yang diperlukan dalam

kehidupan di abad 21 ini. Untuk bisa berperan secara bermakna pada era

globalisasi di abad ke-21 ini maka setiap warga negara dituntut untuk

memiliki kemampuan yang dapat menjawab tuntutan perkembangan

zaman.Hal ini menuntut peran pendidik untuk mengembangkan keterampilan

baik hard skill maupun soft skill pada peserta didik dalam pembelajaran di

sekolah agar dapat terjun ke dunia pekerjaan dan siap berkompetisi dengan

negara lain. Guru menyiapkan segala perangkat seperti kurikulum, Rencana

Pelaksaan Pembelajaran, dan model atau metode yang diintergrasikan dengan

pembelajaran abad 21. Dengan mengembangkan keterampilan abad ke-21

dalam pembelajaran, diharapkan setiap individu memilki keterampilan untuk

hidup di abad ke-21 dengan berbagai peluang dan tantangan yang akan di

hadapi di era kemajuan teknologi dan informasi (Septikasari,2018).

Pada dasarnya, kompetensi abad 21 ini sudah diadaptasi dalam sistem

pendidikan di Indonesia melalui Kurikulum 2013. Bahkan tidak hanya konsep

mengenai keterampilan abad 21 saja, namun Kurikulum 2013 juga

mengadopsi dua konsep utama lainnya yaitu pendekatan saintifik dan

14
penilaian autentik. abad ke 21 ini, pendidikan menjadi semakin penting untuk

menjamin peserta didik memiliki keterampilan belajar dan berinovasi,

keterampilan menggunakan teknologi dan media informasi, serta dapat

bekerja, dan ,bertahan dengan menggunakan keterampilan untuk hidup (life

skills). Berbagai kompetensi yang dibutuhkan oleh peserta didik di era

globalisasi saat ini sering disebut juga dengan keterampilan abad 21 (21st

Century Skills) dan konsep pendidikannya lebih dikenal dengan istilah

pembelajaran abad 21 (21st Century Learning) (Andrian dkk, 2019).

Keterampilan abad 21 adalah (1) life and career skills, (2) learning

and innovation skills, dan (3) Information media and technology skills. Ketiga

keterampilan tersebut dirangkum dalam sebuah skema yang disebut dengan

pelangi keterampilan pengetahuan abad 21/21st century knowledge-skills

rainbow. 1. Life and Career Skills Life and Career skills (keterampilan hidup

dan berkarir) meliputi fleksibilitas dan adaptabilitas/Flexibility and

Adaptability, inisiatif dan mengatur diri sendiri/Initiative and SelfDirection,

interaksi sosial dan budaya/Social and Cross Cultural Interaction,

produktivitas dan akuntabilitas/Productivity and Accountability dan

kepemimpinan dan tanggung jawab/Leadership and Responsibility. 2

Learning and innovation skills (keterampilan belajar dan berinovasi) meliputi

berpikir kritis dan mengatasi masalah/Critical Thinking and Problem Solving,

komunikasi dan kolaborasi/Communication and Collaboration, kreativitas

dan inovasi/Creativity and Innovation. 3 Information media and technology

15
skills (keterampilan teknologi dan media informasi) meliputi literasi

informasi/information literacy, literasi media/media literacy dan literasi

ICT/Information and Communication Technology literacy (Wijaya dkk.2016).

3. Ketrampilan 4C

peserta didik membutuhkan keterampilan – keterampilan dasar yaitu

berpikir kritis dan pemecahan masalah, komunikasi, kolaborasi, dan

kreativitas dan inovasi. Sekarang keterampilan – keterampilan itu disebut

dengan 4C (Marlin dkk, 2019)

a. Critical Thinking and Problem Solving (berpikir kritis dan pemecahan

masalah) Berpikir kritis adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi

yang tidak hanya menghafal tetapi menggunakan dan memanipulasi

materi yang telah dipelajari sesuai situasi yang dibutuhkan.

b. Communication (komunikasi) Komunikasi adalah interaksi sosial antar

seseorang yang saling menyampaikan gagasannya.

c. Collaboration (kolaborasi) Kolaborasi adalah bentuk kerjasama untuk

mencapai tujuan yang diinginkan secara kelompok.

d. Creativity and Innovation (kreatiVitas dan inovasi) Kreativitas dan

inovasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru baik

gagasan atau berupa karya

4. Indikator 4C

Indikator merupakan kompetensi dasar secara spesifik yang dapat

dijadikan untuk menilai ketercapaian hasil pembelajaran dan juga dijadikan

16
tolak ukur sejauh mana penguasaan siswa terhadap suatu pokok bahasan atau

mata pelajaran tertentu. Indikator kemampuan inovasi dan pembelajaran

menurut P21 disebut dengan 4 C’s yaitu critical thinking, communication,

collaboration, dan creativity (Setiyawati dkk, 2017)

a. berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan atau strategi

kognitif dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah

menentukan tujuan, mempertimbangkan, dan mengacu langsung

kepada sasaran-merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan

dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan,

mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan membuat keputusan

ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam

konteks dan tipe yang tepat (Ahmatika, 2017)

Berpikir dengan menggunakan kemampuan dengan

menganalisis infprmasi, memberikan pendapat dengan disertai dengan

bukti yang mendukung, tidak berpikir sempit, melakukan penyelidikan

atas informasi baru yang diperoleh disebut dengan kemampuan

berpikir kritis. Dengan adanya kemampuan berpikir kritis maka siswa

akan didorong untuk mengembangkan kemampuan dalam menanggapi

suatu permasalahan dan mencari solusi dari permasalahan tersebut

(problem solving). Kemampuan dalam mengidentifikasi suatu masalah

dan mencarikan jawaban dari masalah tersebut disebut dengan

problem solving.

17
b. kolaborasi adalah suatu kemampuan dalam bekerja sama megerjakan

sesuatu seara bersama – sama dengan satu tujuan. Jika anak semakin

banyak berkesempatan melaksanakan sesuatu bersama-sama semakin

cepat anak dapat belajar (Sunbanu dkk 2019)

1). Bekerja secara produktif dengan orang lain.

2. berpartisipasi dan berkontribusi secara aktif.

3). seimbang dalam mendengar dan berbicara, menjadi yang utama

dan menjadi pengikut dalam kelompok

4). menunjukan fleksibilitas dan berkompromi

5). bekerja secara kolega dengan berbagai tipe orang

6). menghormati ide-ide orang lain.

c. Komunikasi adalah alat dengan mana hubungan kemanusiaan

berlangsung, ia adalah arus yang telah mengalir sepanjang sejarah

manusia, yang selalu memperluas wawasan seseorang dengan jalur-

jalur informasinya. Komunikasi adalah keterampilan manusia dalam

berbahasa yang paling luar biasa (Waridah, 2016)

1). terlibat secara aktif dalam membangun dialog dengan orang

lain.

2). mengungkapkan kata-kata secara efektif menggunakan oral

meliputi kecepatan penyampaian, volume suara, penguvcapan

(artikulasi) yang tepat mendengarkan dengan penuh perhatian

18
dan sopan kepada orang lain (pembicara) dengan focus pada

pembicara dengan memberikan umpan balik yang tepat

3). menunjukan bahasa tubuh yang baik yakni dengan

menunjukan posisi tubuh yang tepat, gerak-gerak tubuh

seperlunya, dan kontak mata yang baik.

d. berpikir kreatif merupakan suatu proses berpikir untuk

mengungkapkan hubungan-hubungan baru, melihat sesuatu dari sudut

pandang baru, dan membentuk kombinasi baru dari dua konsep atau

lebih yang sudah dikuasai sebelumnya (Putra dkk 2016).

Memberikan indikator untuk menilai kemampuan berpikir

kreati siswa yang mengacu pada kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan

melalui pemecahan masalah.

1). siswa dikatakan fasih dalam memecahkan masalah dalam

proses belajar dengan bermacam-macam interpretasi, metode

penyelesaian, atau jawaban masalah.

2). siswa dikatakan flesibilitas dalam memecahkan masalah

dalam pembelajaran, jika siswa tersebut mampu menyelesaikan

masalah dalam satu cara, kemudian dengan menggunakan cara

lain siswa mendiskusikan berbagai metode penyelesaian dan

3). siswa dikatakan menemukan kebaruan dalam memecakan

masalah dalam pembelajaran, jika siswa tersebut mampu

19
memeriksa beberapa metode penyelesaian atau jawaban,

kemudian membuat cara penyelesaian yang berbeda.

Table 1. ketrampilan berpikir kritis

No Aspek Indikator
1. Memfokus permasalahan  mengidentifikasi
permasalahan
 mengidentifikasi kriteria
kemungkinan jawaban
2. Menganalisis argument  Mengidentifikasi kalimat-
kalimat pertanyaan dan
bukan pertanyaan
 Mengidentifikasi suatu yang
dirasa kurang tepat
 Melihat struktur dari suatu
argument
 Membuat ringkasan
sementara
3. bertanya dan menjawab  Memberikan pendapat dan
pertanyaan penjelasan sederhana
 Memeberi contoh dari
jawaban
4. Mempertimbangkan  Mempertimbangkan
pengambilan sumber keahlian
informasi terpercaya atau  Mempertimbangkan
tidak kemenarikan permasakahan
 Mempertimbangkan
kesesuaian sumber
 Kemampuan untuk

20
memberikan alasan
5. mengobservasi dan  Menggunakan hipotesis
mempertimbangkan  Menggunakan waktu yang
laporan observasi diberikan antara observasi
dan penyusunan hasil
observasi
 Menyertakan bukti-bukti
hasil observasi
 Menggunakan bantuan
teknologi,
bertanggungjawab dengan
hasil observasi yang didapat
6. mendedukasi dan  Mengelola logika
mempertimbangkan hasil  Mengungkapkan tafsiran
deduksi
7. Menginduksi dan  Mengidentifikasi hal umum
memperimbangkan hasil  Mengungkapkan
induksi kesimpulan dan hipotesis
 Merancang percobaan
 Membuat kesimpulan
dengan fakta yang didapat
dari penyelidikan
8. Membuat dan  Membuat dan menetukan
menentukan hasil hasil pertimbngan dengan
pertimbangan berlandasan latar belakang
fakta-fakta
 Membuat dan menentukan
hasil pertimbangan
berlandasan akibat

21
 Membuat dan menentukan
hasil pertimbangan dengan
berlandasan penerapan
fakta-fakta yang sesuai
dengan apa yang telah
dilakukan
9. mengidentifikasi istila  Memberi penjelasan lebih
dan mempertimbangkan lanjut
suatu defenisi  Mengidentifikasi
ketidaktepatan dalam
membuat defenisi
10. Mengidentifikasi asumsi-  Memberi penjelasan dan
asumsi bukan pertanyaan
 Membangun pendapat
11. Menentukan suatu  Mengungkapkan masalah
tindakan  Merumuskan solusi
alternatif
 Mementukan tindakan
sementara
 Mengamati penerapannya
12. berinteraksi dengan  Menggunakan pendapat
orang lain  Menggunakan logika
 Menggunakan
posisi,orasi,atau tulisan

Table 2. ketrampilan berkolaborasi

No Aspek Indikator
1. Bekerja secara efektif  Bekerja secara produktif

22
dengan orang lain
 Berpartisipasi dan
berkontribusi secatra aktif
 Seimbang dalam mendengar
dan berbicara, menjadi yang
utama dan menjadi pengikut
dalam kelompok

2. berkompromi yang  Menunjukan fleksibilitas dan


diperlukan untuk berkompromi
mencapai tujuan  Bekerja secara kolega
bersama dengan berbagai tipe orang
 Menghormati ide-ide orang
lain
 Menunjukan ketrampilan
pengambilan satu pandangan
atau perspektif
3. Betanggungjawab  Bertanggung jawab bersama
besama dan dan saling untuk menyelesaikan
mengargai pekerjaan
 Memprioritaskan kebutuhan
dan tujuan, baik individu
maupun kelompok
 Mengidentifikasi
kesepakatan dan tidak
kesepakatan
 Mengontrol emosi sendiri

Table 3. ketrampilan komunikasi

23
No Aspek indikator
1. Keterampilan berbicara  Terlibat secara aktif dalam
membangun dialog lain
 Mengungkapkan kata-kata
secara efektif menggunakan
oral meliputi kecepatan
penyampaian, volume suara,
pengucapan (artikulasi) yang
tepat.
 Menyampaikan ide atau
pertanyaan dengan jelas
(sinkat dan lengkap) dan
muda dipahami
2. Keterampilan  Mendengarkan dengan penuh
mendengar perhatian dan sopan kepada
orang lain (pembicara)
dengan focus pada pembicara
dan memberikan umpan
balik yang tepat
3. Keterampilan  Menunjukan bahasa tubuh
komunikasi nonverbal yang baik yakni dengan
menunjukan posisi tubuh
yang tepat, gerak-gerik tubuh
yang seperlunya, dan kontak
mata yang baik.

Table 4. keterampilan berpikir kreatif

No aspek Indikator
1. kelancaran  Menjawab dengan sejumlah

24
jawaban jika ada pertanyaan
 Lancer mengungkapkan gagasan-
gagasannya
 Dapat dengan cepat melihat
kesalahan dan kelemahan dari suatu
objel atau situasi
2. fleksibilitas  Memberikan bermacam-macam
penafsiran terhadap suatu gambar,
cerita, atau masalah
 Jika diberi suaru masalah biasanya
memikirkan bermacam cara yang
berbeda untuk menyelesaikannya
 Menggolongkan hal-hal menurut
pembagian (kategori) yang berbeda
3. keaslian  Setelah membaca atau mendengar
gagasan-gagasan, bekerja untuk
menyelesaikan yang baru
4. elaborasi  Mencari arti yang lebih mendalam
terhadap jawaban atau pemecahan
masalah dengan melakukan langah-
langkah yang terperinci
 Mengembangkan atau memperkaya
gagasan orang lain
 Mencoba/menguji detail-detail
untuk melihat arah yang akan
ditempuh

B. Model pembelajaran Inkuiri Terbimbing

1. Pengertian model pembelajaran inquiri terbimbing

25
Model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah satu pendekatan

mengajar dimana guru memberi siswa contoh-contoh topik spesifik dan

memandu siswa untuk memahami topik. Pada tahap ini dalam proses

pembelajaran siswa mendapatkan bimbingan dari guru untuk mendapatkan

jawaban suatu permasalahan (Iswatun dkk, 2017)

Lalang (2017) Model pembelajaran inkuiri dapat memfasilitasi siswa

menjadi seorang pemikir yang aktif dan kritis dalam mengkonstruk

pemahaman konsep melalui tahapan-tahapan metode ilmiah.

Pada umumnya pembelajaran inkuiri menunjukkan partisipasi siswa

dalam proses berpikir dan beraktivitas menyerupai seorang ilmuwan yang

melakukan penyelidikan. Adapun peranan model pembelajaran inkuiri

terbimbing terhadap kerterampilan berpikir siswa seperti mengamati,

mengelompokkan, meramalkan, mengajukan pertanyaan, berhipotesis,

melakukan percobaan, mengkomunikasikan hasil percobaan, sehingga

peserta didik dapat memiliki pengalaman beraktifitas yang melibatkan

keterampilan kognitif, keterampilan manual atau psikomotor dan

keterampilan social (liliasari dkk, 2017)

2. Kelebihan Model pembelajaran Inkuiri Terbimbing

kelebihan dari model pembelajaran inkuiri terbimbing, yaitu

membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan

penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa, memberi kesempatan

pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuan, siswa terlibat

26
langsung dalam belajar sehingga termotivasi untuk belajar, dan strategi ini

berpusat pada anak (Metaputri dkk, 2016).

Menurut Azizah, (2016) Kelebihan model pembelajaran inkuiri yang

telah diungkapkan sebelumnya belum sepenuhnya terungkap. Terdapat

salah satu kelebihan model pembelajaran inkuiri yang belum terungkap dan

sangat berperan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

Kelebihan tersebut adalah tahap-tahap pembelajarannya. Terdapat enam

tahap pelaksanaan pembelajaran yang berperan dalam proses peningkatan

kemampuan berpikir kritis sesuai model pembelajaran inkuiri terbimbing,

yakni orientasi, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis,

mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan merumuskan kesimpulan.

3. Langkah-langkan Model pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Menurut Juliana, (2018) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri

mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

a. Orientasi. Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina

suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan

dalam tahap orientasi ini adalah:

1). Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan

dapat dicapai oleh siswa.

2). Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh

siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan

langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari

27
langkah merumuskan merumuskan masalah sampai dengan

merumuskan kesimpulan.

3). Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini

dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa

b. Merumuskan masalah. Merumuskan masalah merupakan langkah

membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung berbagai

alternatif jawaban. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang

menantang siswa untuk memecahkan permasalahan tersebut. Pemecahan

masalah yang dimaksud tentu saja membutuhkan pemikiran siswa untuk

menentukan jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban

yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam

pembelajaran Inquiri terbimbing, oleh karena itu melalui proses tersebut

siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya

mengembangkan mental melalui proses berpikir.

c. Merumuskan hipotesis. Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu

permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu

diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk

mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak

adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong

siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat

merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu

permasalahan yang dikaji.

28
d. Mengumpulkan data. Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring

informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan.

Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses

mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses

pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam

belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan

menggunakan potensi berpikirnya.

e. Menguji hipotesis. Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang

dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh

berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti

mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran

jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan

tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat

dipertanggungjawabkan.

f. Merumuskan kesimpulan. Merumuskan kesimpulan adalah proses

mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian

hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru

mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

Model pembelajan Think Pair Share (TPS)

1. Pengertian Model pembelajaran think pair share (TPS)

Pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan model pembelajaran

kooperatif yang menempatkan siswa secara berpasangan untuk

29
menyelesaikan tugas-tugas akademik melalui tiga tahap, yakni: Think

(berpikir), Pair (berpasangan), dan Share (berbagi). Salah satu keutamaan

model pembelajaran kooperatif tipe TPS yaitu dapat menumbuhkan

keterlibatan dan keikutsertaan siswa dengan memberikan kesempatan

terbuka pada siswa untuk berbicara dan mengutarakan gagasannya sendiri

dan memotivasi siswa untuk terlibat percakapan antar siswa dalam kelas

(Arki dkk, 2017)

Learning TipeThink-Pair-Share (TPS) adalah di awali dengan proses

berfikir (Think), siswa berfikir terlebih dahulu terhadap masalah yang di

sajikan guru, kemudian berpasangan (Pair), siswa diminta untuk

membentuk pasangan atau kelompok untuk mendiskusikan apa yang

sebelunnya di pikirkannya secara mandiri dan diakhiri dengan berbagi pada

kelompok yang lainnya (Share) setelah tercapai kesepakatan tentang

pikirannya, maka salah satu pasangan membagikan kepada seluruh kelas

apa yang menjadi kesepakatannya dalam pasangan tersebut, kemudian

dilanjutkan dengan pasangan lainnya sehingga semua pasangan dapat

melaporkan mengenai berbagai pengalaman atau pengetahuan yang telah

dimilikinya (Lestari dkk, 2016)

2. Kelebihan Model pembelajaran Think Pair Share (TPS)

model pembelajaran Think Pair Share (TPS) juga memeliki kelebihan

diantaranya yaitu : Memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir,

menjawab dan saling membantu satu sama lain, Meningkatkan partisipasi

30
akan cocok untk tugas sederhana, Lebih banyak kesempatan untuk

kontribusi masing-masing anggota kelompok, Interaksi lebih mudah, Lebih

mudah dan cepat membentuk kelompoknya, Seorang siswa juga dapat

belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk di

diskkusikan sebelum disampaikan didepan kelas (Aidah, 2016)

3. Langkah-langkan Model pembelajaran think pair share (TPS)

Menurut Trianto (2007:61-62), tahapan atau langkah-langkah model

pembelajaran Think Pair Share (TPS) adalah sebagai berikut:

a) Berpikir (thinking)

Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang

dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta peserta didik menggunakan

waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah.

b) Berpasangan (pairing)

Selanjutnya guru meminta peserta didik untuk berpasangan dan

mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu

yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang

diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang

diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4

atau 5 menit untuk berpasangan.

c) Berbagi (sharing)

31
Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk

berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini

efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan

melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan

untuk melaporkan. Adapun karakteristik model pembelajaran

kooperatif tipe think pair share yaitu think (berpikir secara individual),

pair (berpasangan dengan teman sebangku) dan share (berbagi jawaban

dengan pasangan lain atau seluruh kelas).

C. Perpaduan Model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Think Pair

Share (TPS)

Model pembelajaran inkuiri terbimbing yang dipadu TPS pada

pembelajaran ini akan meningkatkan keterampilan proses siswa, karena

melibatkan siswa untuk aktif secara langsung dalam memperoleh

pengetahuan. Perpaduan model tersebut memiliki keunggulan dalam hal

proses belajar yang lebih cepat dengan tutor sebaya secara berpasangan.

Didukung dengan pernyataan bahwa dalam model inkuiri terbimbing siswa

belajar sendiri, tetapi dalam pembelajaran yang dipadu siswa belajar dengan

siswa lain dan berbagi ide dengan siswa lain. Hal ini menunjukkan bahwa

perpaduan model pembelajaran dapat memaksimalkan proses pembelajaran

(Febriyani dkk, 2018). Salah satu model yang dapat memberdayakan

keterampilan proses dan hasil belajar siswa adalah model pembelajaran inkuiri

terbimbing.

32
Model pembelajaran Inquiri Terbimbimbing dipadu dengan think pair share

(TPS) memiliki langah-langkah diantaranya,

1. Inquiri Terbimbing Orientasi dipadu dengan sintak TPS yaitu Guru

menjelaskan topik, tujuan, hasil belajar, Menjelaskan pokok-pokok

kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa dan Menjelaskan pentingnya

topik dan kegiatan belajar yang menarik perhatain dari peserta didik

utuk bisa berpikir dalam rangka memberikan motivasi dalam

pembelajaran

2. Inquiri Terbimbing Merumuskan masalah dipadu dengan sintak TPS

yaitu think, guru telah menyampaikan permasalahan atau fenomena

kepada peserta didik yang mengandung berbagai alternatif jawaban dan

menantang peserta didik untuk memecahkan permasalahan atau

fenomena tersebut agar peserta didik terpacu untuk berpikir dan

merumuskan masalah serta mendorong peserta didik untuk mencari

jawaban yang tepat.

3. Inquiri Terbimbing Merumuskan hipotesis dipadu dengan sintak TPS

yaitu think, Guru membimbing peserta didik untuk merumuskan

hipotesis atau mencari jawaban karena hipotesis perlu diuji

kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk

mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak

adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong

peserta didik untuk berpikir agar bagaimana bisa merumuskan jawaban

33
sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan

jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.

4. Inquiri Terbimbing Mengumpulkan data dipadu dengan sintak TPS

yaitu pairing, Guru membimbing peserta didik untuk mengumpulkan

data atau menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis

dengan mendorong peserta didik untuk bekerja sama atau berpasangan

untuk mencari informasi-informasi yang bisa menguji hipotesisi atau

membutuhkan ketekunan dan kemampuan berpikirnya dari pasangnnya

yang bisa diajukan agar hipotesis dapat terpecahkan karena

pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat, akan

tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan

potensi berpikirnya.

5. Inquiri Terbimbing Menguji hipotesis dipadu dengan sintak TPS yaitu

pairing, share Guru membimbing peserta didik untuk Menguji hipotesis

atau menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data

atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data dapat

membuat i peserta didik untuk bekerja sama atau berpasang agar bisa

berbagi informasi dan mengembangkan kemampuan berpikir rasional

yang dibantu oleh pasangannya utnuk bisa menguji hipotesis.

6. Inquiri Terbimbing Merumuskan kesimpulan dipadu dengan sintak TPS

yaitu think share Guru membimbing dan menunjukan data mana yang

relevan agar peserta didik terpacu untuk berpikir mengenai perumusan

34
kesimpulan atau proses mendeskripsikan juga dapat membuat peserta

didik dapat berbagi bersama pasangannya untuk bisa merumuskan

temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis sampai

dengan mencapai kesimpulan yang akurat dan relevan.

D. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Abad 21

Perangkat pembelajaran adalah sejumlah alat, bahan, media, petunjuk, dan

pedoman yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Pendidikan merupakan

aspek penting yang harus ditingkatkan kualitasnya salah satunya dengan cara

meningkatkan kompetensi pedagogik guru. Kompetensi ini merupakan kompetensi

dalam pengelolaan pembelajaran siswa salah satunya dalam penyusunan perangkat

pembelajaran (Khofiah dkk, 2020)

Pengembangan perangkat pembelajaran adalah serangkaian proses atau

kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan suatu perangkat pembelajaran

berdasarkan teori pengembangan yang telah ada

Pada kurikulum 2013 diharapkan dapat diimplementasikan pembelajaran

abad 21. Hal ini untuk menyikapi tuntutan zaman yang semakin kompetitif. Adapun

pembelajaran abad 21 mencerminkan empat hal.

1). Critical Thinking and Problem Solving

2). Creativity and Innovation

3). Communication

4). Collaboration

35
Perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam mengelola proses

belajar mengajar dapat berupa : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), bahan

ajar, media pembelajaran (multi media), lembar kerja peserta didik (LKPD) dan

instrumen penilaian.

Uraian berikut membahas RPP di Kurikulum 2013 yang mengintegrasikan

keterampilan abad 21 yang diistilahkan dengan RPP Abad 21. Seperti perencanaan

pembelajaran pada umumnya, RPP Abad 21 juga menganalisis Standar Kompetensi

(SKL), Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), dan Indikator Pencapaian

Kompetensi (IPK) sampai tersusunnya RPP. Salah satu perangkat pembelajaran yang

dibutuhkan dalam pembelajaran adalah adanya Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP). RPP yang digunakan dalam K-13 berbeda dengan RPP yang digunakan dalam

KTSP (Abduh, 2015).

1. RPP

Abad 21 dapat dikembangkan sesuai dengan karakteristik KD dan materi

yang akan dibahas. Berikut langkah-langkahnya:

a. Menuliskan Identitas RPP yang terdiri dari, nama sekolah, mata

pelajaran, kelas/semester, materi pokok, sub materi, dan alokasi

waktu pembelajaran.

b. Menuliskan Kompetensi Inti dengan lengkap, meliputi Kompetensi

inti sikap spiritual (KI-1), Kompetensi inti sikap sosial (KI-2),

Kompetensi inti pengetahuan (KI-3), dan Kompetensi inti

keterampilan (KI-4). Penulisan ini agar guru memiliki tanggung

36
jawab terhadap pembelajaran pengetahuan dan keterampilan mata

pelajaran yang diampunya, serta tetap memiliki tanggung jawab

dalam pembinaan sikap spiritual dan sosial peserta didiknya.

c. Menuliskan Kompetensi Dasar dan IPK, yang terdiri dari pasangan

kompetensi dasar pengetahuan (KD-KI 3), dan kompetensi dasar

keterampilan (KD-KI 4) yang masingmasing dijabarkan pada

indikator pencapaian kompetensi (IPK). Contoh IPK KD-KI 3;

“menyebutkan jenisjenis bencana alam yang terjadi di Indonesia”.

Contoh IPK KD-KI 4; “mempresentasikan hasil diskusi tentang

penyebab penyebab terjadinya jenis-jenis bencana alam di Indonesia.

d. Menuliskan Tujuan Pembelajaran, harus diingat pada rumusan

penulisan tujuan pembelajaran, harus mengandung unsur Audience,

Behavior, Condition, dan Degree. Contoh “Melalui diskusi kelompok

siswa dapat menemukan penyebabpenyebab terjadinya jenis-jenis

bencana alam yang terjadi di Indponesia dengan tepat”. Peserta didik

(audience), dapat menemukan penyebab-penyebab bencana alam di

Indonesia (behavior), melalui diskusi kelompok (condition), dan

dengan tepat (degree). Pada bagian ini guru dapat mengintegrasikan

nilai-nilai penguatan karakter, literasi, dan keterampilan abad 21

secara tersurat dalam tujuan pembelajaran untuk menanamkan nilai

tertentu.

37
e. Menuliskan Materi Pembelajaran, pada bagian ini sangat disarankan

guru menulisakan poin-poin materimateri pokok yang akan diberikan

kepada peserta didik. Sangat disarankan guru melakukan pemetaan

materi yang terkait dengan ranah pengetahuan sesuai dengan tuntutan

Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Perhatikan contoh berikut.

Materi : Ruang dan Interaksi Keruangan

f. Menuliskan Metode Pembelajaran, penulisan metode terdiri dari tiga

hal yaitu; Pendekatan, Model pembelajaran, dan Metode. Melalui

penggunaan metode pembelajaran tertentu guru dapat memastikan

kegiatan pembelajaran yang mampu mengintegrasikan berbagai nilai

Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang terdiri dari nilai; religius,

nasionalisme, kemandirian, tanggung jawab, dan kejujuran.

Penerapan Literasi dasar yang terdiri dari; baca, tulis, hitung, sains,

finansial, dan budaya. Peningkatan keterampilan Abad-21 yang

terdiri dari 4 C; Colaboration, Comunicative, Creative thingking, dan

Critical thingking.

g. Menuliskan Media Pembelajaran dan Sumber Belajar, pada bagian

ini guru menuliskan berbagai media, peralatan dan sumber yang akan

digunakan dalam proses pembelajaran. Misalnya untuk pelajaran IPS

dalam materi Ruang dan Interaksi keruangan; gambar tentang ragam

kenampakan permukaan bumi, film pendek tentang kemacetan lalu

38
lintas, peta, dan lain-lain. Peralatan pendukung, LCD, Komputer,

Buku, Koran, Majalah dan lain-lain.

h. Menuliskan Langkah-langkah Pembelajaran, pada bagian ini

sebaikanya guru kembali mencantumkan indikator pembelajaran baik

dari KD Pengetahuan mau pun KD Keterampilan yang akan

diajarkan pada pertemuan tertentu. Kemudian menyusun kegiatan

yang sesuai dengan sintak/tahapan model pembelajaran yang

digunakan. Contoh berikut ini adalah kegiatan pembelajaran yang

menggunakan model Discovery Base Learning. Demikian contoh

langkah-langkah pembelajaran yang ditulis berdasarkan sintak atau

tahapan model yang digunakan. Menuliskan Penilaian Hasil Belajar,

dalam bagianini guru menuliskan penilaian hasil pembelajaran yang

meliputi, Lingkup dan teknik Penilaian Sikap, Pengetahuan, dan

keterampilan. Serta tindak lanjut penilaian hasil belajar yang

meliputi; remidial dan dan pengayaan.

i. Melampirkan hal-hal yang diperlukan dalam penyelenggaraan proses

dan penilaian pembelajaran, yaitu materi pembelajaran, instrumen

penilaian, bahan pengayaan dan bahan remidial.

3. bahan ajar

Bahan ajar itu merupakan bahan-bahan atau materi pelajaran yang

disusun secara sistematis, dan digunakan guru dan siswa dalam proses

pembelajaran, yang jenisnya bisa tercetak maupun digital. modul ajar

39
memiliki peran kunci dalam membantu guru mendesain pembelajarannya.

Ketika desain aktivitas-aktivitas pembelajaran dalam suatu modul didasarkan

pada pengembangan keterampilan abad 21, aktivitas-aktivitas tersebut akan

potensial diterapkan dalam suatu pembelajaran (Nesri dkk, 2020)

a. Karakteristik bahan ajar yang baik antara lain adalah self-

instructional, self-explanatory power, self-pace learning, self-

contained, individualized learning materials, flexible and mobile

learning materials, dan communicative and interactive, adaptive, dan

user friendly.

b. Bahan ajar cetak adalah bahan ajar yang berbentuk tercetak (printed)

contohnya: modul, hand-out, LKS, dll. Sedangkan bahan ajar non-

cetak disebut juga bahan elektronik berbasis waktu, misalnya audio

(suara), animasi, film, video, dan lain-lain.

c. Proses pengembangan bahan ajar secara umum dapat menempuh

tahaptahap: 1) mengidentifikasi tujuan pembelajaran, 2) menjabarkan

atau memformulasikan garis besar materi, 3) menulis materi lengkap,

dan 4) menentukan format dan tata-letak (lay-out).

4. Media pembelajaran

pendidikan merupakan sebuah keharusan demi menciptakan

pembelajaran sesuai konteks pembelajaran abad 21. Proses pembelajaran

di abad 21 lebih menarik dengan adanya media pembelajaran yang

mengkombinasikan tampilan dengan berbagai fitur gambar dan animasi

40
Gambar dan animasi dikembangkan melalui optimalisasi teknologi,

salah satunya media pembelajaran berbasis komputer. Media

pembelajaran yang di kembangkan di abat 21 berbasis komputer memang

sudah tidak asing lagi, komputer merupakan salah satu teknologi yang

dapat digunakan menjalankan program untuk menggabungkan gambar

audio, vidio, animasi dan teks (Habib dkk, 2020)

3. LKPD

Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ialah bahan ajar cetak yang

berisikan panduan dapat digunakan peserta didik untuk mengembangkan

kemampuan mereka“. Menurut Prastowo (2015). “Lembar Kegiatan siswa

merupakan suatu bahan ajar cetak yang berupa lembaran-lembaran yang berisi

materi, ringkasan dan petunjuk yang harus dilaksanakan peserta didik”.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas bahwa LKPD ialah berisikan panduan

yang sebagai fasilitator peserta didik yang dikembangkan terdapat lembaran-

lembaran berisikan materi, petunjuk dan ringkasan yang dikerjakan oleh

peserta didik sehingga dapat menambah kemapuan diaspek kognitif sebagai

informasi yang diberikan oleh peserta didik.

a. Langkah-langkah Penyusunan LKPD abad 21

peserta didik perlu adanya motivasi belajar dan mendalami materi

melalui bahan ajar yang disajikan seperti LKPD oleh karena itu dalam

pengembangan LKPD bagi peserta didik. Langkah- Langkah yang

41
perlu dilakukan dalam penyusunan Lembar Kegiatan Peserta Didik

(LKPD) adalah menganalisis kurikulum, menyusun peta kebutuhan

LKS, menentukan juduljudul LKPD yang seperti merumuskan

kompetensi dasar (KD), menentukan alat penilaian, menyusun materi,

menyusun struktur LKPD (Rahmawati dkk, 2020)

5. Instrumen penilaian

Penilaian adalaham hal penting yang dilakukan oleh pendidik guru

mendapatkan hasil dari proses belajar peserta didik selama pembelajaran.

Penilaian adalah sala satu dari empat tugas pendidik dalam melaksanakan

pembeljaran, keempat tugas tersebut yaitu, merancang, menilai keberhasilan

belajar dan memberikan bimbingan. Penelitian yang digunakan pada

pembelajaran abad 21 hendaknya memperhatikan prinsip prisip penilan efektif

seperti penilain autentik, penilain portofolio, dan penilaian tradisional

(Maulidian dkk, 2020)

E. Materi Keanekaragaman Hayati

1. Pengertian Keanekaragaman Hayati

Keanekaragaman hayati (biodiversitas) adalah keanekaragaman

organisme yang menunjukkan kesuluruhan atau totalitas variasi gen, jenis,

dan ekosistem pada daerah. Keanekaragaman makhluk hidup ini merupakan

kekayaan bumi yang meliputi hewan, tumbuhan, mikroorganisme dan

semua gen yang terkandung di dalamnya, serta ekosistem yang

dibangunnya. Indonesia yang dikenal sebagai negara megabiodiversity

42
dengan keanekaragaman hayati nomor dua tertinggi didunia setelah Brasil,

dan tersebar pada Indonesia yang dikenal sebagai negara megabiodiversity

dengan keanekaragaman hayati nomor dua tertinggi didunia setelah Brasil,

dan tersebar pada (Latupapua 2013).

Berdasarkan pengertiannya, keanekaragaman hayati dapat dibedakan

menjadi tiga macam yaitu keanekaragaman gen (genetik), keanekaragaman

spesies (jenis), dan Keanekaragaman ekosistem.

2. Tingkat Keanekaragaman Hayati

a. Keanekaragaman Tingkat Gen

Keanekaragaman gen adalah variasi atau perbedaan gen yang terjadi

dalam suatu jenis atau spesies mahluk hidup.  Contohnya, buah durian

(Durio ziberhinus) ada yang berkulit tebal, berkulit tipis, berdaging

buah tebal, berdaging buah tipis, berbiji besar, atau berbiji kecil.

Sementara keanekaragaman genetik pada spesies hewan, misalnya

warna rambut pada kucing (Felis silvestris catus) ada yang berwarna

hitam, putih, abu-abu, dan cokelat.

Keanekaragaman sifat genetik pada suatu organisme

dikendalikan oleh gen-gen yang terdapat di dalam kromosom yang di

milikinya. Kromosom tersebut diperoleh dari kedua induknya dari

pewarisan sifat. Namun demikian, ekspresi gen suatu organisme juga

dipengaruhi oleh kondisi  lingkungan tempat hidupnya.

43
Peningkatan keanekaraman gen dapat terjadi melalui hibridisasi

atau perkawinan silang antara organisme satu spesies yang berbeda

sifat, atau melalui proses domestikasi atau budidaya hewan atau

tumbuhan liar oleh manusia. Dengan hibridisasi akan diperoleh sifat

genetik baru dari organisme-organisme pada satu spesies.

Keanekaragaman gen pada organisme dalam satu spesies disebut

varietas atau ras.

b. Keanekaragaman Tingkat Jenis (Spesies)

Keanekaragaman jenis atau spesies adalah perbedaan yang dapat

ditemukan pada komunitas atau kelompok berbagai spesies yang hidup

disuatu tempat. Contohnya disuatu halaman terdapat pohon mangga,

kelapa, jeruk, rambutan, bunga mawar, melati, cempaka, jahe, kunyit,

burung, kumbang, lebah, semut, kupu-kupuu, dan cacing.

c. Keanekaragaman Tingkat Ekosistem

Ekosistem terbentuk karena berbagai kelompok spesies

menyesuaikan diri dengan lingkungannya, kemudian terjadi hubungan

yang saling mempengaruhi antara satu spesies dengan spesies lain, dan

juga antara spesies dengan lingkungan abiotik  tempat hidupnya,

misalnya : suhu, udara air, tanah, kelembapan, cahaya matahari, dan

mineral.

Ekosistem bervariasi sesuai spesies pembentuknya, misalnya

ekosistem alami antara lain : hutan, rawa, terumbu karang, laut dalam,

44
padang lamun (antara terumbu karang dengan mangrove), mangrove

(hutan bakau), pantai pasir, pantai batu, estuari (muara sungai), danau,

sungai, padang pasir, dan padang rumput. Jenis organisme yang

menyusun setiap ekosistem juga berbeda beda misalnya pada ekosistem

sungai terdapat ikan, kepiting, udang, ular, dan ganggang air tawar.

Keanekaragaman ekosistem di suatu wilayah ditentukan oleh

berbagai faktor, antara lain posisi tempat berdasarkan garis lintang,

ketinggian tempat, iklim, cahaya matahari, kelembapan, suhu, dan

kondisi tanah.

3. Fungsi dan Manfaat Keanekaragaman Hayati di Indonesia

Keanekaragaman Hayati Indonesia merupakan anugrah terbesar dati

Tuhan Yang Maha Kuasa. Keanekaragaman hayati memiliki beberapa

fungsi, yaitu sebagai berikut.

a. Nilai Ekonomi Keanekaragaman Hayati

Nilai ekonomi keanekaragaman hayati merupakan nilai kemanfaatan

dari berbagai sumber hayati yang dapat menghasilkan keuntungan bagi

penggunaanya, yaitu dapat di perjual belikan. Keanekaragaman hayati

yang memiliki nilai ekonomi antara lain sebagai bahan pangan, obat-

obatan, kosmetik, sandang, papan, dan memiliki aspek budaya.

1). Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan pangan

Keanekaragaman hayati di jadikan sebagai makanan pokok yang

dikonsumsi oleh manusia misalnya dari tumbuhan yaitu padi,

45
jangung, singkong, ubi jalar, talas kentang, sorgum dan lain lain

sedangkan dari hewan misalnya daging sapi, daging ayam, ikan

laut dan telur

2). Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan obat-obatan

Keanekaragaman hayati yang berasal dari tumbuhan sebagai

sumber obat-obatan, misalnya : mengkudu untuk menurunkan

tekanan darah tinggi, kina untuk obat malaria, buah merah untuk

mengobati kanker, kolesterol tinggi, dan diabetes. Sedangkan

yang berasal dari hewan contohnya madu lebah dimanfaatkan

untuk meningkatkan daya tahan tubuh, dan bagian daging dan

lemak ular dipercaya dapat mengobati penyakit kulit

3). Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan kosmeti

Beberapa tumbuhan  digunakan untuk kosmetika, antara lain

sebagai berikut misalnya : Bunga mawar, melati, cendana,

kenanga, dan kemuning dimanfaatkan untuk wewangian

(parfum). Kemuning, bengkoang, alpukat, dan beras digunakan

sebagai lulur tradisional untuk menghaluskan kulit. Sedangkan

urang aring, mangkokan, pandan, minyak kelapa, dan lidah

buaya digunakan untuk pelumas dan penghitam rambut.

4). Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan sandang

Keanekaragaman hayati yang dijadikan sumber sandang,

misalnya : rami, kapas, pisang hutan atau abaca, dan jute,

46
dimanfaatkan seratnya untuk membuat kain atau bahan pakaian,

ulat sutera untuk membuat kain sutera yang memiliki nilai

ekonomi sangat tinggi, kulit sapi dan kambing untuk membuat

jaket, bulu burung untuk membuat aksesoris pakaian.

5). Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan papan

Sebagai bahan papan, keanekaragaman hayati dimanfaatkan

untuk membuat rumah dan sejenisnya misalnya kayu jati,

kelapa, nangka, meranti keruing, rasamala, ulin dan bambu

dimanfaatkan kayunya untuk membuat jendela, pintu, tiang dan

atap rumah.

6). Keanekaragaman hayati sebagai aspek budaya Beberapa

upacara ritual keagamaan dan kepercayaan antara lain : Budaya

nyeka (ziarah kubur) pada masyarakat jawa menggunakan

bunga mawar, kenanga, kuntil, dan melati. Umat islam

menggunakan heawan ternak seperti sapi, kambing dan kerbau

pada hari qurban. Upacara ngaben di Bali menggunakan 39 jenis

tumbuhan yang mengandung minyak atsiri yang berbau harum,

antara lain kenanga, melati, cempaka, pandan, sirih, dan

cendana.

b. Nilai Pendidikan Keanekaragaman Hayati

Keanekaragaman hayati dapat menambah pemahaman dan

pengetahuan manusia. Pemanfaatan hewan dan tumbuhan digunakan

47
untuk bahan percobaan untuk kedokteran dan eksperimen eksperimen

tertentu.

c. Nilai Ekologi Keanekaragaman Hayati

Nilai ekologi dari keanekaragaman hayati, antar lain sebagai

perlindungan terhadap kerusakan lahan karena akar tanaman akan

melindungi tanah dari kerusakan, pengikisan, menyerap air hujan

sehingga tidak terjadi banjir atau tanah longsor.

4. Faktor Penyebab Menghilangnya Keanekaragaman Hayati

Menghilangnya kanekaragaman hayati di suatu wilayah dapat

disebabkan oleh beberapa faktor berikut ini :

a. Hilangnya Habitat

Daftar merah IUCN (International Union for Conservation of

Nature) menunjukkan bahwa hilangnya habitat yang diakibatkan

manajemen pertanian dan hutan yang tidak berkelanjutan menjadi

penyebab terbesar hilangnya kenaekaragaman hayati. Bertambahnya

jumlah penduduk menyebabkan semakin bertambah pula kebutuhan

yang harus dipenuhi. Lahan yang tersedia untuk kehidupan tumbuhan

dan hewan semakin sempit karena digunakan untuk tempat tinggal

penduduk, dibabat untuk digunakan sebai lahan pertanian atau

dijadikan lahan industri.

b. Pencemaran Tanah, Udara, dan Air

48
Zat pencemar (polutan) adalah produk buangan yang dihasilkan

dari aktivitas manusia. Polutan tersebut dapat mencemari air, tanah, dan

udara. Beberapa polutan berbahaya bagi organisme misalnya, nitrogen

dan sulfur oksida yang dihasilkan dari kendaraan bermotor jika

bereaksi dengan air akan membentuk hujan asam yang merusak

ekosistem. Pembuangan chlorofluorocarbon (CFC) yang berlebihan

menyebabkan lapisan ozon di atmosfer berlubang. Akibatnya intensitas

sinar ultraviolet yang masuk ke bumi meningkat dan menyebabkan

banyak masalah, antara lain berkurangnya biomassa fitoplankton di

lautan yang menyebabkan terganggunya keseimbangan rantai makanan

organisme.

c. Perubahan Iklim

Salah satu penyebab perubahan iklim adalah pencemaran udara

oleh gas karbon dioksida (CO2) yang menimbulkan efek rumah kaca.

Menurut Raven (1995), “ efek rumah kaca meningkatkan suhu udara 1-

30C dalam kurn waktu 100 tahun.” Kenaikan suhu tersebut

menyebabkan pencairan es di kutub dan kenaikan permukaan air laut

sekitar 1-2 m yang berakibat terjadinya perubahan struktur dan fungsi

ekosistem lautan.

d. Eksploitasi Tanaman dan Hewan

Eksploitasi Hewan dan tumbuhan secara besar-besaran biasanya

dilakukan terhadap komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi,

49
misalnya kayu hutan yang digunakan untuk bahan bangunan dan ikan

tuna sirip kuning yang harganya mahal dan banyak diminati oleh

pencinta makanan laut. Eksploitasi yang berlebihan dapat

menyebabkan kepunahan spesies-spesies tertentu, apalagi bila tidak

diimbangi dengan usaha pengembangbiakannya.

e. Masuknya Spesies Pendatang

Masuknya spesies dari luar ke suatu daerah seringkali mendesak

spesies lokal yang sebenarnya merupakan spesies penting dan langka di

daerah tersebut. Beberapa spesies asing tersebut dapat menjadi spesies

invasif yang menguasai ekosistem. Contohnya ikan pelangi

(Melanotaenia ayamaruensis) merupakan spesies endemik Danau

Ayamaru, Papua Barat. Ikan pelangi terancam punah karena dimangssa

oleh ikan mas (Cyprinus carpio) yang dibawa dari jepang dan menjadi

spesies invasif di danau tersebut.

f. Industrilisasi Pertanian dan Hutan

Para petani cendrung menanam tumbuhan dan memelihara

hewan yang bersifat unggul dan menguntungkan, sedangkan tumbuhan

dan hewan yang kurang unggul dan kurang menguntungkan akan

disingkirkan. Selain itu, suatu lahan pertanian atau hutan industri

umumnya hanya ditanami satu jeis tanaman (monokultur) misalnya teh,

karet, dan kopi. Hal ini dapat menurunkan keanekaragaman hayati

tingkat spesies.

50
5. Usaha Pelestarian Keanekaragaman Hayati

Menurunnya keanekaragaman hayati menyebabkan semakin sedikit

pula manfaat yang dapat diperoleh manusia. Penurunan keanekaragaman

hayati dapat dicegah dengan melakukan pelestarian (konservasi)

keanekaragaman hayati. Konservasi keanekaragaman hayati memiliki

beberapa tujuan, antara lain sebagai berikut :

a. Menjamin kelestarian fungsi ekosistem sebagai penyangga kehidupan;

b. Mencegah kepunahan spesies yang disebabkan oleh kerusakan habitat

dan pemanfaatan yang tidak terkendali;

c. Menyediakan sumber plasma nuftah untuk mendukung pengembangan

dan budidaya tanaman pangan, obat-obatan, maupun hewan ternak.

Konservasi  keanekaragaman hayati di Indonesia diatur oleh UU No. 5

tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya dan UU No. 23 tahun 1997

tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dengan tiga azas, yaitu tanggung

jawab, berkelanjutan, dan bermanfaat.

Pelestarian sumber daya alam hayati harus dilakukan secara terpadu

dan melibatkan banyak pihak.  Beikut ini akan dijelaskan dua jenis pelestarian

yaitu pelestarian secara In Situ dan Pelestarian Ek Situ.

1. Pelestarian Secara In Situ

Pelestarian secara in situ artinya pelestarian sumber daya alam hayati

yang dilakukan di habitat asalnya. Contohnya, bunga Rafflesia arnoldi di

51
Bengkulu, badak jawa di Ujung Kulon, dan komodo di Pulau Komodo.

Yang termasuk pelestarian sumber daya alam hayati secara in situ yaitu :

a. Perlindungan alam ketat, yaitu perlindungan alam yang membiarkan

alam berkembang secara alamiah.

b. Perlindungan alam terbimbing, yaitu perlindungan alam yang dibina

oleh para ahli.

c. Perlindungan geologi, yaitu perlindungan terhadap formasi geologi

(tanah).

d. Perlindungan alam zoologi, yaitu perlindungan terhadap hewan langka

dan hampir punah serta perkembangbiakannya.

e. Perlindungan alam botani, yaitu perlindungan terhadap tumbuhan.

f. Taman nasional, digunakan sebagai tempat rekreasi.

g. Perlindungan pemandangan alam berupa danau dan air terjun.

h. Perlindungan monumen alam berupa perlindungan terhadap benda

benda alam yang terpencil.

i. Perlindungan suaka margasatwa, yaitu perlindungan hewan dari

perburuan.

2.  Pelestarian Secara Ek Situ

Pelestarian secara ek situ artinya pelestarian sumber daya alam hayati

yang dilakukan di luar habitat asalnya atau dipelihara di tempat lain.

Pelestarian secara ek situ ada beberapa macam, misalnya kebun koleksi, kebun

plasma nuftah, dan kebun raya.

52
53
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini merupakan jenis penelitian pengembangan, karena

peneliti mengembangkan perangkat pembelajaran abad 21 terintegrasi model

pembelajaran Inkuiri Terbimbing dipadu dengan think pair share (TPS) pada materi

keanekaragaman hayati yang memiliki nilai valid berdasarkan uji validitas yang layak

digunakan. Sugiyono, (2012) menyatakan bahwa jenis penelitian pengembangan

adalah jenis penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan

menguji keefektifan produk tersebut untuk dapat menghasilkan produk tertentu.

Pengembangan yang dilakukan menggunakan model 4D (Thiagarajan, et.all, 1974)

define, design, develop dan disseminate. Produk yang dikembangkan dalam

penelitian ini adalah perangkat pembelajaran berupa (RPP), bahan ajar, media

pembelajaran, lembar kerja peserta didik (LKPD) dan instrumen penilaian.

1. Define (Pendefinisian)

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu analisis awal-akhir. Permasalahan

yang ditemukan adalah kurang aktifnya peserta didik dalam kelas dan cara berpikir

kritis siswa yang masih rendah. Penggunan metode dan media pembelajaran yang

terfokus pada guru, sehingga peserta didik kurang berperan aktif dalam pembelajaran.

Metode yang digunakan guru di dalam kelas adalah metode ceramah sehingga

membuat pembelajaran kurang berpusat pada peserta didik dan mengakibatkan

54
peserta didik kesulitan dalam memahami materi karena tidak terlibat langsung dalam

mencari pengalaman belajar. Solusi yang dapat digunakan adalah dengan

menggunakan (RPP), bahan ajar, media pembelajaran, lembar kerja peserta didik

(LKPD) dan instrumen penilaian yang mendukung keterampilan abad 21 khususnya

4C dengan model pembelajaran yang menekankan siswa untuk lebih aktif dalam

kelas yaitu dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dipadu

dengan think pair share (TPS) keanekaragaman hayati.

2. Desain (Perancangan)

Kegiatan yang dilakukan pada tahap perancangan (design) ini adalah menyusun

kisi-kisi perangkat pembelajaran, dilanjutkan dengan merancang perangkat

pembelajaran yaitu (RPP), bahan ajar, media pembelajaran, lembar kerja peserta didik

(LKPD) dan instrumen penilaian. Hasil dari tahap perencanaan adalah perangkat

pembelajaran yang belum divalidasi yang kemudian disebut draft I. Contoh desain

(RPP), bahan ajar, media pembelajaran, lembar kerja peserta didik (LKPD) dan

instrumen penilaian penelitian yang akan dikembangkan.

3. Develop (Pengembangan)

Tahap pengembangan (development) dilakukan atas beberapa kegiatan yaitu 1)

pengembangan perangkat pembelajaran (RPP), bahan ajar, media pembelajaran,

lembar kerja peserta didik (LKPD) dan instrumen penilaian yang telah direvisi sesuai

masukan dan perbaikan dari dosen pembimbing, 2) validasi perangkat yang

dikembangkan harus dinyatakan valid oleh ahli pembelajaran dengan pemberian

lembar penilaian, 3) revisi berdasarkan data hasil evaluasi yang dilakukan oleh ahli

55
pembelajaran. Selanjutnya dilakukan analisis untuk mengetahui tingkat kevalidan

perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Selanjutnya dilakukan revisi produk

seperlunya sesuai dengan arahan oleh ahli pembelajaran.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 5 kota ternate tepatnya di Kel. Dufa-

dufa, Kecamatan kota ternate utara Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap

tahun ajaran 2020/2021.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, lembar

wawancara dan angket untuk guru-guru Biologi di SMA Negeri 5 kota ternate.

Instrumen ini digunakan pada tahap penelitian dan pengumpulan informasi awal

untuk mengetahui pemahaman guru tentang pembelajaran abad 21 khususnya 4C dan

metode yang biasanya di pakai dalam pembelajaran di kelas.

1. Data Uji Kevalidan

Data uji kevalidan dalam penelitian ini dilakukan mulai dari wawancara dan

analisis dokumen, pembuatan perangkat pembelajaran abad 21 terintegrasi model

pembelajaran inkuiri terbimbing dipadu dengan think pair share (TPS), dan menguji

kelayakan produk dengan validasi yang dilakukan oleh ahli pembelajaran yaitu guru

dan dosen. Uji kevalidan dilakukan dengan memberikan lembar penilaian kepada ahli

pembelajaran untuk menilai perangkat pembelajaran yang dikembangkan, serta

memberikan komentar, masukan, dan saran perbaikan. Selanjutnya, dilakukan revisi

berdasarkan komentar dan masukan yang diberikan oleh validator, untuk

56
menghasilkan perangkat pembelajaran yang sempurna. Subjek dari penelitian ini

adalah guru dan dosen sebagai ahli pembelajaran untuk menilai perangkat

pembelajaran yang akan dikembangkan.

Tabel 1. Kriteria Kevalidan Perangkat Pembelajaran


Interval Kriteria
1,00 ≤ x < 2.00 Tidak Valid
2.00 ≤ x < 3.00 Kurang Valid
3.00 ≤ x < 4.00 Valid
4.00 ≤ x < 5.00 Sangat Valid
Keterangan : x = rata-rata penilaian ahli

2. Data Angket Respon Guru

Perangkat pembelajaran didapatkan telah dinyatakan valid dari hasil validasi yang

dilakukan oleh ahli pembelajaran yaitu guru dan dosen, selanjutnya mencocokkan

kriteria kevalidan yang telah didapat dengan kriteria kelayakan didapatkan dengan

cara melihat hasil dari kevalidan perangkat perangkat pembelajaran.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam uji coba

adalah menggunakan Lembar Validasi perangkat pembelajaran (RPP), bahan ajar,

media pembelajaran, lembar kerja peserta didik (LKPD) dan instrumen penilaian dan

angket respon guru terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Instrumen

ini digunakan untuk memperoleh data tentang penilaian dari para ahli terhadap

perangkat pembelajaran (RPP), bahan ajar, media pembelajaran, lembar kerja peserta

didik (LKPD) dan instrumen penilaian. Hasil penilaian ini dijadikan dasar untuk

pengembangan masing-masing perangkat pembelajaran. Data dikumpulkan dari hasil

57
validasi perangkat pembelajaran berupa (RPP), bahan ajar, media pembelajaran,

lembar kerja peserta didik (LKPD) dan instrumen penilaian melalui lembar validasi.

1. Lembar Validasi

Validasi perangkat pembelajaran (RPP), bahan ajar, media pembelajaran, lembar

kerja peserta didik (LKPD) dan instrumen penilaian yang dikembangkan dapat

digunakan untuk proses pembelajaran biologi yaitu pada materi sistem gerak pada

manusia menggunakan model inkuiri terbimbing dipadu dengan (TPS) jika

dinyatakan valid oleh validator. Arikunto (2008), menyatakan kondisi valid

dipandang terpenuhi karena instrumen yang bersangkutan sudah dirancang secara

baik, mengikuti teori dan ketentuan yang ada. Instrumen yang sudah disusun

berdasarkan teori penyusunan instrumen, secara logis sudah valid. Validitas seperti

ini termasuk ke dalam validitas logis.

2. Lembar Angket Respon Guru

Lembar angket respon guru akan di bagikan ke guru-guru biologi di SMAN 5 kota

ternate untuk pengambilan data terhadap penilaian (RPP), bahan ajar, media

pembelajaran, lembar kerja peserta didik (LKPD) dan instrumen penilaian yang akan

di kembangkan.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini adalah

teknik analisis statistik deskriptif kualitatif dan analisis statistik deskriptif kuantitatif.

Metode analisis statistik deskriptif kualitatif digunakan untuk mengolah data berupa

masukan, tanggapan, kritik, dan saran hasil dari tinjauan oleh ahli pembelajaran

58
terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan melalui pemberian

kuesioner/angket. Hasil analisis kemudian digunakan untuk memperbaiki perangkat

pembelajaran yang dikembangkan sehingga menghasilkan perangkat pembelajaran

yang sempurna.

Metode analisis statistik deskriptif kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan

skor rata-rata dari masing-masing perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Skor

rata-rata validitas dari masing-masing perangkat berdasarkan skor yang diperoleh dari

setiap indikator dapat menggunakan rumus mean (rata-rata). Selanjutnya, skor rata-

rata validitas masing-masing perangkat pembelajaran dikonversi dengan Penilaian

Acuan Patokan (PAP) skala lima. Perangkat pembelajaran dinyatakan valid apabila

hasil rata-rata pada masing-masing perangkat pembelajaran model inkuiri terpadu

dipadu dengan (TPS) minimal berada pada kualifikasi baik dengan rentang 3,01< x ≤

4,01. Selanjutnya menghitung tingkat kevalidan perangkat pembelajaran yang terdiri

dari (RPP), bahan ajar, media pembelajaran, lembar kerja peserta didik (LKPD) dan

instrumen penilaian yang akan di kembangkan dapat diuji dengan skala presentase.

Nilai presentase validasi untuk setiap skor diperoleh dengan rumus: (Arikunto, 2012).

skor perolehan
Nilai = x 100 %
skor maksimum

59
Tabel 2. Kriteria Kelayakan Perangkat Pembelajaran

Kriteria Kriteria Kelayakan


Kevalidan
Tidak Valid Tidak Layak
Kurang Valid Kurang Layak
Valid Layak
Sangat Valid Sangat Layak

Analisis data angket respon guru dengan menghitung kriteria penilaian angket

pada perangkat pembelajaran yang terdiri dari (RPP), bahan ajar, media

pembelajaran, lembar kerja peserta didik (LKPD) dan instrumen penilaian yang akan

di kembangkan dapat dianalisis dengan menggunakan formula kriteria penilaian

angket yaitu;

1. Kriteria penilaian angket pada penelitian ini adalah:

Skor maksimum = 4 x (50) = 200

Skor minimum = 4 x (10) =40

Kategori penilaian = 5

Rentangan nilai = 200-4 =32


5

2. Kegiatan yang dilakukan untuk menganalisis ini adalah:

a) Merekap skor guru sesuai aspek yang ditanyakan.

b) Mencari total skor seluruh guru.

c) Mencocokkan skor total dengan kategori yang telah ditetapkan.

3. Kategori penilaian lembar angket respon guru adalah sebagai berikut.

a) Jika guru memilih Sangat Baik, maka skornya yaitu 5

60
b) Jika guru memilih Baik, maka skornya yaitu 4

c) Jika guru memilih Cukup baik, maka skornya yaitu 3

d) Jika guru memilih Kurang baik, maka skornya yaitu 2

e) Jika guru memilih Tidak baik, maka skornya yaitu 1

61
DAFTAR PUSTAKA

I. Ismiati, 2020; Pembelajaran Biologi SMA Abad ke-21 Berbasis Potensi Lokal:
Review Potensi di Kabupaten Nunukan-Kalimantan Utara” Jurnal Penelitian
dan Pengkajian Ilmu Pendidikan: e-Saintika July 2020 Vol. 4, No. 2

Etistika Yuni Wijaya, Dwi Agus Sudjimat dkk, 2016; Transformasi Pendidikan Abad
21 Sebagai Tuntutan Pengembangan Sumber Daya Manusia Di Era Global”
Pendidikan Matematika Volume 1 Tahun 2016

Ifa Muhimmatin, Ibrohim dkk 2015; Pengembangan Perangkat Pembelajaran


Materi Dunia Tumbuhan Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
untuk Siswa SMA” Jurnal Pendidikan Sains Vol. 3 No. 4, Desember 2015, Hal
169-177

Haris Budiman, 2017; Peran Teknologi Informasi Dan Komunikasi Dalam


Pendidikan” Jurnal Pendidikan Islam, Volume 8, Mei 2017

Rayinda Dwi Prayogi Rio Estetika, 2019; Kecakapan Abad 21: Kompetensi Digital
Pendidik Masa Depan” Jurnal Manajemen Pendidikan - Vol. 14, No. 2,
Desember 2019

Edi Syahputra, 2018; Pembelajaran Abad 21 Dan Penerapannya Di Indonesia”


Prosiding Seminar Nasional SINASTEKMAPAN (E-Journal) 2018 Volume I
November 2018

Ketut Supadma, Ni Nyoman Kusmariyatni dkk 2019; Pengembangan Perangkat


Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Aktivitas Hot Pada Tema 9 Subtema
1 Kelas Iv Sd” Jurnal Riset Pendidikan Dasar 02 (2), (2019) 106-115

Hanif, Ibrohim dkk 2016; Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi Materi


Plantae Berbasis Inkuiri Terbimbing Terintegrasi Nilai Islam Untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Sma” Jurnal Pendidikan: Teori,
Penelitian, dan Pengembangan Volume: 1 Nomor: 11 Bulan November Tahun
2016 Halaman: 2163—2171

Yuni Suryaningsih Iskandar, Zulkarnain, dkk 2020; Bimbingan Penyusunan


Perangkat Pembelajaran 4C (Communication, Collaboration, Critical Thinking,
And Creativity) Bagi Guru Peserta MGMP Matematika SMA Kota
Banjarmasin” Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 2 No 1 2020 Hal 37-44

62
Muh. Makhrus, Ahmad Harjono dkk 2018; Identifikasi Kesiapan LKPD Guru
Terhadap Keterampilan Abad 21 Pada Pembelajaran IPA SMP” Jurnal Ilmiah
Profesi Pendidikan Volume 3, Nomor 2, November 2018: 124-128

Bekti Ariyani, Wasitohadi dkk, 2019; Meningkatkan Antusiasme dan Hasil Belajar
Siswa dengan Model Picture and Picture Berbantuan Media Puzzle pada
Muatan Matematika, Bahasa Indonesia, dan PPKn Kelas 1 SD” Jurnal Riset
Teknologi dan Inovasi Pendidikan Volume 2 Nomor 1 (Januari) 2019, Hal. 289-
296

Resti Septikasari, Rendy Nugraha Frasandy 2018; Keterampilan 4c Abad 21 Dalam


Pembelajaran Pendidikan Dasar” Jurnal Tarbiyah Al-Awlad, Volume VIII Edisi
02 2018, hlm 112-122

Ryan Ardiansyah, Dea Diella dkk, 2020; Pelatihan Pengembangan Perangkat


Pembelajaran Abad 21 Dengan Model Pembelajaran Project Based Learning
Berbasis STEM Bagi Guru IPA” Jurnal Publikasi Pendidikan
http://ojs.unm.ac.id/index.php/pubpend Volume 10 Nomor 1, Februari 2020

Iskandar Zulkarnain, Yuni Suryaningsih dkk, 2020; Bimbingan Penyusunan


Perangkat Pembelajaran 4C (Communication, Collaboration, Critical Thinking,
And Creativity) Bagi Guru Peserta MGMP Matematika SMA Kota
Banjarmasin” jurnal pengabdian masarakat Vol 2 No 1 2020 Hal 37-44

Masitah, 2018; Pengembangan Perangkat Pembelajaran untuk Memfasilitasi Guru


Menumbuhkan Rasa Tangung Jawab Siswa SD terhadap Masalah Banjir”
Proceeding Biology Education Conference Vol. 15 (1): 40-44, Oktober 2018

Suharto 2017; Kemampuan Guru Dalam Engembangkan Perangkat Pembelajaran


Ips Berbasis Karakter (Studi Pada Guru Smp Negeri 3 Geger Madiun)” Studi
Sosial Volume 2 Nomor 2 Desember 2017 hal 116-129

Tri Retno Hapsari, Vandalita M. M Rambitan dkk, 2018; Analisis Permasalahan


Guru Terkait Perangkat Pembelajaran Berbasis Model Examples Non Examples
dan Permasalahan Siswa Terkait Hasil Belajar Biologi di SMA” Jurnal
Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan Volume: 3 Nomor: 2 Bulan
Februari Tahun 2018 Halaman: 204—209

Nur Ningsih Nonci Ratnawaty Mamin dkk, 2018; Pengaruh Model Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing Terhadap Aktivitas Belajar Dan Keterampilan Berpikir
Kritis Peserta Didik Kelas Vii Smp Negeri 1 Liliriaja” Jurnal Ipa Terpadu JIT 1
(2) (2018) 1-14

63
Suriani 2018; Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair
Share (Tps) Terhadap Kemampuan Berfikir Kritis Dan Hasil Belajar Biologi
Siswa Kelas X MA Madani Alauddin jurnal pendidikan biologi Halaman 5-6

Putu Hesti Mardika Astuti, Gede Margunayasa dkk, 2019; Pengembangan


Perangkat Pembelajaran Kolaboratif pada Mata Pelajaran Matematika Topik
Kubus dan Balok” Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar Volume 3, Number 3, Tahun
2019, pp. 269-277.

Darmaeni, Muhammad Danial dkk, 2018; Pengembangan Perangkat Pembelajaran


Ipa Berbasis Inkuiri Terbimbing Untuk Menumbuhkan Keterampilan Berpikir
Kritis Peserta Didik Pada Materi Asam, Basa, Dan Garam Smp Negeri 1
Bulukumba” jurnal Pend. Kimia PPs UNM, 2018, Vol.1, No.2 (13-28)

Wahyudi, Z.A.Imam Supardi dkk, 2016; pengembangan perangkat pembelajaran


kooperatif tipethink-pair-sharedengan strategimind mapuntuk meningkatkan
hasil belajar siswa pada materi alat-alat optik”jurnal Pendidikan Sains
Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 5, No. 2, Mei 2016 ISSN : 2089-
1776

Hanifa, Ibrohim dkk, 2016; pengembangan perangkat pembelajaran biologi materi


plantae berbasis inquiri terbimbing terintegrasi nilai islam unruk meningkatkan
pemahaman konsep siswa sma” jurnal pendidikan teori, penelitian dan
pengembangan volume: 1 nomor:11 bulan November tahun 2016 halaman:
2163-2171

Choirunnisa Latiifani , Yudi Rinanto dkk, 2016; Penerapan Model Pembelajaran


Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Rasa Ingin Tahu (Curiosity) Siswa
Kelas X Mipa 2 Sma Negeri 6 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016”jurnal
Bio-Pedagogi ISSN: 2252-6897 Volume 5, Nomor 2 Oktober 2016 Halaman 1-
6

Nugraeni Febri adiyanti, 2015; Penerapan Model Pembelajaran Komperatif Tipe


Think Pair Share (TPS) Pada Tema Peristiwa Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Kelas II SDN Babatang V/460 Surabaya”jurnal PGSD volume 02
nomor 02 tahun 2015

Edi Prihadi 2018; Pengembangan Ketrampilan 4C Melalui Postes Comment” Jurnal


Pendidikan Islam Vol 2, No 1, 2018. Halaman 465

Ahmad Tarmizi Hasibuan Andi Prastowo, 2019; Konsep Pendidikan Abad 21:
Kepemimpinan Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Sd/Mi” Konsep
Pendidikan Abad 21 Volume 10 Nomor 1 Juni 2019

64
Resti , S., & Rendy, N. F. (2018). Keterampilan 4c Abad 21 Dalam Pembelajaran
Pendidikan DASAR . Jurnal Tarbiyah Al-Awlad , Volume VIII Edisi 02 2018,
hlm 112-122 .

Yusuf Andrian, Y., & Rusman. (Maret 2019). Implementasi Pembelajaran Abad 21
Dalam Kurikulum 2013. Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan , Volume 12, Nomor
1,.

Dinn, W., Rusman, & Yulia, R. ( Maret 2017). Penguatan Life Skills dalam
Implementasi Kurikulum 2013 pada SMA (Sekolah Menengah Atas) di Jawa
Barat. Jurnal Indonesia untuk Kajian Pendidikan, 2(1) , ISSN 2527-3868 (print),
2503-457X (online).

Lina Sugiyarti, Alrahmat Arif dkk, 2018; Pembelajaran Abad 21 Di SD” Prosiding
Seminar dan DiskusiNasional Pendidikan Dasar volume 2 halaman 2 januari
2018 halaman440

Winda Marlina , Dhitsaha Jayanti, 2019; 4c Dalam Pembelajaran Matematika Untuk


Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0” Prosiding Sendika: Vol 5, No 1, 2019
392

Endah Dwi Setiyawati, Sunardi dkk, 2017; Pengembangan Indikator 4 C’s Yang
Selaras Dengan Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Matematika Smp/Mts
Kelas Viii Semester 2”

Deti Ahmatika 2017; Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dengan


Pendekatan Inquiry/Discover” Jurnal Euclid, vol.3, No.1, p.394

Halani Felda Sunbanu, Mawardi dkk 2019; Peningkatan Keterampilan Kolaborasi


Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Twostray Di
Sekolah Dasar” Jurnal Basicedu Volume 3 Nomor 4 Tahun 2019 Halaman
2037-2041

Waridah, 2016; Berkomunikasi Dengan Berbahasa Yang Efektif Dapat Meningkatkan


Kinerja” Jurnal Simbolika/Volume 2/Nomor2/Oktober2016

Redza Dwi Putra, Yudi Rinanto dkk, 2016; Peningkatan Kemampuan Berpikir
Kreatif Siswa melalui Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Siswa
Kelas XI MIA 1 SMA Negeri Colomadu Karanganyar Tahun Pelajaran
2015/2016” Proceeding Biology Education Conference (ISSN: 2528-5742), Vol
13(1) 2016: 330-334

65
I. Iswatun, M. Mosik dkk, 2017; Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
untuk Meningkatkan KPS dan Hasil Belajar Siswa SMP Kelas VIII” Jurnal
Inovasi Pendidikan IPA, 3 (2), 2017, 150-160

Arvinda C. Lalang, Suhadi Ibnu dkk, 2017; Kemampuan Berpikir Kritis Dan
Pemahaman Konseptual Siswa Dengan Inkuiri Terbimbing Dipadu Pelatihan
Metakognisi Pada Materi Kelarutan Dan Ksp” Jurnal Pendidikan: Teori,
Penelitian, dan Pengembangan Volume: 2 Nomor: 1 Bulan Januari Tahun 2017
Halaman: 12—21

Tawil, M, Liliasari 2017; Keterampilan-Keterampilan Sains Dan Implementasinya


Dalam Pembelajaran Ipa Makassar Jurnal Sain Dan Pendidikan Fisika Jilit 13,
Nomor 3, Desember 2017, Hal 255-262

Ni Kadek Metaputri, Ni Nym. Garminah 2016; Pengaruh Model Pembelajaran


Inkuiri Terbimbing Dan Minat Belajar Terhadap Keterampilan Proses Sains
Pada Siswa Kelas Iv S” Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 49, Nomor 2,
Juli 2016, hlm.89-97

Hani Nur’Azizah1, Asep Kurnia Jayadinata, 2016; Pengaruh Model Pembelajaran


Inkuiri Terbimbing Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi
Energi Bunyi” Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)

Andi Khaerunnisa Hardyanti Arki, Army Auliah dkk 2017; Penerapan Metode
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Kelas XI MIA.2 SMA Negeri 3 Model Takalar (Studi pada Materi
Pokok Larutan Asam-Basa)” Jurnal Chemica Vo/. 18 Nomor 2 Desember 2017,
71 – 79

SafitriKurnia Lestari, Ningrum, 2016; Pengaruh Penggunaan Cooperative Learning


Tipe Thinkpair-Share (Tps) Terhadap Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa Kelas
X Semester Genap Smk Kartikatama 1 Metro T.P 2015/2016” Jurnal
Pendidikan Ekonomi UM Metro Vol.4.No.1 (2016) 21-34

Yosevita.Th.Latupapua, 2013; Analisis Potensikeanekaragaman Hayati Di Taman


Nasional Manusela Sebagai Daya Tarik Ekowisata” Jurnal Agroforestri VIII
Nomor 4 Desember 2013

Nur Aidah, 2016; Pengaruh Model Think Pair Share Terhadap Prestasi Belajar
Aqidah Akhlak Di Mi Muhammadiyah 25 Surabaya Kelas Iii,Iv Dan V” Jurnal
Pendidikan Islam/Vol. 4, No. 2, 2015

66
Hartini1, Zhana Zhefira Maharani dkk 2016; Penerapan Model Pembelajaran Think-
Pair-Share untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
SMP” Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif 7 (2) (2016): 131-135

Suci Amanda Febriyani, Murni Saptasari dkk, 2018; Pengaruh Model Inkuiri
Terbimbing Dipadu Think Pair Share (Tps) Terhadap Keterampilan Proses Dan
Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas X Sman 1 Kepanjen” Jurnal Pendidikan
Biologi Volume 9, Nomor 1, September 2018, hlm. 10-1612

Hanifah Nur Khofiah, Rini Budiharti dkk, 2020; Pengembangan Perangkat


Pembelajaran Fisika Berbasis LCDS dengan Model Discovery Learning untuk
Meningkatkan Kemandirian Siswa SMA pada Materi Hukum Newton; Jurnal
Materi dan Pembelajaran Fisika Volume 10 Nomor 1 2020

Muhammad Abduh 2015; Pengembangan Perangkat Pembelajaran Tematik-


Integratif Berbasis Sosiokultural Di Sekolah Dasar” Jurnal Penelitian Ilmu
Pendidikan, Volume 8, Nomor 1, Maret 2015

Lia Hariski Rahmawati, Siti Sri Wulandari, 2020; Pengembangan Lembar Kegiatan
Peserta Didik (LKPD) Berbasis Scientific Approach Pada Mata Pelajaran
Administrasi Umum Semester Genap Kelas X OTKP Di SMK Negeri 1
Jombang” Jurnal Pendidikan Administrasi Perkantoran (JPAP) Volume 8,
Nomor 3, 2020

Fabiana Dini Prawingga Nesri, Yosep Dwi Kristanto 2020; Pengembangan Modul
Ajar Berbantuan Teknologi Untuk Mengembangkan Kecakapan Abad 21 Siswa”
Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika Volume 9, No. 3, 2020, 480-492

Ahmad Habib, Made Astra dkk, 2020; Media Pembelajaran Abad 21: Kebutuhan
Multimedia Interaktif Bagi Guru dan Siswa Sekolah Dasar; Jurnal Riset
Teknologi dan Inovasi Pendidikan” Vol. 3, No. 1, Januari 2020, Hal.25-35

Fia Maulidia, Triesninda Pahlevi, 2020; Pengembangan Instrumen Penilaian Tes


Soal Pilihan Ganda Berbasis HOTS Pada Mata Pelajaran Administrasi Umum
Jurusan OTKP SMK Negeri 1 Lamonga” Jurnal Pendidikan Administrasi
Perkantoran (JPAP) Volume 8, Nomor 1, 2020

Sivasailam Thiagarajan, Dorothy S. semmel and Melvyn dkk 1997; development for
training teachers of exceptional children A sourcebook” (1974) h. 8.

Trianto 2015; Model Pembelajaran Terpadu. (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), h. 240 –
243.

67
Lampiran

Lembar Validasi perangkat pembelajaran

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Penilaian RPP

No Uraian Jumlah butir

A. Format RPP
1. a. Sesuai format kurikulum 2013 1
2. Kejelasan Kompetensi Inti (KI) dan 1
Kompetensi Dasar (KD)
B. Aspek Kebahasaan
1. Kebenaran isi atau materi yang disajikan 1
2. Kesesuaian dengan tingkat
Perkembangan
3. Kesesuaian uraian kegiatan peserta didik dan 1
guru untuk tahap pembelajaran dengan
aktivitas pembelajaran biologi yang
implementasinya menggunakan RPP berbasis
keterampilan abad 21
C. Bahasa
1. Penggunaan bahasa sesuai dengan EYD 1
2. Bahasa yang digunakan bersifat Komunikatif 1
3 Kesederhanaan struktur kalimat 1
D. Waktu
1. Pembagian waktu yang setiap kegiatan atau 1
langkah dinyatakan dengan jelas
4. Kesesuaian alokasi waktu yang digunakan 1
dengan langkah – langkah pembelajaran.
E. Metode/kegiatan pembelajaran
1 Metode pembelajaran memungkinkan peserta 1
didik untuk belajar aktif
2 Metode pembelajaran memberikan 1
kesempatan bertanya kepada peserta didik
3 Mengembangkan budaya membaca dan 1

68
Menulis
4 Kegiatan pembelajaran sesuai dengan model 1
pembelajaran yang dilakukan
5 Kegiatan pembelajaran dilakukan menuntut 1
peserta didik terampil dalam mengolah
informasi

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Penilaian bahan ajar

No Uraian Jumlah butir

A. Kelayakan Isi
1. Kesesuaian materi 1
2. Keakuratan materi 1
3. Pendukung materi pembelajaran 1
4. Kemutakhiran materi 1
B. Kelayakan Penyajian
1. Teknik penyajian 1
2. Pendukung penyajian materi
B. Bahasa
1. Sesuai dengan perkembangan peserta didik 1
2. Komunikatif 1
3. Dialogis dan Interaktif 1
4. Kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia 1
5. Koherensi dan keruntutan alur berpikir 1
C. Penilaian peta konsep bergambar
1. Keterpadun peta konsep bergambar dengan 1
mater

Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Penilaian Media pembelajaran

No Butir Jumlah Butir


A. Tampilan dan Konten
1 Komposisi warna 1
2 Gambar 1
3 Huruf 1
4 Tata letak (layout) 1

69
5 Petunjuk Penggunaan 1
B. Karakteristik
1 Penggunaan 1
2 Daya tarik 1
3 Unsur 3D 1

Tabel 4. Kisi-kisi lembar kerja peserta didik (LKPD)

No Uraian Jumlah butir

A. Format LKPD
1. Judul dan rumusan tujuan pembelajaran 1
2. Sistem penomoran jelas 1
3. Jenis dan ukuran huruf yang sesuai 1
4. Tampilan tabel atau gambar jelas terbaca dan 1
mudah dipahami
5. Prosedur kegiatan atau cara kerja yang Jelas 1
6. Kegiatan yang dilakukan dapat 1
menumbuhkan rasa ingin tahu peserta didik
sehingga membantu/menuntun peserta didik
dalam memahami/menemukan konsep secara
mandiri
B. Bahasa
1. Penggunaan bahasa sesuai dengan EYD 1
2. Bahasa yang digunakan komunikatif 1
3. Kalimat yang digunakan jelas dan mudah 1
4. Kejelasan petunjuk atau arahan 1

Tabel 5. Kisi-kisi Instrumen Penilaian

No Uraian Jumlah butir

A. materi
1. Sesuai dengan indikator penyusun penilaian 1
pada rubrik.

70
2. Batasan soal dirumuskan dengan jelas. 1
3. Jawaban yang diharapkan jelas. 1
4. Petunjuk indikator dinyatakan dengan jelas. 1
5 Indikator pada instrumen sesuai dengan aspek 1
yang harus dicapai peserta didik.
B. Kontruksi
1. Isi pernyataan indikator menggunakan kata – 1
kata yang mudah dipahami
2. Petunjuk mengerjakan soal tidak 1
menimbulkan penafsiran ganda.
3. Rumusan pertanyaan soal menggunakan 1
kalimat tanya atau perintah yang jelas.
4. Isi pernyataan indikator menggunakan kata – 1
kata yang mudah dipahami.
C. Bahasa
1. Menggunakan bahasa sesuai dengan kaidah 1
bahasa Indonesia yang baik dan benar.
2. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti 1
namun tidak menggunakan bahasa daerah
(bias budaya).
3 Menggunakan istilah secara tepat dan mudah 1
dipahami.
D. Waktu
1 Kesesuaian antara waktu dan banyaknya soal 1

71
Lembar Respon Guru

Tabel 3. Kisi-kisi angker Respon Guru

No Aspek yang dinilai Jumlah


butir
1. Aspek Petunjuk 1
a. Petunjuk pengisian angket dinyatakan dengan jelas.
b. Pilihan respon guru dinyatakan dengan jelas.
2. Aspek Bahasa 1
a. Penggunaan bahasa ditinjau dari penggunaan kaidah bahasa
Indonesia.
b. Kejelasan petunjuk/arahan, komentar dan penyelesaian
masalah.
c. Kesederhanaan struktur kalimat.
d. Bahasa yang digunakan bersifat komunikatif.

3 Aspek Isi 1
a. Tujuan penggunaan angket dinyatakan dengan jelas dan
terukur.
b. Pertanyaan – pertanyaan pada angket dapat menjaring seluruh
respon guru terhadap kegiatan dan komponen pembelajaran.
c. Pertanyaan – pertanyaan yang diajukan sesuai dengan tujuan
pengukuran.
d. Komponen perangkat pembelajaran dinyatakan dengan jelas.
e. Rumusan pertanyaan yang menggunakan kata perintah atau
pernyataan yang menuntut pemberian tanggapan dari peserta
didik.

PROPOSAL

72
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN ABAD 21
TERINTEGRASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
DIPADU DENGAN THINK PAIR SHARE (TPS) DI SMA NEGERI 5
KOTA TERNATE KELAS I SEMESTER I PADA KONSEP
KEANEKARAGAMAN HAYATI

NURLISA IDHAM
03101711040

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMUPENDIDIKAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
2020/2021

73

Anda mungkin juga menyukai